Anda di halaman 1dari 15

METODE

HARGA
POKOK
PROSES
Lovita Afriani
Adinda Makadina Putri
Mery Kristin
Nurul Rauda
Mira Seftiani

D4 AKUNTANSI KEUANGAN PUBLIK


AKUNTANSI BIAYA
DOSEN PENGAMPU :
ADE GUNAWAN, SAB., M.Ak.
Metode Harga Pokok Pesanan/
Job Order Cost Method
Merupakan metode pengumpulan harga
pokok produk dimana biaya dikumpulkan
untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa
secara terpisah, dan setiap pesanan atau
kontrak dapat dipisahkan identitasnya.
Pengolahan produk akan dimulai setelah
datangnya pesanan dari langganan/pembeli
melalui dokumen pesanan penjualan, yang
memuat jenis dan jumlah produk yang
dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal
pesanan diterima dan harus diserahkan
Manfaat Informasi Metode Harga
Pokok
Informasi total harga pokok proses Proses
merupakan dasar bagi
manajemen untuk menghindarkan perusahaan dari kerugian
saat menerima pesanan. Jika informasi total harga pokok
pesanan tidak tersedia, maka manajemen tidak dapat
mengetahui apakah harga yang diminta pemesan akan
menguntungkan perusahaan atau tidak

Maka demikian digunakankanlah manajemen metode


harga pokok pesanan sehingga dapat menentukan harga
jual produk, memantau realisasi biaya produksi,
menghitung laba atau rugi periodik, menentukan harga
pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca.
KARAKTERISTIK METODE HARGA
POKOK
karakteristikPESANAN
metode harga pokok pesanan dapat dibagi
menjadi yaitu:

1. Kegiatan produksi dilakukan atas dasar pesanan, sehingga:


Bentuk barang/produk tergantung pemesan.
Produksi terputus-putus, tergantung ada tidaknya pesanan
yang diterima.

Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan sehingga


perhitungan :
Total biaya produksi dihitung pada saat pesanan selesai.
Biaya per unit adalah dengan membagi total biaya
produksi dengan total unit yang dipesan.
KARAKTERISTIK METODE HARGA
POKOK PESANAN
3. Pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan
membuat kartu biaya pemesanan (job order cost
sheet) yang berfungsi sebagai buku pembantu biaya
yang memuat:

Informasi umum seperti nama pemesan, jumlah


dipesan, tanggal pesan dan lain sebagainya.
Informasi biaya seperti biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

4. Setelah pesanan selesai dikerjakan biasanya,


produk selesai langsung diserahkan. Contoh
perusahaan yang menggunakan metode harga pokok
pesanan antara lain adalah perusahaan kontraktor,
perusahaan galangan kapal, perusahaan percetakan
dan lain-lain.
Perlakuan Terhadap Produk
yang Hilang, Rusak, dan
Cacat
Dalam proses produksi sangat mungkin
terdapat produk yang hilang, rusak, dan
produk yang cacat yang terjadi pada awal dan
akhir suatu proses produksi. Maka cara
mengatasinya yaitu dengan perlakukan
khusus yang diterapkan terhadap produk
tersebut dengan cara yang berbeda
menegenai kasusnya masing-masing.
Perlakukan Terhadap Produk yang Hilang

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013:104)


mengatakan bahwa : “Produk hilang ini tidak
mempunyai wujud secara fisik dan untuk menelusuri
hilang tersebut terjadi pada awal proses atau akhir proses
bagi perusahaan sulit mengidentifikasi secara tegas.

Produk hilang adalah produk yang secara fisik tidak ada


wujudnya dalam proses produksi. Penyebabnya antara
lain: proses alamiah seperti menguap, mengkristal,
menyusut dan sebagainya, ataupun bisa disebabkan oleh
kegagalan mutu internal.
Secara umum, ada 2 titik dimana terjadi produk hilang,
yaitu produk hilang di awal proses produksi atau di akhir
proses produksi.

Apabila produk hilang diawal proses adalah produk yang


hilang sebelum serangkaian aktivitas dalam proses
produksi maka dianggap produk ini belum menyerap
sejumlah biaya produksi sehingga dalam perhitungan unit
ekuivalen tidak diperhitungkan dan apabila produk hilang
diakhir proses maka dianggap telah menikmati biaya
produksi pada departemen dimana produk tersebut hilang
dan dimasukkan kedalam perhitungan produksi ekuivalen.
Perlakuan Terhadap Produk yang Rusak

Menurut Baldric Siregar, dkk. (2013) menyatakan


bahwa “ Produk rusak adalah unit produk yang tidak
memenuhi standar produksi dan tidak dapat diperbaiki
karena secara teknis tidak memungkinkan atau tidak
ekonomis.

Menurut Riwayadi (2016) menyatakan bahwa “


Perlakuan terhadap produk rusak sama halnya dengan
produk cacat, perlakuan terhadap pokok rusak juga
tergantung penyebab terjadinya produk rusak-bersifat
normal atau tidak normal (abnormal)”.
Produk rusak adalah produk yang dihasilkan dari proses produksi yang
tidak memenuhi standar yang ditentukan. Prochuk rusak mungkin dapat
diperbaiki namun biaya

perbaikan yang dikeluarkan akan lebih besar dari hasil jualnya setelah
diperbaiki. Dengan kata lain secara ekonomis tidak menguntungkan. Jadi
produk rusak tidak akan diproses lebih lanjut. Produk rusak mungkin laku
dijual mungkin pula tidak laku dijual.

Perlakuan akuntansi terhadap produk rusak ini tergantung pada penyebab


timbulnya produk rusak tersebut. Ada 3 penyebab timbulnya produk rusak
yaitu:

Karena sulitnya proses pengerjaan.


Karena sifat normal proses produksi yang selalu menimbulkan produk
rusak.
Karena kurangnya pengawasan produksi (kelalaian).
Perlakuan Terhadap Produk yang Cacat

Menurut Drs. Harnanto (2017) menyatakan bahwa “Produk cacat merupakan unitunit
produk yang karena keadaan fisiknya tidak dapat diperlakukan sebagai produk akhir,
tetapi dapat diperbaiki untuk kemudian dijual dalam bentuk produk akhir”.

Menurut Riwayadi (2016) menyatakan bahwa;

Jika produk cacat terjadi secara normal, biaya perbaikan produk cacat akan
menambah biaya produksi.
Produk cacat yang bersifat normal ada karena
kesulitan dan kerumitan dari proses pengerjaannya sehingga terjadinya produk
cacat tidak bisa dihindarkan.
Jika Produk cacat yang terjadi tidak normal (abnormal) biaya perbaikan produk
cacat diperhitungkan sebagai rugi produk cacat (Loss on Defective Units).
Produk cacat bersifat tidak normal terjadi karena kelalaian atau keteledoran
pekerja.
Produk cacat adalah produk yang dihasilkan dari proses
produksi yang tidak memenuhi standar namun secara
ekonomis bila diperbaiki lebih menguntung dibandingkan
langsung dijual. Dengan kata lain, perbaikan terhadap
produk cacat masih lebih dari hasil penjualan produk cacat
tersebut setelah diperbaiki.

Masalah akuntansi yang timbul pada produk cacat adalah


masalah perlakuan terhadap biaya tambahan yang terjadi
untuk memeperbaiki produk cacat tersebut. Perlakuan biaya
tambahan tersebut sebagaimana produk rusak juga
tergantung pada penyebab timbulnya produk cacat tersebut,
yaitu akibat sulitnya pengerjaan, sifat normal produksi dan
kurangnya pengawasan produksi (kelalaian).
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai