Anda di halaman 1dari 30

Interpretation of Batch Reacktor Data

- Rivatul Haerunnisa (3335210048)


- Ghina Zalfa Tsabitha (3335210084)
Interpeksi Batch Data Reaktor
Persamaan laju mencirikan laju reaksi, dan bentuknya dapat disarankan oleh pertimbangan teoretis atau hanya merupakan
hasil dari prosedur pemasangan kurva empiris. Penentuan persamaan laju biasanya merupakan prosedur dua langkah;
Pertama ketergantungan konsentrasi ditemukan pada suhu tetap dan kemudian ketergantungan suhu konstanta lajuS
ditemukan, menghasilkan persamaan laju lengkap.
Yang harus ditentukan adalah sejauh mana reaksi pada berbagai waktu, dan ini dapat diikuti dengan beberapa cara,
misalnya:
1. Dengan mengikuti konsentrasi komponen yang diberikan.
2. Dengan mengikuti perubahan beberapa sifat fisik fluida, sepertikonduktivitas electrica l atau indeks bias.
3. Dengan mengikuti perubahan tekanan total sistem volume konstan.
4. Dengan mengikuti perubahan volume sistem tekanan konstan.
Interpeksi Batch Data Reaktor
Reaktor batch eksperimental biasanya dioperasikan secara isotermal dan konstan volume karena mudah untuk menafsirkan
hasil dari eksekusi tersebut. Reaktor ini adalah perangkat yang relatif sederhana yang dapat disesuaikan dengan pengaturan
laboratorium skala kecil, dan hanya membutuhkan sedikit peralatan tambahan atau instrumentasi. Dengan demikian, ini
digunakan bila memungkinkan untuk obtaining data kinetik homogen. Bab ini membahas reaktor batch.
Dalam metode analisis diferensial, kami menguji kesesuaian ekspresi laju dengan data secara langsung dan tanpa integrasi
apa pun. Namun, karena ekspresi laju adalah persamaan diferensial, pertama-tama kita harus menemukan (1/V)(dN/dt) dari
data sebelum mencoba prosedur pemasangan.
Ada kelebihan dan kekurangan untuk setiap metode. Metode int egral mudah digunakan dan direkomendasikan saat
menguji mekanisme tertentu, atau ekspresi laju yang relatif sederhana, atau ketika data sangat tersebar sehingga kita tidak
dapat dengan andal menemukan turunan yang diperlukan dalam metode diferensial. Meta d diferensialberguna dalam
situasi yang lebih rumit tetapi membutuhkan jumlah data yang lebih akurat atau lebih besar. Metode integral hanya dapat
menguji mekanisme atau bentuk laju tertentu ini atau itu; Metode diferensial dapat digunakan untuk mengembangkan atau
membangun persamaan laju agar sesuai dengan data.
Reaktor Batch volume konstan

Dalam reactor batch volume konstan tidak mengacu pada volume reactor tetapi pada volume campuran reaksi. Dengan
demikian, istilah ini sebenarnya berarti sistem reaksi kepadatan konstan. Dalam sistem volume konstan ukuran laju reaksi
komponen menjadi :

Untuk gas ideak, dimana C –p / RT

Dengan demikian, laju reaksi komponen apa pun diberikan oleh laju perubahan konsentrasi atau tekanan parsialnya; Untuk
reaksi gas dengan perubahan jumlah mol, cara sederhana untuk menemukan laju reaksi adalah dengan mengikuti
perubahan tekanan total sistem.

Analisis tekanan total Data diperoleh dalam sistem volume konstan. Untuk reaksi gas isotermal di mana jumlah mol
material berubah selama reaksi, Tulis persamaan stoikiometri umum, dan di bawah setiap istilah tunjukkan jumlah mol
komponen tersebut:
Awal nya jumlah sistem ada:

Tapi pada waktu t adalah :

Dimana :

Asumsikan bahwa hokum gas ideal berlaku, dapat menulis untuk setiap reaktanmisalkan A dalam sistem volume V :

Kombinasi persamaan 3 dan 4

Atau:

Persamaan 5 memberikan koonsentrasi atau tekanan parsial reaktan A sebagai fungsi dari tekanan total pada waktu 1
tekanan parsial awal A. Pa dan tekanan total awal sistem.demikiann pula untuk setiap prosdull R dapat kita temukan
Persamaan 5 dan 6 adalah hubungan yang di inginkan Antara tekanan total dari sistem dan tekanan parsial bahan yang
beraksi. Perlu ditekankan bawa jika stoikiometri yang tepat tidak diketahui atau jika di perlukan lebih dari sau persamaan
stoikiometri untuk mewakili reaksi, maka prosedur “tekanan total” tidak dapat digunakan.
Konversi pecahan atau fraksi reaktan apapun, misalkan A di ubah menjadi fraksi A bereaksi. Misalkan N adalah jumlah
awal A dalam reactor pada waktu r = 0, dan N adalah jumlah yang ada pada waktu t maka konversi A dalam konstanta
sistem volume diberikan oleh :

- Metode analisis data integral :


- reaksi orde pertama tipe unimolekuler ireversibel. Pertimbangkan reaksinya :
A  produk
- Misalkan ingin menguji persamaan laju orde pertama dari jenis berikur:

- Untuk reaksi ini, memisahkan dan mengintegrasikan memperoleh persamaan:

- Di konversi dari persamaan 7 dan 8 yaitu persamaan laju dan persamaan 10, Sehingga dapat di integrasikan
menjadi :
Dengan persamaan laju yang sesuai

Perhatiikan di bawah jumlah A dan Byang telah bereaksi setiap saat adalah sama dan diberikan ke CA0XA, sehingga dapat
di subsitusikan ke persamaan 13a dan b :

Sehingga di dapatkan :

Di intergralkan menjadi:

Di ubah menjadi pecahan parsial


Sehingga di dapatkan grafiknya menjadi
2A  produk
Persamaan diferensial orde ke dua menjadi :

Di integrasikan menjadi :

Sehingga :
Orde pertama terhadap A dan B, maka orde keseluruhan:

Dapat di inetgrasikan:

Sehingga :

Kedua peringatan ini berlaku untuk semua jenis dengan demikian bentuk khusus untuk ekspresi terpadu muncul setiap kali
reaktan digunakan dalam rasio stoikimometri, atau ketika reaksinya tidak elementer
Readksi orde 3 tipe trimolekuler ireversibel
A + B + D -> produk
Sehingga persamaan nya menjadi :

Dapat di misalkan x, sehhingga menjadi :

Pada pemisahan variabel, pemecahan menjadi pecahan parsial dan integrasi:


Di konversi menjadi :

Begitu pua reaksinya


Persamaan mekanismenya tidak diketahui, maka di buatlah persaaan menjadi :

Persamaan 29 di ubah menjadi :

Karena konsentrasi tidak boleh turuh di bawah nol, maka tidak boleh integrasi mekebihi n<1
Dapat di integrasikan menjadi :
Irreversible Reactions in Parallel.
Homogeneous Catalyzed Reactions.
Persamaan Reaksi Secara Umum
Untuk pesanan selain satu atau dua, integrasi persamaan laju menjadi rumit. Jadi jika Eq. 54 atau 56 tidak mampu muat
data, maka pencarian persamaan laju yang memadai paling baik dilakukan oleh metode diferensial.
Reaksi Pergeseran Urutan
Dalam mencari persamaan kinetik dapat ditemukan bahwa data dilengkapi dengan baik oleh satu urutan reaksi pada
konsentrasi tinggi tetapi dengan urutan lain pada konsentrasi rendah. Pertimbangkan reaksinya

(57)

Dari persamaan rate ini kita lihat


• Pada CA tinggi : reaksi adalah orde nol dengan laju konstan k1/k2
(atau k2CA>1)
• Pada CA rendah : reaksi adalah orde pertama dengan konstanta laju k,
(atau k2cA<1)
Untuk menerapkan metode integral, pisahkan variabel dan integrasikan Eq. 57.

(58a)

Untuk linierisasi, atur ulang Eq. 58a untuk diberikan

(58b) atau (58c)

Dua cara untuk menguji formulir tarif ini kemudian ditunjukkan pada Gambar. 3.16.
Dari tabel di ats dapat dihitung dPA/dZ sepanjang reaktor. Juga dapat dilihat dari reaksi berikut :
Et3ln(s) + AsH3(g)  Adduct (g)

A + B  C
Sehingga dapat di asumsikan

Dimana Ke1 = Kf/Kb

Diasumsikan ϒ = 1 untuk reaksi ddekomposisi. Reaksi di atas di bagi ke dalam 2 fase berdasarkan
fenomena tekanan parsial, pada fase pertama Et3ln dari Z = 0 hingga Z = 4, sedangakn pada fase
kedua Et3ln dari Z = 4 hingga Z = 9 dapat ditentukan orde reaksi α.

Disimpulkan menjadi :
Dimana k’ = KfPb0β, kemudian persamaan desain menjadi :

Dimana

Sehingga

Menentukan orde reaksi α, dari slope plot log – log. Untuk meningkatkan akurasi fittling, kita
menggunakan PasH3 = 1,5 torr.

Untuk P Et3ln :

(100)PA = 12,903 – 4,2898Z + 0,45333Z2 (koefisien regresi, R = 1 (perfect fit))

Jadi (PA) = 4,2898 – 2 . 0,45333Z

Dari plot vs log (PA) di dapatkan slope α = 1,2 (koefisien regresi R = 0,958). Koefisien regresi
kurang dari satu disebabkan adanya spesi B. oleh karena itu diharapkan hasil yang lebih baik
dengan menggunakan data sari kasus PasH3 = 3,0 torr.
Untuk PasH3 = 3,0 torr :

Dari plot vs log (PA) di dapatkan slope α = 1,0472 ~ 1,0 (koefisien regresi R = 0,9967). Koefisien yang
dihasilkan lebih baik dari sebelumnya, sehingga orde reaksi α untuk Et3ln adalah “1”. Setelah
mendapatkan α, selanjutnya focus untuk mendapatkan orde reaksi dari AsH 3 dan β.
Metode laju awal (initial rates method) dapat digunakan untuk menentukan orde reaksi. – r A
dapat ditulis sebagai berikut

Dengan laju awal (initial rates) pada PasH3 = 3,0 torr dan PasH3 = 1,5 torr , Pa03 = 0,129 torr, Pa03 =
0,129 torr,

Dimana Z = 0 cm
Kf dan Keq merupakan dua variabel tersisa yang belum diketahui. Reaksi mencapai kesetimbangan
setelah Z lebih besar atau sama dengan 4 cm. kita dapat menggunakannya untuk mendapatkan K eq.
pada kesetimbangan

Diketahui PasH3 = 3,0 torr dan Z = 6,5 cm, kita mendapatkan PAe = 0,01 torr.

Menggunakan laju awal (initial rate) dari data tersebut untuk mendapatkan k f.
Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)
Pada reaktor CSTR, persamaan laju reaksinya adalah sebagai berikut :

Prosedur pencarian persamaan laju reaksi untuk reaktor CSTR biasanya dimulai dengan
mengumpulkan data kinetika dengan memvariasuikan laju alir atau konsenrasi umpan yang masuk
kedalam reakstor dan kemudain mengukur laju alir atau konsentrasi spesi reaktan pada bagian luaran
reaktor. Laju reaksi yang terobservasi dapat dihitung dengan mengatur ulang persamaan

Adapun, persamaan diatas dapat dilinearisasi sebagai berikut :


● Reaktor jenis Persamaan (5.10) dapat dievaluasi menggunaan metode least square linear dengan
memplotkan log(-rA) VS logCA. dari plot tersebut, gradien dari profil linear yang didapatkan
merupakan orde reaski ,, sedangkanintercept pada sumbu besarnya ssama dengan log k.
Contoh soal 5.2 Analisis kinetika reaksi pada reaktor CSTR

Normal butanol merupakan pekarut yang efektif digunakan pada reaksi homogen oksidasi p-xilen
terkatalis. Namun, dicurigasu terjadi dekomposisis termal terhadap alcohol, sehingga data
laboratorium CSTR diambil untuk mrmastikan dampak yang ditimbulkan. Pada sebuah reaktor yang
teraduk sempurna, 1 liter cairan reaktan diumpankan dan produk diambil pada laju yang konstan.
Pengukuran terhadap konversi dilakukan pada kondisi tunak pada 3 laju umpan yang berbeda dengan
hasil sebagai berikut (umpan alcohol 100%)

Densitas konstan pada 1 g/ml. tentukan orde reaksi dan koefisien laju reaksinya.
● Penyelesaian :

Rate law untuk reaksi orde n :

Jika disusun ulang dengan penambahan log di kedua sisi : log(-r A) = log k + n log CA . Plot log log (-
rA) terhadap log CA berupa garis lurus dengan slopen (orde reaksi ) dan intercept adalah log konstanta
laju reaksi.
Sehingga di peroleh :
1. Orde reaksi n – 0,626
2. Konstanta laju reaksi k = 0,575 (mol0,374L0,626/min).
3. Persamaan laju reaksi -rA = 0,575 CA0,626
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai