Anda di halaman 1dari 52

1

ANALISIS RISIKO EKOLOGIS DAN


KESEHATAN
(Ecological Risk Assessment – Health Risk Assessment)

Tri Septian Maksum, S.KM., M.Kes


(Environmental Health Department)
Konsep Bahaya – Risiko - Insiden

Risiko

Bahaya Insiden
Konsep Bahaya – Risiko - Insiden
• Bahaya (hazard)  segala kondisi yg dpt
menimbulkan insiden.
• Risiko (risk)  peluang/kemungkinan suatu bahaya
dpt menyebabkan insiden.
• Insiden (incidence)  kejadian tak terduga
menyebabkan cedera/kerugian lain.
Bahaya Risiko Insiden
Lantai licin Terpeleset Cedera tulang belakang
Bekerja di ketinggian Terjatuh Cedera, lumpuh, kematian
Pengertian
• Analisis risiko ekologis (ecological risk assessment)
adalah proses untuk memperkirakan/mengestimasi
dampak yg merugikan yg terjadi atau yg akn terjadi
sbg hasil pemaparan satu atau lebih sumber
penyebab risiko
• Analisis risiko kesehatan (health risk assessment)
adalah proses untuk memperkirakan/mengestimasi
risiko kesehatan masyarakat berdasarkan konsentrasi
dari agent risiko
Analisis Risiko Ekologis (ERA)
Tahapan ERA :
1) Perumusan masalah
2) Analisis
3) Karakterisasi risiko
4) Manajemen risiko
Karakterisasi Risiko Ekologis (ERA)

Dimana :
EEC (estimated exposure concentration) = Perkiraan
konsentrasi kontaminan di udara (maksimum) di lokasi
(mg/m3)
Screening benchmarks = Konsentrasi efek tidak merugikan
(mg/m3)

Jika : HQ < 0.1 : tidak ada bahaya


HQ 0.1 – 1.0 : bahaya rendah
HQ 1.1 – 10 : bahaya sedang
HQ >10 : bahaya tinggi
Tingkat Risiko Ekologis akibat Pajanan TSP di Ruas Jalan Kota Gorontalo
Konsentrasi TSP Screening Tingkat
No. Lokasi HQ
(mg/m3) Benchmarks (mg/m3) Bahaya
1. Extra Bakery 0,17 0,23 0,74 Rendah
2. Apotek Setia Budi 0,26 0,23 1,13 Sedang
3. Double Dipps 0,16 0,23 0,69 Rendah
4. Toko Jamu Solo 0,25 0,23 1,08 Sedang
5. Toko Sumber Utama 0,27 0,23 1,17 Sedang
6. Taman Kota 0,27 0,23 1,17 Sedang
7. Mall Gorontalo 0,27 0,23 1,17 Sedang
8. Pertokoan Jl. Suprapto 0,14 0,23 0,60 Rendah
9. Pertokoan Jl. Imam Bonjol 0,24 0,23 1,04 Sedang
10. Pertokoan Jl. S. Parman 0,18 0,23 0,78 Rendah
11. Pertokoan Jl. M.T. Haryono 0,13 0,23 0,56 Rendah
12. Pertokoan Jl. Raja Eyato 0,25 0,23 1,08 Sedang
Sumber : MFM Pikoli, L Kadir, TS Maksum, 2022
Analisis Risiko Kesehatan (HRA)
Tahapan HRA :
1) Identifikasi bahaya (hazard identification)
2) Analisis dosis-respon (dose-response assessment)
3) Analisis pemajanan (exposure assessment)
4) Karakterisasi risiko (risk characterization)
5
Identifikasi Bahaya
 Identifikasi bahaya  langkah identifikasi thdp sifat dan
jenis serta kemampuan yg melekat pd suatu agen risiko yg
dpt menyebabkan dampak buruk pd individu/populasi
 Identifikasi bahaya mencakup :
 Agen risiko yg berbahaya (misal; Hg, Pb, Cd, dll)
 Media lingkungan (misal; udara ambien, air, tanah,
biota, dll)
 Konsentrasi hasil pengukuran di media lingkungan
 Gejala kesehatan potensial (akut dan kronis)
Analisis Dosis-Respon
Analisis Dosis-Respon
Analisis Dosis-Respon
• Analisis dosis-respon  analisis hubungan antara jumlah
agent yg diterima/diserap suatu organisme dgnperubahan
(efek) yg terjadi pd organisme tsb
• Merupakan proses dlm menetapkan nilai-nilai kuantitatif
toksisitas agen risiko dan memahami efek yg mungkin
ditimbulkan oleh agen risiko tsb pd tubuh manusia
• Toksisitas dinyatakan sebagai reference dose (RfD) atau
reference concentration (RfC) untuk efek non-karsinogenik
dan cancer slope factor (CSF) untuk efek karsinogenik
(lihat di Integrated Risk Information System US-EPA,
https://www.epa.gov/iris)
Analisis Dosis-Respon
• Nilai RfD, RfC, dan CSF merupakan hasil penelitian dari
berbagai sumber, baik langsung pada obyek manusia maupun
ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia.
• Jika tidak ada nilai RfD, RfC, dan SF, maka nilai dapat
diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL
(No Observed Adverse Effect Level), LOAEL (Lowest Observed
Adverse Effect Level), MRL (Minimum Risk Level), baku mutu
udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality
Standard) dgn catatan dosis eksperimental tsb
mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb, tE, fE, dan
Dt)
Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2012
Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2012
Contoh penentuan RfC dari baku mutu
NAAQS
Analisis Pemajanan
Analisis Pemajanan
• Pajanan : kontak antara agen risiko dengan manusia
• Paparan : efek dari kontak antara agen risiko dengan manusia
• Pemajanan adalah proses yg menyebabkan organisme kontak
dgn risk agent, sbg jembatan penghubung bahaya dgn risiko.
• Jalur pemajanan : udara, ingesti/oral, kontak kulit/dermal
• Analisis pemajanan  menghitung intake (asupan) dari agen
risiko yg diterima manusia
• Risiko kesehatan : pajanan waktu sebenarnya (realtime) dan
waktu seumur hidup (lifetime).
• Waktu realtime adalah lamanya responden sudah bekerja.
Waktu lifetime adalah 30 tahun berdasarkan nilai dari EPA,
waktu perkiraan efek non-karsinogenik yg dpt terjadi pada
tubuh manusia
Jalur pajanan inhalasi
Jalur pajanan ingesti/oral
Jalur pajanan kulit/dermal
 Intake non-karsinogenik (Ink)  Banyaknya suatu agen
risiko yg memiliki efek non-kanker (tdk menyebabkan
kanker) pd sebuah media lingkungan, yg masuk ke dlm
tubuh manusia setiap harinya, dinyatakan dlm satuan
mg/kg/hari.

 Intake karsinogenik (Ik)  Banyaknya suatu agen risiko yg


memiliki efek kanker (terbukti menyebabkan kanker) pd
sebuah media lingkungan, yg masuk ke dlm tubuh manusia
setiap harinya, dinyatakan dlm satuan mg/kg/hari.
Perhitungan Ink pajanan inhalasi
Perhitungan Ink pajanan inhalasi
Perhitungan Ink pajanan ingesti
Perhitungan Ink pajanan ingesti
Perhitungan Ik pajanan inhalasi
Perhitungan Ik pajanan inhalasi
Perhitungan Ik pajanan ingesti
Perhitungan Ik pajanan ingesti
Perhitungan Ink dan Ik pajanan kulit/dermal

AT non-karsinogenik = 30 tahun
AT karsinogenik = 70 tahun
Perhitungan Ink dan Ik pajanan kulit/dermal

AT non-karsinogenik = 30 tahun
AT = 70 tahun
Karakterisasi Risiko
 Karakterisasi risiko  proses dlm menetapkan tingkat risiko
(menentukan apakah agen risiko pd konsentrasi tertentu yg
dianalisis berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pd
masyarakat atau tdk).
 Tingkat risiko untuk efek non-karsinogenik dinyatakan dalam
notasi Risk Quotient (RQ).
atau

Jika : RQ ≤ 1 = tidak berisiko (aman)


RQ > 1 = berisiko (tidak aman)
Perlu manajemen/
pengelolaan risiko
Karakterisasi Risiko
 Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam
notasi Excess Cancer Risk (ECR).

Jika : ECR ≤ 10-4 = tidak berisiko (aman)


ECR > 10-4 = berisiko (tidak aman)
Perlu manajemen/
pengelolaan risiko
Contoh 1 35
Tabel 1. Antropometri Pedagang Kaki Lima (R = 0,83 m3/jam) di Terminal
Terboyo, Semarang, 2003, untuk menghitung intake inhalasi SO2 (35,6 µg/m3),
NO2 (49,7 µg/m3), TSP (322,6 µg/m3) dan Pb (0,04 µg/m3).
No. Lama Pajanan, Frekuensi Lama Berat
Resp tE (jam) Pajanan, fE Mukim, Dt Badan, Wb
(hari/tahun) (tahun) (kg)
1 10 350 14 73
2 14 350 14 45
3 19 350 14 56
4 8 350 15 85
5 14 350 8 62
6 17 350 10 62
dst
Contoh 2
Contoh 3

Kunjungi link :
https://ejurnal.ung.
ac.id/index.php/jjhs
r/article/view/1031
7
Contoh 4

Kunjungi link :
https://ejurnal.ung.
ac.id/index.php/jhsj
/article/view/1344
7
Contoh 5

Kunjungi link :
https://www.journa
l.foundae.com/inde
x.php/ijhes/article/
view/190
Pengelolaan/Manajemen Risiko
 Manajemen/pengelolaan risiko adalah tindak lanjut yg
harus dilakukan apabila hasil karakterisasi risiko
menunjukkan tingkat risiko yg tidak aman (berisiko).
 Strategi pengelolaan risiko meliputi penentuan batas
aman yaitu
1) Konsentrasi agen risiko (C)
2) Jumlah konsumsi/laju asupan (R)
3) Waktu pajanan (tE)
4) Frekuensi pajanan (fE)
5) Durasi pajanan (Dt)
Penentuan konsentrasi aman (C)
Penentuan jumlah konsumsi aman (R)
 Laju asupan yg dpt dikelola hanyalah pd pajanan ingesti,
karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis
makanan/air minum.
 Pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi
hampir tidak mungkin dilakukan
Penentuan waktu pajanan aman (tE)
Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi, sedangkan
untuk pemajanan ingesti (melalui makanan/air minum) cukup
dilakukan dgn pembatasan jumlah konsumsi saja.
Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)
Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi, sedangkan
untuk pemajanan ingesti (melalui makanan/air minum) cukup
dilakukan dgn pembatasan jumlah konsumsi saja.
Penentuan durasi pajanan aman (Dt)
Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan
ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena
pada pemajanan ingesti pengelolaan risiko cukup dilakukan
dengan pembatasan jumlah konsumsi saja.
Latihan
1. Seorang penduduk berusia 55 tahun mengonsumsi kerang hijau (Perna viridis)
yang berasal dari wilayah pesisir Kota “X” dengan konsentrasi Arsen sebanyak
3,251 mg/kg (melebihi batas aman yang ditetapkan WHO/FAO yaitu 1,0 mg/kg).
Penduduk ini memiliki berat badan 76 kg dengan laju asupan kerang sebanyak 60
gram/hari, frekuensi pajanan 52 hari/tahun, dan lama konsumsi 32 tahun. Periode
waktu rata-rata munculnya efek non-karsinogenik yaitu 30 tahun x 365 hari/tahun,
sedangkan untuk efek karsinogenik yaitu 70 tahun x 365 hari/tahun. Nilai
Reference Dose (RfD) Arsen melalui jalur pajanan oral sebesar 0,0003 mg/kg/hari,
dan nilai Slope Factor (SF) Arsen sebesar 1,5 mg/kg/hari.
a) Tentukan karakterisasi risiko ekologis akibat pajanan Arsen (HQ)!
b) Tentukan asupan realtime dan tingkat risiko kesehatan dari penduduk tersebut!
c) Apakah perlu dilakukan manajemen risiko? Jika Ya, lakukan skenario
manajemen risiko!
Latihan
2. Seorang peternak ayam boiler yang bekerja di Peternakan Ayam “Z” berusia 40
tahun dengan berat badan 65 kg mengeluhkan mata perih, batuk dan sesak napas
akibat pajanan gas hidrogen sulfida (H2S) sebesar 0,093 mg/m3 (di bawah NAB
menurut Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011 yaitu 1 ppm atau 1,394
mg/m3). Laju inhalasi default untuk orang dewasa adalah 0,83 m3/jam dengan
waktu pajanan selama 8 jam/hari. Frekuensi pajanan peternak ayam tersebut
adalah 336 hari/tahun, dengan durasi pajanan selama 15 tahun. Gas H2S tidak
memiliki implikasi terhadap kasus kanker. Nilai Reference Concentration (RfC) gas
H2S melalui jalur pajanan inhalasi adalah 2,86 x 10-4 mg/kg/hari.
a) Tentukan karakterisasi risiko ekologis akibat pajanan H2S (HQ)!
b) Tentukan asupan realtime dan tingkat risiko kesehatan dari peternak ayam
tersebut!
c) Apakah perlu dilakukan manajemen risiko? Jika Ya, lakukan skenario
manajemen risiko!

Anda mungkin juga menyukai