Anda di halaman 1dari 13

Ketetapan yang mengandung

kekurangan/tidak syah
1. Ketetapan itu harus dianggap batal sama
sekali
2. Berlakukanya ketetapan dapat digugat
Peraturan Kebijaksanaan/Beleidsregel
Dapat menimbulkan permasalahan :
1. Yuridis ,
dapat terjadi pemerintah mengeluarkan
kebijaksanaan yg tidak sesuai dg prinsip
neg hukum sehingga asas legalitas
menjadi kurang bermakna.
2. Harus sangat hati-hati karena tidak berada
dlm struktur hierarkis Per UUan.
Norma-norma Peraturan kebijaksanaan

1. Bukan merupakan per UUan.


2. Asas pembatasan dan pengujian terhadap
PerUUan tidak dapat diberlakukan
3. Tidak dapat diuji secara wetmatigheid
4. Batu ujinya adalah AUPB lebih pada
Doelmatigheidnya.
5. Formatnya dapat berbagai bentuk al:
Keputusan, instruksi, SE, Pengumumam dll
Perizinan
Izin (arti luas): berarti suatu persetujuan dari
penguasa berdasarkan peraturan
perundang-undangan untuk
memperbolehkan melakukan tindakan atau
perbuatan ttn yg secara umum dilarang.
Fungsi dan Tujuan Izin
1. Keinginan mengarahkan aktivitas tertentu
(IMB)
2. Mencegah bahaya bagi lingkungan (izin
lingkungan)
3. Keinginan melindungi obyek tertentu (izin
tebang)
4. Hendak membagi benda-benda yg
jumlahnya sedikit (izin penghunian daerah
padat)
5. Pengarah sekaligus penyeleksi orang-
orang dan aktrivitas tertentu (izin praktek)
Penegakkan
Hukum administrasi Negara
Meliputi :
1. Pengawasan
2. Pemberian/Penerapan Sanksi

1. Pengawasan :
George R. Terry Pengawasan adalah menentukan apa yang
telah dicapai, mengevaluasi dan menerapkan tindakan
korektif, jika perlu, memastikan hasil yang sesuai dengan
rencana.

Paulus Effendi Lotulung Pengawasan adalah upaya untuk


menghindari terjadinya kekeliruan-kekeluruanj, baik sengaja
maupun tidak disengaja, sebagai usaha preventif, atau juga
untuk memperbaikinya apabila sudah terjadi kekeliruan itu,
sebagai usaha represif
Relevansi Pengawasan:
Pertama,
Pada umumnya, sarana pengawasan terhadap pemerintah
adalah pemeliharaan atau penjagaan agar negara hukum
kesejahteraan dapat berjalan dengan baik dan dapat pula
membawa kekuasaan pemerintah sebagai penyelenggara
kesejahteraan masyarakat pada pelaksanaan yang baik dan
tetap dalam batas kekuasaannya.

Kedua,
Tolak ukurnya adalah hukum yang mengatur dan membatasi
kekuasaan dan tindakan pemerintah dalam bentuk hukum
material maupun hukum formal (rechtmatigheid), serta
manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat (doelmagiheid),
Ketiga,
Ada pencocokan antara perbuatan dan tolok ukur yang telah
ditetapkan.

Keempat,
Jika terdapat tanda-tanda akan terjadi penyimpangan
terhadap tolok ukur tersebut, dapat dilakukan tindakan
pencegahan.

Kelima,
Apabila dalam pencocokan menunjukan telah terjadi
penyimpangan dari tolok ukur, maka diadakan koreksi
melalui tindakan pembatalan, pemulihan terhadap akibat
yang ditimbulkan dan mendisiplinkan pelaku kekeliruan itu.
Cara-cara Pengawasan

1. Ditinjau dari segi kedudukan badan/orang yang


melaksanakan pengawasan
a. Pengawasan intern
1. Pengawasan Melekat
2. Pengawasan Fungsional
b. Pengawasan Ekstern

2. Ditinjau dari segi waktu


a. Pengawasan Prefentif
b. Pengawasan Represif

3. PDitinjau dari segi obyek yang diawasi


a. Pengawasan dari segi Hukum/ rechmatigheid
b. Pengawasan dari segi kemanfaatannya/dolematigheid
1. Pengawasan Intern dan Pengawasan Ekstern

Pengawasan intern :
adalah pengawasan yang dilakukan oleh satu badan yang secara organisator/struktural masih termasuk dalam lingkungan pemerintahan sendiri.

Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983, pasal 2 ayat (1)


menyebutkan bahwa pengawasan terdiri dari :

a. Pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin/atasan


langsung baik di tingkat Pusat maupun di tingkat
Daerah. (Pengawasan Melekat)
b. Pengawasan yang dilakukan secara fungsional oleh
aparat pengawasan
Pengawasan fungsional, menurut Ps 4 ayat (4) Bab II Inpres
No. 15 Tahun 1983, dilakukan oleh :
a. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
b. Inspektoran Jenderal Departemen, Aparat Pengawasan
Lembaga Pemerintahan non Departemen/Instansi Pemerintah
lainnya
c. Inspektorat Wilayah Propinsi
d. inspektorat Wilayah Kabupaten/Kotamadya
e. BAWASDA

Khusus terhadap perbuatan pemerintah di bidang freies


Ermessen dilakukan pengawasan baik oleh instansi yang
berbuat sendiri atau oleh instansi atasannya. Dalam hal ini
terdapat beberapa kemungkinan:
a. Kemungkinan pengawasan formal, misalnya prosedur
keberatan, hak petisi, banding administratif
b. Kemungkinan pengawasan informal seperti langkah-
langkah evaluasi dan penangguhan
Pengawasan ekstern :
adalah pengawasan yang dilakukan oleh organ/lembaga secara
organisatoris/struktural berada di luar Pemerintah (dalam arti eksekutif).
Sebagai contoh, BPK

2. Pengawasan dilihat dari segi waktu adalah Pengawasan Preventif dan


Pengawasan Represif

Pengawasan preventif yakni pengawasan yang dilakukan sebelum


dikeluarkannya suatu peraturan/keputusan kepala daerah ,dinamakan
juga pengawasan a priori.

Pengawasan represif, yakni pengawasan yang dilakukan sesudah


dikeluarkannya keputusan/ketetapan Pemerintah, sehingga disebut
aposteriori.

Pengawasan represif :
(1) Pengawasan represif dilakukan terhadap semua Peraturan Daerah dan
Keputusan Kepala Daerah
(2) Pengawasan represif berwujud penangguhan atau pembatalan atas
Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah yang bertentangan
dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi tingkatannya. Penangguhan atau pembatalan itu dilakukan
oleh pejabat yang berwenang.
Ad. 3. .
a. Pengawasan Dari segi Hukum/rechmatigheid
Dimaksudkan untuk menilai segi-segi atau pertimbangan yang
bersifat hukumnya saja (legalitas) yaitu pengawasan dari segi hukum
terhadap perbuatan pemerintah segi rechtmatigheid,
Pengawasan dari segi hukum merupakan penilaian tentang
sah/tidaknya suatu perbuatan pemerintah yang menimbulkan akibat
hukum. Pengawasan demikian biasanya dilakukan oleh peradilan.

b. Pengawasan dari segi kemanfaatan/doelmatigheid


Dimaksudkan untuk menilai benar tidaknya perbuatan pemerintah itu
dari segi atau pertimbangan kemanfaatannya.

Pengawasan oleh Peradilan dalam Hukum Administrasi mempunyai


ciri-ciri :
1. Ekstern karena dilakukan oleh suatu badan atau lembaga diluar
pemerintahan .
2. A-posteriori karena selalu dilakukan sesudah terjadinya perbuatan
yang dikontrol.
3. Kontrol dari segi hukum karena hanya menilai dari segi hukumnya
saja

Anda mungkin juga menyukai