Anda di halaman 1dari 20

SEMINAR PROPOSAL

STUDI KASUS TENTANG PENGERTIAN, CIRI-CIRI, FAKTOR PENYEBAB,


DAN DAMPAK QUARTER LIFE CRISIS
TERHADAP KESEHATAN MENTAL MAHASISWA SEMESTER AKHIR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA

APRILLA MARTHA WARDANI (K3117011)


LATAR BELAKANG
 Setiap manusia memiliki tahapan perkembangan di
setiap fase kehidupannya. Pada setiap tahapan tersebut
terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus
dilakukan, di dalam melakukan tugas perkembangan
tersebut akan mempunyai model, karakteristik, dan
tuntutan yang berbeda-beda dimana seseorang harus
melampauinya dengan optimal.
 Setiap individu memiliki respon yang berbeda-beda
terhadap tugas dan tuntutan yang dimiliki pada tahap
transisi masa remaja menuju dewasa.
 Sebagian yang lain merasa periode ini merupakan
masa yang sulit dan penuh kegelisahan. Individu merasa
tidak mampu mengatasi tantangan-tantangan dan
juga perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
tersebut.
 Hal tersebut memunculkan krisis emosional atau respon yang
negatif dari dalam diri individu. Krisis ini oleh Robins dan Wilner
disebut dengan quarter life crisis.
 Quarter life crisis merupakan fenomena yang dialami oleh individu
sebagai respon terhadap munculnya ketidakstabilan, perubahan
yang terus menerus, banyaknya pilihan, dan juga rasa panik
akibat tidak berdaya. Ketidakstabilan tersebut membuat
individu sering merasa cemas, tak berdaya, tetapi juga percaya
diri pada waktu yang hampir sama.
 Dengan demikian, quarter life crisis sangat penting untuk
dijadikan perhatian dengan tujuan individu dengan pemahaman
baik mengenai fenomena tersebut, akan lebih siap saat
menghadapi kesulitan di tahap transisi masa remaja menuju
dewasa.
 Pokok utama quarter life crisis yang dihadapi mahasiswa akan
menjadi kajian dari penulisan skripsi ini. Kajian quarter life crisis
menjadi penting karena belum cukup banyak kajian mendalam
mengenai pengaruh quarter life crisis terhadap kesehatan mental
mahasiswa tingkat akhir khususnya pada Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian , ciri-ciri, faktor penyebab quarter
life crisis?
2. Bagaimana dampak quarter life crisis terhadap mahasiswa
semester akhir Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta?
3. Bagaimana upaya mengatasi quarter life crisis?

TUJUAN PENELITIAN
1. Mendiskripsikan pengertian , ciri-ciri, faktor penyebap
quarter life crisis
2. Mampu mendiskripsikan dampak quarter life crisis
terhadap mahasiswa semester akhir Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret
Surakarta
3. Mampu merumuskan upaya mengatasi quarter life crisis
KAJIAN PUSTAKA

 Definisi Quarter Life Crisis


 Ciri – Ciri Quarter Life Qrisis
 Faktor Penyebab Quarter Life Crisis
 Dampak Quarter Life Crisis
 Definisi Kesehatan Mental
 Aspek Kesehatan Mental
Definisi Quarter Life Crisis
 Istilah quarter life crisis pertama kali dikemukakan oleh Robins dan
Wilner pada tahun 2001. Robins dan Wilner (2001) menyebutnya
sebagai masa transisi dari dunia akademis atau academic world
kepada dunia yang sebenarnya atau real world
 Menurut Fischer (2008) quarter-life crisis adalah perasaan khawatir
yang hadir atas ketidakpastian kehidupan mendatang seputar
relasi, karier, dan kehidupan sosial yang terjadi sekitar usia 20-an.
 Nash dan Murray (2010) mengatakan bahwa yang dihadapi ketika
mengalami quarter life crisis adalah masalah terkait mimpi dan
harapan, tantangan kepentingan akademis, agama dan
spiritualitasnya, serta kehidupan pekerjaan dan karier.
 Melalui pengertian dari para ahli yang telah dipaparkan, di atas
dapat disimpulkan bahwa pengertian Quarter Life Qrisis merupakan
transisi dari masa dunia belajar menuju dunia nyata atau dunia
bekerja dimana pada masa tersebut manusia merasakan
kecemasan atau kekuatiran yang mendalam akan hubungan sosial,
karier, dan aspek kehidupan lain di masa mendatang.
Ciri – Ciri Quarter Life Qrisis

 Memiliki perasaan minder karena tidak bekerja pada bidang yang


diinginkan.
 Memiliki perasaan bingung atas banyaknya pilihan yang ada.
 Merasa “insecure” akan masa depan.
 Meragukan semua hal, seperti karir dan kemampuan diri.
 Merasa kecewa dengan berbagai kesempatan kerja yang ada,
adanya perasaan bahwa semua usaha dan pendidikan yang
ditempuh tidak memeberikan dampak apa-apa.
 Merasa tidak punya rencana.
 Membandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain, lalu
merasa masih sangat jauh.
 Merasa terlalu stress, atau terisolasi
 Tidak merasa senang dengan proses yang sedang berjalan
Faktor Penyebab Quarter Life Crisis
 Menurut Alifandi (2016), lompatan akademis yang sering
dialami oleh mahasiswa ke dunia kerja terkadang menimbulkan
luka dan ketidakstabilan emosi sehingga mengalami krisis
emosional.
 Umumnya penyebab krisis yang utama adalah karena adanya
tuntutan dari orang tua terhadap langkah apa yang akan
diambil di masa mendatang (Arnett, 2004) dan stres karena
masalah akademik (Slamet, 2003).
 Tantangan lain yang turut berkontribusi terhadap krisis
emosional yang dialami oleh mahasiswa pada masa quarter life
crisis adalah kompleksnya masa transisi yang penuh dengan
ketidakpastian sehingga menimbulkan depresi bagi individu
yang mengalami. Hal ini diperparah dengan pengalaman
negatif seperti berbagai penolakan yang berdampak langsung
terhadap kesejahteraan pribadi, harga diri (Robinson, 2018).
Dampak Quarter Life Crisis

 Quarter life crisis yang dialami mahasiswa dalam jangka


waktu panjang dapat menyebabkan konsekuensi negatif
terhadap kehidupan, salah satunya stres bahkan depresi.
 Kondisi stres yang terakumulasi diprediksi memunculkan
berbagai permasalahan baru, yaitu masalah emosi dan
perilaku (Jackson, 2000), perilaku agresi, tindak kekerasan
dan respons yang emosional, rendahnya kesejahteraan
psikologis, penarikan diri secara sosial, kecemasan, dan
depresi, serta trauma (Lazarus & Folkman, 1984).
 Kurangnya penghayatan, kepercayaan dan partisipasi aktif
pada kegiatan keagamaan yang dianut dapat menyebabkan
berbagai persoalan yang telah disebutkan, khususnya
depresi dan kehilangan tujuannya.
Definisi Kesehatan Mental
 Sehat (health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan
secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental
maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau keadaan
lemah.
 Menurut Karl Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah
mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri
menunjukkan kecerdasan berperilaku dengan menenggang
perasaan orang lain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia.
 Hawari (1997) juga mengatakan bahwa pengertian kesehatan
mental menurut paham ilmu kedokteran adalah satu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional
yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras
dengan keadaan orang lain. Oleh karena itu makna kesehatan
mental mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan
memperhatikan semua segi-segi dalam penghidupan manusia dan
dalam hubungannya dengan manusia lain. Adapun karakteristik
individu sehat mental mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif,
seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang
positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan
(virtues).
Aspek Kesehatan Mental

 Kriteria dan ciri-ciri orang yang sehat mentalnya menurut


Schneiders dan Siti Meichati adalah :
 Mempunyai keserasian jiwa
 Mampu menghadapi dan mengatasi goncangan.
 Dapat menyesuaikan diri dan dapat mengatasi kesulitan
 Dapat memenuhi kebutuhan secara wajar dan ikut
bertanggung jawab terhadap sesama.
 Mempunyai rasa humor.
 Mempunyai kebebasan dan kemerdekaan hidup.
 Merasa bahagia, mempunyai pandangan hidup sehat,
keseimbangan emosi dan tidak tergantung kepada orang
lain.
Tempat Pelaksanaan

Tempat yang dipilih dalam penelitian “Studi Kasus


Tentang Pengertian, Ciri- Ciri, Faktor Penyebab, Dan
Dampak Quarter Life Crisis terhadap Kesehatan Mental
Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta”
yaitu di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta dimana
tempat tersebut merupakan tempat subjek menempuh
pendidikan akhir.
Waktu Pelaksanaan
Metode Penelitian
 Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Studi kasus merupakan kajian
rinci mengenai suatu latar atau individu sebagai subjek
atau suatu tempat penyimpanan dokumen.
 Studi kasus berusaha memaparkan persoalan bukan
mengisolasi faktor-faktor tertentu namun secara
holistik. Metode studi kasus adalah pilihan terbaik
karena peneliti perlu mengetahui pengaruh quarter life
crisis terhadap kesehatan mental mahasiswa tingkat
akhir sehingga tercapai suatu pemahaman yang utuh
dan menyeluruh. Selain itu quarter life crisis
merupakan fenomena yang cukup unik sehingga
membutuhkan studi yang mendalam sehingga peneliti
dapat menjawab how dan why.
Data dan Sumber Data
Peneliti akan menggunakan dua sumber untuk mendapatkan
data penelitian yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder, adapun rinciannya sebagai berikut:
 Sumber Data Primer
 Subjek itu sendiri
 Informan
 Keluarga subjek, karena lingkungan terdekat subjek.
 Teman dekat subjek
 Dosen pembimbing
 Sumber Data Sekunder
 Untuk melengkapi data primer maka dapat berupa dokumen-
dokumen catatan pribadi anak hasil dokumentasi dari pihak
kampus maupun saat penelitian terkait perilaku mahasiswa
yang menunjukkan ciri-ciri quarter life crisis.
Teknik Pengumpulan Data
Wawancara
 Di dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada :
 Subjek Penelitian
 Keluarga subjek
 Teman dekat subjek
 Dosen pembimbing
Observasi
 Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data melalui pengamatan
terhadap quarter life crisis, observasi dilakukan oleh observasi
partisipan dengan observer terlibat secara langsung di kampus agar
data yang diperoleh aktual dan dapat dipertanggung jawabkan.
Dokumentasi
 Penggunaan teknik dokumentasi oleh peneliti agar mendapatkan
data yang telah dicatat dosen berhubungan dengan perilaku dan
kebiasaan subjek saat berada di kampus.
Teknik Analisis Data
Dalam proses analisis menurut Miles & Huberman dalam
Sugiyono (2010) bahwa terdapat tiga komponen utama yaitu: (1)
reduksi data; (2) sajian data; (3) penarikan simpulan serta
verifikasinya.
 Mereduksi data artinya merangkum hal-hal penting dari hasil
data yang diperoleh sehingga nantinya data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
 Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori.
 Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
 Menentukan fokus kajian (focus of study), mencakup
kegiatan pemilihan kasus yang akan diteliti
 Menelaah bahan pustaka yang relevan dan hasil kajian
sebelumnya
 Menentukan lokasi penelitian
 Memilih bentuk data yang akan dikumpulkan beserta
teknik pengumpulan data tersebut.
 Menyusun instrumen penelitian, pengembangan
pedoman pengumpulan data dan penyusunan jadwal
kegiatan secara rinci.
2. Tahap Pelaksanaan
 Memulai mengumpulkan data melalui wawancara, observasi,
dan dokumentasi.
 Menganalisis data. Melibatkan memilah-milah data,
menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda
tergantung pada sumber informasi, dan melakukan coding
semua data.
 Melakukan kajian triangulasi terhadap data yang diperoleh.

3. Tahap Penulisan Hasil Penelitian


 Merumuskan hasil analisis data yang berupa sajian hasil
penelitian diikuti pembahasannya secara naratif.
 Pembuatan kesimpulan yang berdasarkan fakta yang ada di
lapangan tentang kasus yang diteliti.

Anda mungkin juga menyukai