Anda di halaman 1dari 29

PERTEMUAN KE-9

HUKUM TATANEGARA
KEKUASAAN PEMERINTAH
ABDULLAH FIKRI, S.H.I., M.S.I.
Konsep Dasar Kekuasaan
• Negara adalah sebuah organisasi kekuasaan.
Kekuasaan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga tujuan negara da
pat tercapai.
Karena itu, di dalam setiap negara pasti terdapat berbagai jenis kekuasa
an.
Persoalannya adalah apakah semua kekuasaan itu legal, diterima oleh 
mereka yang dikuasai.
Jika diterima, kekuasaan itu memiliki legitimasi; jika tidak, kekuasaan
itu tidak memiliki legitimasi.
Persoalan lebih lanjut adalah apa dasarnya sehingga kekuasan itu diteri
ma oleh mereka yang dikuasai.
Dalam studi tentang legitimasi kekuasan, dikenal tiga kelompok teori ya
ng berusaha memberi jawaban atas pertanyaan tersebut, yaitu kelompo
k teori tentang pembenaran negara, kedaulatan, dan sahnya kekuasaan.
Kedaulatan Hukum Sebagai Kekuasaan
• Teori kedaulatan hukum merupakan penyangkalan terhadap teori
kedaulatan negara.
• Dalam teori kedaulatan negara, hukum ditempatkan di bawah negara,
sehingga negara tidak tunduk kepada hukum.
• Krabbe mengemukakan, bahwa kekuasaan tertinggi tidak pada raja dan
negara, tetapi berada pada hukum, yang bersumber kepada kesadaran
hukum setiap orang.
• Oleh sebab itu, kesadaran hukum ini terjelma ke dalam naluri hukum
(Rechts instink) di dalam negara melalui adanya lembaga legislatif. Dengan
demikian, lembaga legislatif, yang populer disebut parlemen, hanyalah
suatu lembaga atau alat untuk menjelmakan kesadaran hukum dari rakyat.


Kedaulatan Rakyat Sebagai Kekuasaan
Tokoh yang populer: Jean Jaques Roosseau
Natural liberty menjadi civil liberty
Kedaulatan berada pada hasil kesepakatan bersama berdasarkan pada
kontrak sosial
kekuasaan tertinggi  berada di tangan rakyat, yang diselenggarakan melalui
 badan perwakilan berdasarkan suara terbanyak
(general willvolonte generale).
Kedaulatan rakyat berdasarkan pada konsensus bersama yang dituangkan
dalambentuk aturan-aturan hukum.
Kekuasaan tertinggi yang diperolehberasal darilegitimasi rakyat sebagai
kristalisasi dari sosial politik suatu masyarakat di Negara tertentu, juga
didasarkan pada legalitas hukum, baik secara materiil maupun formil,
sesuai dengan hukum dasar di suatu negara (konstitusi).
Struktur Lembaga Negara Pra Amandemen
UUD 1945
• Bangunan struktur ketatanegaraan Indonesia
pra amandemen UUD 1945 adalah adanya
hierarki lembaga negara, yaitu adanya
lembaga tertinggi (MPR) dan lembaga tinggi
negara.
• Presiden sebagai mandataris MPR.
• MPR dinilai sebagai penjelmaan dari
kedaulatan rakyat.
Pasca Amandemen UUD 1945
• Amandemen UUD 1945 mengubah struktur ketatanegaraan Indonesia sangat
luas.
• Dihilangkannya hierarki kelembagaan negara yang semula ada lembaga tertinggi
menjadi seluruh lembaga negara memiliki kedudukan yang sama sebagai
lembaga tinggi negara. MPR bukan lagi sebagai lembaga tertinggi negara.
• Lahirnya Mahkamah Konstitusi sebagai terobosan Indonesia sebagai
negarahukum modern.
• Presiden menjalankan pemerintahan bukan berdasarkan pada posisinya sebagai
mandataris MPR lagi dan bertanggungjawab kepada MPR, akan tetapi presiden
menjalankan pemerintahan berdasarkan pada UUD 1945.
• Perubahan ini menunjukkan adanya kekuatan demokrasi konstitusi, sehingga
kedaulatan rakyat diwujudkan dalam bentuk konsensus konstitusi, sehingga
konstitusi dijadikan sebagai ruh negara hukum Indonesia sekaligus negara
demokrasi.
Negara Hukum
• Menurut Frans Magnis Suseno negara hukum
memiliki ciri berikut:
• 1) kekuasaannya dijalankan sesuai dengan hukum
positif yang berlaku;
• 2) kegiatan negara berada di bawah kontrol
kekuasaan kehakiman yang efektif;
• 3) berdasarkan sebuah undang-undang dasar
yang menjamin hak-hak asasi manusia;
• 4) adanya pembagian kekuasaan.
Penjelasan
• Kekuasaan pemerintahan dijalankan atas dasar
kerangka konstitusi dan perundang-Undangan.
• Mekanisme check and balances menjadi mesin
ketatanegaraan untuk tidak melegitimasi
adanya lembaga negara yang lebih tinggi.
• Pemisahan kekuasaan ataupun pembagian
kekuasaan dilakukan sesuai dengan konstitusi
yang menjadi ruh dalam sebuah negara hukum.
Kekuasaan Pemerintahan Negara
Konsepsi Kekuasaan Pemerintahan Negara
Penjelasan
• Kekuasaan pemerintahan merupakan objek dari administrasi
negara.
• Pemerintahan dalam makna materiil adalah kekuasaan negara
yang tidak mencakup kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudikatif.
• Pemerintahan dalam makna formal adalah bentuk tertentu
tindakan pemerintahan.
• Dengan demikian, kekuasaan pemerintahan tidak hanya dipahami
hanya sebagai kekuasaan eksekutif saja, melainkan memiliki
keluasan cakupan dalam menjalankan kekuasaan yang diatur
secara konstitusional.
• Dengan kata lain, kekuasaan pemerintahan tidak hanya “rule
executing” saja, namun juga termasuk “rule making”.
Lanjutan
• Dalm konteks Indonesia, maka kekuasaan
pemerintahan yang dalam hal ini
direpresentasikan oleh presiden, memiliki
kewenanganan-kewenangnaan yang tidak
hanya bersifat kekuasaan eksekutif.
• Di dalam beberapa sebaran pasal pada UUD
1945, tergambarkan kewenangan presiden
sebagai pemerintahan eksekutif memiliki
kewenangan terkait dengan kekuasaan legislatif.
Gambaran Kekuasaan Pemerintahan dalam
UUD 1945
• Pasal 4 (1): Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
• Pasal 5 (1): berhak mengajukan RUU kepada DPR
• Pasal 5 (2): Menetapkan peraturan pemerintah
• Pasal 9 (1): Memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti
kepada Nusa dan Bangsa
• Pasal 10: memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU
• Pasal 11 (1) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara laindengan persetujuan DPR
• [Pasal 11 (1)****];
• Pasal 11(2): membuat perjanjian internasional lainnya… dengan persetujuan DPR
• Pasal 16: membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden
• Pasal 17 (2): pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri
• Pasal 20 (2): pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR
• Pasal 20 (4): serta pengesahan RUU [Pasal 20 (4)*];
• Pasal 22 (1): hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan yang memaksa
• Pasal 23 (2): pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD
• Pasal 23 F (1): peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD
• Pasal 24 A (3): penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR
• Pasal 24 B (3): pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR
• Pasal 24 C (3): pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan penetapan sembilan orang anggota hakim konstitusi
Presiden Pemegang Kekuasaan Pemerintahan
Negara
• Berdasarkan konsepsi dan gambaran pasal-pasal dalam UUD 1945,
menunjukkan beberapa hal terkait presiden.
• Pertama; Presiden sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala
negara. Hal ini menunjukkan bahwa presiden memiliki kewenangan sebagai
lembaga yang menjalankan roda pemerintahan sekaligus memiliki kewenangan
untuk menjalankan kewenangan-kewenangan sebagai kepala negara.
• Kedua; Kekuasaan pemerintahan yang dimiliki presiden tidak hanya terbatas
pada kekuasaan eksekutif saja, melainkan juga memiliki kekuasaan legislatif
(lihat pasal 20).
• Ketiga; Presiden diberikan kekuasaan tertinggi sebagai panglima, dengan
demikian segala sumber daya militer dimiliki oleh presiden dan berwenang
untuk digunakan demi kepentingan negara.
• Keempat; Presiden menguasai segala sumber daya yang ada di negara,
sehingga penting untuk diberikan pembatasan kekuasaan.
Tugas
• Untuk lebih memahami dan pengayaan
materikekuasaan pemerintahan negara,
kerjakan tugas kelompok dengan membedah
tiap-tiap lembaga negara.
PERTEMUAN KE-13
SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA
Istilah Lembaga Negara
“Lembaga negara” tidak hanya memiliki satu
kata istilah.
Ada yang menyebutnya organ negara, lembaga
negara, alat kelengkapan negara.
Inggris menyebutnya “political institution”,
Belanda “staat organen”
Sumber Pembentukan Lembaga Negara
G. Jellinek mengklasifikasikan tipe lembaga negara / alat kelengkapan negara,
yaitu “mittelbare organ” (lembaga negara yang bersumber dari konstitusi) dan
“unmittelbare organ” (lembaga negara yang bukan bersumber dari konstitusi).
Konsep ini akan berkaitan dengan sumber pembentukan lembaga negara dalam
konteks ke-Indonesiaan.
Dasar hukum pembentukan lembaga negara berasal dari 3 sumber hukum,
yaitu pembentukan lembaga negara yang didasarkan pada UUD 1945,
pembentukan lembaga negara yang bersumber dari Undang-Undang, dan
pembentukan lembaga negara bersumber dari Keputusan Presiden (KEPRES).
Selain itu, dalam konteks pemberian kewenangan lembaga negara ada yang
diberikan berdasarkan pada UUD 1945 (pembentukan lembaga negara dan
wewenangnya), ada pula pembentukan lembaga negara oleh UUD 1945 namun
kewenangan diberikan oleh Undang-Undang, ada pula pembentukan lembaga
negara dan kewenangannya diberikanoleh Undang-Undang.
Teori Jenis Lembaga Negara
• a. Lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945 (constituanally
entrusted power)
• b. lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh norma hukum lainnya
(legislatively entrusted power).
Tingkatan dan Jenis Kekuasaan Lembaga
Negara
• Titik Triwulan Tutik:
• 1) Kekuasaan eksaminatif (inspektif) yaitu Badan Pemeriksa
Keuangan;
• 2) Kekuasaan legislatif yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) yang tersusun atas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
• 3) Kekuasaan eksekutif (pemerintahan negara) yaitu Presiden
dan Wakil Presiden;
• 4) Kekuasaan kehakiman (yudikatif) yaitu Mahkamah Agung
dan Mahkamah Konstitusi;
• 5) Lembaga negara bantu (the auxilary body).
Lanjutan
• Menurut Jimly terdapat empat tingkatan kelembagaan:
• 1. Lembaga yang dibentuk berdasarkan UUD yang diatur dan
ditentukan lebih lanjut dalam atau dengan Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden;
• 2. Lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang yang diatur
atau ditentukan lebih lanjut dalam atau dengan Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, dan Keputusan Presiden;
• 3. Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah atau
Peraturan Presiden yang ditentukan lebih lanjut dengan Keputusan
Presiden;
• 4. Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri yang
ditentukan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri atau keputusan
pejabat di bawah menteri.
Sengketa
• Menurut J.G Merilis, sengketa adalah perselisihan
mengenai masalah fakta, hukum atau politik dimana
tuntutan atau pernyataan suatu pihak ditolak,
dituntut balik atau diingkari pihak lain.
• Pasal 1 angka 7 Peraturan Mahkamah Konstitusi
Nomor 08/PMK/ 2006 menentukan bahwa
“Sengketa adalah perselisihan atau perbedaan
pendapat yang berkaitan dengan pelaksanaan
kewenangan antara dua atau lebih lembaga negara”.
Unsur-unsur Sengketa
• 1. selalu melibatkan dua pihak atau lebih;
• 2. pihak yang satu menghendaki pihak yang
lain untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu;
• 3. pihak lain yang diminta untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu itu menolak untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
SKLN di Indonesia
• Dasar hukum:
• Pasal 24 C (1) mengenai salah satu kewenangan
Mahkamah Konstitusi adalah: “memutus sengketa
kewenangan antar lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar”
• UU No. 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi
Pasal 10 (1) yang merumuskan kembali kewenangan MK
sesuai dengan UUD 1945 mengenai memeriksa,
mengadili dan memutus sengketa kewenangan lembaga
negara.
Syarat kumulatif
• UU MK Pasal 61 (1) menyatakan: “Pemohon adalah lembaga negara
yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang mempunyai kepentingan
langsung terhadap kewenangan yang dipersengketakan”
• Artinya bahwa dalam mengajukan permohonan untuk memeriksa
dan mengadili Sengketa Kewenangan Lembaga Negara pemohon
harus memenuhi syarat “lembaga negara tersebut dibentuk oleh
Undang-Undang Dasar dan kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar”.
• Adanya kewenangan konstitusional yang ditentukan oleh Undang-
Undang Dasar dan sengketa kewenangan tersebut timbul akibat
perbedaan penafsiran diantara dua atau lebih lembaga negara yang
terkait menjadi syarat untuk dilakukannya permohonan SKLN.
Subjectum Litis dan Objectum Litis
• subjectum litis (mempunyai legal standing untuk mengajukan
permohonan kepada Mahkamah Konstitusi), yaitu lembaga
negara yang disebut langsung di dalam UUD NRI Tahun 1945 atau
lembaga yang biasa disebut sebagai organ konstitusi.
• objectum litis: “kewenangan lembaga negara tersebut harus
kewenangan yang diberikan oleh UUD NRI Tahun 1945.”
• Ditinjau dari subjectum litis, maka ada 28 lembaga negara yang
dapat mengajukan SKLN, namun jika ditinjau dari objectum litis,
maka 28 lembaga negara tersebut tidak semua dapat melakukan.
Dengan demikian syarat subjectum litis dan ojectum litis harus
terpenuhi.

PeraturanMahkamah Konstitusi No 8 /2006

• Lihat PMK tersebut tentanglembaga negara


apa saja yang dapat bertindak dalam SKLN
Diskusi dan penugasan
SELAMAT BELAJAR GOOD LUCK FOR YOU

Anda mungkin juga menyukai