Anda di halaman 1dari 2

Jawaban Pertanyaan

1. Kenyataan yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat ini adalah
orde 2 dapat dilihat pada kurva yang diperoleh. Liniernya kurva yang memiliki
nilai R2>0,9 atau mendekati 1 menunjukkan bahwa reaksi tersebut merupakan
reaksi orde 2.

2. Turunan satuan-satuan SI untuk hantaran jenis dan hantaran molar.

Hantaran jenis larutan ialah hantaran ‘sebatang’ larutan yang panjangnya 1


meter dan luas penampang lintang 1 m2. Maka untuk dua permukaan sejajar
seluas A m2 dan berjarah 1 m satu sama lain berlaku hubungan : L = к A/1
atau к = L 1/A

К = [siemens][m] / [m2] sehingga satuan к adalah siemens.m-1.

Hantaran molar didefinisikan jika terdapat dua buah elektroda yang cukup luas
dan sejajar dan berjarak 1 m, ditempatkan sejumlah larutan yang mengandung
1 mol elektrolit, dinyatakan dengan Λ. Λ= к / C dengan C adalah konsentrasi
larutan dalam mol m-3 sehingga Λ = [siemens][m-1] / [mol][m-3] sehingga Λ
memiliki satuan siemens.m2.mol-1.

3. Akibat bila titrasi HCl tidak segera dilakukan, berarti titrasi dilakukan ketika
suhunya sudah menurun. Hal ini akan mempengaruhi laju reaksi yang
diperoleh menjadi lebih lambat karena pada suhu rendah energi kinetik kecil
sehingga laju reaksi pun akan kecil. Seandainya titrasi harus ditunda sampai
semua percobaan selesai, maka harus dilakukan pemanasan agar laju reaksi
yang diperoleh lebih besar dan sesuai dengan harapan.

4. Tiga cara untuk menentukan orde reaksi adalah sebagai berikut.

1. Metode Integrasi
Pada metode ini dC/dt ditentukan langsung dengan memplot konsentrasi
terhadap waktu. Nilai tangen  menunjukkan kecepatan pada daat t. Orde
reaksi dan tetapan laju reaksi ditentukan dari kurva log v terhadap log C.
Masalah yang timbul dalam metode ini adalah adanya reaksi samping dan
reaksi kebalikan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan. Namun cara ini
merupakan cara penentuan orde reaksi yang paling tetap.
2. Metode laju reaksi Awal (Initial Rates Method)
Pada metode ini, masalah reaksi samping dan reaksi kebalikan dapat
ditiadakan. Cara yang dilakukan adalah mengukur laju reaksi awal dengan
konsentrasi awal reaktan yang berbeda-beda.
3. Metode waktu paruh
Secara umum, untuk reaksi yang berorde n, waktu paruh sebanding dengan
1/Con-1, dimana Co adalah konsentrasi awal reaktan. Data hasil percobaan
dimasukkan ke dalam persamaan di atas, kemudian dibuat kurva yang
berbentuk garis lurus dengan cara yang sama seperti pada metode integrasi.
Seperti halnya pada metode integrasi, adanya reaksi samping mempengaruhi
ketepatan metode ini.

5. Prinsip penentuan energi pengaktifan secara percobaan dan persamaan-


persamaan yang digunakan.
Energi pengaktifan dapat ditentukan secara ekperimen dengan menentukan
nilai tetapan laju reaksi (k) pada berbagai suhu. Dengan mengalurkan ln k
terhadap 1/T akan diperoleh kurva. Dari hasil regresi akan diperoleh
persamaan garis linear dimana nilai dari kemiringan garis (gradien) sebanding
dengan –Ea/R sedangkan intersep sebanding dengan 1/A.
Digunakan persamaan empiris Arhenius yaitu
k = A e-Ea/RT
Ea 1
sehingga ln k = - + ln A
R T

Anda mungkin juga menyukai