Anda di halaman 1dari 14

BAHAN AJAR

RESENSI BUKU FIKSI


“MEREKA BILANG SAYA MONYET”
Pengarang: Djenar Maesa Ayu
Kelas : XI IPA / IPS
Semester : I (Satu)
Standar Kompetensi
8. Mengungkapkan pendapat, informasi
dan pengalaman dalam bentuk resensi dan
cerpen

KOMPETENSI DASAR:
8.1. Menulis buku kumpulan cerpen
berdasarkan unsur-unsur resensi
INDIKATOR :
- Menulis resensi buku kumpulan
cerpen dengan memperhatikan
kriteria penulisan resensi.
- Menentukan keunggulan dan
kelemahan resensi buku kumpulan
Materi Pokok
 Kata resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu
kata Revidere atau Recensere yang berarti
melihat kembali,menimbang atau menilai.
 Resensi disebut juga dengan timbangan
buku atau bedah buku.
 Pengertian resensi adalah: ulasan (penilaian)
atau pertimbangan baik-buruknya, perlu-
tidaknya, pantas atau tidak, seseorang (dari
segala usia) membaca buku atau karya yang
baru diterbitkan.
Tujuan
Tujuan Resensi
 Menyampaikan kepada

pembaca apakah suatu buku


atau hasil karya, itu pantas
mendapat sambutan dari
masyarakat atau tidak.
Jenis Buku
• Jenis buku atau tulisan dibedakan
menjadi dua yakni:
• Buku/karya nonfiksi yang meliputi :
kamus, ensiklopedi, biografi, filsafat
dan ilmu pengetahuan populer.
• Buku/karya fiksi yang meliputi: novel,
cerpen dan drama (film dan lagu
populer)
Unsur-Unsur yang Terkandung
di dalam Resensi Buku Karya
Nonfiksi
1. Identitas buku/ hasil karya
3. Keunggulan/ Kelebihannya
a. Nama/judul
4. Kekurangan/ Kelemahan
b. Nama pengarang
5. Kecocokan bagi pembaca
c. Penerbit
Buku/ karya yang diresensi
d.Tahun terbit, cetakan ke- ini cocok atau sesuai untuk
e. Tebal buku dibaca dan dimiliki oleh
f. Gambar kulit siapa, apakah orang umum,
2. Pokok masalah pelajar, mahasiswa, wanita,
pria, orang yang senang
a. Gambaran umum isi buku
sastra, orang yang senang
/karya
ilmu-ilmu fisika atau kah
b. Sinopsis, isi buku Struktur yang lain
uraiannya
Unsur-Unsur yang Terkandung di
dalam Resensi Buku/Karya Fiksi
1. Identitas buku/ karya fiksi
a. Nama/ Judul 2. Kepengarangan
b. Nama pengarang / pencipta 3. Sinopsis
c. Penerbit 4. Keunggulan dan kelemahan Unsur
d. Tahun terbit, cetakan ke- fiksi atau intrinsik buku / karya fiksi
a. Tema
e. Tebal buku
b. Alur / plot
f. Gambar kulit
c. Penokohan, perwatakan
d. Setting/ latar
e. Sudut pandang/ point of view
f. Amanat
g. Gaya bahasa
5. Kecocokan bagi pembaca
Contoh Resensi Kumpulan
Cerpen
Imajinasi sebagai Sarana Membebaskan Diri dari
Realitas
 Judul buku : Mereka Bilang, Saya monyet!
 Pengarang : Djenar Maesa Ayu
 Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
 Tahun terbit, cetakan ke- : September 2002,I
 Tebal Buku : XI + 137 halaman
 Djenar Maesa Ayu merupakan nama baru di dunia
kesusastraan Indonesia. Secara umum, gaya penulisan Djenar
bertipe surealisme dan absurd. Hal inilah yang menyebabkan
tidak semua orang bisa menikmati karya-karyanya. Namun,
setidaknya Djenar telah menjadi ikon tersendiri di khazanah
kesusastraan Indonesia.
 Buku kumpulan cerpen “Mereka Bilang, Saya Monyet!” ini
merupakan buku kumpulan cerpen yang pertama bagi Djenar.
Cerpen-cerpen dalam buku ini tergolong unik. Tema utama
yang digunakan Djenar dalam cerpennya berkisar masalah
keluarga dengan menjadikan tokoh ibu, seorang wanita, atau
anak perempuan sebagai pusat penceritaan, dan masalah
kehidupan masyarakat metropolis yang cenderung bebas.
 Penulis resensi disebut juga dengan
peresensi atau resensator.
 Langkah pertama atau awal yang harus
dilakukan sebelum membuat resensi adalah
memahami jenis buku atau hasil karya yang
akan diresensi.
 Pada cerpen “Mereka Bilang, Saya Monyet!” Djenar mencoba
menyorot kehidupan masyarakat kota dengan menggunakan
tokoh-tokoh yang diwujudkan dalam bentuk binatang dengan
bagian tubuh yang berbeda-beda. Misalnya “sepanjang hidup
saya melihat manusia berkaki empat, berekor anjing, babi atau
kerbau. Berbulu serigala, landak, atau harimau. Dan kepala
ular, banteng atau keledai” (halaman 1).
 Dalam cerpen “Melukis Jendela” tokoh Mayra yang tidak
pernah melihat ibunya dan tidak mendapatkan kasih sayang
ayahnya, berimajinasi dengan melukis kedua orang tuanya
dengan harapan agar mereka memberikan kasih sayang pada
Mayra. Ketika harapannya itu tidak kunjung terpenuhi, Mayra
mulai melukis jendela yang dia rasakan mampu memberikan
kebebasan pada dirinya.
 Akhirnya karena terinspirasi oleh lukisan jendela yang
dibuatnya, Mayra mengambil tindakan nyata membebaskan diri
dari kenyataan yang menghimpitnya. Ia meninggalkan rumah
dan Mayra tidak akan pernah akan kembali (halaman 42).
 Selain menggunakan tema terkesan “liar dan vulgar” dalam cerpen-
cerpennya Djenar pun menggunakan kalimat-kalimat yang cenderung lugas,
bebas, apa adanya dan tidak peduli dengan kata-kata yang dianggap tabu.
Diakui oleh penulis kelahiran Jakarta 14 Januari 1973, bahwa gaya
menulisnya itu dipengaruhi oleh ketiga gurunya, yang juga merupakan
sastrawan yaitu Sutardji Calzoum Bachri, Seno Gumitra Ajidarma, dan Budi
Darma. Jadi tidaklah mengherankan jika dalam cerpen-cerpen Djenar
terselip potongan cerpen atau novel dari gurunya itu, seperti dalam cerpen
“Lintah” dan “Durian” . Lebih menarik lagi, Sutardji Colzoum Bachri
memberikan “ sekapur sirih sekadar Djenar” dalam buku anak pasangan
Tutie Kirana dan almarhum Syuman Djaya.
 Buku kumpulan cerpen-cerpen Djenar yang pertama ini ditulis dengan
sangat bebasnya. Tidak hanya bahasanya, tetapi juga ide-ide yang
ditulisnya mengalir mengikuti emosinya yang meluap-luap. Selain itu, Djenar
juga menggunakan bentuk dialog, seperti dalam cerpen “Wong Asuh” dan
“SMS”.
 Melalui “SMS”, Djenar menampilkan cerpen bukan hanya dengan kata-kata
tetapi juga memanfaatkan angka-angka (nomor telepon genggam dan jam)
sebagaimana halnya SMS. Pada cerpen ini, Djenar membebaskan
pembacanya untuk berimajinasi pada bagian-bagian yang sengaja tidak ia
tampilkan. Bila dalam sebuah puisi, maka SMS adalah larik atau bait bagian
yang tidak ia tampilkan , ibarat ruang kosong (waktu jeda) antara satu larik
(bait) dengan larik lainnya.
 Ide cerpen “SMS” bisa dikatakan cukup orisinil dengan
mengunakan latar kehidupan. Cerpen ini bercerita mengenai
kehidupan sosial yang terjadi dilingkungan masyarakat
metropolis. Suatu keadaan sosial yanng egoistis dan sering
dibumbui kisah percintaan, perselingkuhan, seks bebas dan kisah
cinta sesama jenis bukan lagi hal tabu bagi masyarakat
metropolis. Karenanya kemunafikan dan kebohongan dalam
percintaan sudah dianggap sebagai hal yang lumrah/ biasa.
 Secara keseluruhan, cerpen-cerpen yang ada dalam buku ini
menggunakan karakter tokoh yang kuat dan alur cerita yang
mempesona sehingga sulit menebak akhir ceritanya, sebelum
benar-benar membaca tuntas cerita-cerita itu. Akan tetapi
terdapat satu kekurangan, yaitu pengarang sering
mengeksploitasi kekerasan dan unsur seksualitas berlebihan.
Rangkaian cerpen-cerpen yang pernah diterbitkan oleh media
cetak menjadi jaminan eksistensi karya-karya Djenar, hal ini
sangat cocok dibaca untuk kaum remaja dan orang dewasa.

Anda mungkin juga menyukai