&
DISTRIBUTION TO SHAREHOLDERS :
DIVIDENDS AND REPURCHASE
AZIMAH HANIFAH
2066370005
CHAPTER 15 Keputusan Struktur
Modal
POKOK BAHASAN :
1. MM and Miller models
2. Hamada’s Equation
3. Financial Distress and Agency Cost
4. Trade off models
5. Asymmetric Information Theory
Modigliani Miller
■ Modigliani Miller (MM) membuat penelitian tentang mengubah cara berpikir orang tentang
leverage Keuangan
■ Asumsi yang digunakan dalam MM :
1. Perusahaan dikelompokkan kedalam kelompok yang sama berdasarkan risiko bisnisnya
2. Investor memiliki ekspektasi yang sama tentang pendapatan masa depan perusahaan
3. Tidak adanya biaya transaksi
4. Semua hutang tidak berisiko (meminjam uang dalam jumlah tidak terbatas dan bebas risiko)
5. Pertumbuhan perusahaan Nol, dan EBIT konstan dari waktu ke waktu
6. Penelitian pertama MM tanpa pajak kemudian menambahkan pajak
7. Tidak ada agen atau tidak ada biaya kesulitan keuangan
8. Asumsi MM didasarkan atas Arbitrase Investor
Tanpa Pajak :
■ VL = VU
■ Value Leverage = Value UnLeverage
■ Nilai Perusahaan akan sama tanpa pajak ataupun dengan Pajak
Grafik hubungan MM antara biaya modal dan leverage yang
diukur dengan D / V.
26 rs
20
WACC
14
rd
8 Rasio Hutang
/ Nilai (%)
0 20 40 60 80 100
Kesimpulan :
Tanpa pajak, teori Modigliani Miller membantah bahwa Value tidak terpengaruh
oleh adanya leverage (penggunaan hutang oleh perusahaan)
Bila ada pajak :
■ VL = VU + TD
■ Value Leverage = Value Un Leverge + Hutang (Leverage)
■ Bila ada Pajak, maka VL VU
■ VL akan naik karena ada tambahan hutang menambah struktur
Modal.
■ Hutang semakin besar maka nilai perusahaan akan semkin
tinggi.
■ rsL akan naik dengan bertambanya hutang dan pajak juga
dipertimbangkan.
Hubungan MM antara biaya modal dan Leverage ketika
ada pajak yang dipetimbangkan
rs
14 % WACC
8% rd (1 - T)
VL
TD
2 VU
Hutang (jutaan$)
1. Perusahaan tidak mengikuti MM / Miller hingga 100% hutang. Rasio hutang rata-rata
sekitar 40%.
2. Namun, rasio hutang memang meningkat setelah MM. Banyak yang mengira rasio
hutang terlalu rendah, dan MM menyebabkan perubahan dalam kebijakan ke
o Biaya Ekuitas dan WACC :
Perusahaan tidak mengikuti MM / Miller hingga 100% hutang. Rasio hutang rata-rata
sekitar 40%.
Namun, rasio hutang memang meningkat setelah MM. Banyak yang mengira rasio
hutang terlalu rendah, dan MM menyebabkan perubahan dalam kebijakan keuangan
o Misalkan perusahaan memiliki nilai nominal $ 2 juta dari hutang kupon nol 1 tahun, dan
nilai perusahaan saat ini (hutang ditambah ekuitas) adalah $ 4 juta.
o Jika perusahaan melunasi hutangnya saat jatuh tempo, pemegang ekuitas dapat
mempertahankan perusahaan. Jika tidak, mereka tidak mendapatkan apa-apa karena
para pemegang hutang menyita.
■ Volatilitas yang lebih tinggi berarti nilai opsi yang lebih tinggi.
■ Ketika seorang investor membeli opsi saham, risiko saham () sudah ditentukan. Tetapi
seorang manajer dapat mengubah perusahaan dengan mengubah aset tempat
perusahaan berinvestasi. Itu artinya berubah dapat mengubah nilai ekuitas, meskipun
tidak mengubah arus kas yang diharapkan.
■ Jika utang berisiko memiliki kupon, maka dengan setiap manajemen pembayaran kupon
memiliki opsi pada satu opsi — jika ia melakukan pembayaran bunga maka ia membeli
hak untuk kemudian melakukan pembayaran pokok dan mempertahankan perusahaan.
Ini disebut opsi gabungan.
CHAPTER 16
Pendistribusian dan Pembelian kembali Dividen
POKOK BAHASAN :
1. Teori Preferensi Investor
2. Efek Sinyal
3. Residual Model
4. Rencana menginvestasikan kembali dividen
5. Dividen dan Pemecahan saham
6. Pembelian kembali saham
Kebijakan Dividen
Kebijaka dividen merupakan keputusan untuk membayar
pendapatan versus menahan dan menginvestasikannya
kembali.
Termasuk elemen-elemen ini:
1. Pembayaran tinggi atau rendah?
2. Dividen yang stabil atau tidak teratur?
3. Seberapa sering?
4. Apakah kami mengumumkan kebijakan tersebut?
Teori tentang Kebijakan Dividen :
Bird-in-the-hand
Preferensi pajak
Investor mengira dividen adalah kurang berisiko daripada keuntungan modal masa
depan yang potensial, maka mereka menyukai dividen.
Jika demikian, investor akan menilai perusahaan dengan pembayaran tinggi lebih
tinggi, yaitu pembayaran yang tinggi akan menghasilkan P tinggi.
Laba ditahan menyebabkan capital gain, yang dikenakan pajak tarif yang lebih rendah
dari dividen: Maksimum 28% vs. hingga 38,6%. Pajak keuntungan modal juga
ditunda.
Hal ini dapat menyebabkan investor lebih memilih perusahaan dengan pembayaran
rendah, yaitu pembayaran yang tinggi menghasilkan P rendah.
Implikasi Kebijakan Dividen :
■ TEORI : ■ IMPLIKASI :
1. Ketidakrelevanan 1. Pembayaran Apapun OK
2. Bird in the hand 2. Menetapkan pembayaran tinggi
3. Preferensi Pajak 3. Menetapkan pembayaran yang rendah
Teori yang paling benar ?
o Pengujian empiris belum dapat menentukan teori mana, jika ada, yang benar.
Manajer tidak suka memotong dividen, jadi tidak akan menaikkan dividen kecuali
mereka menganggap kenaikan itu berkelanjutan. Jadi, investor memandang kenaikan
dividen sebagai sinyal pandangan manajemen tentang masa depan.
Oleh karena itu, kenaikan harga saham pada saat kenaikan dividen dapat
mencerminkan ekspektasi yang lebih tinggi untuk EPS di masa depan, bukan
keinginan untuk dividen.
Efek Klien :
Kelompok investor yang berbeda, atau klien, lebih menyukai kebijakan dividen yang
berbeda.
Kebijakan dividen masa lalu perusahaan menentukan klien investor saat ini.
Efek klien menghalangi perubahan kebijakan dividen. Pajak & biaya perantara
merugikan investor yang harus pindah perusahaan
Model dividen residual :
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memperkenalkan konsekuensi keuangan tentang
pajak laba yang didistribusikan di Estonia yang secara eksperimen diperkenalkan tahun 2000
Etonia tidak mengenakan pajak penghasilan badan atas laba ditahan
Pajak pendapatan dikenakan pada semua distribusi, termasuk dividen dan distribusi lainnya
seperti : tunjangan, hadiah, donasi dll
Semua pendapatan perusahaan dibebaskan dari pajak saat diperoleh pendapatannya
(perdagangan, dividen, bunga dan royalty) juga keuntungan modal dan penjualan semua jenis
asset
■ Pajak dan Kebijakan Dividen :
Preposisi I :
■ Jika keuntungan didistribusikan sepenuhnya saat diperoleh dan tarif pajak perusahaan (τ
c) sama dengan tarif pajak dividen (τ d), nilai perusahaan bagi investor di bawah DPT dan
GPT adalah sama.
Preposisi II :
■ Nilai perusahaan bagi investor di bawah DPT tidak tergantung pada kebijakan dividen,
sejauh dividen yang diterima tetap di bawah tingkat konsumsi investor dan jika
probabilitas kerugiannya nol.
Preposisi III :
■ Jika probabilitas kerugian nol, maka optimal di bawah DPT untuk membagikan dividen
pada waktu 0 sama atau kurang dari tingkat konsumsi investor.
Preposisi IV :
■ Jika kerugian dalam periode 1 mungkin terjadi dan jika tingkat konsumsi investor
melebihi dividen yang diterima, maka :
(a) untuk jumlah keuntungan yang tidak dibagikan ini yang tetap di bawah jumlah
potongan dari potensi kerugian, semakin tinggi dividen periode 0, semakin tinggi
nilai perusahaan bagi investor di bawah DPT adalah, dan
(b) untuk jumlah keuntungan yang belum didistribusikan yang berada di atas jumlah
potongan potensi kerugian, kebijakan dividen tidak akan mempengaruhi nilai
perusahaan bagi investor di bawah DPT.
PREPOSISI V :
■ Jika kerugian mungkin terjadi dalam periode 1 dan jika tingkat konsumsi investor tetap
di bawah dividen yan diterima, terdapat tingkat breakpoint unik dari pu yang
menentukan jumlah dividen optimal di bawah DPT.
■ Di atas breakpoint ini, semakin besar profit yang tidak didistribusikan, semakin tinggi
pula nilai perusahaan bagi investor.
■ Di bawah breakpoint ini, untuk jumlah keuntungan yang belum didistribusikan yang
tetap di bawah jumlah diskon potensi kerugian, semakin tinggi periode 0 dividen,
semakin tinggi nilai perusahaan untuk investor di bawah DPT.
■ Untuk jumlah keuntungan yang tidak didistribusikan yang berada di atas jumlah
potongan dari potensi kerugian, semakin besar keuntungan yang tida didistribusikan,
semakin tinggi nilai perusahaan bagi investor.
PREPOSISI VI :
■ Jika probabilitas kerugian nol, maka nilai perusahaan untuk investor di bawah GPT
dimaksimalkan ketika laba dibagikan pada periode 0, sejauh dividen yang diterima tetap
di bawah tingkat konsumsi investor.
PREPOSISI VII :
■ Jika probabilitas kerugian nol dan jika konsumsi oleh investor tidak melebihi dividen
diterima dan jika τ c> τ p, nilai perusahaan untuk investor di bawah GPT
dimaksimalkan ketika keuntungan didistribusikan dalam periode 0.
■ Jika probabilitas kerugian nol dan jika dikonsumsi oleh investor tidak melebihi dividen
yang diterima dan jika τ c < τ p, nilai perusahaan untuk investor di bawah GPT
dimaksimalkan ketika keuntungan dibagikan pada periode 1.
KESIMPULAN :
■ Salah satu tujuan diperkenalkannya DPT di Estonia adalah untuk memotivasi
perusahaan untuk menginvestasikan kembali keuntungan yang diperoleh daripada
membayarnya sebagai dividen.
■ Menariknya, analisis teoritis dalam makalah ini menunjukkan bahwa
mempertahankan semua keuntungan di perusahaan tidak pernah menjadi satu-satunya
kebijakan pembayaran yang optimal. Sebaliknya, keputusan dividen tampaknya
sangat difokuskan pada tingkat konsumsi investor.
■ Analisis teoritis menunjukkan bahwa pertimbangan pajak sehubungan dengan
kebijakan dividen secara substansial berbeda menurut DPT dan GPT.
■ Pengujian empiris akan menjadi area yang menantang untuk mengembangkan
penelitian lebih lanjut tentang konsekuensi pajak laba terdistribusi.
■ Jurnal sebelumnya sangat mendukung penelitian yang dilakukan oleh Aoro
Hajak.