0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan11 halaman
Logika adalah ilmu tentang penalaran yang sah. Logika berkembang sejak zaman Yunani kuno hingga zaman modern. Pada zaman Yunani kuno, Aristoteles meletakkan dasar logika tradisional dengan karya Organon. Logika kemudian hidup kembali pada abad ke-12 di Eropa dan berkembang menjadi logika simbolik pada abad ke-19 dengan karya Boole dan de Morgan.
Logika adalah ilmu tentang penalaran yang sah. Logika berkembang sejak zaman Yunani kuno hingga zaman modern. Pada zaman Yunani kuno, Aristoteles meletakkan dasar logika tradisional dengan karya Organon. Logika kemudian hidup kembali pada abad ke-12 di Eropa dan berkembang menjadi logika simbolik pada abad ke-19 dengan karya Boole dan de Morgan.
Logika adalah ilmu tentang penalaran yang sah. Logika berkembang sejak zaman Yunani kuno hingga zaman modern. Pada zaman Yunani kuno, Aristoteles meletakkan dasar logika tradisional dengan karya Organon. Logika kemudian hidup kembali pada abad ke-12 di Eropa dan berkembang menjadi logika simbolik pada abad ke-19 dengan karya Boole dan de Morgan.
Mata Kuliah: Logika Program Studi: Sosiologi Fakultas: FHISIP Penulis: Puri Kurniasih Email: purikurniasih@gmail.com Penelaah: Nurhayati, S.Sos., M.Si Email: Pengertian Logika • Secara etimologi, berasal dari kata Yunani Kuno λόγος (logos) yang digunakan dalam beberapa arti, seperti: ucapan, bahasa, kata, pengertian, pikiran, akal budi, dan ilmu. • Secara definisi, menurut Irving M. Copi, logika sebagai suatu studi tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam membedakan penalaran yang tepat dari penalaran yang keliru. (Irving M. Copi, Introduction to logic, (second edition) New York: The Macmillan Company, 1976, hlm.3) • Secara konseptual kita berangkat dari definisi terminologis bahwa logika adalah “sistem penalaran tentang penyimpulan yang sah” (Bakry, 2016: 1.3) Pengertian Logika • Yang perlu diperhatikan dari definisi tersebut, yaitu sistem penalaran dan penyimpulan yang sah. Untuk memahami tentang penalaran dan penyimpulan, kita perlu mengenal LOGIKA DEDUKTIF dan LOGIKA INDUKTIF. • Deduktif dan Induktif dapat dibedakan dengan melihat sifat kesimpulan yang dihasilkannya. Logika deduktif, kesimpulannya bersifat PASTI; Logika induktif, kesimpulannya bersifat MUNGKIN. Deduktif dan induktif dapat dibedakan dengan melihat BENTUK atau ISI pernyataan yang digunakan. Pengertian Logika • Contoh logika deduktif
Semua manusia pasti mati (A – B) Premis Mayor Universal
Soekarno adalah manusia (C – A) Premis Minor Partikular Jadi, Soekarno pasti mati (C – B) Kesimpulan Partikular Kesimpulan bersifat PASTI, karena ditarik dari premis-premis.
• Contoh logika deduktif
Soekarno mati, Fatmawati mati, Soeharto mati, Tien mati, Budi mati, dan Tuti mati. Jadi, semua manusia pasti mati
Kesimpulan bersifat MUNGKIN, karena data tidak pernah habis.
Kesimpulan akan gugur jika ada satu manusia yang tidak bisa mati. Pengertian Logika • Logika deduktif dikenal dengan logika FORMAL (FORM/bentuk), sebab kepastiannya ditentukan oleh bentuk pernyataan atau struktur dari penyataan yang digunakan. Kesimpulan selalu ditarik dari premis mayor dan premis minor, tidak ada satu hal pun yang berasal dari luar itu, sehingga kepastiannya benar-benar pasti secara bentuk (perhatikan rumus dalam tanda kurung contoh logika deduktif!). Sedangkan isi dari premis, mengenai manusia, mengenai mati, mengenai soekarno itu berasal dari kesimpulan yang diperoleh secara induktif.
• Logika induktif dikenal dengan logika MATERIAL (MATTER/isi),
karena kemungkinannya ditentukan oleh isi pernyataan yang digunakan. Isi pernyataannya itu sesuai dengan kenyataan atau tidak, sehingga kesimpulan yang dihasilkannya adalah kemungkinan. Kemungkinan itu benar atau salah. Bahasa dan Logika • Berpikir sebagai proses bekerjanya akal dalam menelaah sesuatu merupakan ciri hakiki dari manusia dan hasil bekerjanya akal ini tidak dapat diketahui oleh orang lain jika tidak dinyatakan dalam bentuk Bahasa. Bahasa adalah pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia. • Bahasa terbagi menjadi kata-kata atau istilah-istilah dan sintaksis yang membentuk kalimat. Kalimat terdiri dari kalimat bermakna dan kalimat tidak bermakna. Kalimat bermakna terbagi menjadi kalimat berita dan kalimat bukan berita. Kalimat bukan berita terbagi menjadi kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat seru, dam kalimat harapan. Kalimat berita adalah kalimat yang dapat dinilai benar atau salah. Bahasa ilmiah adalah kalimat berita yang berupa suatu pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat. Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang penggolongan Bahasa. Bahasa dan Logika • Bahasa tergolong menjadi dua, yaitu bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami terdiri dari bahasa isyarat dan bahasa biasa. Bahasa buatan terdiri dari bahasa istilah dan bahasa artifisial. • Semantara fungsi bahasa ada tiga, yaitu fungsi ekspresif, fungsi afektif, dan fungsi simbolik. Fungsi eksresif berupa pencurahan rasa. Fungsi afektif menimbulkan efek psikologis terhadap orang lain. Fungsi simbolik dinyatakan dalam symbol-simbol dan fakta yang meliputi fungsi logis dan komunikatif. Di antara tiga fungsi tersebut, untuk logika dan bahasa ilmiah harus memperhatikan fungsi simbolik, karena komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Bahasa dan Logika • Kalimat terbagi menjadi kalimat bermakna dan kalimat tidak bermakna. Kalimat bermakna terbagi menjadi kalimat deklaratif dan bukan kalimat deklaratif. Kalimat deklaratif menunjukkan benar atau salah. Kalimat deklaratif melahirkan pernyataan atau proposisi yang terbagi menjadi: proposisi tunggal, proposisi kategori, dan proposisi majemuk. Proposisi ada yang bersifat analitik dan ada juga yang bersifat sintetik. Sejarah Perkembangan Logika • Konsepsi logika tidak lepas dari sejarah yang membentuknya. Secara historis ada dua zaman yang membentuk logika, yakni: zaman Yunani dan zaman Modern. • Pada zaman Yunani, Aristoteles menjelaskan bahwa “logika adalah ilmu yang mengkaji hukum-hukum berpikir untuk memelihara proses penalaran dari kesalahan” (Bakry: 2016: 1.30). Logika zaman Yunani ini dikenal dengan logika Tradisional atau logika Aristoteles yang berpusat pada karyanya Organon. Buku Organon berisi tentang Categoriae, De Interpretatione, Analytica Priora, Analytica Posteriora, Topica dan Sophistici Elenchi. Pada zamannya, konsepsi logika menurut Aristoteles diikuti oleh Theoprastus, kaum Stoik, Megaria Porphyrius, dan berkembang pada empat wilayah, yaitu: Athena, Iskandariah, Antiokia, dan Roma. Logika zaman Yunani berakhir pada masa Boethius di Roma. Akhir logika tradisional dikenal dengan zaman gelap (dark ages). Sejarah Perkembangan Logika • Pada abad XII atau zaman Modern, di wilayah Eropa Peter Abelard menghidupkan kembali logika pada pendidikan tinggi di Kota Paris. Hidup kembali logika dengan ditemukannya naskah-naskah kuno oleh Abelard tentang Topica karya Cicero, tentang Perihermenias komentar Apuleus, tentang De Syllogimo Hypothetico dan De Syllogismo Categorico komentar Boethius dan komentar tentang De Interpretatione. Masa ini disebut dengan Ars Vetus atau Logika Tua. Kemudian, berkembang pada Ars Nova atau Logika Baru, Logika kaum Scholastik, logika golongan Port Royal hingga logika simbolik. Logika SIMBOLIK pada abad IX dipelopori oleh Leibniz dengan idenya tentang ars combinatoria. Logika simbolik ditujukan untuk menjelaskan logika sebagai ilmu pasti. Setiap pengertian, pernyataan, dan hubungan digantikan dengan simbol-simbol. Logika simbolik dikembangkan pertama oleh George Boole dan Augustus de Morgan dalam bukunya The Mathematical Analysis of Logic (1847) tentang logika formal. Kemudian, John Venn menulis tentang Symbolic Logic (1881). Dalam perkembangannya logika terus berkembang pada pembahasan logika simbolik. Sumber Sumber bacaan: Noor Muhsin Bakri dan Sonjoruri Budiani Trisakti. Logika. Ed.2. Jakarta: Universitas Terbuka, 2016, hal. 1.1-1.60