Anda di halaman 1dari 10

Bai’ Al Wafa’ Dalam

Tinjauan Hukum Islam


Disusun Oleh Kelompok 3 ( HES/D)
Para ulama fiqh tidak membolehkan bentuk jual beli ini, alasan mereka diantaranya karena :

1. Dalam suatu akad jual beli tidak dibenarkan adanya tenggang waktu, karena jual beli berarti
memindahkan hak milik secara sempurna dari pembeli kepada penjual.

2. Dalam jual beli tidak boleh ada syarat bahwa barang yang dijual harus dikembalikan kepada penjual
semula, dengan harga pertama yang dijualnya

3. Bentuk jual beli ini belum terdapat di zaman Rasulullah saw. maupun di masa sahabat.

4. Jual beli ini merupakan hilah yang tidak sejalan dengan maksud syara’
Kaidah 1

‫األصل في المعمالت اإلباحة اال أن يدل دليل علي تحريمها‬

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah


boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
Kaidah 2

‫يَر‬O ‫ل ْتَّي ِْس‬OO‫ت ِْجلُب ا‬


َ ‫قَّ ُة‬O ‫لَم َش‬OO‫ا‬.

"Kesulitan dapat menarik kemudahan.”


Apabila suatu hukum terdapat kesusahan atau
kesulitan dalam penunaian dan pelaksanannya, baik
kepada badan, jiwa, atau harta seorang mukallaf,
maka hukum itu diringankan sehingga tidak
menyusahkan lagi.
Firman Allah dalam al-Qur’an

Hukum jual beli adalah mubah (boleh). Hal tersebut berdasarkan dalil Al-
Quran, Hadits dan Ijma’. Adapun dalil Al-Quran terdapat dalam surah Al-
Baqarah ayat 275.

Artinya: Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba,(Al-


Baqarah: 275)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT. menghalalkan jual beli dengan
ketentuan barang yang akan dijadikan objek penjualan tersebut tidak
bertentangan dengan hukum syara’, dan Allah
Adapun dalil Hadits adalah sabda Rasulullah saw. yang berbunyi:

‫أ&ف&ضل ا&&لكسبعملا&&لرجلب&&يده& و ك&لب&&يع& مبرور‬

Artinya:“Usaha yang paling afdhal adalah hasil pekerjaan tangannya sendiri


dan jual beli yang mabrur”.
Definisi Bai’ al-wafa’ adalah “jual beli yang dilansungkan dua pihak yang
dibarengi dengan syarat bahwa barang yang dijual tersebut dapat dibeli
kembali oleh penjual apabila tenggang waktu yang ditentukan telah tiba”.

Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 275 yang
artinya “dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
Biasanya barang yang diperjual belikan dalam bai’ al-wafa’ adalah barang
tidak bergerak, seperti lahan perkebunan, rumah, tanah perumahan, dan
sawah.
BAI AL-WAFA DALAM HUKUM ISLAM

Dalam rangka menghindari terjadinya riba dalam pinjam-meminjam,


masyarakat Bukhara dan Balkh ketika itu merekayasa sebuah bentuk jual
beli yang dikenal kemudian dengan bai’ al-wafa’. Banyak di antara orang
kaya ketika itu tidak mau meminjamkan uangnya tanpa ada imbalan yang
mereka terima. Sementara banyak pula para peminjam uang tidak mampu
melunasi utangnya akibat imbalan yang harus mereka bayarkan. Sementara
menurut ulama fiqh, imbalan yang diberikan atas dasar pinjam-meminjam
uang termasuk riba.
Kesimpulan
Bai wafa’, suatu akad jual beli dimana pembeli berkomitmen setelah sempurna akad bai’ untuk
mengembalikan barang yang dibelinya kepada penjualnya sebagai ganti pengembalian harga
barang tersebut. Bai’ wafa’, suatu transaksi (akad) jual beli dimana penjual mengatakan kepada
pembeli, saya jual barang ini dengan hutang darimu yang kau berikan padauk dengan
kesepakatan, jika saya telah melunasi hutang tersebut maka barang itu kembali menjadi
miliknya lagi.
KAMU
NANYA ?

Anda mungkin juga menyukai