Anda di halaman 1dari 29

Historisitas Kantor Bank Indonesia Cirebon

Peluncuran & Bedah Buku dalam Penguatan Ekonomi Kerakyatan


“Memperkuat Simpul Ekonomi Kerakyatan
Wilayah Pesisir: Bank Indonesia & Prof. Dr. Aan Jaelani, M.Ag
Perkembangan Ekonomi Cirebon” Guru Besar Ekonomi Islam; Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam IAIN
Kantor Perwakilan BI Cirebon, Selasa 23 Agustus 2022
Syekh Nurjati Cirebon
Pendidikan & Pengalaman Riset & Publikasi Ilmiah
Jabatan Akademik
Guru Besar Bidang Reviewer Riset & PkM
2022 Ilmu Ekonomi Islam 2017-2022 Litapdimas Diktis Kementerian Agama RI
(1 Juli 2022)
Reviewer Jurnal Nasional Terakreditasi
& Jurnal Internasional Bereputasi
Prof. Dr. Aan Jaelani, M.Ag 2017-2022
Jurnal nasional terindeks Sinta & jurnal
UIN Syarif
Guru Besar Ekonomi Islam 2012 internasional terindeks Scopus & WoS
Hidayatullah
IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jakarta (S3 Ekonomi Elsevier Advisory Panel Member
Islam) 2019-2022 Anggota Tim Pengembangan IT pada Penerbit
Dekan Fakultas Ekonomi & Elseviers, Den Haag, Holland
Bisnis Islam (FEBI)
IAIN Sunan Gunung
2001 Djati Bandung (S2)
Karya Ilmiah
Jl. Perjuangan by Pass
Sunyaragi Cirebon
All my papers can be downloaded from:
Scopus: https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57195963463
IAIN Sunan Gunung RePEc (Research Papers in Economics): https://ideas.repec.org/f/pja475.html
Email: 1997 Djati Cirebon (S1) ResearchGate : https://www.researchgate.net/profile/Aan_Jaelani
iainanjal@gmail.com Orcid ID : https://orcid.org/0000-0003-2593-7134
Google Scholar: http://scholar.google.com/citations?user=YMNa9u0AAAAJ&hl=id
HP. 082119293321 Web of Science: https://www.webofscience.com/wos/author/record/D-6905-2016
SINTA Ristek Dikti: https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/231550
WarisanTradisiBesar&
MembangunEkonomiEraOrde
FondasiEkonomiModern
Baru1968-99

DeJavascheBank(DJB)
KiprahBankIndonesiaCirebon

BI
&EkonomiKolonial
Mutakhir

Transisi Kekuasaan, Perbankan, &


Keuangan 1942-53 Gedung Kantor Perwakilan BI &
Bangunan Cagar Budaya di
Cirebon

Langkah-langkah Rekonstruksi
1953-68 Penutup
Warisan Tradisi Besar
& Fondasi Ekonomi
Modern
Warisan Tradisi Besar & Fondasi Ekonomi
Modern
“Dulu, di sini (Pelabuhan Muara Jati) pernah
ada pelabuhan besar skalanya internasional.
Beberapa perahu negara-negara timur
tengah dan Barat pernah singgah di sini.
Berkembang pada abad ke-14 menjelang
berdirinya kerajaan Cirebon. Ceritanya juga
tercatat dalam naskah. Pelabuhan tersebut
bahkan sudah lama. Fungsinya yaitu pintu
gerbang jalur laut,” ujar Raffan S Hasyim,
sejarawan Cirebon, saat di temui di kampus
IAIN Cirebon, Jumat (12/10/2018).

Lihat: Naskah kuno Purwaka Caruban


Nagari, karya Pangeran Arya Carbon atau
Pangeran Wangsa Kerta.
Teori Penyebaran Islam di Indonesia
1 Van Leur (1955)
Perdagangan sebagai saluran islamisasi yang 2 Naquib al-Attas (1969)
mempunyai peran dominan di Nusantara pada Pertama, jalur perdagangan sebagai jalur penyebar
abad VII; motif ekonomi dan politik merupakan luasan agama Islam; Kedua, para pedagang, para
faktor yang mendorong penguasa-penguasa pegawai yang berhubungan dengan
pribumi memeluk Islam. Mereka ingin mendapat perdagangan termasuk “syahbandar” merupakan
dukungan dari pedagang-pedagang Muslim yang cara penyebaran agama Islam, perkawinan
menguasai sumber-sumber ekonomi. campuran untuk mempengaruhi penduduk untuk
pindah agama; Ketiga, kompetisi antara orang-
orang Islam dan orang-orang Kristen mempercepat
penyebaran Islam, khususnya antara abad ke XI
sampai abad XVII (dampak Perang Salib); Keempat,
4  Bakti (2006) mencari aman dari situasi politik yang belum
Kehadiran Islam di Nusantara menentu sebagai motif yang mendorong untuk
melalui perdagangan, perkawinan, dan pindah agama ke Islam; Kelima, nilai
mengadopsi gaya hidup masyarakat ideologi Islam sebagai faktor utama yang
setempat, sehingga mereka menjadi menyebabkan pindah agama; Keenam, pengaruh
orang Jawa, Melayu, atau suku lain. sufisme dan tarekat.
Proses islamisasi ini menunjukkan
bahwa Islam telah diterima oleh
pribumi dan mereka mudah menerima 3 Uka Tjadrasasmita (1993); Badri Yatim (2006)
nilai-nilai external seperti yang terdapat
Saluran-saluran proses islamisasi di Nusantara:  
dalam Islam.
perdagangan, perkawinan, dakwah, tasawuf,
pendidikan, kesenian, bangunan, sastra, & politik
Lintasan Sejarah Ekonomi
Cirebon

6 5 4
5 Peredaran mata uang Komoditas lain: industri Komoditas utama Cirebon
(abad 16): hasil tumbuhan
Pasambangan & Muarajati: 7 asing (rijksdaalders): tradisional, peternakan, hutan & perkebunan
Pusat pendidikan & Peran SGD, politik, & hasil tangkapan nelayan tradisional
alat tukar perdagangan;
penyebaran Islam; tradisi & bandar pelabuhan mata uang lokal untuk
multikulturalime; tatanan perdagangan:
politik lokal Cirebon sebagai transaksi dagang
pusat perekonomian
Lihat: asal-usul Cirebon;
1 literatur lokal; De Graaf &
Pusat pemukiman & Pigeaud (1985); Ekajati
3 perdagangan dalam (1995); Johan (1997, etc.
Wilayah pesisir Cirebon wilayah Kerajaan Sunda
& pedalaman memiliki
tanah yang subur: lahan Galuh/Pajajaran
perkebunan, sawah
produktif, penghasil 2 Lihat: Kunjungan armada Cina 1415
kayu & beras
Cirebon & sekitarnya (Laksamana Te Ho/Cheng Ho) dan Kun Wei
memiliki pelabuhan, Ping berlabuh di Muara Jati (Pelabuhan
jalur transportasi yang
ramai Cirebon sekarang) & kunjungan Tome Pires
1915 di pemukiman muara Cirebon
Peta Geografis, Demografi, & Sosio-Kultural (Cortesao, 2018_
De Javasche Bank &
Ekonomi Kolonial
De Javasche Bank Agentschap Cirebon:
Politik Ekonomi Kolonial Sistem Tanam Paksa (STP)

Terbentuknya Administrasi Politik Ekonomi Kolonial Perdagangan di Cirebon Masa STP


Kekuasaan kolonial di wilayah Cirebon dibentuk oleh VOC,
keruntuhan basis politik kekuasaan Cirebon, & pengaruh politik Diversifikasi ekonomi: sektor industri & non-pertanian,
Belanda awal abad ke-18. Klimaksnya: Kesultanan Mataram peningkatan infrastruktur transportasi. Dominasi
menyerahkan keraton Cirebon (Kanoman, Kasepuhan, perdagangan oleh pedagang Cina & pribumi.
Panembahan/Kacirebonan) kepada VOC tahun 1705 &
menjadikannya Karisedenan. Kekuasaan politik & ekonomi Cirebon
menjadi pudar.
Klasifikasi Industri di Cirebon

Kekuasaan Kolonial: Daendels (1808-11) Klasifikasi industri: 1) manufaktur; 2) pengolahan hasil


pertanian & perikanan; & 3) jasa angkutan & hiburan
Gagasan ideologi revolusioner & liberalisme-humanitarian:
pemetaan wilayah Jawa & kebijakan ekonomi & fiskal yang feodal.
Dampak di Cirebon: posisi & kewibawaan sultan merosot dari raja
menjadi Bupati (sejak 1809), tanah keraton menjadi 2 prefektur: Konektivitas Jalur Transportasi
tanah milik sultan & Kab. Cirebon Priangan, tetap membayar pajak.
Perbaikan & pengembangan infrastruktur transportasi pada jalur
Kekuasaan Kolonial: Raffles (1811-16) darat & pelabuhan; Sejak 1841, pengangkutan hasil produksi
perkebunan dari pedalaman dengan kendaraan beroda;
Dampak di Cirebon: perjanjian dengan sultan Cirebon (April 1812); terhubung langsung dengan pelabuhan untuk pemberangkatan
menghapus kebijakan Daendels, membebaskan utang mereka kepada
ekspor produk perkebunan; tahun 1851, Cirebon terhubung 121
negara, memberikan tunjangan tahunan.
Kebijakan ini melemahkan kekuasaan politik Keraton Cirebon. Kebijakan ruas jalan sepanjang 850 km & jalur KA dibuka akhir abad ke-19;
pajak tanah (landrent) untuk mereformasi administrasi di Jawa: STP dihapus pada 1870.
mengurangi pengaruh kaum priyayi, meningkatkan tabungan negara,
menekan pengeluaran, mengubah sistem pengumpulan pajak petani.
Di wilayah Cirebon: pengumpulan pajak tanah berjalan lancar.
Pendirian De Javasche Bank Agentschap Cheribon:
Arah Baru Ekonomi Cirebon & Sekitarnya
Cirebon sebagai kantor cabang DJB: wilayah penting dalam
Munculnya kelompok kapitalis: pengusaha swasta Eropa pengembangan skema ekonomi perkebunan pasca STP,
& Cina dalam industri perkebunan & sektor ekonomi memperlancar proses modernisasi ekonomi, memenuhi
modern (pasca STP berakhir 1870) kebutuhan peredaran uang, menyediakan akses kredit bagi
pelaku ekonomi untuk pengembangan bisnis.

2 4 6
Pembukaan kantor cabang DJB di Kota
Cirebon yang resmi berdiri 6 Agustus
1866: memberikan pembiayaan pada
pihak swasta & kompetitif dengan

1 3 5
perusahaan swasta sejenis, khsuusnya
pada sektor industri gula &
perdagangan ekspor

STP & Konektivitas Pasar & Ekonomi Dunia: Perubahan politik ekonomi kolonial: dari konservatif-
Sentralisasi produksi & distribusi pemerintah intervensionis menjadi liberal yang memperluas peran Perluasan jaringan operasi & kapitasasi profit: pemberian
kolonial; modernisasi pedalaman (aliran modal, kelompok swasta; lahirnya UU Agraria 1870; pendirian kredit langsung kepada pengusaha Hindia Belanda (1850-
teknologi, nilai-nilai baru); pelibatan 3 kelompok lembaga perbankan (De Javasche Bank; DJB) 1828 an), pembukaan 2 kantor cabang di Semarang & Surabaya,
pemangku kepentingan (elite Jawa pemegang (menerbitkan mata uang, bertanggungjawab atas & kota lainnya yang strategis & menguntungkan, kantor
kekuasaan, orang-orang swasta Eropa, pengusaha pengedaran mata uang kertas, bank komersial swasta cabang di pedalaman pasca 1870 dengan maraknya
Cina). yang memberikan kredit pembukaan perkebunan.
De Javasche Bank & Perkembangan
Ekonomi Cirebon
@ Sektor ekonomi pribumi: Masyarakat
@ DJB Agentschap Cirebon sebagai kelanjutan pribumi, penyedia tenaga kerja, bergerak
kebijakan politik ekonomi liberal dengan sektor di bidang pertanian & non-pertanian
swasta yang menjadi prioritas. skala kecil & menengah
@ Struktur formasi ekonomi kolonial masih
bercorak STP di Cirebon, meskipun 1870
menunjukkan perubahan kondisi demografi &
peningkatan infrastruktur ekonomi.
@ Klasifikasi ekonomi: sektor ekonomi Barat, @ Sektor ekonomi perantara: Mayoritas orang
sektor ekonomi perantara, & sektor ekonomi Cina & Timur asing (Arab & India), bekerja di
pribumi. sektor perdagangan perantara, berperan sebagai
kelompok trading minority, & penghubung kedua
Ekonomi Dualistik J.H. Boeke sektor ekonomi.

@ Formasi ekonomi yang menciptakan siklus ekonomi yang


berdaya gerak sendiri (self-sustained) & tertutup. Pemerintah @ Sektor Ekonomi Barat: Pengusaha swasta
kolonial menjadi fasilitator & penjaga keseimbangan ketiga Eropa & sebagian kecil pengusaha Cina
sektor ekonomi. (pengganti pemerintah kolonial); berorientasi
@ Sektor ekonomi Barat terpisah dari sektor ekonomi pribumi ekspor, padat modal, & teknologi (ekonomi
& keduanya hanya bisa dihubungkan oleh sektor ekonomi perkebunan, perdagangan ekspor, & sektor
perantara. modern lain
Teori Ekonomi Pasar:
Pandangan Ibn Khaldun tentang Perekonomian & Harga dalam Pertumbuhan Kota (Ibn Khaldun, 2015)

(1) jenis barang menjadi dua jenis:


(2) permintaan terhadap barang-barang
A
barang kebutuhan & barang
pelengkap. Bila suatu kota pelengkap akan meningkat sejalan
berkembang dan populasinya dengan berkembangnya kota dan
bertambah banyak, maka pengadaan berubahnya gaya hidup, atau terjadi
barang-barang kebutuhan pokok peningkatan disposable income dari
menjadi prioritas.
B penduduk kota yang dapat
meningkatkan “marginal propensity to
consume” (kecenderungan
mengkonsumsi marjinal) terhadap
(3) Hal ini menciptakan permintaan baru barang-barang mewah dari setiap
terhadap barang-barang mewah. penduduk kota tersebut.
Akibatnya barang-barang mewah akan
meningkat pula. Naik turunnya sebuah
permintaan terhadap suatu barang akan
D
berdampak terhadap harga. Ketika (4) Namun bila jarak antar suatu kota dekat dan
barang-barang yang tersedia sedikit aman untuk melakukan perjalanan, maka akan

C
maka harga akan naik. banyak barang yang dapat diimpor, sehingga
ketersediaan barang akan melimpah, dan harga
akan turun. Jadi, kekuatan permintaan dan
penawaran sebagai penentu keseimbangan harga
Pembagian Tenaga Kerja & Perdagangan

Proses Apabila pembagian pekerjaan kepada masyarakat berdasarkan


(1)
spesialisasi & keahlian, maka akan menghasilkan output yang lebih besar.

Adanya kerja sama sosial yang saling menguntungkan dalam memenuhi


(2)
kebutuhan ekonomi (teori comparative advantage).

Suatu organisasi sosial dari produksi dalam bentuk suatu spesialisasi kerja.
(3) Produktivitas yang tinggi hanya akan didapatkan dari spesialisasi kerja, dan
memungkinkan terjadinya suatu surplus dan perdagangan antara para produsen.

Pertukaran atau perdagangan di antara negara-negara miskin dan negara kaya yang
(4) menimbulkan kecenderungan suatu negara untuk mengimpor atau mengekspor dari
negara lain.

Untuk menjadi sejahtera, pemerintah harus menggenjot sisi produksi domestik. Hal ini
(5) ditujukan agar negara swasembada dan dapat mengekspor ke luar negeri. Ekspor akan
meningkatkan devisa negara sehingga neraca pembayaran negara akan positif. Dengan
begitu kekayaan negara akan meningkat dan kemakmuran rakyat akan terwujud.
Transisi Kekuasaan,
Perbankan, &
Keuangan 1942-53.
Dari DJB Cirebon menjadi NKG; Nasionalisasi DJB menjadi Bank Indonesia
Pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia mengambil alih DJB & menggantinya dengan Nanpô Kaihatsu Ginko. Meski berlangsung sebentar, pengelolaan
DJB menjadi masalah setelah Belanda menguasai kembali Indonesia. Pemerintahan baru RI berusaha mendirikan lembaga perbankan sendiri. Situasi ini
memunculkan “perang bank” (dan mata uang) di tengah mempertahankan kemerdekaan

EKONOMI PENDUDUKAN, NANPÔ KAIHATSU KEMBALINYA BELANDA DAN DE JAVASCHE


GINKO (NKG), & PEREDARAN UANG BANK CIREBON

Jepang mengambil alih berbagai sektor perekonomian, Arus transaksi keuangan di NKG & perbankan Jepang
menguasai produksi padi (1940), mengeksploitasi mengalami penurunan; perbankan hilang ketika Jepang
potensi alam & sumber daya manusia (pasca 1942), & menyerah tanpa syarat kepada pasukan Sekutu & pasca
membuka lahan padi baru untuk kebutuhan logistik pernyataan kemerdekaan Indonesia; pemerintahan baru
perang. Jepang membentuk badan usaha “Nôgyô RI mendirikan BNI 1946 di Jakarta & di Yogyakarta ;
Kumiai” (seperti KUD) (1944); beredar dua mata uang Kantor perwakilan BNI di Cirebon sebagai lembaga
dalam masyarakat (uang keluaran DJB & uang perseroan bank dan perniagaan atau Banking & Trading
pendudukan Jepang); Pada 20 Oktober 1942, DJB Corporation; Tugas utama DJB Cabang Cirebon “baru”
Cabang Cirebon dan seluruh bank milik Belanda di ialah mengelola aset dan keuangan NICA (1947).
Cirebon dilikuidasi oleh Jepang.

DUALISME BANK SIRKUASI & KONTESTASI UPAYA MEMBANGUN SISTEM PERBANKAN


SIRKULASI UANG NASIONAL
Hasil Perjanjian KMB: DJB berfungsi sebagai bank sirkulasi
Fonds Kemerdekaan Indonesia (FKI) diambil alih para bagi seluruh wilayah RI, menggeser peran BNI yang
pejuang Indonesia & menjadikan asetnya sebagai modal awalnya berfungsi sebagai bank sirkulasi RI; langkah
awal Pusat Bank Indonesia (14 Oktober 1945); PBI moneter pemerintah RIS: menyatukan mata uang dengan
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah merdeka memilih uang NICA (alat pembayaran sah, 1 Januari
dan berdaulat dalam perekonomian; penerbitan Oeang 1950); kebijakan ‘gunting Sjafruddin (menggunting uang
Repoeblik Indonesia (ORI) (29 September 1945) pre-federal /uang NICA) di atas nominal ƒ2,50 menjadi
bertujuan untuk menguasai seluruh uang di setiap kas dua bagian); menasionalisasi DJB (1951) - sebagai bank
negara, mengeluarkan uang belanja negara, & melarang sirkulasi milik Pemerintah RI & diubah menjadi Bank
pembayaran mandat yang tidak memiliki tanda tangan Indonesia sebagai Bank Sentral (1 Juli 1953).
pegawai Republik pada 1 Oktober 1945.

D I A G R A M S P O W E R P O I N T T E M P L AT E | Email : support@slidemodel.com | Web : slidemodel.com 1


Langkah-langkah
Rekonstruksi 1953-68
.
Nasionalisasi DJB menjadi BI dengan pejabat dari
Nasionalisasi
BI Cabang Cirebon dalam Dinamika Indonesia (1957) menjadikan fungsi Kantor BI Kas
Cabang Cirebon sebagai representasi BI di
Warisan Ekonomi daerah dalam menangani masalah
Politik & Ekonomi Nasional Kolonial perekonomian, bank sirkulasi yang membantu BI
Pusat melayani kegiatan perbankan; beberapa
Urbanisasi yang makin meningkat & menambah perusahaan milik asing dinasionalisasi
padat populasi Kota Cirebon; perekonomian (mengambil seluruh aset) oleh pemerintah
masyarakat hingga 1960-an masih terimbas (1958); menampung setoran hasil perdagangan
perang kemerdekaan; perekonomian masyarakat dari perusahaan yang telah dinasionalisasi.
Masalah Sektoral yang belum stabil karena pengaruh kondisi
politik nasional; Sektor perekonomian 1950-an Kebijakan UU No. 6/1959 (Kuasa Pemda) berpengaruh
Perekonomian masih didominasi oleh pengusaha Eropa dan
Ekonomi Nasional
terhadap pertumbuhan ekonomi rakyat di Cirebon,
seperti wirausaha konveksi di Tegalgubug &
Cina; perdagangan & penghasilan cukai
Lokal meningkat yang dikuasai perusahaan besar & Perkembangan tumbuhnya berbagai koperasi batik (antara 1952-
asing; petani menjadi buruh perkebunan; 60); wirausaha & jasa usaha mikro (1956) tumbuh
kesulitan ekonomi masyarakat akibat kenaikan Kewirausahaan berkembang; kemajuan wirausaha di pinggiran
kota atau pedesaan (1959); peran penting Kantor
harga kebutuhan pokok, & permasalahan
ekonomi nasional Lokal BI Kas Cabang Cirebon adalah pengawasan & kerja
sama dengan bank-bank lain di Cirebon; fungsi
DJB sebagai cikal bakal Bank Indonesia (UU Kantor BI Kas Cabang Cirebon pada 1960 &
No. 11/1953); BI mengemban fungsi: (1)
Evolusi kebijakan moneter, (2) kebijakan Krisis Politik & sesudahnya tidak lagi menjadi bank tumpuan
pembangunan (digantikan Bapindo).
perbankan, & (3) memperlancar lalu lintas
Kelembagaan BI pembayaran; tugas BI: menjaga stabilitas
Ekonomi Krisis politik luar negeri akibat kebijakan
rupiah, menyelenggarakan peredaran uang konfrontatif ‘Ganyang Malaysia’ (1960-an);
di Indonesia, memajukan perkembangan perekonomian Cirebon makin memburuk karena
urusan kredit, & melakukan pengawasan banyak koperasi di berbagai tingkatan tidak menjual
dalam urusan kredit tersebut; semua bank barangnya ke Malaysia dan Singapura & produksi
umum negara dan Bank Tabungan Negara rokok PT BAT Cirebon juga menurun (1963);
(BTN) diintegrasikan ke dalam bank sentral kemarau panjang & gagal panen (1963-64); teknis
dalam sistem baru (1965; UU Nomor pekerjaan BI Kas Cabang Cirebon dan bank lainnya
13/1968: BI tidak diperkenankan melakukan terhambat; masalah tekanan demografis menyusul
jenis usaha bank yang bersifat komersial. inflasi tinggi (1962-65) & disintegrasi sosial-ekonomi
(1964-66); BI yang berfungsi sebagai bank sentral
dan sirkulasi diubah menjadi ‘Bank Tunggal’
Membangun Ekonomi
Orde Baru 1968-99
Pengembangan Ekonomi Kerakyatan: Program Kredit pada KPw BI Cirebon
Cirebon mengalami perkembangan signifikan di berbagai sektor ekonomi seperti industri manufaktur, perdagangan dan jasa, mulai dari skala kecil hingga
skala besar.

2
2 KREDIT MIKRO &

1
PEMBANGUNAN
RESTRUKTURISASI BANK INDONESIA EKONOMI KERAKYATAN
& STABILISASI PEREKONOMIAN
Penerbitan UU perbankan (1967 & 1968) yang menegaskan
kedudukan BI sebagai bank sentral; kebijakan open door policy bagi
UU Nomor 13/1968 berimplikasi pada perubahan manajemen dan
penanaman modal asing; kebijakan strategis bidang perkreditan untuk
struktur kerja organisasi BI cabang lokal; restrukturisasi &
memperkuat sektor pertanian, pembangunan pedesaan, &
reorganisasi internal BI untuk membantu pemerintah mengatasi
pengembangan ekonomi kerakyatan (1972-73); kebijakan kredit
masalah besar nasional (hiperinflasi & kemunduran ekonomi),
pertanian Bimbingan Massal (Bimas): fase Kredit Bimas Nasional &
termasuk kondisi perekonomian Cirebon dengan kenaikan harga-
Gotong Royong (1965-70), dan fase Bimas Nasional yang
harga kebutuhan pangan pokok (1965); Program Stabilisasi dan
disempurnakan (Bimas Unit Desa) (1970-84); kredit untuk komoditas
Rehabilitasi berjangka pendek. Program terdiri dari pengendalian
inflasi, pemulihan produksi, pencukupan kebutuhan sandang dan
1 2 tanaman perkebunan, peternakan, & perikanan (1984); 7 jenis
program perkreditan untuk pengembangan sektor UMKM non-
pangan, rehabilitasi prasarana ekonomi, dan peningkatan ekspor.
pertanian (1983-1993); Skema kredit Bank Indonesia, yaitu Program
KIK/KMKP dan Program PHBK.

3 4
3 REALISASI PROGRAM KREDIT
BI & PERKEMBANGAN UMKM PEREKONOMIAN CIREBON
DI CIREBON MASA ORBA
Kebijakan kredit pemerintah Kab. Cirebon: pembentukan Bank Peran penting BI dalam mendorong perkembangan UMKM atau ekonomi
Produksi Desa & Lumbung Produksi Desa; kebijakan pembelian hasil 3 4
kerakyatan melalui program kredit & stimulus finansial lain untuk
panen masyarakat & bantuan pemberantasan hama (1965-66); mendorong perkembangan ekonomi kerakyatan; beragam sektor ekonomi
program perkreditan BI untuk wilayah Cirebon (1970-71) & dinaikkan seperti pertanian & perkebunan, perdagangan & industri, transportasi,
melalui program KIK/KMKP untuk beragam sektor ekonomi (1975-85); pertambangan, kerajinan, & jasa menunjukkan keberlanjutan bisnis;
program KUK (1989-94); Program kredit tersebut untuk mendorong proyeksi pengembangan industri sangat penting untuk pertumbuhan
usaha produktif. ekonomi.

D I A G R A M S P O W E R P O I N T T E M P L AT E | Email : support@slidemodel.com | Web : slidemodel.com 1


Pasal 33 UUD 1945
Usaha Bersama;
Kekeluargaan Peran Negara
1. Perekonomian disusun sebagai 2. Cabang-cabang produksi
usaha bersama berdasar atas yang penting bagi negara dan
azas kekeluargaan; yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh
12 negara;

9 3

Kemakmuran Rakyat Demokrasi Ekonomi


3. Bumi, air, dan segala kekayaan yang 4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar
terkandung didalamnya dikuasai oleh atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
negara & dipergunakan bagi sebesar- kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
besarnya kemakmuran rakyat. berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional.
Keberlanjutan Hidup
Nilai Dasar Ekonomi Kerakyatan
Nilai Moral

Motivasi Agama Kekeluargaan

Pengakuan Hak Milik;


Peran Serta Masyarakat

Usaha Bersama;
Kerjasama

Keadilan Ekonomi

Identitas Budaya
Kesejahteraan Sosial

Berjiwa Pancasila
Kemerdekaan Berusaha Kontribusi Pembangunan
Sistem Ekonomi Kerakyatan mengacu pada nilai-nilai Pancasila sebagai sistem nilai bangsa Indonesia yang tujuannya adalah mewujudkan  keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia dengan salah satu unsur intrinsiknya adalah Ekonomi Pancasila (Mubyarto, 2002)
6 Kiprah Bank Indonesia
Cirebon Mutakhir
Kiprah Bank Indonesia Cirebon Mutakhir
Indikator ekonomi untuk tingkat daerah menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB); PDRB: jumlah nilai tambah bruto (gross value added)
seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu
periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen.

1 3
Kantor Perwakilan BI Cirebon &
Penyempurnaan Kelembagaan Pembangunan Kota
Kantor BI Cirebon menjalankan fungsi sentral dalam memfasilitasi
Metamorfosis Kelembagaan: UU No. 3 Tahun 2004: tujuan BI tetap pembangungan ekonomi & meningkatkan kesejahteraan masyarakat; mengawal
difokuskan pada pengendalian moneter, dengan tetap mengupayakan inflasi & keberpihakan pada UMKM di Ciayumajakuning: (1) pengembangan
prinsip-prinsip keseimbangan antara independensi dan pengawasan, UMKM; (2) mengindentifikasi potensi UMKM; (3) mengenali permasalahan
tanggung jawab atas kinerja, serta akuntabilitas publik yang transparan UMKM; (4) program pengembangan komoditi unggulan; (5) program Wirausaha
Insert your BI; (6) Program UMKM Tematik; pengembangan klaster ketahanan pangan;
pengembangan komoditas unggulan daerah; program pengembangan ekonomi
desired text syariah;. .
RPJPD & RPJMD Kota Cirebon (2018-2023): menjadi kota perdagangan
dan jasa yang maju dan sejahtera; Indikator ekonomi: Produk here
Kantor BI Cirebon dengan melakukan pendampingan kepada UMKM
Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan sektor ekonomi primer,
dengan memfasilitasi aspek akses permodalan, produksi, pemasaran,
sekunder, & tersier. Kota Cirebon ditopang sektor perdagangan &
pengelolaan usaha, inovasi, serta penyusunan laporan keuangan yang
industri, & Kabupaten Cirebon oleh industri rotan.
relevan & reliabel yang dapat merefleksikan realitas bisnis;
Pembangunan & Sektor Ekonomi perkembangan sistem pembayaran dengan sistem non-tunai.
Kota Cirebon
Kebijakan Moneter, Sistem Pembayaran, &
Sistem Keuangan
2 4
7 Gedung KPw BI &
Bangunan Cagar
Budaya di Cirebon
1. UU No. 11/2010
2. Permenbudpar No.
PM.58/PW.007/MKP/2010
3. SK Walikota Cirebon No. 19/2001
Pelestarian Cagar Budaya

Aspek Pemanfaatan Aset Budaya


Mewujudkan pelestarian
Mewujudkan aset budaya secara
cagar budaya dilakukan dengan
menyeluruh dalam bentuk data untuk
berbagai aspek pemanfaatan secara
dijadikan landasan kebijakan
luas
pembangunan lebih lanjut dengan cara
1 2 pendataan cagar budaya;

Aspek Pengamanan 4 3
Aspek Kepedulian & Partisipasi
Mewujudkan pengamanan cagar
budaya dengan cara mengarahkan
Menggugah kepedulian & partisipasi
pada pemanfaatan untuk kepentingan
masyarakat luas dalam mendukung
pendidikan, sosial, dan lain-lain yang
pengelolaan & pelestarian cagar budaya
sesuai dengan undang-undang
mengenai cagar budaya
8 Penutup
Penetapan hukum-hukum syariah untuk kemashlahatan/kebaikan manusia; atau tujuan
syariah adalah memperoleh kemashlahatan & menolak kerusakan

Kaidah Maqashid:
1. “al-awamiru tattabi’u al-mashalihu wa al-nawahiyu tattab’u al-mafasida
(perintah itu mengikuti kemashlahatan & larangan itu mengikuti kerusakan);
2. “tasharruf al-imam ‘ala al-ra’iyati manuthun bi al-mashlahah” (Kebijakan
pemerintah atas rakyatnya bertujuan mewujudkan mashlahah).

Implementasi:
Kebijakan Kantor BI Cirebon bertujuan mewujudkan kesejahteraan masyarakat
(li mashlahat al-ummat) melalui beragam program yang dijalankan secara
inklusif. Pembangunan perkotaan hingga perhatian kepada pedesaan, dari
pembangunan ekonomi berskala besar hingga keberpihakan kepada usaha
ekonomi kerakyatan, pengembangan klaster ketahanan pangan, komoditas
unggulan daerah, dan pengembangan ekonomi syariah. Program tersebut
untuk mewujudkan keberlanjutan ekonomi dengan tujuan akhir kesejahteraan.
Referensi
Al-Attas, M. N. (1969). Preliminary statement on a general theory of the Islamization of the Malay-Indonesian
Archipelago (Vol. 22). Dewan Bahasa dan Pustaka.
Bakti, A. M. F. (1993). Islam And Nation Formation In Indonesia. IJS, 1(1), 4.
Khaldun, I. (2015). The muqaddimah: an introduction to history-abridged Edition. Princeton University Press.
Leur, J. C. (1955). Indonesian trade and society: Essays in Asian social and economic history (Vol. 1). W. van
Hoeve.
Mubyarto. (1997). Ekonomi Pancasila. Aditya Media
Swasono, S. E. (1987). Sistem ekonomi dan demokrasi ekonomi: membangun sistem ekonomi nasional. Penerbit
Universitas Indonesia.
Tjandrasasmita, U. (1993). Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka.
Yatim, B. (2006). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai