Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal
buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam
tubuh. Rata – rata manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama
proses hemodialisa hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk proses
hemodialisa dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari tubuh dapat keluar
dan disaring oleh dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh.
F. Komplikasi Hemodialisa
1. Kram Otot
2. Hipotensi
3. Aritmia
4. Sindrom Ketidakseimbangan Dialisa
5. Hipoksemia
6. Perdarahan
7. Gangguan Pencernaan
8. Pembekuan Darah
Konsep Hidronefrosis
A. Pengertian
Hidronefrosis merupakan dilatasi abnormal pelvis renal dan kaliks pada satu atau kedua ginjal yang
disebabkan oleh obstruksi aliran urin dalam traktus genitourinari.
B. Etiologi
• Batu ginjal yang keluar dari ginjal dan menyumbat ureter
• Kanker atau tumor di sekitar saluran kemih, kandung kemih, panggul, atau perut
• Gumpalan darah yang terbentuk di ginjal atau ureter
• Jaringan parut yang muncul akibat infeksi, operasi, atau radioterapi, sehingga menyebabkan
penyempitan pada ureter
• Vesicoureteral reflux (VUR), yaitu kondisi ketika urine dari kandung kemih kembali ke ginjal, bisa
akibat kelainan bawaan lahir, pembesaran prostat, atau penyempitan lubang saluran kemih (uretra)
• Prolaps uteri atau turun peranakan
• Gangguan pada saraf atau otot kandung kemih
• Retensi urin
• Kehamilan
C. Patofisiologi
Obstruksi pada aliran urin yang keluar dan tekanan balik mengakibatkan perubahan filtrasi glomerulus, hemodinamik
ginjal dan fungsi tubulus ginjal, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi fungsi ginjal secara keseluruhan.
Tekanan balik pada obstruksi aliran urin akut akan menyebabkan meningkatkan tekanan intratubular ginjal. Hal ini
pertama kali akan mempengaruhi parameter fungsi ginjal yang paling sensitif yaitu laju filtrasi glomerulus (GFR).
Peningkatan tekanan intra tubular dapat menurunkan GFR, diamana pada tahap awal dikompensasi oleh peningkatan
aliran darah ginjal yang dimediasi oleh dilatasi arteriol aferen. Dilatasi arteriol aferen terjadi karena mekanisme umpan balik
tubulo-glomerulus yang dibawa oleh PGE2 dan oksida nitrat, yang dilepaskan oleh ginjal karena peningkatan tekanan tubulus.
Perubahan tekanan interstisial ginjal dan penurunan transpor natrium ke makula densa juga menambah dilatasi dan
akibatnya meningkatkan aliran darah di arteriol aferen. Penelitian menunjukkan bahwa jika obstruksi berlanjut lebih dari 24
jam, aliran darah ginjal dan GFR mulai menurun karena peningkatan resistensi arteriol aferen ginjal.
Perubahan aliran darah ginjal menyebabkan sebagian besar korteks ginjal akan mengalami kekurangan perfusi, yang selanjutnya
mengurangi GFR. Dengan obstruksi progresif, vasokonstriktor ginjal seperti rennin, TXA2, endotelin akan dilepaskan yang
selanjutnya menurunkan aliran darah ginjal yang menyebabkan penurunan GFR di kemudian hari.
Sistem pengumpul ginjal juga secara progresif membesar dan menekan parenkim ginjal. Tekanan yang berlanjut pada
parenkim ginjal ini mengakibatkan fibrosis tubulointerstitial permanen dan progresif, apoptosis dan atrofi tubulus, inflamasi
interstisial dan kehilangan nefron permanen.
Peningkatan tekanan ureter menyebabkan peningkatan aliran balik pyelo-vena dan pyelo-limfatik. Pada pelvis intrarenal,
derajat dilatasi dibatasi oleh parenkim ginjal yang berdekatan.
Luasnya perubahan ini tergantung pada onset, durasi dan luasnya obstruksi. Sementara periode singkat dari obstruksi
tersebut dapat reversibel dengan sedikit atau tanpa perubahan anatomi, obstruksi saluran kemih kronis sebaliknya dapat sangat
menurunkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urin, mengangkut elektrolit dan menjaga keseimbangan asam basa.
D. Tanda dan Gejala
• Nyeri di punggung dan panggul, yang dapat menjalar ke perut bagian bawah atau selangkangan
• Mual dan muntah
• Nyeri saat buang air kecil (disuria)
• Hematuria
• Kelelahan atau malaise
• Jarang buang air kecil
• Tidak bisa mengosongkan kandung kemih sepenuhnya
• Gejala infeksi saluran kemih, yaitu urine berwarna gelap, aliran urine lemah, menggigil, demam, atau rasa terbakar saat mengeluarkan urine
E. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan darah dan urin
2. Pemeriksaan pencitraan
3. USG
4. Intravena Urografi (IVU)
5. Retrograde & Mikturasi Cystourethrography
6. CT scan
7. Cysto-urethroscopy
F. Penatalaksanaan
8. Kateterisasi
9. Obat-obatan
10. Pembedahan
Resume Asuhan Keperawatan
• IDENTITAS
• PASIEN
• Nama : Tn. A
• Tanggal lahir (umur) : Pinrang, 02/11/1951 (71 tahun)
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Status perkawinan : Kawin
• Agama/suku : Islam/Bugis
• Warga negara : WNI
• Bahasa yang digunakan : Indonesia
• Pendidikan : SLTA
• Pekerjaan : Pensiunan
• Alamat : Jalan Tidung 1 STP 2, Kota Makassar.
• PENANGGUNG JAWAB
• Nama : Ny. H
• Alamat : Jalan Tidung 1 STP 2, Kota Makassar.
• Hubungan dengan pasien : Istri
• DATA MEDIK
• Dikirim oleh : IGD
• Diagnosa Medik : Hidronefrosis
• Pengunaan alat medik : Terpasang ABL dan VBL pada tangan kanan
• KEADAAN UMUM
• KEADAAN SAKIT : Pasien tampak terbaring lemas, terpasang ABL dan VBL pada
tangan kanan.
• KELUHAN UTAMA: Nyeri pada pinggang sebelah kanan
• RIWAYAT KELUHAN UTAMA:
• Tanggal 03/03/2023 pasien masuk RS. Hermina Makassar dengan keluhan nyeri
pada pinggang sebelah kanan, susah BAK, ada riwayat keluar batu saat BAK ± 2
bulan yang lalu, kemudian pada tanggal 05/03/2023 pasien dirujuk ke RS.
Wahidin untuk penanganan selanjutnya.
• TANDA-TANDA VITAL
• Kesadaran
• Kualitatif : Composmentis
• Kuantitatif : E4 M6 V5
• Tekanan Darah : 147/90 mmHg
• Suhu : 36,2°C
• Nadi : 80 x/menit
• Pernapasan frekuensi : 18 x/menit
• SPO2 : 98 %
• PENGUKURAN
• Tingi Badan : 155 cm
• Berat Badan : 50 kg
• Indeks Massa Tubuh : 20,83 kg/m2 (normal)
Genogram
GI
GII
GIII
Generasi I : Kakek dan nenek Pasien telah
71 meninggal dunia dan tidak memiliki riwayat
penyakit yang sama dengan pasien
Generasi II : Kedua orang tua pasien telah
meninggal, penyebab kematian keduanya tidak
diketahui.
Generasi III : Pasien merupakan anak
pertama dari 4 bersaudara, saudara ke 3 dan ke
4 telah meninggal dunia. Saat ini pasien tinggal
bersama istri dan kedua anaknya.
• KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN-PEMELIHARAAN KESEHATAN
Riwayat penyakit yang pernah di alami : Batu Ginjal
• Riwayat kesehatan sekarang :
Data subyektif Data obyektif
4 4
4 4
Columna vertebralis
• Inspeksi kelainan bentuk: Tidak ada kelainan
• Palpasi
• Nyeri tekan : Positif
• N.III-IV-VI: pasien mampu mengunyah dengan
baik, pasien mampu mengangkat
kelopak mata ke atas, pasien
mampu melirik ke sebelah kiri dan
kanan.
• N.VIII : Pendengaran kurang baik
• N.XI : Pasien mampu berbicara dengan
orang lain, pasien menggerakkan
kepala ke kiri dan ke kanan
• Kaku kuduk : Negatif
KAJIAN POLA TIDUR
Data subyektif Data obyektif
Telah dilakukan pemeriksaan MSCT Scan Abdomen tanpa kontras irisan axial reformat sagittal
dan coronal dengan hasil sebagai berikut :
• Ginjal kanan : ukuran ± 10.86 cm, bentuk dan densitas perenkim dalam batas normal.
Tampak dilatasi PCS disertai calyx yang blunting. Multiple densitas batu (243 HU) dengan
berbagai ukuran dengan salah satu ukuran terbesar ± 0.93 x 0.64 cm pada pole bawah.
• Ginjal kiri ; ukuran ± 7.54 cm, bentuk dalam batas normal. Lesi hipodens (11HU) berbatas
tegas, tepi regular, non kalsifikasi dengan ukuran ± 0.94 x1.11 cm. tidak tampak dilatasi PCS
• Ureter kanan : dilatasi proximal hingga 1/3 mid ureter. Densitas batu (86HU) pada 1/3 mid
ureter setinggi level CV L4 dengan diameter ± 0.55 cm
• Ureter kiri : tidak tampak dilatasi caliber lumen. Tidak tampak densitas batu
• Vesica urinaria : mucosa regular, dinding tidak menebal, tidak tampak densitas batu/mass
• Prostat : ukuran dan densitas parenkim dalam batas normal
• Tidak tampak pembesaran KGB paraaorta abdominalis. Klasifikasi pada aorta abdominalis
(Atherosclerosis aorta abdominalis)
• Tidak tampak densitas cairan bebas pada cavum peritoneum
• Osteofit pada CV thoracolumbalis (spondylosis thoracolumbalis). Lesi sklerotik disertai defek
pada endplate inferior CV L4 dan endplate superior CV L5 (Schmorl’s node). Tulang-tulang
lainnya intak.
TERAPI OBAT-OBATAN
No Nama Obat Golongan Fungsi
1 Ceftriaxone inj 1 gr/12 Antibiotik Mengobati dan mencegah infeksi yang disebabkan oleh
jam/IV bakteri
2 Omeprazole inj 40 mg/12 jam/ IV H2 Bloker Menurunkan kadar asam lambung berlebih
4 Nefroseteril 250 cc/24 jam/drips Obat keras Asupan asam amino yang seimbang pada gagal ginjal
akut dan kronik
1. Pasien mengatakan nyeri pada pinggang sebelah kanan 1. Pasien tampak lemah
2. Pasien mengatakan nyeri saat BAK dengan volume urine 2. Pasien tampak meringis
sedikit 3. Kadar ureum 81 mg/dl
3. Pengkajian nyeri 4. Kadar keratinin 2.10 mg/dl
P: Batu ginjal 5. TTV
Q: Tertusuk-tusuk TD: 147/90 mmHg
R: Pinggang kanan N: 80x/menit
S: Skala nyeri NRS 3 P: 18 x/menit
T: Hilang timbul S: 36.20C
6. Terpasang IVFD NaCl 20 tpm
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS Faktor predisposisi
1.Pasien mengatakan nyeri pada pinggang sebelah kanan Obstruksi
2.Pasien mengatakan nyeri saat BAK dengan volume urine sedikit Urine mengalir balik
3. Pengkajian nyeri
P: Batu ginjal Hidronefrosis
Q: Tertusuk-tusuk
Tekanan diginjal meningkat
R: Pinggang kanan
S: Skala nyeri NRS 3
T: Hilang timbul Abses/inflamasi Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera
DO Fisik
Nyeri akut
1.Pasien tampak lemah
2.Pasien tampak meringis
3.TTV
TD: 147/90 mmHg
N: 80x/menit
P: 18 x/menit
S: 36.20C
DS Faktor predisposisi
1. Pasien mengatakan nyeri saat BAK dengan volume urine sedikit Obstruksi
DO
Urine mengalir balik
1.Kadar ureum 81 mg/dl
2.Kadar keratinin 2.10 mg/dl Penutupan saluran kemih
3.TTV : TD 147/90 mmHg, N 80x/I, P 18x/I, S 36,2 0C.
Oliguri
Gangguan pola BAK
Resiko perfusi renal tidak efektif berhubungan
Resiko perfusi renal tidak efektif dengan disfungsi ginjal
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN