Anda di halaman 1dari 28

Resume Asuhan Keperawatan Pada

Tn. A Dengan Kasus Hidronefrosis


Diruang Hemodialisa RSWS Makassar

Oleh Iswan Lamaga


22.04.017
Konsep Hemodialisa
A. Pengertian
Hemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat
beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi
membrane yang selektif-permeabel dimana melalui membrane tersebut fusi zat-zat
yang tidak dikehendaki terjadi.
B. Indikasi
1. Indikasi Segera
Koma, perikarditis, atau efusi pericardium, neuropati perifer, hiperkalemi,
hipertensi maligna, over hidrasi atau edema paru, oliguri berat atau anuria.
2. Indikasi Dini
a. Gejala Uremia
b. Laboratorium Abnormal
C. Tujuan
• 1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
• 2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
• 3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
• 4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
D. Peralatan Hemodialisa
1. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)
a. ABL
b. VBL
2. Dializer /ginjal buatan
3. Air Water Treatment
4. Larutan Dialisat
5. Mesin Hemodialisa
E. Proses Hemodialisa

Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal
buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam
tubuh. Rata – rata manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama
proses hemodialisa hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk proses
hemodialisa dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari tubuh dapat keluar
dan disaring oleh dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh.
F. Komplikasi Hemodialisa

1. Kram Otot
2. Hipotensi
3. Aritmia
4. Sindrom Ketidakseimbangan Dialisa
5. Hipoksemia
6. Perdarahan
7. Gangguan Pencernaan
8. Pembekuan Darah
Konsep Hidronefrosis
A. Pengertian
Hidronefrosis merupakan dilatasi abnormal pelvis renal dan kaliks pada satu atau kedua ginjal yang
disebabkan oleh obstruksi aliran urin dalam traktus genitourinari.
B. Etiologi
• Batu ginjal yang keluar dari ginjal dan menyumbat ureter
• Kanker atau tumor di sekitar saluran kemih, kandung kemih, panggul, atau perut
• Gumpalan darah yang terbentuk di ginjal atau ureter
• Jaringan parut yang muncul akibat infeksi, operasi, atau radioterapi, sehingga menyebabkan
penyempitan pada ureter
• Vesicoureteral reflux (VUR), yaitu kondisi ketika urine dari kandung kemih kembali ke ginjal, bisa
akibat kelainan bawaan lahir, pembesaran prostat, atau penyempitan lubang saluran kemih (uretra)
• Prolaps uteri atau turun peranakan
• Gangguan pada saraf atau otot kandung kemih
• Retensi urin
• Kehamilan
C. Patofisiologi
Obstruksi pada aliran urin yang keluar dan tekanan balik mengakibatkan perubahan filtrasi glomerulus, hemodinamik
ginjal dan fungsi tubulus ginjal, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi fungsi ginjal secara keseluruhan.
Tekanan balik pada obstruksi aliran urin akut akan menyebabkan meningkatkan tekanan intratubular ginjal. Hal ini
pertama kali akan mempengaruhi parameter fungsi ginjal yang paling sensitif yaitu laju filtrasi glomerulus (GFR).
Peningkatan tekanan intra tubular dapat menurunkan GFR,  diamana pada tahap awal dikompensasi oleh peningkatan
aliran darah ginjal yang dimediasi oleh dilatasi arteriol aferen. Dilatasi arteriol aferen terjadi karena mekanisme umpan balik
tubulo-glomerulus yang dibawa oleh PGE2 dan oksida nitrat, yang dilepaskan oleh ginjal karena peningkatan tekanan tubulus.
Perubahan tekanan interstisial ginjal dan penurunan transpor natrium ke makula densa juga menambah dilatasi dan
akibatnya meningkatkan aliran darah di arteriol aferen. Penelitian menunjukkan bahwa jika obstruksi berlanjut lebih dari 24
jam, aliran darah ginjal dan GFR mulai menurun karena peningkatan resistensi arteriol aferen ginjal.
Perubahan aliran darah ginjal menyebabkan sebagian besar korteks ginjal akan mengalami kekurangan perfusi, yang selanjutnya
mengurangi GFR. Dengan obstruksi progresif, vasokonstriktor ginjal seperti rennin, TXA2, endotelin akan dilepaskan yang
selanjutnya menurunkan aliran darah ginjal yang menyebabkan penurunan GFR di kemudian hari.
Sistem pengumpul ginjal juga secara progresif membesar dan menekan parenkim ginjal. Tekanan yang berlanjut pada
parenkim ginjal ini mengakibatkan fibrosis tubulointerstitial permanen dan progresif, apoptosis dan atrofi tubulus, inflamasi
interstisial dan kehilangan nefron permanen.
Peningkatan tekanan ureter menyebabkan peningkatan aliran balik pyelo-vena dan pyelo-limfatik. Pada pelvis intrarenal,
derajat dilatasi dibatasi oleh parenkim ginjal yang berdekatan.
Luasnya perubahan ini tergantung pada onset, durasi dan luasnya obstruksi. Sementara periode singkat dari obstruksi
tersebut dapat reversibel dengan sedikit atau tanpa perubahan anatomi, obstruksi saluran kemih kronis sebaliknya dapat sangat
menurunkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urin, mengangkut elektrolit dan menjaga keseimbangan asam basa.
D. Tanda dan Gejala
• Nyeri di punggung dan panggul, yang dapat menjalar ke perut bagian bawah atau selangkangan
• Mual dan muntah
• Nyeri saat buang air kecil (disuria)
• Hematuria
• Kelelahan atau malaise
• Jarang buang air kecil
• Tidak bisa mengosongkan kandung kemih sepenuhnya
• Gejala infeksi saluran kemih, yaitu urine berwarna gelap, aliran urine lemah, menggigil, demam, atau rasa terbakar saat mengeluarkan urine
E. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan darah dan urin
2. Pemeriksaan pencitraan
3. USG
4. Intravena Urografi (IVU)
5. Retrograde & Mikturasi Cystourethrography 
6. CT scan
7. Cysto-urethroscopy 
F. Penatalaksanaan
8. Kateterisasi
9. Obat-obatan
10. Pembedahan
Resume Asuhan Keperawatan
• IDENTITAS
• PASIEN
• Nama : Tn. A
• Tanggal lahir (umur) : Pinrang, 02/11/1951 (71 tahun)
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Status perkawinan : Kawin
• Agama/suku : Islam/Bugis
• Warga negara : WNI
• Bahasa yang digunakan : Indonesia
• Pendidikan : SLTA
• Pekerjaan : Pensiunan
• Alamat : Jalan Tidung 1 STP 2, Kota Makassar.
• PENANGGUNG JAWAB
• Nama : Ny. H
• Alamat : Jalan Tidung 1 STP 2, Kota Makassar.
• Hubungan dengan pasien : Istri
• DATA MEDIK
• Dikirim oleh : IGD
• Diagnosa Medik : Hidronefrosis
• Pengunaan alat medik : Terpasang ABL dan VBL pada tangan kanan
• KEADAAN UMUM
• KEADAAN SAKIT : Pasien tampak terbaring lemas, terpasang ABL dan VBL pada
tangan kanan.
• KELUHAN UTAMA: Nyeri pada pinggang sebelah kanan
• RIWAYAT KELUHAN UTAMA:
• Tanggal 03/03/2023 pasien masuk RS. Hermina Makassar dengan keluhan nyeri
pada pinggang sebelah kanan, susah BAK, ada riwayat keluar batu saat BAK ± 2
bulan yang lalu, kemudian pada tanggal 05/03/2023 pasien dirujuk ke RS.
Wahidin untuk penanganan selanjutnya.
• TANDA-TANDA VITAL
• Kesadaran
• Kualitatif : Composmentis
• Kuantitatif : E4 M6 V5
• Tekanan Darah : 147/90 mmHg
• Suhu : 36,2°C
• Nadi : 80 x/menit
• Pernapasan frekuensi : 18 x/menit
• SPO2 : 98 %
• PENGUKURAN
• Tingi Badan : 155 cm
• Berat Badan : 50 kg
• Indeks Massa Tubuh : 20,83 kg/m2 (normal)
Genogram
GI

GII

GIII
Generasi I : Kakek dan nenek Pasien telah
71 meninggal dunia dan tidak memiliki riwayat
penyakit yang sama dengan pasien
Generasi II : Kedua orang tua pasien telah
meninggal, penyebab kematian keduanya tidak
diketahui.
Generasi III : Pasien merupakan anak
pertama dari 4 bersaudara, saudara ke 3 dan ke
4 telah meninggal dunia. Saat ini pasien tinggal
bersama istri dan kedua anaknya.
• KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN-PEMELIHARAAN KESEHATAN
Riwayat penyakit yang pernah di alami : Batu Ginjal
• Riwayat kesehatan sekarang :
Data subyektif Data obyektif

Keadaan sebelum sakit 1. Aktivitas pasien dibantu dan


Pasien mengatakan sebelum sakit, ia didampingi oleh keluarga
masih mampu melakukan aktivitas 2. Pasien tampak lemas
seperti biasanya 3. Terpasang IVFD Nacl 20 tpm
Keadaan sejak sakit/sakit saat ini 4. Terpasang ABL dan VBL pada tangan
Pasien mengatakan lemas kanan
Pasien mengatakan nyeri pada pinggang.
Pasien mengatakan nyeri saat BAK

• KAJIAN NUTRISI METABOLIK


Data subyektif Data obyektif

Keadaan sebelum sakit 1. Kepala


Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan a. Keadaan rambut : rambut pendek tidak
porsi sedang 1 piring: Nasi, lauk dan pauk mudah rontok
Keadaan sejak sakit/sakit saat ini b. Mata: Konjungtiva anemis
Pasien mengatakan makan masih sedikit, c. Hidung: Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak
hanya setengah porsi dari jatah makan yang ada polip, tidak ada sekret
diberikan rumah sakit d. Rongga mulut: Bibir kering, mukosa kering
e. Leher : tidak ada pembesaran tyroid
KAJIAN POLA ELIMINASI
• Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB dan BAK dalam keadaan normal
• Keadaan sejak sakit/sakit saat ini
BAK tidak lancar dan terasa nyeri.
KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN

Data subyektif Data obyektif

Keadaan sebelum sakit Aktivitas harian


Pasien mengatakan sebelum sakit Makan : 1
Mandi :0
mampu melakukan aktivitas seperti Berpakaian: 0
biasanya Kerapian: 2
Keadaan sejak sakit/sakit saat BAB : 0
BAK : 0
Pasien mengatakan aktivitasnya hanya Mobilisasi ditempat tidur : 2
terbaring di tempat tidur dan terkadang Ambulasi : 2
dibantu oleh keluarga Anggota gerak cacat : Tidak ada Tracheostomi :
Tidak ada
CRT : < 2 detik
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Bantuan dengan alat
2 : Bantuan orang
3 : Bantuan orang dan alat
4 : Bantuan penuh
•Inspeksi : Dinding dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Ekspansi dinding dada simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
•Auskultasi : Vesikuler normal, Tidak ada ronchi dan
wheezing
b. Jantung
Inspeksi ictus cordis : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
batas kiri ICS V linea midlavikula sinistra 4
batas kanan ICS IV linea stemalis dextra 4
Auskultasi : Reguler, tidak ada bunyi mur-mur 4
4
c. Lengan dan tungkai
Kekuatan otot :
•Uji kekuatan otot

4 4

4 4
Columna vertebralis
• Inspeksi kelainan bentuk: Tidak ada kelainan
• Palpasi
• Nyeri tekan : Positif
• N.III-IV-VI: pasien mampu mengunyah dengan
baik, pasien mampu mengangkat
kelopak mata ke atas, pasien
mampu melirik ke sebelah kiri dan
kanan.
• N.VIII : Pendengaran kurang baik
• N.XI : Pasien mampu berbicara dengan
orang lain, pasien menggerakkan
kepala ke kiri dan ke kanan
• Kaku kuduk : Negatif
KAJIAN POLA TIDUR
Data subyektif Data obyektif

Keadaan sebelum sakit Pasien nampak tertidur jika disiang hari.


Pasien mengatakan pola tidur teratur,
malam hari 7-8 jam, siang hari 2-3 jam
Keadaan sejak sakit/sakit saat
Pasien mengatakan pola tidur kurang
teratur, malam hari 5-7 jam, siang hari 2-
3 jam.

POLA PERSEPSI KOGNITIF


Data subyektif Data obyektif

Keadaan sebelum sakit Mampu mengenali tempat, orang, dan


Pasien mengatakan tidak pernah memberikan respon non verbal dan
menggunakan alat bantu pendengaran verbal
dan penglihatan
Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan tidak menggunakan
alat bantu penglihatan dan pendengaran,
sulit mendengar suara dengan volume
kecil
Pemeriksaan fisik
• Penglihatan
a. Cornea : Refleks kornea baik.
b. Pupil : isokor, reflex terhadap cahaya baik.
c. Lensa mata : Jernih dan tidak keruh
• Pendengaran
a. Pinna : Simetris
b. Canalis : Ada serumen
c. N. I : Mampu membedakan bau, minyak angin dan pewangi
d. N. II : Pandangan sedikit kabur
e. N. IV sensorik : pasien mampu melirik ke kiri dan ke kanan
f. N. VII sensorik : Mampu mengespresikan wajah tersenyum dan sedih,
mampu mengangkat kedua kelopak mata.
g. N. VIII pendengaran: Pendengaran kurang baik, keseimbangan tidak baik.
KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
Data subyektif Data obyektif

Keadaan sebelum sakit: a. Observasi


Pasien mengatakan sangat berteman baik dengan 1. Kontak mata: Pasien menatap teman bicara
lingkungan tetangga, maupun tempat iya tinggal. 2. Rentang perhatian : Pasien memperhatikan
Keadaan sejak sakit: teman bicara ketika berkomunikasi.
Pasien mengatakan ikhlas menerima penyakit yang 3. Suara dan tata bicara : Suara sedikit kecil, serak
saat ini dideritanya dan sedikit lambat saat berbicara mau pun merespon
pertanyaan dari orang lain.
b. Pemeriksaan fisik
1. Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada
2. Abdomen
Bentuk: Tidak ada pembesaran
Bayangan vena : Tidak nampak
Bayangan massa :Tidak ada

KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA

Data subyektif Data obyektif

Keadaan sebelum sakit: Selama di rumah sakit pasien ditemani


Pasien mengatakan sering beradaptasi istri dan anak kandung pasien
dengan masyarakat di lingkungan tempat
pasien tinggal
Keadaan sejak sakit:
Pasien mengatakan tidak dapat
melakukan aktivitas seperti biasa
KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRESS
Data subyektif Data obyektif

Keadaan sejak sakit Pasien bergantung keluarga, kebutuhan


Pasien mengatakan mampu untuk dipenuhi oleh keluarga. Pasien tidak
menerima kondisinya saat ini dapat melakukan kegiatan sehari-hari
seperti biasa.

KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


Data subyektif Data obyektif

Pasien mengatakan selama dirawat di Pasien tidak sholat


rumah sakit mempengaruhi kegiatan
ibadahnya yaitu sholat 5 waktu
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
N Parameter Nilai Normal Satuan Hasil Interpretasi
o
1 WBC 4.00-10.0 10˄3/ul 9.9 Normal

2 RBC 4.00-6.00 10˄6/ul 3.83 Tidak Normal

3 HGB 12.0-16.0 gr/dl 11.3 Tidak Normal

4 HCT 37.0-48.0 % 35 Tidak Normal

5 MCV 80.0-97.0 fL 91 Normal

6 MCH 26.5-33.5 pg 30 Normal

7 MCHC 31.5-35.0 gr/dl 33 Normal

8 PLT 150-400 10˄3/ul 268 Normal

9 RDW-SD 37.0-54.0 fL 45.95 Normal

10 RDW-CV 10.0-15.0 % 13.3 Normal

11 PDW 10.0-18.0 fL 9.6 Tidak Normal

12 MPV 6.50-11.0 fL 9.6 Normal

13 PCT 0.15-0.50 % 0.00 Tidak Normal

14 NEUT 52.0-75.0 % 63.1 Normal


Lanjut…….

No Parameter Nilai Normal Satuan Hasil Interpretasi

15 LYMPH 20.0-40.0 % 25.6 Normal

16 MONO 2.00-8.00 % 7.2 Normal

17 EO 1.00-3.00 % 3.8 Tidak Normal

18 BASO 0.00-0.10 % 0.3 Normal

19 LED I (L<10, P<20) mm 56 Tidak Normal

20 Ureum 10-30 Mg/dl 81 Tidak Normal

21 Kreatinin 0.5-1.1 Mg/dl 2.10 Tidak Normal

22 Natrium 136-145 Mmol/l 140 Normal

23 Kalium 3.5-5.1 Mmol/l 5.5 Tidak Normal

24 Klorida 97-111 Mmol/l 105 Normal


Pemeriksaan Radiologi

Telah dilakukan pemeriksaan MSCT Scan Abdomen tanpa kontras irisan axial reformat sagittal
dan coronal dengan hasil sebagai berikut :
• Ginjal kanan : ukuran ± 10.86 cm, bentuk dan densitas perenkim dalam batas normal.
Tampak dilatasi PCS disertai calyx yang blunting. Multiple densitas batu (243 HU) dengan
berbagai ukuran dengan salah satu ukuran terbesar ± 0.93 x 0.64 cm pada pole bawah.
• Ginjal kiri ; ukuran ± 7.54 cm, bentuk dalam batas normal. Lesi hipodens (11HU) berbatas
tegas, tepi regular, non kalsifikasi dengan ukuran ± 0.94 x1.11 cm. tidak tampak dilatasi PCS
• Ureter kanan : dilatasi proximal hingga 1/3 mid ureter. Densitas batu (86HU) pada 1/3 mid
ureter setinggi level CV L4 dengan diameter ± 0.55 cm
• Ureter kiri : tidak tampak dilatasi caliber lumen. Tidak tampak densitas batu
• Vesica urinaria : mucosa regular, dinding tidak menebal, tidak tampak densitas batu/mass
• Prostat : ukuran dan densitas parenkim dalam batas normal
• Tidak tampak pembesaran KGB paraaorta abdominalis. Klasifikasi pada aorta abdominalis
(Atherosclerosis aorta abdominalis)
• Tidak tampak densitas cairan bebas pada cavum peritoneum
• Osteofit pada CV thoracolumbalis (spondylosis thoracolumbalis). Lesi sklerotik disertai defek
pada endplate inferior CV L4 dan endplate superior CV L5 (Schmorl’s node). Tulang-tulang
lainnya intak.
TERAPI OBAT-OBATAN
No Nama Obat Golongan Fungsi

1 Ceftriaxone inj 1 gr/12 Antibiotik Mengobati dan mencegah infeksi yang disebabkan oleh
jam/IV bakteri

2 Omeprazole inj 40 mg/12 jam/ IV H2 Bloker Menurunkan kadar asam lambung berlebih
 

3 Candesartan 8 mg/oral Angiotensin Mengatasi hipertensi dan gagal jantung


  Receptor Blocker
 

4 Nefroseteril 250 cc/24 jam/drips Obat keras Asupan asam amino yang seimbang pada gagal ginjal
akut dan kronik

5 Metamizole 1 gr/12 jam/IV analgetik Meredakan nyeri sedang hingga berat


KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif

1. Pasien mengatakan nyeri pada pinggang sebelah kanan 1. Pasien tampak lemah
2. Pasien mengatakan nyeri saat BAK dengan volume urine 2. Pasien tampak meringis
sedikit 3. Kadar ureum 81 mg/dl
3. Pengkajian nyeri 4. Kadar keratinin 2.10 mg/dl
P: Batu ginjal 5. TTV
Q: Tertusuk-tusuk TD: 147/90 mmHg
R: Pinggang kanan N: 80x/menit
S: Skala nyeri NRS 3 P: 18 x/menit
T: Hilang timbul S: 36.20C
  6. Terpasang IVFD NaCl 20 tpm
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah

DS Faktor predisposisi 
1.Pasien mengatakan nyeri pada pinggang sebelah kanan Obstruksi
2.Pasien mengatakan nyeri saat BAK dengan volume urine sedikit Urine mengalir balik
3. Pengkajian nyeri  
P: Batu ginjal Hidronefrosis
 
Q: Tertusuk-tusuk
Tekanan diginjal meningkat
R: Pinggang kanan  
S: Skala nyeri NRS 3
T: Hilang timbul Abses/inflamasi Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera
 
DO Fisik
Nyeri akut
1.Pasien tampak lemah
2.Pasien tampak meringis
3.TTV
TD: 147/90 mmHg
N: 80x/menit
P: 18 x/menit
S: 36.20C
 
DS Faktor predisposisi 
1. Pasien mengatakan nyeri saat BAK dengan volume urine sedikit Obstruksi
DO
 
Urine mengalir balik
1.Kadar ureum 81 mg/dl  
2.Kadar keratinin 2.10 mg/dl Penutupan saluran kemih
3.TTV : TD 147/90 mmHg, N 80x/I, P 18x/I, S 36,2 0C.  
Oliguri
 
Gangguan pola BAK
  Resiko perfusi renal tidak efektif berhubungan
Resiko perfusi renal tidak efektif dengan disfungsi ginjal
   
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Setelah dilakukan Management nyeri (1.08238) :
Pencedera Fisik tindakan keperawatan Definisi :
DS selama 3 x 8 jam, Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
1. Pasien mengatakan nyeri pada pinggang diharapkan Tingkat sensori tau emosional yang berkaitan dengan
sebelah kanan Nyeri (L.08066) kerusakan jaringan atau fungsional dengan
2.Pasien mengatakan nyeri saat BAK dengan menurun dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
volume urine sedikit kriteria hasil : ringan hingga berat dan konstan
3. Pengkajian nyeri Tindakan :
P: Batu ginjal Keluhan nyeri dari 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Q: Tertusuk-tusuk sedang menjadi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
R: Pinggang kanan menurun 2. Identifikasi skala nyeri
S: Skala nyeri NRS 3 3. Idenfitikasi factor yang memperberat dan
T: Hilang timbul memperingan nyeri
DO  
1.Pasien tampak lemah Terapeutik :
2.Pasien tampak meringis 1. Berikan Teknik nonfarmakologi untuk
3.TTV mengurangi rasa nyeri, misalnya teknik nafas
TD: 147/90 mmHg dalam
N: 80x/menit Kolaborasi :
P: 18 x/menit 1. Pemberian analgesik metamizole 1 gr/12
S: 36.20C jam/iv
No SDKI SLKI SIKI
2 Resiko perfusi renal Setelah dilakukan Pencegahan Syok (I.02068)
tidak efektif Tindakan keperawatan Defenisi :
berhubungan dengan selama 3x8 jam Pencegahan syok adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk
mengidentifikasi dan menurunkan risiko terjadinya ketidakmampuan tubuh
disfungsi ginjal diharapkan Perfusi renal menyediakan oksigen dan nutrient untuk mencukupi kebutuhan jaringan.
DS meningkat (L.02013) Observasi
1. Pasien mengatakan dengan kriteria hasil : 1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
nyeri saat BAK dengan 1. Jumlah urine napas, TD, MAP)
volume urine sedikit meningkat 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
DO 2. Kadar urea nitrogen 3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
1.Kadar ureum 81 mg/dl darah membaik 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
2.Kadar keratinin 2.10 3. Kadar kreatinin 5. Periksa Riwayat alergi
Terapeutik
mg/dl plasma membaik 1. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%
3.TTV 4. Tekanan darah sistolik  2. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
TD: 147/90 mmHg dan diastolik membaik 3. Pasang jalur IV, jika perlu
N: 80x/menit 5. Kadar elektrolit dan 4. Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin, jika perlu
P: 18 x/menit keseimbangan asam 5. Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
S: 36.20C basa membaik Edukasi
1. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
3. Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5. Anjurkan menghindari alergen

Anda mungkin juga menyukai