Anda di halaman 1dari 25

Kajian Wacana Kritis

By:
Aditya Alam Soeta Bangsa
Kajian Wacana Kritis
Pembahasan

01 02 03 04
Analisis Wacana
Pendahuluan Analisis Wacana Penutup
Kritis
Apa itu Wacana? Pengertian
Pengertian Kesimpulan
Pandangan Penutup
Pendahuluan
Apa itu Wacana?
Menurut KBBI Menurut Cambridge Dictionary
(1) komunikasi verbal; percakapan. (2)
keseluruhan tutur yang merupakan suatu (1) spoken or written
kesatuan. (3) satuan bahasa terlengkap discussion. (2) the use of
yang direalisasikan dalam bentuk language to communicate in
karangan atau laporan utuh, seperti speech or writing. (3)
novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah. discussion or debate (=
(4) kemampuan atau prosedur berpikir formal or political argument
secara sistematis; kemampuan atau ). (4) a speech or piece of
proses memberikan pertimbangan writing about a particular,
berdasarkan akal sehat. (5) pertukaran usually serious, subject.
ide secara verbal.
Wacana Berdasarkan Pendapat Ahli

Cook (dalam Badara, 2014) adalah suatu penggunaan bahasa dalam komunikasi, baik
secara lisan maupun tulisan.

Samsuri (1994) wacana sebagai sebuah rekaman kebahasaan yang utuh tentang
peristiwa komunikasi.

Halliday dan Hasan (2014) wacana merupakan satu kesatuan semantik, dan bukan
kesatuan gramatikal.
Hierarki satuan linguistik menurut Halliday dan Hasan (2014)
Perbedaan Wacana dan Teks?

Van Dijk (1992) berpendapat bahwa wacana adalah “the abstrak theoretical construct”,
yang belum dapat dilihat sebagai perwujudan fisik bahasa. Sedangkan perwujudan bahasa
ialah teks.

Hoed (dalam Badara, 2014) membedakan pengertian wacana dan teks berdasarkan
pandangan De Saussure yang membedakan langue dan parole. Menurutnya Hoed, wacana
merupakan teoritis abstrak yang maknanya dikaji dalam kaitannya dengan konteks dan
situasi komunikasi.
Teks atau Wacana?

Dilarang membuang Bagaimana kamu


sampah disini! melakukannya?

Wacana Teks
ANALISIS WACANA
Harris (dalam Paltridge, 2008) menjelaskan hubungan
antara kebiasaan kebahasaan dan kebiasaan nonkebahasaan
(linguistic and non-linguistic behaviour) layaknya seperti
seseorang memahami dan mengetahui sesuatu berdasarkan
situasi dimana mereka berada pada saat komunikasi
berlangsung, dan bagaimana mereka menginterpretasi apa yang
dimaksud dan dikatakan lawan bicaranya.

Harris menekankan bahwa ekspresi dari sebuah kalimat


mungkin memiliki makna dan maksud yang beragam, tergantung
dari situasi ekspresi tersebut diungkapkan.

Contoh kalimat: “The runaway is full at the moment”

https://en.wikipedia.org/wiki/Zellig_Harris
Analisis Wacana Berdasarkan Pendapat Ahli

Paltridge (2008) beranggapan bahwa semua penelitian yang mereka lakukan adalah
bentuk dari kajian wacana. Walaupun pada kenyataannya menurut Paltridge pengertian
wacana tersebut hanya dapat diaplikasikan oleh bidang yang dimaksud saja, sehingga
terdapat perbedaan dalam pemahaman kajian wacana dari satu ke bidang yang lain.

Mills (2004) kajian wacana mengalami pergeseran makna; yang mana dulunya menitik-
beratkan kepada suatu aspek penggunaan bahasa ke penggunaan kebahasaan lain, hingga
berdasarkan penggunaan kajian yang masing-masing peneliti gunakan dalam kajian mereka,
memiliki perbedaan satu dengan yang lain.
Gagasan untuk membedakan pandangan terhadap kajian wacana menurut Fairclough (1995)
dibedakan menjadi 1) Pandangan kajian wacana yang berfokus kepada “berorientasi tekstual”, dan 2)
Orientasi teori sosial yang memiliki 3 orientasi.

1. Wacana merupakan bagian dari masyarakat.


2. Pemahaman wacana sebagai praktik sosial memberi implikasi bahwa wacana merupakan proses
sosial.
3. Wacana berproses sesuai dengan vang dikondisikan dalam masvarakat.
Analisis Wacana?

Analisis wacana adalah sebuah pendekatan kajian bahasa


yang melihat pola-pola kebahasaan yang muncul di dalam teks
baik lisan maupun tulisan dengan konteks sosial dan budaya
dimana teks tersebut muncul. Analisis wacana seperti yang
disampaikan oleh Paltridge (2008) berfokus kepada pengetahuan
terhadap penggunaan bahasa, yang tidak hanya sekedar kata,
klausa, frasa dan kalimat saja.
Analisis Wacana Kritis
Apa itu AWK/CDA?
Power
Van Dijk: Wodak:
menitikberatkan kepada kajian Practice Context "Kritis" berarti tidak menerima begitu
bagaimana penyalahgunaan saja, membuka kompleksitas, menantang
kekuasaan, dominasi, dan reduksionisme, dogmatisme, menjadi
ketidaksetaraan dibuat, diproduksi, refleksi diri dalam sebuah penelitian, dan
dan ditolak melalui teks atau lisan di melalui proses ini, mewujudkan struktur
dalam konteks sosial dan politik. buram hubungan kekuasaan dan ideologi.
"Kritis" menyiratkan makna skeptis,
Knowledge Subjectivity yang kemudian mengusulkan solusi
Fairclough: alternatif.
Penyelidikan terhadap pertarungan Language
perjuangan kekuasaan antara Adapted from Jan Zienkowski (2017)
masing-masing kelompok sosial
tertentu yang (misalnya
diwujudkan/disalahgunakan) melalui
bahasa; penyelidikan hubungan
kekuasaan sebuah wacana terhadap
kelompok tertentu.
Analisis Wacana Kritis
Apa tujuan AWK/CDA?

Menyelidiki Dominasi
Menyelidiki
Ketidakadilan

Menyelidiki Ketidaksetaraan Menyelidiki Diskriminasi


Analisis Wacana Kritis

DA with “critical” to CDA


Gunther Kress Teun A. van Dijk Theo van Leeuwen
(1940-2019) (1943) (1947) Kemunculan analisis wacana kritis
(CDA) setelah simposium kecil di
Amsterdam, Belanda, Januari 1991
tentang DA dan pendekatan ‘kritis’
terhadap DA—yang akhirnya
menjadi CDA, berdasarkan gagasan
Gunther Kress, Norman Fairclough,
Norman Ruth Wodak
Fairclough (1950) van Dijk, dan Ruth Wodak, van
(1941) Leeuwen.
Analisis Wacana Kritis

Prinsip-Prinsip CDA menurut Wodak dan Meyer


dalam Subagyo (2019):

❏ Berorientasi pada masalah sosial. Maka


menuntut,
❏ interdisipliner atau lintas-ilmu.
❏ Mendemistifikasi kekuasaan (power) dan
ideologi melalui kajian sistematis atas data
semiotis (tulisan, ucapan, ataupun citra
visual).
❏ Selalu reflektif di dalam proses penelitian.
Analisis Wacana Kritis

Karakteristik CDA:
1. Tindakan 3. Historis 5. Ideologi
Dipahami sebagai tindakan, atau Mempertanyakan bagaimana wacana Wacana dipandang sebagai bentuk
sebagai bentuk interaksi: untuk tercipta & diciptakan, berkembang & dari praktik ideologi tertentu: Nilai,
mempengaruhi, membujuk, mendebat, dikembangkan seperti itu, etc., dalam norma, kepercayaan, praktik sosial,
menyanggah, etc. (kuliah, percakapan, konteks tertentu (misalnya pada sistem bermasyarakat, dsb.
dsb) situasi waktu tertentu).

2. Konteks 4. Kekuasaan
Mempertanyakan “wh- & how Hubungan antara wacana (misal
questions”, dan hubungannya dengan dalam wujud teks, percakapan, dsb)
hal lain yang memberikan makna dengan kekuasaan (power). Wacana
pada teks (misalnya latar, situasi, yang muncul dipandang tidak wajar
peristiwa, kondisi). (alamiah), tidak netral, melainkan
pertarungan kekuasaan.
Analisis Wacana Kritis
Pandangan CDA Fairclough:
(Dialectical-Relational Approach)
3 Dimensi CDA:
Berkaitan kepada dialektika antara struktur wacana (tekstual dan
kontekstual) dan struktur sosial.

Bahasa digunakan untuk beragam fungsi dan konsekuensi: bahasa


tidak lagi netral -membawa ideologi, sehingga menciptakan identitas
kita.

Bahasa dikonstruksi (gramatikal) dan mengkonstruksi (cara


penggunaan bahasa: penggunaan bahasa oleh penguasa cenderung
“memerintah”).

Fenomena yg sama bisa dideskripsikan beragam cara (variasi


laporan/cerita, harfiah/fiksi/representasi/ visual).

Ada retorika, manipulasi, dan penyesatan: bagaimana berkomunikasi


dan menggunakan bahasa untuk melakukan sesuatu/sebagai strategi
kekuasaan (menunjukkan kekuatannya).
Analisis Wacana Kritis
Pandangan CDA Teun Van Dijk:
(Socio-Cognitive Approach)

Berfokus pada hubungan kognitif sosial, struktur sosial dengan


struktur wacana (melingkupi teks, konteks, historis, dsb).

Struktur kognitif merujuk kepada pikiran/mental dari partisipan


wacana atau secara luas adalah penutur bahasa, yang menyelaraskan
dan menghubungkan struktur wacana dengan struktur sosial.

Tidak ada hubungan langsung antara struktur sosial dengan cara


orang berbicara atau cara orang memahami sesuatu. Dengan begitu,
menurut Van Dijk, dibutuhkan peran mental kognitif.

Subjective mental model pada pikiran lah yang menciptakan konteks


pada sebuah situasi komunikatif (to whom, in what situation, and
where) berdasarkan tingkat kesesuaian dari komunikasi yang sedang
dilakukan.
Analisis Wacana Kritis
Pandangan CDA Roger Fowler:

Fowler mengklaim (1986) bahwa kombinasi studi konteks sosial dan


analisis linguistik akan mewujudkan ideologi yang tersembunyi
dalam wacana.

Fowler menjelaskan gagasan ini sebagai berikut: Orang-orang dari


berbagai strata sosial cenderung menggunakan struktur linguistik
yang berbeda dalam wilayah pengalaman yang sama.

Serangkaian fitur linguistik tertentu, di satu sisi, mencerminkan cara


khusus penilaian dan evaluasi pengguna bahasa, dan di sisi lain,
karakteristik linguistik ini, pada dasarnya, berakar kuat dalam
struktur sosial. Selanjutnya, penggunaan praktis bahasa sebagian
besar berada di luar kendali pembicara atau penulis itu sendiri, tetapi
ditentukan oleh struktur sosial yang kompleks.
Analisis Wacana Kritis
Pandangan CDA Theo Van Leeuwen:
(Social Actors Approach)

Bagaimana pihak-pihak dan aktor 1.“Exclusion”: apakah dalam suatu teks berita
(Social Actors) ditampilkan dalam ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan
pemberitaan (dalam strategi wacana). dalam pemberitaan, yang dimaksudkan
Bagaimana suatu kelompok dominan dengan pengeluaran seseorang atau aktor
lebih memegang kendali, sementara dalam pemberitaan adalah, menghilangkan
kelompok lain yang posisinya rendah atau menyamarkan pelaku/aktor dalam berita,
cenderung untuk terus-menerus sehingga dalam berita korbanlah yang
dijadikan objek pemaknaan dan menjadi perhatian berita.
digambarkan secara buruk. Hal ini
langsung/tidak langsung bisa mengubah 2.“Inclusion”: ini berhubungan dengan
pemahaman khalayak akan suatu isu dan bagaimana seseorang atau kelompok aktor
melegitimasi posisi pemahaman dalam suatu kejadian dimasukkan atau
tertentu. direpresentasikan ke dalam sebuah berita.

Sumber: Satria Channel - https://youtu.be/Rfs7mLGZF4Y


Analisis Wacana Kritis
Pandangan CDA Theo Van Leeuwen:
(Social Actors Approach)

Sumber: Satria Channel - https://youtu.be/Rfs7mLGZF4Y


Penutup
Kesimpulan:

Pengertian wacana mempunyai beragam ● Berdasarkan penggunaan metode: (1) analisis wacana
arti. Terkadang penggunaannya sintagmatik (pendekatan sintaksis); dan (2) analisis wacana
disamakan dengan teks secara khusus paradigmatik.
maupun bahasa secara umum. Hal
● Berdasarkan bentuk analisis: (1) analisis wacana linguistik
tersebut juga terjadi pada pengertian
analisis wacana, masing-masing ahli yang membaca suatu naskah dengan menggunakan salah
mempunyai pengertian dan satu metode analisis wacana (sintaksis ataupun
pemahamannya tersendiri. paradigmatis); dan (2) analisis wacana sosial, yang
menganalisis wacana dengan memakai satu/lebih metode
analisis wacana (sintaksis ataupun paradigmatis),
menggunakan perspektif teori tertentu, dan menerapkan
paradigma penelitian tertentu (positivis, pospositivis,
kritikal, konstruktivis, dan partisipatoris).
Penutup
Kesimpulan:
Disiplin ilmu yang dapat dijadikan pendekatan dalam
● Berdasarkan level analisis: (1) analisis pada analisis wacana kritis, antara lain:
tingkat naskah, baik dalam bentuk teks,
pembicaraan, perbuatan dan artifak; baik secara ● Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
● Pragmatik
sintagmatis ataupun secara paradigmatis; dan (2)
● Semiotik
analisis multilevel yang dikenal dengan analisis ● Sosiolinguistik
wacana kritis (analisis wacana kritis) yang ● Etnografi Komunikasi
menganalisis wacana pada level naskah beserta ● Linguistik Fungsional Sistemik.
konteks dan historisnya.
● Berdasarkan bentuk (wujud) wacana, analisis
wujud wacana dapat dilakukan terhadap beragam
bentuk (wujud) wacana; mulai dari tulisan,
ucapan, tindakan, hingga peninggalan (jejak); baik
yang dimuat dalam media maupun di alam
sebenarnya.
Thank You
谢谢
ありがとう
ꦩꦠꦸꦂ ꦤꦸꦮꦸꦤ꧀
Salamat
Gracias

Anda mungkin juga menyukai