Anda di halaman 1dari 30

JOURNAL READING

Pengujian alat inovatif untuk mencegah kontaminasi Aspergillus


secara airborne

Jessica Levina
2006515342

Pembimbing: dr. Findra Setianingrum, M.Sc., Ph.D

Program Pendidikan Dokter Spesialis


Parasitologi Klinik
FK UI
2021
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

 Insiden mikosis nosokomial meningkat dengan cepat.


 Transmisi melalui udara (airborne) merupakan rute utama kontaminasi, terutama pada pasien
imunokompromais dan pasien yang mendapatkan kortikosteroid.
 Aspergillus fumigatus memiliki virulensi tinggi dalam infeksi oportunistik.
 Aspergillosis invasif berhubungan dengan tingginya angka mortalitas.
 Hubungan antara adanya Aspergillus di udara dan wabah aspergillosis nosokomial sudah diketahui.
PENDAHULUAN
 Berbagai teknologi sudah dikembangakan untuk menjaga kualitas udara seperti high-efficiency
particulate air (HEPA) filtration dan pengaturan tekanan udara.
 Tetapi filtrasi sepertinya tidak lagi menjadi proses pengelolaan udara terbaik karena mengonsumsi
energi dan dapat mengakibatkan penumpukan polutan yang bisa dilepaskan ke udara.
 Terdapat juga masalah dengan pertumbuhan agen mikrobiologi pada filter.
 Teknologi baru dan inovatif dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas udara.
 Pengembangan prototype AirLyse AL-PR004 dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Tours
Francois Rabelais, Prancis.
 Alat ini merupakan air purifier, dirancang untuk dekontaminasi udara dalam ruangan secara terus
menerus.
METODE
METODE

MODEL EKSPERIMEN KONTAMINASI ASPERGILLUS


 Dekontaminasi dilakukan pada ruangan 60 m³ (5 ×4 × 3 m) high-security (safety level L3).
 HEPA filtration dihentikan selama tes untuk menghindari perubahan aliran udara dengan bagian luar.
 Antar eksperimen, udara bagian luar diperbaharui melalui system HVAC (dikenal dengan sebutan washout).
 Sepanjang pengujian, suhu ruangan dan higrometri diverifikasi.
 Operator di dalam ruang percobaan dilengkapi alat pelindung diri.
 Pada T0 (waktu nebulisasi), dosis 10 7
konidia A.fumigatus diaerosolisasi menggunakan jet nebulizer (diletakkan
1.6 m di atas lantai di tengah ruangan).
 Kipas angin sebanyak 4 buah diletakkan melingkar dengan radius 140 cm mengelilingi nebulizer, dinyalakan
bersamaan dengan nebulisasi Aspergillus. Lamanya selama 4 menit untuk menistribusikan partikel ke seluruh
ruangan.
METODE

PERSIAPAN INOKULUM
 Strain A.fumigatus BRFM1927 digunakan untuk kontaminasi ekperimental, diisolasi dari pasien
dengan aspergillosis dan dirawat di bagian onkologi-hematologi RS Universitas Tours (Prancis).
 Cara: A.fumigatus  dibiak di SDA  diinkubasi pada suhu 37◦C selama 5 hari, dipanen dengan
menggenangi cawan Aspergillus dengan 15 ml larutan steril  suspensi dikumpulkan dengan
diaspirasi dan disentrifugasi pada 1700 g selama 10 menit.
 Supernatan dibuang dan endapan dimasukkan ke dalam 50ml PBS  mengulang sentrifugasi 1700 g
selama 10 menit  konsentrasi konidia dinilai dengan Malassez counting chamber dan disesuaikan
pada 10 7conidia/ml dengan dilusi dalam PBS.
METODE

PENILAIAN MODE PENGOPERASIAN AIRLYSE AIR PURIFIER


 Menurut American National Standards Institute/Association of Home Appliance Manufacturers
document AC-1-2002 uji coba dijalankan dengan aliran udara:
 0 m³/jam (mesin dimatikan)
 500 m³/jam
 600 m³/jam
 1000 m³/jam
METODE

MENGAMBIL SAMPEL UDARA


 Sampel mikologi secara berurutan dikumpulkan dari udara dengan jarak :
 1.4 m dari sumber konidia Aspergillus.
 1.2 m di atas lantai.
 Udara yang disedot diproyeksikan oleh masing-masing bioimpaktor menuju plate agar ekstrak malt
(25 g ekstrak malt, 20 g agar, 1 liter air).
 Pada permulaan, setiap periode sampling, bioimpaktor secara bersamaan dinyalakan dengan remote
control.
 Di ambil sampel sebanyak 200 liter udara selama 2 menit.
METODE

 Sampel baseline dikumpulkan pada T0, ketika air purifier dalam keadaan mati.
 Sampel dikumpulkan selama 2 menit pada T5, T10, T15, T20, T30, T45, dan T60.
 Satu jam setelah nebulisasi (T60), kipas angin dinyalakan ulang selama 5 menit untuk meredistribusi
konidia yang sudah jatuh ke permukaan lantai dan diambil sampel udara pada T75.
 Penghitung partikel portabel (Solair 5350) digunakan untuk menghitung partikel udara selama
eksperimen.
 Ukuran A.fumigatus: 2-3 μm.
METODE

ANALISIS KUALITAS UDARA


 Plate agar ekstrak malt dianalisis.
 Setelah 48 jam diinkubasi pada suhu 37 ◦C, jumlah konidia A.fumigatus ditentukan pada setiap sampel
udara dan diekspresikan sebagai colonyforming units (CFU)/200 liter udara.
 Karena terdapat sejumlah lubang diatas plate selama pengumpulan, maka penghitungan maksimal dari
adalah n=258 CFU/200liter.
 Jumlah 1 CFU kemungkinan hasil dari masuknya satu atau lebih konidia melalui lubang dari grid yang
sama.
METODE

ANALISIS STATISTIK
 Koefisien intraclass correlation dihitung untuk menilai kesesuaian antara empat bio-
impaktor menggunakan masing-masing nilai N pada setiap waktu pengambilan sampel.
 Koefisien λ tiap aliran udara dibandingkan satu sama lain menggunakan student T-test.
HASIL
HASIL

 Total : 36 sampel udara (dari 4 kondisi, setiap kondisi memiliki 9 waktu berbeda pengambilan).
 Koeofisien intraclass correlation:
 0.987 (0.967–0.996) pada 0 m³ /jam
 0.998 (0.996–1.0) pada 500 m³ /jam
 0.998 (0.996–1.0) pada 600 m³ /jam
 0.994 (0.984–0.998) pada1000 m³ /jam
HASIL

 Setelah nebulisasi pada T0, semua cawan agar diinvasi koloni jamur (n>258 koloni), menandakan
densitas tinggi konidia Aspergillus di udara Dianggap sebagai kontaminasi udara maksimal (100%).
 Ketika air purifier AirLyse dimatikan, konidia Aspergillus di udara menurun:
 57% pada 15 menit
 42% pada 30 menit
 28% tetap ditemukan dalam 1 jam setelah aerosolisasi
HASIL
 Ketika AirLyse air purifier dinyalakan pada 500 m³ /jam, densitas konidia Aspergillus di udara
menurun:
 1 Log 10 dalam 7 menit
 2 log10 dalam 14 menit
 5 log10 dalam 34 menit
 Eliminasi 95% konidia di udara diperoleh :
 Dalam 18 menit pada 500 m³ /jam dan 600 m³ /jam.
 Dalam waktu < 16 menit pada 1000 m³ /jam
 Di semua tingkat aliran udara, 99.99% konidia dieliminasi dalam waktu < 30 menit.
 Setelah menyalakan kembali semua kipas angin pada akhir eksperimen, tidak ada peningkatan konidia
terdeteksi.
 Tidak ada perbedaan signifikan antara nilai λ
untuk tingkat aliran udara yang berbeda melalui
AirLyse air purifier (p>0.05)  dekontaminasi
secara kinetik tidak berbeda berdasarkan
kecepatan aliran udara.
 Sebaliknya, nilai λ berbeda secara signifikan
antara kontrol dan tiga tingkat aliran udara
(p<0.001).
DISKUSI
HASIL
 Penghitungan partikel udara berukuran < 1 μm
 Ketika air purifier dinyalakan pada:
 500 m³/jam = penurunan 80.6%
 600 m³/jam = penurunan 88.6%
 1000 m³/jam = penurunan 88.6%
 Air purifier dimatikan: penurunan 45%

 Penghitungan partikel udara berukuran > 1 μm


 Air purifier dinyalakan pada 1000 m³/jam  jumlah partikel = 357,738
 Air purifier dimatikan  jumlah partikel = 812,590
DISKUSI

 Aspergillus fumigatus merupakan fungi yang mengkontaminasi udara dan dapat menyebabkan kematian
pada individu imunokompromais.
 Aspergillus spp. menggambarkan 1-7% total jumlah jamur di lingkungan.
 Konsentrasi di udara antara 1 – 100 konidia / m³ (dalam maupun luar ruangan).
 Konsentrasi dapat mencapai 109 konidia / m³ dalam lingkungan spesifik seperti daerah konstruksi.
 Pengandalian mikroorganisme (airborne) merupakan masalah penting di rumah sakit dan fasilitas
kesehatan, terutama pada saat situasi pembangunan atau renovasi rumah sakit.
 Walaupun sistem pembersihan udara seperti HEPA filter menurunkan kontaminasi mikrobiologi, beberapa
studi mengatakan masih ada bakteri yang berpotensi menginfeksi manusia tertahan di filter tersebut dan
dilepaskan kembali ke udara yang sudah tersaring.
DISKUSI

 Penelitian ini menilai air purifier mobile inovatif dengan prinsip fotokatalisis di kondisi udara dengan
kontaminasi tinggi oleh A.fumigatus.
 Kontaminasi dilakukan dengan aerosolisasi, dan homogenisasi yang terstandarisasi.
 Ruang eksperimen sebesar 60 m³ (seukuran ruangan standar rumah sakit) serta dinding yang licin
(meminimalisir retensi partikel dan mudah dibersihkan).
 Diambil sampel udara pada ketinggian 1.2 m di atas lantai (tinggi rata – rata secara umum dihirup oleh
pasien yang berbaring di tempat tidur, duduk atau berdiri).
DISKUSI

 Hasil penghitungan mikologi secara konsisten dilakukan (antar 4 sudut di ruangan diperiksa setiap
pengambilan sampel.)
 Koefisien Intraclass correlation pada semua contoh, >0.987 (dimana 1.0 mengindikasikan hasil
identik), menunjukkan reliabilitas teknik sampling.
 Namun, dalam penelitian ini menunjukan eliminasi efektif dari AirLyse air purifier. Walaupun dalam
kondisi ekstrim (suasana jenuh dan kontaminasi tinggi A.fumigatus), alat tersebut membersihkan
kontaminan di udara secara cepat dan benar – benar bersih.
DISKUSI

 Temuan mikologi pada sampel udara dikonfirmasi dengan pengukuran partikel (walaupun semua
partikel diukur dengan atau tanpa adanya fungi).
 Kecepatan aliran udara melalui air purifier tidak memiliki efek signifikan pada efikasi, yang secara
cepat mengeliminasi kontaminasi bahkan pada kecepatan minimum (500 m³/jam ).
 Pada aliran udara yang pelan, menghasilkan turbulensi yang lebih sedikit dan lebih tenang; temuan ini
penting untuk kenyamanan pasien dan tenaga medis.
 Juga karena reaksi fotokatalitik terjadi pada suhu lingkungan, alat tersebut tidak menjadi panas
berlebih.
 Mesin tidak berpotensi menimbulkan keracunan karena tidak melepaskan senyawa organik yang
mudah menguap.
DISKUSI

 Keterbatasan penelitian:
 Ruangan sepenuhnya tertutup, tidak seperti ruangan di rumah sakit yang pintunya sering dibuka
tutup.
 Untuk mengatasi keterbatasan ini, dilakukan penyalaan kembali kipas angin pada akhir eksperimen;
ini kemungkinan meresuspensi konidia yang sudah jatuh ke lantai yang dimiripkan dengan keadaan
ketika pintu dibuka dan seperti gerakan – gerakan lainnya.
 Ketika kipas angin dinyalakan kembali, pada pengukuran kontaminasi airborne tidak terjadi
peningkatan, memperlihatkan kontaminan sudah dihancurkan menyeluruh.
DISKUSI

 Aspergillus fumigatus bukan satu – satunya mikroorganisme yang ditularkan melalui udara.
 AirLyse air purifier dikombinasikan dengan proses germisidal nonspesifik dan efektif menangani
berbagai jenis kontaminan.
 Berbagai kondisi lain perlu dilakukan penelitian berdasarkan target patogen, seperti contoh:
 Staphylococcus aureus  karena koloninya terdapat dalam agregasi biofilm, sulit untuk
memproduksi aerosol dari bakteri ini.
 Virus Influenza  pathogen ini tidak tumbuh langsung pada cawan / media kultur.
KESIMPULAN

 Telah dilakukan usaha pada eksperimen ini untuk merancang ruangan seperti kondisi ruangan di rumah
sakit. Walaupun pada kondisi ekstrim, AirLyse air purifier dapat menurunkan beban jamur (fungal
load) pada berbagai kondisi.
 Proses fotokalatisis yang digunakan terbilang tidak mahal dan sistemnya bersifat self-cleaning.
 Dapat digunakan untuk berbagai substrat, memungkinkan penggunaan kembali (reuse) secara terus
menerus.
 AirLyse air purifier mobile dapat menjadi tambahan untuk membersihkan lingkungan rumah sakit dan
secara cepat menurunkan konsentrasi patogen dalam ruangan (indoor).
 Dapat menjadi solusi tambahan dan nyaman untuk pasien yang rentan dan untuk pasien dalam
perawatan dimana rumah sakit sedang di renovasi.
REFERENSI

 Desoubeaux G, Bernard MC, Gros V, Sarradin P, Perrodeau E, Vecellio L, et al. Testing an innovative device against
airborne Aspergillus contamination. Med Mycol. 2014;52(6):584–90.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai