Anda di halaman 1dari 26

PENYAKIT MONKEYPOX / CACAR MONYET

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH

Disampaikan pada Dialog Interaktif “ CACAR MONYET Tak Seindah Cinta Monyet” 30 Agustus 2022
RADIO IDOLA SEMARANG
DASAR HUKUM
1. Undang Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit
6. Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 4 Tahun 2019 Peningkatan Kemampuan Dalam
Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan
Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia.
7. Surat Edaran Dirjen P2P Kemenkes RI No: HK.02.02/C/2752/2022, Tentang
Kewaspadaan Terhadap Penyakait MonkeyPox di Negara non Endemis. Tanggal 26
Mei 2022.
8. Surat Edaran Dirjen P2P Kemenkes RI No: SR .04.01/C/3635/2022, Tanggal 29 Juli
2022, Tentang Peningkatan Kewaspadaan Penyakit MonkeyPox di Indonesia.
9. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Monkeypox tahun 2022, Kementerian
Kesehatan RI.
Pada tanggal 23 Juli 2022
WHO menetapkan Penyakit MonkeyPox sebagai:
PHEIC
(Public Health Emergency of Internasional Concern)

atau

KKMMD
(Kedaruratan Kesehatan yang Meresahkan
Masyarakat Dunia)
Situasi Global
Dari Januari – 26 Agustus 2022:
Jml kasus di dunia : 47.652 orang
Jml meninggal : 9 orang
Dari 99 Negara

Di Indonesia
1 ks confirm, laki-laki 27 th. dari DKI dg riwayat
baru pulang dari luar negeri, terdiagnosa tgl 19
Agustus 2022
SITUASI DI JAWA TENGAH

Belum ada confirm Monkey Pox

Suspek ( 2 ks)
- 1 ks , dari Kota Semarang bl Juni 2022
hasil akhir Varicela Zooster
- 1 ks , dari Pati, bl Juli 2022
hasil lab orofaring,serum dan lesi negative
Laporan Kecurigaan kasus ( 7 ks) :
Kota Semarang (3 ks), Kota Surakarta (1 ks), Temanggung (1 ks),
Purworejo (1 ks) dan Sukoharjo (1 ks)
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MONKEYPOX

▪ DEFINISI OPERASIONAL KASUS


▪ PENEMUAN KASUS DI PINTU MASUK
▪ PENEMUAN KASUS DI WILAYAH
▪ MANAJEMEN KESEHATAN MASYARAKAT
▪ PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PELACAKAN KONTAK
▪ SURVEILANS ZOONOSIS TERPADU
▪ PENILAIAN RISIKO
▪ PENCATATAN DAN PELAPORAN

2
DEFINISI OPERASIONAL SUSPEK
KASUS
Orang dengan ruam akut DAN
(papula, vesikel Penyebab umum ruam akut berikut tidak menjelaskan
dan/atau pustula) yang gambaran klinis 2 : varicella zoster, herpes zoster,
tidak bisa pada negara non
dijelaskan campak, zika, dengue, chikungunya, herpes simpleks,
endemis 1 DAN infeksi kulit bakteri, infeksi gonococcus diseminata,
sifilis primer atau sekunder, chancroid, limfogranuloma
memiliki satu atau lebih gejala venereum, granuloma inguinale, moluskum
dan tanda sebagai berikut: kontagiosum, reaksi alergi
➢ Sakit kepala (misalnya, dan penyebab umum lainnya yangterhadap
tanaman); relevan
➢ Demam akut >38,5°C secara lokal dari ruam papular atau vesicular.
➢ Limfadenopati (pembesaran
Keterangan:
kelenjar getah bening) 1 Negara endemis Monkeypox: Benin, Kamerun, Republik Afrika

➢ Nyeri otot/Myalgia Tengah,Demokratik Kongo, Gabon, Ghana (hanya diidentifikasi pada hewan),
Republik
➢ Sakit punggung Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone. Negara selain
diatas menjadi negara non endemis.
➢ Asthenia (kelemahan tubuh) 2 Tidak perlu mendapatkan hasil laboratorium negatif untuk daftar penyebab

umum penyakit ruam untuk mengklasifikasikan kasus sebagai suspek.


DEFINISI OPERASIONAL PROBABLE
KASUS
Seseorang yang memenuhi kriteria suspek

DAN
Memiliki satu atau lebih kriteria sebagai berikut:
➢ Memiliki hubungan epidemiologis (paparan tatap muka, termasuk petugas kesehatan
tanpa APD); kontak fisik langsung dengan kulit atau lesi kulit, termasuk kontak seksual;
atau kontak dengan benda yang terkontaminasi seperti pakaian, tempat tidur atau
peralatan pada kasus probable atau konfirmasi pada 21 hari sebelum timbulnya gejala
➢ Riwayat perjalanan ke negara endemis Monkeypox pada 21 hari sebelum
timbulnya gejala
➢ Hasil uji serologis orthopoxvirus menunjukkan positif namun tidak mempunyai riwayat
vaksinasi smallpox ataupun infeksi orthopoxvirus
➢ Dirawat di rumah sakit karena penyakitnya.
DEFINISI OPERASIONAL
KASUS
KONFIRMASI DISCARDED

Kasus suspek atau probable yang dinyatakan


positif terinfeksi virus Monkeypox yang Kasus suspek atau probable dengan hasil
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium negatif PCR dan/atau sekuensing
real-time polymerase chain reaction (PCR) Monkeypox.
dan/atau sekuensing.
DEFINISI OPERASIONAL
KASUS
KONTAK ERAT

Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probabel atau kasus
terkonfirmasi (sejak mulai gejala sampai dengan keropeng mengelupas/hilang)
Monkeypox dan memenuhi salah satu kriteria berikut:
➢ Kontak tatap muka (termasuk tenaga kesehatan tanpa menggunakan APD yang
sesuai)
➢ Kontak fisik langsung termasuk kontak seksual
➢ Kontak dengan barang yang terkontaminasi seperti pakaian, tempat tidur.
PENEMUAN KASUS DI PINTU MASUK
Kasus Suspek/Probable ditatalaksana,
dirujuk ke RS dan notifikasi ≤ 24 jam
Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota dan
PHEOC
Bandara
Screening suhu,
• Pelacakan kontak erat terhadap
pengamatan tanda
penumpang di 2 baris sisi kanan, kiri,
Pelabuhan dan gejala, depan, belakang, dan penumpang
laut pemeriksaan lain yang kontak serta awak/personel
tambahan dan alat angkut
dokumen terhadap • notifikasi ≤ 24 jam Dinkes
Pos lintas
awak dan Provinsi/Kabupaten/Kota dan PHEOC
Batas Darat • kartu kewaspadaan kesehatan 21
Negara
penumpang
hari
(PLBDN)

Tindakan kekarantinaan terhadap


barang dan alat angkut

7 7
PENEMUAN KASUS DI WILAYAH

Kunjungan ke Fasyankes
Sesuai kriteria kasus
(Puskesmas, RS, Pemerintah/ Swasta, Klinik Kesehatan,
termasuk termasuk di instalasi gawat darurat, klinik
penyakit infeksi, dermatologi, urologi, obsteri ginekologi.
umum, 1. isolasi
 Mewaspadai pasien demam dengan ruam atipikal 2. Notifikasi
yang
3. Pemeriksaan
memenuhi kriteria kasus
spesimen,
Laporan masyarakat 4. Penyelidikan
Setiap laporan perlu ditindaklanjuti untuk epidemiologi dan
masyarakat memastikan pelacakan
kebenarannya. 5. Komunikasi risiko
dan pemberdayaan
pelacakan kontak masyarakat.

8 8
MANAJEMEN KESEHATAN
MASYARAKAT
PE dan
Pemeriksaan Komunikasi Pemulasaraa
Karantina Isolasi Notifikasi Pelaca
spesimen Risiko n jenazah
kan
Suspek - v v v v v v
Probable - v v v v v v
Konfirmasi - v - v v v v
Kontak Erat -* - v v - v -*
Keterangan: *jika bergejala ditatalaksana menjadi probable

Jika ditemukan satu kasus konfirmasi Penyakit Monkeypox di


suatu daerah maka dinyatakan sebagai KLB di daerah
tersebut.
9
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PELACAKAN
KONTAK 1/2
 Proses identifikasi kontak merupakan proses kasus mengingat
1 kembali orangorang yang pernah berkontak dengan kasus sejak
Identifikasi kontak
(contact identification mulai gejala sampai dengan keropeng mengelupas/hilang.
 Identifikasi kontak rumah tangga, tempat kerja, sekolah/penitipan
anak, kontak seksual, fasyankes, tempat ibadah, transportasi,
olahraga, restoran, pertemuan sosial, festival

2
Pencatatan detil kontak  Wawancara kontak erat.
(contact listing)  Melengkapi data-data sesuai form pemantauan

10
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PELACAKAN
KONTAK 2/2
3 • kontak tanpa gejala (asimptomatis) dilakukan
pemantauan namun tidak memerlukan karantina
Tindak lanjut kontak
dansehari-hari
rutin melanjutkan kegiatan
tetapi berada di dekat rumah. Pengecualian
(contact follow up)
pada anak pra-sekolah, penitipan anak, pengaturan
atau
kelompok lainnya. Pemantauan tergantung pada sumber daya
yang tersedia baik secara pasif, aktif, atau langsung.
• Apabila kontak timbul gejala/tanda awal selain ruam, maka harus
diisolasi dan dipantau untuk tanda-tanda ruam selama 7 hari ke
depan. Apabila setelah 7 hari tidak timbul ruam maka kontak
tidak diisolasi namun dimonitor suhunya selama 21 hari.
• Jika kontak muncul ruam, maka harus diisolasi dan dievaluasi
sebagai kasus probable. Selanjutnya dilakukan pengambilan
spesimen untuk pemeriksaan monkeypox.

11
Spesies Hewan di Afrika yang ditemukan menjadi Host
dari Virus Monkeypox

Monyet Manggabey Tikus Gambian/Afrika Monyet Tupai Mikro


Hitam Cricetomys gambianus Colobus Graphiurus murinus.
Cercocebus atys Colobus sp.

Tupai
Funisciurus sp. Tupai
Heliosciurus sp.
Transmisi manusia - manusia
Transmisi manusia – manusia dapat disebabkan karena kontak erat
terhadap droplets dari manusia yang terinfeksi lewat saluran
pernapasan, selaput lendir (mata, hidung, mulut), lesi/luka pada
kulit, atau objek yang sudah terkontaminasi.

Petugas kesehatan dan anggota keluarga dari kasus aktif infeksi


yang tinggal Bersama mempunyai risiko tinggi untuk terinfeksi
monkeypox.

Dikarenakan transmisi manusia – manusia masih terbatas,


kebanyakan dari munculnya kasus terjadi di dalam keluarga.
Gejala dan Monkeypox Cacar air Campak
tanda (Chickenpox/Varicella) (Measles)
Demam Demam > 38 °C , ruam Demam hingga 39 ° C ruam Demam tinggi 40.5 °C,
setelah 1-3 hari setelah 0-2 hari ruam setelah 2-4 days

Penampakan Makula, papula, vesikel, Makula, papula, vesikel. Ada di Ruam non vesikel pada berbagai
pustul. Jenis ruam sama pada berbagai fase fase
ruam setiap fase di semua area
tubuh

Perkembangan Lambat, 3-4 minggu Cepat, tampak crops selama Cepat, 5-7 hari
beberapa hari
ruam
Distribusi ruam Dimulai di kepala, lebih Mulai di kepala; lebih padat di Mulai di kepala dan menyebar;
padat di wajah dan anggota tubuh; tidak ada di telapak dapat mencapai tangan dan kaki
badan; muncul di telapak tangan dan telapak kaki
tangan dan telapak kaki

Penampakan khas Limfadenopati Ruam gatal Koplik spots

Kematian 3-6% Jarang Bervariasi


Diagnosis laboratorium

Monkeypox dapat dikonfirmasi lewat laboratorium


Spesimen terbaik didapatkan dari lesi (cairan/bagian luka)
Virus dapat diidentifikasi dengan PCR. Pemeriksaan antigen dan
antibody tidak spesifik

Spesimen dari manusia/hewan perlu diperiksa oleh tenaga ahli


dengan menggunakan alat pelindung diri dan tempat kerja yang
sesuai standar

Prosedur untuk pengiriman dan penyimpanan sampel harus


diberlakukan dengan ketat
Mengurangi transmisi manusia-manusia

Siapa saja yang kontak atau merawat pasien dengan


monkeypox, disarankan untuk :
1. Menghindari kontak langsung
2. Menggunakan sarung tangan dan alat pelindung
diri lainnya
3. Selalu mencuci tangan sebelum dan setelah merawat
pasien atau mengunjungi orang yang sakit
Monkeypox: Pencegahan dan pengendalian infeksi
Tenaga Kesehatan yang merawat pasien/mengelolah sampel
perlu mempunyai standar pencegahan terhadap kontak dan
droplet
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat
pasien, bersentuhan dengan lingkungan pasien atau
spesimen
2. Menggunakan alat pelindung diri termasuk
gown, sarung tangan, masker, kacamata, dan sepatu bot
3. Memastikan pasien di isolasi di rumah sakit/rumah
4. Memastikan pembuangan limbah dilakukan
sesuai standar dan menghindari kontaminasi lingkungan
5. Memastikan pemakaman yang aman dari
risiko penularan dan bermartabat
SURVEILANS ZOONOSIS TERPADU

 Surveilans zoonosis terpadu dimulai sejak ada kasus pada


manusia yang diduga memiliki faktor risiko terpapar dengan
hewan. Selain itu dapat berasal dari adanya kasus pada hewan
terkait penyakit monkeypox.
 Penemuan kasus pada hewan perantara, antara lain tikus dan
monyet, melalui pengamatan tikus dan monyet yang terinfeksi di
wilayah permukiman penduduk.
 Surveilans terpadu dilakukan dengan menerapkan jejaring
kerjasama melalui pendekatan one health antara kesehatan
hewan, kesehatan manusia dan kesehatan lingkungan/satwa
liar.
 petugas kesehatan masyarakat saling berkoordinasi dengan
petugas yang membidangi peternakan dan kesehatan hewan
atau puskeswan.
PENILAIAN RISIKO
PEMBENTUKAN TIM
• Penilaian risiko penyakit monkeypox
merupakan proses sistematik
pengumpulan, penilaian, dan
pendokumentasian informasi
Kerentanan Ancaman
menetapkan tingkat risiko penyakit
untuk
monkeypox di suatu daerah. Karakteristik
• hasil dari penilaian risiko ini diharapkan penyakit
Lingkungan dan dan
dapat digunakan untuk menentukan kondisi rentan dampaknya
rekomendasi penanggulangan Kapasitas
Kemampuan
pemerintah dan
masyarakat

KAREKTERISTIK RISIKO

REKOMENDASI
13
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Sumber Penjelasan:
Informasi 1. Sumber Informasi WAJIB memberikan
pelaporan cepat jam ke PHEOC, dan
TEMBUSAN NOTIFIKASI <24
memberikan tembusan notifikasi ke Dinas
Kesehatan setempat sesuai level kedudukannya.
2. PHEOC menerima laporan, mengolah dan
Puskesmas/ DINAS KESEHATAN meneruskan ke Dinas Kesehatan untuk
Klinik/Lab Swasta ditindaklanjuti. PHEOC juga berkordinasi
dengan jejaring lab rujukan, lintas program,
lintas sektor terkait dan jejaring surveilans
PELAPORAN CEPAT nasional atau komite ahli terkait jika diperlukan.
<24 JAM 3. Dinas Kesehatan melakukan verifikasi rumor
Rumah Sakit dari media/masyarakat, tindak lanjut dengan
penyelidikan epidemiologi dan pelacakan
kontak erat (jika diperlukan) bersama sumber
PHEOC KEMENKES: informasi. Koordinasi hasil PE dengan PHEOC
Telp. 0877-7759-1097 4. Laboratorium rujukan akan berkoordinasi
Whatsapp 0878-0678-3906
Email: dengan PHEOC dan Dinas Kesehatan setempat
Kekarantinaan
Kesehatan poskoklb@yahoo.com jika ada sampel yang diperiksa.

• Lintas Program Pelaporan Cepat via WA/Telpon


• Lintas Sektor Terkait Laporan Yang Diteruskan
Rumor Jejaring
• Jejaring Surveilans Nasional Alur Koordinasi
Media/Masyarakat Laboratorium • Komite Ahli terkait
Nasional
INFORMASI PENYAKIT INFEKSI EMERGING
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/
Created by dr.

Anda mungkin juga menyukai