Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL SEMINAR PERKEMBANGAN

Hubungan Antara Quarter Life Crisis Dalam Kepuasaan Hidup Pada


Dewasa Awal Di Pekanbaru

Dosen Pengampu: Icha Herawati, M. Soc, Sc

Disusun Oleh:
Tania Islameltri
188110095

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji Allah Subhanahu wa Ta’Ala, karena dengan rahmat-Nya

memudahkan peneliti membuat rancangan Proposal Penelitian mata kuliah

Seminar Perkembangan dan Teknik Penulisan Skripsi yang dibimbing oleh

Buk Icha Herawati, S.Psi, M.Soc., S,C. proposal ini dibuat dalam memenuhi

kewajiban sebagai mahasiswa dengan melaksanakan tugas sebagai bentuk

upaya kompetensi. Proposal ini dibuat dengan judul Hubungan Antara

Quarter Life Crisis Dalam Kepuasan Hidup Pada Dewasa Awal Di

Pekanbaru

Proposal ini temtunya masih terdapat kekurangan, dikarenakan

kurangnya wawasan peneliti, kekurangan banyak dapat ditemukan dalam isi

ataupun penulisan serta etika dalam pengutipan. Semoga dengan kekurangan

ini, pembaca (dosen dan mahasiswa) dapatkan memberikan kritik yang

membangun agar peneliti dapat melakukan perbaikan kedepannya dan

semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Bangkinang, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 7
BAB II....................................................................................................................... 8
2.1 Quarter Life Crisis .......................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Quarter Life Crisis ................................................................. 8
2.1.2 Aspek-Aspek Quarter Life Crisis .......................................................... 10
2.1.3 Fase-fase Quarterlife crisis .................................................................... 12
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Quarterlife Crisis....... 13
2.2 Kepuasan Hidup ............................................................................................ 13
2.2.1 Pengertian Kepuasan Hidup ................................................................... 13
2.2.2 Komponen Kepuasan Hidup .................................................................. 15
2.2.3 Faktor- Factor Yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup .......................... 16
BAB III ................................................................................................................... 17
3.1 Identifikasi Variebel Penelitian ..................................................................... 17
3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk peralihan dimana pada setiap manusia

mengalami proses perkembangan secara fisik dan psikologisnya, yang

dimulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa dan masa lanjut

usia. Dalam setiap tahap perkembangan memiliki banyak proses

pembelajaran. Belajar adalah hal yang sangat penting untuk menambah

wawasan dalam berfikir dan mampu untuk memecahkan masalah secara

kreatif dan kritis. Salah satu contoh yaitu masa (transisi) peralihan masa

remaja ke masa dewasa.

Pada masa peralihan dari masa remaja ke dewasa, seseorang mulai

bereksplorasi diri sendiri, menyelesaikan masalahnya sendiri, hidup mandiri

dari orang tuanya dan membangun relasi (Papalia & Feldman, 2014). Bagi

kebanyakan orang awam, ada tiga kriteria untuk mendefinisikan kedewasaan

yaitu mengambil tanggung jawab diri, membuat keputusan sendiri dan secara

finansial (Arnett,2006). Masa dewasa biasanya dimulai sejak usia 18 tahun

hingga kira-kira 40 tahun. Pada saat ini, individu akan mengalami perubahan

fisik dan psikologis, serta memiliki masalah pengaturan diri dan ekspektasi

terhadap perubahan tersebut.. Dalam masa peralihan individu yang berada

pada masa remaja akhir maka akan mengalami fase dewasa lebih tepatnya

dewasa awal.
Masa dewasa awal akan dimunculkan dengan keputusan-keputusan

dalam menghadapi pengalaman tertentu dalam menyempurnakan hidup.

Pendapat dari seseorang itu sendiri yang tidak dapat menerima dukungan dan

timbul perasaan gagal, ketidakpercayaan diri dan ketidaksejahteraan. Hal ini

akan akan timbul dalam kehidupan yang arah negative yang menunjukkan

ketidakpuasan. Pada masa dewasa awal sering kita lihat individu yang

mengalami ketidakpuasan dalam hidupnya. Jika individu dikatakan berhasil

dalam dirinya memalui proses penilian kognitif yang sesuai dengan

standarnya.

Kepuasan hidup bisa menurunkan perasaan frustasi, depresi dan

perasaan negative. Selain itu individu yang dikatakan sudah puas dalam

kehidupannya juga menunjukan perilaku yang sehat. Pada dewasa awal yang

sudah mencapai kepuasan dalam hidupnya tidak akan mengalami gangguan

psikologis. Sebaliknya, jika individu tersebut menujukkan ketidapuaasan

dalam hidupnya ia akan menimbulkan depresi, stress, frustasi, dan insecure

maka bisa dikatakan indivud yang sedang menginjak dewasa awal itu

mengalami quarterlife crisis.

Masa dewasa awal adalah masa pencarian stabilitas dan reproduktif

yaitu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosi, masa

komitmen dan ketergantungan, perubahan nilai kreativitas dan adaptasi

terhadap gaya hidup baru. Di awal masa dewasa di usia dua puluhan, keadang

emosinya tidak terkendali, ia cenderung tidak stabil, gelisah dan mudah

memberontak. Ketika tantangan dan perubahan yang sudah terjadi tidak dapat
diatasi pada tahap awal masa dewasa, maka akan terjadi krisis emosional yang

sering disebut dengan Quarter Life Crisis.

Masa Quarter Life Crisis adalah tantangan kehidupan dengan

munculnya ketidakstabilan, ragu akan kemampuan diri sendiri, takut

kegagalan, banyaknya pilihan, merasa tidak berdaya dan panik. Quarter Life

Crisis terjadi karena adanya perubahan dari masa remaja ke masa dewasa

maka munculah masalah yang terjadi dalam kehidupannya Robbins dan

Wilner (2001).

Menurut Chan & Prendergast (2007), ketika mengalami quarter life

crisis, masyarakat tidak bisa lepas antara berbagai aktivitas dan interaksi yang

dilakukan dalam diri individu dan lingkungan sosial, sehingga secara tidak

langsung individu menjadi lebih sering berkomunikasi dengan rekan atau

teman sebaya dibanding dengan orang tua. Interaksi positif dengan teman

sebaya dapat menjadi cara individu memperoleh informasi tentang karir,

kemandirian finansial, dan pasangan hidup. Saat melakukan aktivitas sosial

dalam kehidupan nyata, hampir dapat dipastikan bahwa orang dewasa awal

melakukan aktivitas sosial di dunia maya. Di dunia maya, banyak orang suka

membandingkan hidup dan hidupnya dengan influencer atau teman yang

dianggap lebih sukses.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalahnya adalah "Adakah

hubungan antara Quarter Life Crisis dalam kepuasan hidup pada dewasa

awal?"
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang maka rumusan masalahnya adalah

“ apakah ada Hubungan Antara Quarter Life Crisis dalam Kepuasan Hidup

Pada Dewasa Awal?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Quarter

Life Crisis dalam Kepuasan Hidup Pada Dewasa Awal di Pekanbaru

1.4 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan menambah wawasan atau

pengetahuan terkait dengan hubungan antara quarter life crisis dalam

kepuasan hidup, selain itu sebagai Langkah awal dalam penelitian yang

terkait dengan penelitian psikologi

2) Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran atau

nasihat pada masyarakat yang berada difase dewasa awal, harus lebih

bisa menguasai sisi emosi agar stabil dan membuat dirinya cemas

khawatir dan jangan membandingkan diri dengan orang lain. Dengan hal

itu kenali diri sendiri dan mampu melakukan penyesuaian diri yang akan

timbul permasalahan yang terjadi.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Quarter Life Crisis
2.1.1 Pengertian Quarter Life Crisis

Quarter life crisis dikemukakan pertama kali oleh Alexandra Robbins dan

Abby Wilner pada tahun 2001 dengan istilah ‘twentysomethings’. Pada awal

abad ke 20, mereka meneliti tentang anak muda di Amerika tentang individu

yang baru saja memasuki kehidupan penuh tanggung jawab dan

meninggalkan kenyamanan dalam hidupnya,

Menurut Robbins dan Wilner (2001) Quarter life crisis atau disingkat

dengan QLC ini dialami individu berusia 18-25 tahun. Quarter life crisis

adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang dimana itu sebagai masa

yang penting (Black,2010). Dalam perpsektif ilmu psikologi, quarter life

crisis ini terjadi pada perkembangan yang sudah melewati masa remaja dan

memasuki dewasa. Memasuki masa dewasa yang dimana pada masa ini

terbebani dengan rencana-rencana dan pilihan pilihan yang penting untuk

masa depan. Berbagai reaksi emosi yang muncul rasa kekhawatiran ini yaitu

kecemasan, ketakutan, kembimbangan, ketidakmampuan diri, stress, depresi,

insecure, frustasi, panik dan tidak adanya tujuan. Apabila krisis ini diabaikan

saja akan mengakibatkan depresi. Masalah yang sering menimpa seseorang

ketika masa transisi remaja menuju dewasa yang meliputi pencapaian dari

tujuan, finansial, relasi hubungan interpersonal dan kehidupan sosial.

Fischer(2008) menjelaskan bahwa quarter life crisis adalah ketika

seorang inidvidu mencapai usia pertengahan 20-an tahun, muncul dimana ada
perasaan takut terhadap kelanjutan hidup di masa depan, seperti karir, relasi,

dan sosial. Menurut Byock(2010) mendefinikasn bahwa quarterlife crisis di

mana seseorang memasuki realita masa dewasa dengan dorongan untuk

pencapaian hidup karena ada banyak pilihan untuk diambil.

Menurut Narsh dan Murray (2010) quarterlife crisis didefinisikan ketika

individu yang berusia 20-an mampi menciptakan dan merasakan kebahagian

yang dilakukan Bersama orang lain. Namun, jika seseorang mengalami

quarterlife crisis seseorang tersebut merasakan kepanikan, ketidakmampuan

maka memicu timbulnya berbagai masalah psikolgis seperti insecure

Hal yang berkaitan dengan quarter life crisis merupakan dimana

memunculkan rasa kekhawatiran, kecemasan dalam pilihan hidup mengenai

masa depan. dalam hal ini individu merasa kesulitan untuk menimbulkan

pikiran positif dan merasa putus asa. Jika seseorang sedang mengalami

quarterlife crisis berkomunikasi dengan lingkungan sosial seperti bertemu

dengan teman sebaya yang karir dan kehidupannya baik, seseorang ini akan

merasa insecure terhadao dirinya.

Chesbrough (2011) menurutnya bahwa quarterlife crisis yang dialami

oleh dewasa awal berusia 20-an yang dimana seharusnya mereka membahas

bagaimana mewujudkan mimpi untuk masa depannya seperti Pendidikan dan

hubungan relasi. Sedangakan menurut Atwood dan Scholtz (2008) quarter

life crisis adalah suatu tahapan perkembangan bagi setiap individu untuk

membentuk karakter yang kuat, namun jika individu tersebut tidak mampu
memalu fase tersebut maka dipastikan individu tersebut mengakibatkan

munculnya gangguan psikologis seperti kecemasan, stress dan frustasi

Berdasarkan pendapat para ahli yang sudah dipaparkan ditas maka dapat

disimpulkan bahwa quarterlife crisis adalah suatu tahapan yang dialami oleh

setiap individu yang berusia 18-25. Individu yang tak mampu mengatasinya

akan merasakan kekhawatiran dalam hidupnya akan mengalami gangguan

psikologis yaitu kecemasan, stress, depresi, ketidakmampuan, insecure dan

frustasi

2.1.2 Aspek-Aspek Quarter Life Crisis

Quarter life crisis merupakan reaksi emosi pada usia 20an yang ditandai

dengan perasaan cemas, ketidakstabilan dan gangguan psikologisnya dalam

menentukan tujuan hidupnya. Robbins dan Wilner (2001) ada tujuh aspek

seseorang mengalami quarterlife crisis yaitu:

a. Kembimbangan Dalam Pengambilan Keputusan, Pada dewasa awal ini

pastinya individu akan mulai memilih tentang pilihan hidup yang akan ia

tentukan. Pilihan hidup ini tentu muncul dengan harapan- harapan

mengenai masa depan individu tersebut. Karna harapan harapan inilah

yang menimbulkan individu kebingungan dan ketakutan. Kebingungan

dan ketakutakan inilah yang membuat invidu tersebut sulit untuk

mengambil keputusan

b. Putus Asa, timbul pada inividu karena individu tersebut mengalami

kegagalan atau tidak puas dengan hasil yang ia dapatkan bahkan

menganggap bahwa yang sudah dilakukan sia-sia. Jika individu


membandingkan diri dengan orang lain karena lebih sukses dan individu

tersebut merasa berbeda dengan dirinya yang menimbulkan rasa putus asa

c. Penilian diri yang negative, Individu memandang dirinya ssendiri selalu

buruk karena selalu mengalami kegagalan dalam dirinya dan meragukan

kemampuannya. Pada situasi individu harus lebih memahami dirinya

sendiri agar tidak selalu memandang dirnya sendiri buruk.

d. Terjebak dalam situasi sulit, lingkungan memberikan dampak pada pikiran

dan perilaku individu. Ketika individu menetap pada suatu keadaan yang

membuatnya nyaman maka akan sangat mudah terpengaruh.

e. Perasaan cemas, timbulnya kekhawatiran dalam tujuan hidup sehingga

individu mengalami kecemasan. Ketika individu dalam situasi ini ia akan

mengalmi ketidakpercayaan dalam dirinya

f. Tertekan, ketika seseorang mengalami begitu banyaknya tuntutan dalam

hidupnya seperti karir, hubungan relasi, keluarga dan Pendidikan dalam

hal ini seseorang tersebut merasa tertekan

g. Khawatir terhadap hubungan interpersonal, tidak hanya Pendidikan dan

karir, seseorang juga memiliki rasa kekhawatiran dalan hubungan asmara.

Bagaimana seseorang tersebut akan menjalani kehidupan dengan

pasangan dan mampu membahagiakan pasangannya dengaan komitmen

yang sudah ada dimiliki.

Dari pendapat Robbins dan Wilnwe (2001) yang dipaparkan diatas dalam

aspek quarterlife crisis dapat disimpulkan bahwa kebimbangan dalam


mengambil keputusan, putus asa, perasaan cemas, tertetkan, kekhawatiran

terhdap hubungan interpersonal.

2.1.3 Fase-fase Quarterlife crisis

Menurut Robbins, (2001) ada 5 fase yang dilalui ketika seseorang

mengalami quarterlife crisis, kelima fase itu ialah:

1. Fase Pertama, berbagai macam perasaan dalam memilih dan

memutuskan pilihan akan yang dijalani dalam hidup

2. Fase Kedua, memiliki motivasi yang sangat besar dalam mengubah

hidup

3. Fase Ketiga, jika individu dalam posisi berkarir disuatu pekerjaan yang

bagus namun ia berani meninggalkan nya dan memutuskannya untuk

menjalani pengalaman baru

4. Fase Keempat, individu yang sudah dapat mengendalikan kemana arah

tujuan hidupannya

5. Fase Kelima, menjalani hidup baru sesuai dengan minat nya dan

keinginannya.

Berdasarkan 5 fase dipapar diatas, dapat disimpulkan bahwa fase

quarterlife crisis karena adanya berbagai macam perasaan dalam memilih dan

memutuskan pilihan hidup, memiliki motivasi yang sangat besar,


2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Quarterlife Crisis

Ada beberapa factor yang mempengaruhi individu yang mengalami

quarterlife crisis antara lain ( Dickerson (dalam Robins, 2004)):

1. Hubungan Interpersonal. Dimana terjalinnya hubungan dengan

lingkungan keluaraga, teman dan pasangan hidup

2. Pekerjaan, seseorang keharusan memiliki pekerjaan dan mapan dalam

hidupnya. Seseorang mampu mandiri

3. Akademik, seseorang diharuskan menyelesaaikan pendidikannya

karna hal itu harapan orangtua yang tidak boleh dikecewakan

4. Identitas diri, mengetahui tentang dirinya sendiri sehingga tidak

menyulitkan diri sendiri

Dari paparan diatas maka dapat kita ketahui factor yang

mempengaruhi quarterlife crisis yaitu hubungan interpersonal seperti

keluaraga, teman, dan pasangan. Factor pekerjaan bagaiamana seseorang itu

mampu hidup mandiri, factor akademik adanya keharusan untuk

menyelesaikan Pendidikan agar orangtua tida merasa kecewa dan factor

identitas diri, fimana seseorang mampu mengenali dirnya sendiri.

2.2 Kepuasan Hidup

2.2.1 Pengertian Kepuasan Hidup

Kepuasan hidup adalah salah saty komponen dalam penilian kognitif dan

bagian dari subjective well being. Kepuasan hidup meliputu semua aspek

dalam kehidupan seseorang yang menurut seseorang itu penting baginya.


Kepuasan secara umum seperti kepuasan terhadap harapannya, kepuasan

yang dianggap penting. Ada beberapa tokoh menjelaskan konsep kepuasan

hidup ini.

Diener, 1984;1994 ( dalam Sirgy,2012) mendefinisikan bahwa kepuasan

hidup adalah suatu proses pemikiran yang dapat dilakukan dengan sadar dan

melakukan perbandingan keadaan individu dengan standar menurut indiidu

itu sendiri. Kepuasan hidup adalah reaksi emosional positif pada masa lampau

dan diukut dari kebahagiang (Seligman,2013). Individu merasakan kepuasan

dalam hidup ketika individu tersebut cita-cita atau harapannya berhasil dan

sesuai dengan standar dan kriteria, setiap individu memiliki rasa puas yang

berbeda karena bersifat subjektif tergantung dari standart individu itu sendiri.

Pendapat Sirgy (2012) menjelaskan kehidupan yang berkaitan dengan

pecapaian hidup yaitu, kebutuhan, tujuan dan harapan. Kepuasan hidup itu

sendiri adalah bagaimana persepsi seseorang itu terhadap aspek

kehidupannya, kepuasaan ini berkaitan dengan kebahagian dalam hidup yang

sesuai, jika seseorang merasa puas dalam hidupnya maka invidu tersebut

merasa percaya diri nya meningkat.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa dapat disimpulkan kepuasan hidup

ini adalah bagaimana seseorang individu merasa puas dengan kehidupan

sesuai dengan harapan dan mencapai suatu tujuan yang sesuai standar

individu itu sendiri.


2.2.2 Komponen Kepuasan Hidup

Menurut Diener (2008) kepuasan hidup memiliki beberapa komponen

yaitu:

1. Keinginan untuk mengubah hidup atau kesesuaian hidup dengan

standart yang ideal. Seperti pendidikan, karir, kehiudpan sosial dan

keluarga

2. Kepuasan dengan kondisi saat sekarang seperti Pendidikan, karir,

kehiudpan sosial dan keluarga

3. Kepuasan hidup pada masa lampau seperti Pendidikan, karir,

kehiudpan sosial dan keluarga

4. Kepuasan dengan pada masa yang akan dating

5. Persepsi seseorang dengan kehidupannya

Berdasarkan komponen diatas bisa kita simpulkan bahwa kepuasan hidup

dilipyi dengan beberapa waktu kehidupan yaitu masa lampau, masa sekarang

dan masa yang akan dating. Hal ini dikarenakan adanya penilaian tehdaap

kepuasan hidup yang disebabkan dalam kehidupan yang masa lalu yang

beberapa individu ingin mengubah kehidupannya.


2.2.3 Faktor- Factor Yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup

Kepuasan hidup memiliki factor yang mempengaruhi kepuasan hidup

seseorang menurut Diener (1984) yaitu:

1. Penghasilan, ketika penghasilan individu dapat dikatakan lebih

banyak maka bisa dipastikan kehidupan yang sejahtera. Sementara

itu, ketika pengahsilannya kurang maka merasa kurang puas dengan

kehidupannya.

2. Variabel demografi meliputi yaitu umur, gender, religious, status

pernikahan dan dukungan keluarga

3. Ketertarikan terhadao relasi sosial, adanya pertemanan, persahabatan

dan asmara dengan adanya rasa itu maka individu akan merasa

kepuasan dengan adanya perasaan cinta dan saying.

4. Harga diri, jika seseorang memiliki harga diri yang baik maka akan

mendapatkan rasa puas dalam kehidupanya

5. Budaya, adalah salah satu penilaian dari kepuasanhidup itu sendiri

tergantung dari negara asalnya karna setiap negara memiliki penilaian

yang berbeda. Jika budaya dinegara tersebut indivuals maka individu

itu tidak dapat dipengaruhi, sedangkan negara yang tinggi dalam

sosial maka bisa saja ia terpengaruh karena melihat lingkungan

disekitarnya.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Identifikasi Variebel Penelitian

1. Variabel bebas (X) : Quarter Life Crisis

2. Varibel terikat (Y) : Kepuasan Hidup

3.2 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini akan menggunakan metode kuantitaif korelasional dengan

menggunakan skala angket atau kuesioner sebagai alat pengumpulan data.

Untuk mengukur dan mendapatkan hasil yang akurat maka menggunakan

instrument yang berupa skala yang dibuat oleh peneliti. Skala pengukuran ini

merupakan sebagai acuan dalam menentukan interval yang ada pada alat ukur

yang menghasilkan data kuantitatif.

Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan penyebaran skala pada

subjek yang telah ditentukan dengan variable yang diukur yaitu, quarter life

crisis, dan kepuasan hidup


DAFTAR PUSTAKA

Ameliya, R. P. (2020). HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL

DENGAN QUARTER LIFE CRISIS PADA MAHASISWA

TINGKAT AKHIR.

Arslan, S., & Akkas, O. A. (2014). Quality of college life (QCL) of students

in Turkey: Students’ life satisfaction and identification. Social

Indicators Research, 115(2), 869-884.

B. Hurlock, Elizabet. Edisi kelima. Psikologi Perkembangan Suatu

Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta. Erlangga

Black, A. S. (2010). “Halfway between somewhere and nothing”: A

exploration of the quarter-life crisis and life satisfaction among

graduate students.

Cahya, F. D. (2021). Emotional Intelligence dengan Stress Pada Dewasa

Awal yang Berada Dalam Fase QLC (Quarter-Life Crisis).

Linsiya, R. W., & Psikologi, M. S. (2015). Perbedaan Kepuasan Hidup antara

Mahasiswa Strata 1 (S1) dan Strata 2 (S2). In Prosiding Seminar

Nasional Psikologi dan Kemanusiaan.

Herawati, I., & Hidayat, A. (2020). Quarterlife Crisis Pada Masa Dewasa

Awal di Pekanbaru. Journal An-Nafs: Kajian Penelitian

Psikologi, 5(2), 145-156.

Hidayati, F., & Muttaqien, F. (2020). HUBUNGAN SELF EFFICACY

DENGAN QUARTER LIFE CRISIS PADA MAHASISWA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG ANGKATAN

2015. Psikoislamedia: Jurnal Psikologi, 5(1), 75-84.

John W. Santrock, , Psykologi Pendidikan (Educational Psychology, terj.

Diana Angelica Jakarta: Salemba Humanika, 2009

King, Laura A. (2016). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif,

Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika

Rossi, N. E., & Mebert, C. J. (2011). Does a quarterlife crisis exist?. The

Journal of genetic psychology, 172(2), 141-161.

Saputro, I., Hasanti, A. F., & Nashori, F. (2017). Qana’ah pada mahasiswa

ditinjau dari kepuasan hidup dan stres. Jurnal Ilmiah Penelitian

Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris, 3(1), 11-20.

Waskito, P., Loekmono, J. L., & Dwikurnaningsih, Y. (2018). Hubungan

antara mindfulness dengan kepuasan hidup mahasiswa bimbingan dan

konseling. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(3), 99-107.

Anda mungkin juga menyukai