Risiko
Bahaya Insiden
Konsep Bahaya – Risiko - Insiden
• Bahaya (hazard) segala kondisi yg dpt
menimbulkan insiden.
• Risiko (risk) peluang/kemungkinan suatu bahaya
dpt menyebabkan insiden.
• Insiden (incidence) kejadian tak terduga
menyebabkan cedera/kerugian lain.
Bahaya Risiko Insiden
Lantai licin Terpeleset Cedera tulang belakang
Bekerja di ketinggian Terjatuh Cedera, lumpuh, kematian
Pengertian
• Analisis risiko ekologis (ecological risk assessment)
adalah proses untuk memperkirakan/mengestimasi
dampak yg merugikan yg terjadi atau yg akn terjadi
sbg hasil pemaparan satu atau lebih sumber
penyebab risiko
• Analisis risiko kesehatan (health risk assessment)
adalah proses untuk memperkirakan/mengestimasi
risiko kesehatan masyarakat berdasarkan konsentrasi
dari agent risiko
Analisis Risiko Ekologis (ERA)
Tahapan ERA :
1) Perumusan masalah
2) Analisis
3) Karakterisasi risiko
4) Manajemen risiko
Karakterisasi Risiko Ekologis (ERA)
Dimana :
EEC (estimated exposure concentration) = Perkiraan
konsentrasi kontaminan di udara (maksimum) di lokasi
(mg/m3)
Screening benchmarks = Konsentrasi efek tidak merugikan
(mg/m3)
AT non-karsinogenik = 30 tahun
AT karsinogenik = 70 tahun
Perhitungan Ink dan Ik pajanan kulit/dermal
AT non-karsinogenik = 30 tahun
AT = 70 tahun
Karakterisasi Risiko
Karakterisasi risiko proses dlm menetapkan tingkat risiko
(menentukan apakah agen risiko pd konsentrasi tertentu yg
dianalisis berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pd
masyarakat atau tdk).
Tingkat risiko untuk efek non-karsinogenik dinyatakan dalam
notasi Risk Quotient (RQ).
atau
Kunjungi link :
https://ejurnal.ung.
ac.id/index.php/jjhs
r/article/view/1031
7
Contoh 4
Kunjungi link :
https://ejurnal.ung.
ac.id/index.php/jhsj
/article/view/1344
7
Contoh 5
Kunjungi link :
https://www.journa
l.foundae.com/inde
x.php/ijhes/article/
view/190
Pengelolaan/Manajemen Risiko
Manajemen/pengelolaan risiko adalah tindak lanjut yg
harus dilakukan apabila hasil karakterisasi risiko
menunjukkan tingkat risiko yg tidak aman (berisiko).
Strategi pengelolaan risiko meliputi penentuan batas
aman yaitu
1) Konsentrasi agen risiko (C)
2) Jumlah konsumsi/laju asupan (R)
3) Waktu pajanan (tE)
4) Frekuensi pajanan (fE)
5) Durasi pajanan (Dt)
Penentuan konsentrasi aman (C)
Penentuan jumlah konsumsi aman (R)
Laju asupan yg dpt dikelola hanyalah pd pajanan ingesti,
karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis
makanan/air minum.
Pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi
hampir tidak mungkin dilakukan
Penentuan waktu pajanan aman (tE)
Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi, sedangkan
untuk pemajanan ingesti (melalui makanan/air minum) cukup
dilakukan dgn pembatasan jumlah konsumsi saja.
Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)
Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi, sedangkan
untuk pemajanan ingesti (melalui makanan/air minum) cukup
dilakukan dgn pembatasan jumlah konsumsi saja.
Penentuan durasi pajanan aman (Dt)
Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan
ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena
pada pemajanan ingesti pengelolaan risiko cukup dilakukan
dengan pembatasan jumlah konsumsi saja.
Latihan
1. Seorang penduduk berusia 55 tahun mengonsumsi kerang hijau (Perna viridis)
yang berasal dari wilayah pesisir Kota “X” dengan konsentrasi Arsen sebanyak
3,251 mg/kg (melebihi batas aman yang ditetapkan WHO/FAO yaitu 1,0 mg/kg).
Penduduk ini memiliki berat badan 76 kg dengan laju asupan kerang sebanyak 60
gram/hari, frekuensi pajanan 52 hari/tahun, dan lama konsumsi 32 tahun. Periode
waktu rata-rata munculnya efek non-karsinogenik yaitu 30 tahun x 365 hari/tahun,
sedangkan untuk efek karsinogenik yaitu 70 tahun x 365 hari/tahun. Nilai
Reference Dose (RfD) Arsen melalui jalur pajanan oral sebesar 0,0003 mg/kg/hari,
dan nilai Slope Factor (SF) Arsen sebesar 1,5 mg/kg/hari.
a) Tentukan karakterisasi risiko ekologis akibat pajanan Arsen (HQ)!
b) Tentukan asupan realtime dan tingkat risiko kesehatan dari penduduk tersebut!
c) Apakah perlu dilakukan manajemen risiko? Jika Ya, lakukan skenario
manajemen risiko!
Latihan
2. Seorang peternak ayam boiler yang bekerja di Peternakan Ayam “Z” berusia 40
tahun dengan berat badan 65 kg mengeluhkan mata perih, batuk dan sesak napas
akibat pajanan gas hidrogen sulfida (H2S) sebesar 0,093 mg/m3 (di bawah NAB
menurut Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011 yaitu 1 ppm atau 1,394
mg/m3). Laju inhalasi default untuk orang dewasa adalah 0,83 m3/jam dengan
waktu pajanan selama 8 jam/hari. Frekuensi pajanan peternak ayam tersebut
adalah 336 hari/tahun, dengan durasi pajanan selama 15 tahun. Gas H2S tidak
memiliki implikasi terhadap kasus kanker. Nilai Reference Concentration (RfC) gas
H2S melalui jalur pajanan inhalasi adalah 2,86 x 10-4 mg/kg/hari.
a) Tentukan karakterisasi risiko ekologis akibat pajanan H2S (HQ)!
b) Tentukan asupan realtime dan tingkat risiko kesehatan dari peternak ayam
tersebut!
c) Apakah perlu dilakukan manajemen risiko? Jika Ya, lakukan skenario
manajemen risiko!