Anda di halaman 1dari 198

Pengantar Diskusi

“Membangun Kader Nasionalis Pengamal


Pancasila dan UUD 1945 (Asli)”
MARHAENISME, PANCASILA 1 JUNI 1945
DAN SOSIALISME (INDONESIA)
Disampaikan oleh :
Bambang Yudho Utomo
(Pelaksana Harian Presidium LKSM)
pada
Pendidikan Guru Kader Nasional
Pemuda Demokrat Indonesia
Diselenggarakan oleh :
DPP Pemuda Demokrat Indonesia
Caringin, Bogor , 9 Mei 2006
SISTEMATIKA – DAFTAR ISI
1. LATAR BELAKANG PERJUANGAN MENUJU INDONESIA MERDEKA.
2. MODAL PERJUANGAN MENUJU INDONESIA MERDEKA.
3. MEMAHAMI AJARAN BUNG KARNO.
4. MARHAENISME DAN PANCASILA 1 JUNI 1945.
5. PROKLAMASI, DEKLARASI KEMERDEKAAN DAN UUD 1945 (Asli).
6. PANCASILA IDEOLOGI NASIONAL PROGRESIF DAN REVOLUSI.
7. MEMANDANG PANCASILA SEBAGAI BUDAYA BERSAMA.
8. MENGAPA PANCASILA TIDAK EMANSIPATORIK.
9. KRISIS MULTIDIMENSI, WARISAN MASALAH AKUT.
10. GLOBALISASI DAN GLOBALISME.
11. KEPRIHATINAN PASCA PEROMBAKAN UUD 1945 (ASLI).
12. MENGHADAPI TANTANGAN BERBANGSA DAN BERNEGARA.
LATAR BELAKANG
PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA MENUJU
INDONESIA MERDEKA
LATAR BELAKANG PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA
• Kolonialisme dan Imperialisme
– Sejak kedatangan VOC di Batavia pada tahun 1602, Indonesia
jatuh dalam cenkeraman kolonialisme dan imperialisme.
– Kolonialisme dan Imperialisme adalah sistem penindasan yang
menyengsarakan dan memelaratkan kehidupan rakyat.
• Akibat dari Kolonialisme dan Imperialisme
– Kebodohan
– Ketertindasan dan keterkungkungan
– Kemiskinan absolut
– Kekerdilan jiwa
– Mentalitas kuli, tak punya harga diri dan kehilangan jatidiri
– Kehilangan harkat dan martabatnya sebagai manusia
– Terpecah-belah
– Tereksploitasi secara ekonomi, politik dan budaya
DALAM CENGKERAMAN IMPERIALISME

- Imperialisme
- Fase tertinggi dari Kapitalisme (the Highest Stage of Capitalism).
- Modernisasi
- Modernisasi dilakukan melalui pembangunan sarana dan
prasarana fisik untuk memperlancar proses eksploitasi ekonomi.
PERLAWANAN RAKYAT

• Imperialisme Belanda : 1815-1870


– Belanda menghadapi dua perang besar pada tahun 1820-an.
– Belanda tidak dapat menguasai seluruh wilayah nusantara seperti
yang mereka bayangkan sebagai wilayah pengaruh kekuasaannya,
termasuk Aceh, Bali, sebagian besar Sulawesi dan Nusa Tenggara.
• Pemimpin perjuangan rakyat, antara lain :
– Pattimura in Ambon in 1817
– Pangeran Diponegoro in the Java War, 1825-1830
– Imam Tuanku Imam Bonjol in the Padri War in the 1830s
EKSPLOITASI EKONOMI DAN PERLAWANAN RAKYAT

• Imperialisme Belanda : 1870-1910


– Selama perioda ini Belanda berusaha untuk menguasai seluruh wilayah
nusantara yang mereka klaim sebagai wilayah Hindia-Belanda.
– Era ini di Eropa sering disebut sebagai era imperialisme tinggi (“high
imperialism“), di mana Inggeris dan Perancis menghadapai kekuatan
kolonial baru seperti Belanda, Jerman dan Itali yang saling berlomba
menguasai wilayah-wilayah di Afrika, Asia dan Pasifik.
– Bagi Belanda, Indonesia (Hindia-Belanda) sangat penting dalam
perekonomian Belanda, terutama keuntungan dari hasil kopi, tembakau,
minyak, serta hasil pertanian dan pertambangan lainnya yang
menopang sektor keuangan dalam industrialisasi di Belanda.
FEODALISME DAN DAERAHISME

• Zelfbesturen
– Wilayah di mana pemerintah Hindia-Belanda mengijinkan elite
lokal (Raja-raja kecil, sultan) untuk mengatur urusan intern di
wilayahnya.
– Kesultanan lokal tidak mempunyai kekuasaan di luar wilayahnya,
dan umumnya tidak memiliki yurisdiksi untuk mengatur orang-
orang Eropa dan etnis Cina yang berada di wilayahnya.
– Menumbuhkan feodalisme, daerahisme dan politik pecah-belah.
– Rakyat membayar upeti kepada raja/sultan
MODAL
PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA MENUJU
INDONESIA MERDEKA
MODAL PERJUANGAN
• Modal perjuangan bangsa Indonesia mencapai Indonesia
Merdeka
– Pernah mengalami kejayaan
• Jaman Majapahit dan Sriwijaya (National state).
• Punya nilai-nilai sosio-kultural.
• Punya peradaban.
• Punya sistem-sistem sosial.
– Bangsa religius – theis
• Punya landasan keyakinan.
• Punya arah dalam menjalani hidup dan kehidupan.
– Negeri yang kaya dan strategis
• Kaya Sumber Daya Alam (SDA).
• Jumlah rakyatnya banyak.
• Posisi geo-politik yang penting dan strategis.
MODAL PERJUANGAN
• Modal perjuangan bangsa Indonesia mencapai Indonesia Merdeka
– Pernah lama dijajah.
• Punya tradisi melawan penindasan.
• Paham bentuk-bentuk penjajahan dan penindasan.
• Punya semangat anti-sistem penindasan.
• Punya ideologi perlawanan (Marhaenisme) terhadap ideologi-
ideologi yang menindas.
• Punya pengalaman berjuang mengusir penjajahan dan penindasan.
– Kesadaran berbangsa serta semangat persatuan dan kesatuan.
• Deklarasi Kebangsaan (Sumpah Pemuda, 28/10/1928) lahir
mendahului Proklamasi Kemerdekaan 17/8/1945 dan Deklarasi
Kemerdekaan (Pembukaan UUD 1945-Asli).
• Sumpah yang disertai tekad untuk mewujudkan satu tanah air, satu
bangsa dan satu bahasa.
• Bhinneka Tunggal Ika, Sang Saka Merah Putih, Lagu kebangsaan
Indonesia Raya.
MODAL PERJUANGAN
• Modal perjuangan bangsa Indonesia mencapai Indonesia
Merdeka
– Ideologi perjuangan untuk membela kaum tertindas.
• Setiap perjuangan membutuhkan faham atau ideologi.
• Nasionalisme Indonesia pernah berhasil mengusir
kolonialisme dan imperialisme dan menghasilkan
kemerdekaan Indonesia.
– Pemikiran Bung Karno menyodorkan faham :
• Marhaenisme
– Sosio-Nasionalisme
» Nasionalisme yang berperi-kemanusiaan.
– Sosio-Demokrasi
» Demokrasi sejati yang mencari keberesan politik dan
keberesan ekonomi yang berke-Tuhan-an YME.
MARHAENISME - MODAL PERJUANGAN
• Dasar atau Pegangan.
AZAS • Pengangan hidup yang menentukan sikap, cara
menyusun masyarakat dan pergaulan hidup.
• Dipertahankan terus sepanjang hayat dikandung badan.
• Marhaenisme.

• Pedoman yang menentukan hukum-hukum perjuangan,


AZAS strategi, sifat dan watak, karakter perjuangan.
PERJUANGAN • Garis-garis besar kebijakan tentang bagaimana
melaksanakan perjuangan sebagai pelaksanaan dari azas.
• Dipertahankan selama masih diperlukan dalam perjuangan.
• Massa-Aksi, Radikal-Revolusioner, Matchsvorming,
Machtsaanwending, Non-Kooperasi, Self Help, Self Reliance .

• Segala kebijakan dan tindakan yang perlu untuk


TAKTIK memelihara elan vital perjuangan.
• Berubah sewaktu-waktu sesuai dengan tantangan dan
tuntutan perjuangan.
• Bagaikan pergerakan bidak-bidak pada papan catur.

Sumber : Sukarno, Ir., Azas-Azas Perjuangan-Taktik, (Fikifan Rakyat 1933), dalam Di bawah Bendera Revolusi, Jilid
Pertama, 1964, hal. 249-251.
MARHAENISME - MODAL PERJUANGAN
• MARHAENISME SEBAGAI AJARAN PERJUANGAN
– Marhaenisme sebagai ajaran perjuangan mensyaratkan
perlunya ideologi dan organisasi yang teratur serta kader,
sehingga dengan demikian Marhaenisme merupakan:
• Guide to Action - Ideologi
– Tuntunan dan pedoman terhadap perjuangan
• Guide for Action - Organisasi
– Tuntunan dan pedoman untuk melaksanakan
perjuangan
• Guide of Action - Kader
– Tuntunan dan pedoman untuk bagaimana
pelaksanaan perjuangan.
MARHAENISME - MODAL PERJUANGAN
Guide to Action
(Ideologi)

MARHAENISME
Sosio-Nasionalisme,
Sosio-Demokrasi,
Ke-Tuhan-an YME

Guide of Action Guide for Action


(Kader) (Organisasi)

MARHAENISME SEBAGAI AJARAN PERJUANGAN


MENGHIDUPKAN NASIONALISME
• Cara Menyuburkan Nasionalisme :
1. Menunjukkan kepada rakyat, bahwa ia punya hari
dulu, adalah hari dulu yang indah;
2. Menambah kesadaran rakyat, bahwa ia punya hari
sekarang, adalah hari sekarang yang gelap;
3. Memperlihatkan kepada rakyat sinarnya kari
kemudian yang berseri-seri dan terang cuaca,
beserta cara-caranya mendatangkan hari kemudian
yang penuh dengan janji-janji itu.

Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “LLembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 315.
1908 to 1945
Nationalism Movement

Dihadapan Pengadilan Kolonial - Indonesia Menggugat


KAPITALISME DAN IMPERIALISME
• Kapitalisme
– Sistim pergaulan hidup yang timbul dari cara produksi yang
memisahkan kaum buruh dari alat-alat produksi. (*)
• Nilai lebih tidak jatuh ke tangan kaum buruh, tapi ke tangan
kaum majikan (pemilik modal).
• Menyebabkan akumulasi dan sentralisasi kapital.
• Mengarah pada Verelendung (penggelembungan).
• Memerlukan dukungan Industrielle-Armée (Industri militer).
– Kapitalisme
• Bukan suatu badan,
• Bukan manusia,
• Bukan suatu bangsa,
• Tetapi suatu faham, suatu pengertian, suatu sistem. (*)
– Kapitalisme melahirkan imperialisme.

Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “LLembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 247.
KAPITALISME DAN IMPERIALISM
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
• Imperialisme
– Nafsu, sistim untuk menguasai atau mempengaruhi ekonomi
bangsa lain.
• Sistim merajai atau mengendalikan ekonomi atau negeri
bangsa lain. (*)
• Imperialisme membuahkan penjajahan ekonomi.
• Imperialisme-modern itu adalah anak kapitalisme-modern.
– Imperialisme
• Suatu faham, suatu pengertian.
• Ia tak usah dijalankan dengan pedang atau bedil atau
meriam atau kapal perang, tak usah berupa “penguasaan
negeri daerah dengan kekerasan senjata”, ……………….,
tetapi ia bisa juga berjalan hanya dengan “putar lidah” atau
cara “halus-halusan” saja, bisa juga berjalan dengan cara
“penetration pacifique”. (*)
– Imperialism, the Highest Stage of Capitalism.
Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 248.
EMPAT SIFAT IMPERIALISME MODERN
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
• Pertama :
– Indonesia tetap menjadi negeri pengambilan bekal hidup (hasil-
hasil pertanian).
• Kedua :
– Indonesia menjadi negeri pengambilan bekal-bekal (bahan baku
indutri) untuk pabrik-pabrik di Eropah.
– Di era sekarang ini Indonesia menjadi sumber bahan mentah,
bagi industri negeri-negeri yang maju.
• Ketiga:
– Indonesia menjadi negeri pemasaran penjualan barang-barang
hasil dari macam-macam industri asing.
• Keempat :
– Indonesia menjadi lapangan usaha bagi modal yang ratusan,
ribuan-jutaan gulden jumlahnya dengan memanfaatkan buruh
murah.
Terutama "shakti" yang keempat inilah, yakni "shakti" yang
membikin Indonesia menjadi daerah exploitasi dari kapital-lebih
asing, menjadi lapangan usaha bagi modal-modal kelebihan dari
negeri-negeri asing, adalah yang paling hebat dan makin lama
makin bertambah hebatnya!
Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 269.
IMPERIALISME BERSIFAT GLOBAL
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)

• Politik Pintu Terbuka


– Sejak Belanda melakukan “Opendeur-politiek”, modal-
modal asing masuk ke Indonesia dan menjadikan
Indonesia sebagai tempat yang ideal untuk penanaman
modal asing.
– Bukan saja modal Belanda, tetapi sejak adanya
“Opendeur-politiek” juga modal Inggeris, juga modal
Amerika, juga modal Jepang, juga modal lain-lain,
sehingga imperialisme di Indonesia kini jadi
internasional karenanya. (*)

Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 269.
IMPERIALISME MODERN
• Imperialisme Modern adalah anak Kapitalisme Modern
– Pieter Jelles Troelstra
• Imperialisme adalah kejadian , bahwa kapital besar sesuatu
negeri yang sebagian besar dikuasai bank-bank,
mempergunakan politik luar negeri dari negeri itu untuk
kepentingannya sendiri.
• Mencari pasar diluar batas negeri sendiri.
• Penanaman modal ke luar negeri dengan untung besar.
– H.N. Brailsford
• Kekayaan adalah kesempatan menanamkan modal dengan
keuntungan luar bisa.
• Memburu konsesi-konsesi di luar negeri dan membuka
kekayaan-kekayaan terpendam.
– Otto Bauer
• Politik meluaskan daerah untuk lapangan penanaman modal
dan pasar penjualan.

Sumber : H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 250.
PERSAINGAN TAJAM KAPITALISME GLOBAL
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
• Akibat dari persaingan :
– Politik proteksi dengan cepat menjadi pegangan. (*)
– Kemungkinan penjualan di negeri sendiri terbatas, timbulah
kemustian mencari pasar di luar batas negeri sendiri. (*)
– Caranya indutri besar mengatur kesukaran ini dengan tidak
mengurangi untungnya ialah: meninggikan harga di pasar dalam
negeri yang dilindungi dan menjalanlan taktik dumping di luar
negeri (yakni menjual barang-barang dengan harga yang lebih
murah dari harga biasa di situ). (*)
– Politik “perlindungan agresif” ini saja sudah membikin tambah
panasnya perhubungan internasional. Disamping itu dengan
cepat bertambah subur Bank-bank yang besar, kapitalnya
tambah besar dan industri dan perdagangan dalam negeri tidak
cukup lagi untuk menanamkan kapital itu. (*)
– Akibatnya mengalirlah kapital itu ke luar, istimewa ke negeri-
negeri yang belum maju ekonominya dan miskin akan modal.
(*)
Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 249.
IMPERIALISME
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)

• Urat-urat dan Syaraf-syaraf Sistem Imperialisme :


1. Sistem imperialisme melahirkan politik devide et impera, yakni
politik memecah-mecah; PECAH BELAH
2. Sistem imperialisme menetapkan rakyat Indonesia di dalam
kemunduran; PEMARJINALAN
3. Sistem imperialisme membangunkan kepercayaan di dalam hati
dan pikiran rakyat, bahwa bangsa kulit berwarna itu memang
bangsa yang kurang “karat”nya, dan bahwa bangsa kulit putih
memang “adhi-adhining” bangsa;  SUPERIORITAS KULIT PUTIH
4. Sistem imperialisme membangunkan kepercayaan di dalam hati
dan pikiran rakyat pula, bahwa kepentingan-kepentingan rakyat
itu adalah sesuai dan sama dengan kepentingan-kepentingan
kaum imperialisme itu, sehingga rakyat itu jangan menjalankan
politik self-help dan politik ingin merdeka, tetapi haruslah
memeluk politik bersatu dengan kaum pertuanan, yakni politik
assosiasi. PENGELABUHAN dan PENJINAKKAN
Sumber : H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 319.
Dari “Overheersen” menjadi “Beheersen”.
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)

NEKOLIM Hegemoni, menguasai kesadaran, ideologi


Beheersen (Menguasai)

Yang LEMAH menjadi KORBAN


IMPERIALISME Menguasai, mendikte secara politik-ekonomi

KOLONIALISME Menjajah, memerintah langsung, penindasan


Overheersen (Memerintah)
KAPITALISME Maksimasi Keuntungan, eksploitasi

Modal +
Teknologi + Perangkat untuk penindasan
Angkatan Perang

Individualisme, Nafsu Mencari Keuntungan Maksimum dan Keserakahan


KAPITALISME MENDUNIA
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)

• Kebutuhan Kapitalisme untuk ekspansi modal dan


perdagangan
– Kecenderungan (tendenz) pertama :
• Terbangunnya negara-negara nasional.
– Luluhnya negara-negara kecil feodal menjadi negara nasional.
– Penggabungan negara-negara kecil menjadi negara besar.
• Terjadi pada waktu kapitalisme hendak menyubur.
– Kecenderungan (Tendenz) kedua :
• Terhapusnya batas-batas nasional.
– Terjadinya segala macam perhubungan-perhubungan antara
negara-negara dan bangsa-bangsa.
• Terjadi bilamana kapitalisme telah menyubur.

Sumber : Lihat uraian dalam Sukarno, Ir., Sarinah (1947), Panitia Penerbit Buku-Buku Karangan Presiden Sukarno,
Cetakan Ketiga, 1963, hal. 274-275.
KAPITALISME MENDUNIA
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)

• Kapitalisme dan ekonomi dunia :


– Dan tatkala kapitalisme nasional itu telah terbangun, tatkala
produksi dimasing-masing negara telah menaik, tatkala produksi
itu membangunkan ekpor dan impor yang membubung tinggi,
terbangunlah satu perlalu-lintasan dan perdagangan
internasional yang amat giat, terlahirlah satu ekonomi yang
bukan lagi ekonomi nasional, tetapi ekonomi dunia,
terhapuslah pagar-pagar yang seram memisahkan
negara yang satu dari yang lain. (*)
– Demikianlah berlaku dialektik dalam alam kapitalisme itu:
• Disatu pihak membangunkan negara-negara nasional,
• Dilain pihak memecahkan batas-batas yang memisahkan
antara negara-negara nasional. (*)

Sumber : (*) Sukarno, Ir., Sarinah (1947), Panitia Penerbit Buku-Buku Karangan Presiden Sukarno, Cetakan Ketiga,
1963, hal. 275.
WATAK DASAR KAPITALISME DAN IMPERIALISME
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
• Watak dasar kapitalisme dan imperialisme tak pernah
berubah :
– Dengan menganalisis paparan di atas, kita akan segera melihat
perspektif pemikiran ekonomi-politik Sukarno dalam melihat
perkembangan kapitalisme menuju imperialisme dan
imperialisme-modern.
– Dengan melihat korban pemelaratan rakyat di Indonesia yang
diakibatkan oleh struktur-struktur yang menghisap dalam sistim
imperialisme-modern, perspektif pemikiran Sukarno sebenarnya
telah jauh menembus ruang dan waktu, yang relevansinya masih
sangat kuat kita rasakan hari ini dalam kaitannya dengan
Globalisasi yang dituduh sebagai perkembangan lebih lanjut dari
imperialisme-modern yang watak dasarnya tidak berubah.
– Pembentukan pasar-bebas, blok-blok perdagangan dan kawasan
perdagangan bebas yang dituntut oleh Globalisasi, peran dominan
dari WB, IMF, WTO adalah fenomena dengan watak imperialisme-
modern yang digambarkan Sukarno tahun 1930-an.
NASIONALISME EKONOMI NEGARA MAJU
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)

• Nasionalisme ekonomi negara maju :


– Fenomena yang tampak dalam pembentukan Uni Eropa yang
akan membentuk satu negara Supra-Nasional dengan Konstitusi
Eropa, di dalam intern Uni Eropa sendiri memang ada
kekhawatiran akan hilangnya kedaulatan nasional dari negara-
negara anggotanya, tetapi penglihatan dari luar Uni Eropa, hal
itu merupakan bentuk nasionalisme ekonomi baru untuk
melakukan ofensif keluar, persis seperti fenomena yang
digambarkan oleh Sukarno dalam luluhnya negara-negara feodal
menjadi negara nasional.
– Pasar adalah sekolah di mana kaum borjuis untuk pertama
kalinya belajar tentang nasionalisme mereka (The market is the
first school in which the bourgeois learns its nationalism). (*)

Sumber : (*) Sukarno, Ir., Sarinah (1947), Panitia Penerbit Buku-Buku Karangan Presiden Sukarno, Cetakan Ketiga,
1963, hal. 277.
PERGERAKAN RAKYAT
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
• Bikinan kesengsaraan rakyat :
– Pergerakan rakyat adalah bikinan kesengsaraan rakyat, pengaruh kami
di atas rakyat adalah pula bikinan kesengsaraan rakyat. (*)
– Matahari bukan terbit karena ayam jantan berkokok, tetapi ayam jantan
berkokok karena matahari terbit. Pergerakan bumi-putera tidak bisa
didorong kebelakang, bahkan tidak bisa dihentikan oleh kebijaksanaan
pemerintah yang reaksioner. (*)
– Pergerakan itu tumbuh terus dan tidak usah diragu-ragukan, bahwa ia
akan mencapai cita-citanya, yakni kemerdekaan penduduk Hindia-
Belanda (Indonesia, red) dari penjajahan asing.
– Seluruh dunia yang tulus hati mengertilah, bahwa pergerakan ini ialah
antitese imperialisme yang terbikin oleh imperialisme sendiri. Bukan
bikinan penghasut, bukan bikinan “opruiers” (penghasut), bukan
bikinan “raadraaiers”, bukan bikinan “ophitsers” (penghasut) -
pergerakan ini adalah bikinan kesengsaraan dan kemelaratan rakyat.
– Imperialisme itulah penghasut yang besar, imperialisme itulah penjahat
besar yang menyuruh berontak, karena itu bawalah imperialisme itu ke
depan polisi dan hakim. (*)

Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 284-286.
MENUJU REVOLUSI Revolusi
17 AGUSTUS 1945 17-08-1945

Indonesia Menggugat,
Sumpah Pemuda

n
Bung Karno diadili, 1930

ka
28-10-1928 BPUPKI,

ra
Partindo, 1931 PPKI,

ob
Res 1945
ik ik
Polit

nd
Partai Nasional Indonesia o Pe
rjua

Pe
04-07-1927 n ga Putera, 1943
n
ka Parindra, 1935 n
Nahdatul Ulama, 1926 Jepang Masuk
di
PPKI, (Katolik) 1923
di

08-03-1942
Pe

Taman Siswa, 1922 Perhimpunan Indonesia, Belanda, 1922


PKI, 23-05-1920
si
sa

Volksraad, semacam Dewan Rakyat, 1918


ni

Indische Party
ga

25-12-1912 ISDV, 1914 ISDP, 1917


or
er

Muhammadiyah, 18-11-1912
rB

Budi Utomo Sarekat Dagang Islam, 1911


da

20-05-1908
Sa
SUMPAH PEMUDA – DEKLARASI KEBANGSAAN

Partai Politik &


Ormas Gerakan
(PNI, Taman Siswa, dll)
SUMPAH PEMUDA Gerakan
- Satu Tanah Air Kemerdekaan
GERAKAN - Satu Bangsa
- Satu Bahasa Nasional
POLITIK uda a,
Pem ater
m as , Sum on, • Deklarasi Kebangsaan
Or ava mb
J A , dll) • Lagu Kebangsaan
ng s, PI
(Jo elebe a, PP “Indonesia Raya”
C has
a
Min • Entitas Nasional
• Cita-cita Nasional
Sumpah Pemuda bukan hasil dari • Kesatuan Nasional
semedi di bawah pohon kamboja • Komitmen Bersatu
sambil membakar kemenyan, tetapi • Gerakan Nasionalisme
hasil dari pengalaman dan perjuangan
revolusioner !!!
SUMPAH PEMUDA – SUMPAH KESATUAN
Konsekuensi NKRI
Politik (Negara Kesatuan RepublikIndonesia)

SUMPAH
KESATUAN Penghidupan berkeadilan sosial,
Konsekuensi penghidupan dan kehidupan
Sosial gotong-royong.

u m p ah ,
p a d as
t i ak e tr ia .
S e ksa

l a h sif a t
s u m p ah ,
itu e p ad a ep ada
SUMPAH PEMUDA a k ia k
• Seti ti juga set
- Satu Tanah Air
berar uensinya.
- Satu Bangsa k
- Satu Bahasa konse

Sumber : Amanat Bung Karno tentang Sumpah Pemuda, dalam “Bung Karno Bukan PKI”, Generasi Penerus Pembela
Tanah Air, 2001, hal. 35.
MEMAHAMI
AJARAN
BUNG KARNO
MEMAHAMI AJARAN BUNG KARNO
• Setidaknya diperlukan 3 syarat untuk dapat
memahami Ajaran Bung Karno, :
1. Memahami alur pikiran Bung Karno.
2. Memahami situasi dan kondisi Indonesia, dalam
konteks persoalan bangsa dan negara.
3. Menangkap makna hakiki untuk apa “Ajaran”
tersebut dilahirkan.
MEMAHAMI AJARAN BUNG KARNO

Alur pikiran Bung Karno

Situasi dan kondisi Indonesia, negara dan bangsa


Ajaran
Makna hakiki untuk apa “Ajaran” dilahirkan
Bung Karno

Problematika kehidupan rakyat


ALUR PIKIRAN BUNG KARNO
• Bersumber pada The Social Conscience of Man, Budi
Nurani Manusia, kesadaran sosial manusia.
• Dialektis, Progresif, Radikal dan Revolusioner.
• Sintetik-Induktif dan Analitik-Deduktif.
• Historis Visioner, Lintas Waktu.
• Korespondensi, Dialogis, Interaksi, Konsistensi,
Koherensi.
• Konvergensi atau keterpaduan dari
– Thinking, Sensing, Feeling, Believing
• Lintas persoalan, terpadu dan Integrated.
ALUR PIKIRAN BUNG KARNO
Sintetik-Induktif,
Analitik-Deduktif,
Historis Visioner,
Lintas Waktu,

Ra
Dialektis
ris
sio
pi

na
Em
lit
as

Se
n
ki

nsin
in
Th

g
Budi Lintas persoalan,
Progresif, Radikal dan
Revolusioner Nurani terpadu dan integrated,
Manusia Konsistensi, Koherensi
Be

g
in
lie

el
v

Fe
in

a n
g

kin

In
ya

tu
Illahiyah, Kemanusiaan,
Ke

tifi
Korespondensi,
Dialogis, Interaksi
BUNG KARNO DARI SUDUT PANDANG SOSIOLOGI
• Dari sudut pandang sosiologi, Bung Karno nampaknya
banyak menggunakan dua metoda analisis sosiologi
yaitu metoda kwalitatif dan metoda kwantitatif.
• Dari metoda kwalitatif dipilihnya metoda historis-
komparatif, sedangkan dari metoda kwantitatif
digunakannya metoda analisis sosiologi berdasarkan
data dan fakta.
• Metoda-metoda tersebut dipakai oleh Bung Karno untuk
menampilkan kondisi obyektif dari struktur sosial dan
proses-proses sosial yang terjadi pada masyarakat
Indonesia, dan kemudian mepermasalahkan kondisi
obyektif tersebut dengan melibatkan seluruh rakyat.
BUNG KARNO DARI SUDUT PANDANG
ANTROPOLOGI
• Di dalam menggunakan metoda analisis sosiologi
tersebut, bersamaan dengan itu Bung Karno juga
menggunanakan Antropologi dalam mencermati
perkembangan dan perubahan masyarakat, terutama
sekali masyarakat-masyarakat di negari-negari jajahan.
• Bidang Antropologi yang secara spesifik banyak dipakai
oleh Bung Karno adalah
– Antropologi Budaya,
– Etnografi dan
– Antropologi Linguistik.
BUNG KARNO DAN PIKIRAN INTUITIF
• Bung Karno juga diidentifikasikan sebagai seorang yang
mempunyai pikiran intuitif yang tajam.
• Pikiran intuitif dimaksudkan sebagai kemampuan untuk
merelasikan suatu skema aktivitas yang dihadirkan
secara batiniah dengan pengamatan-pengamatan
mengenai obyek-obyek dan dengan demikian
membangun suatu gambaran yang terpusatkan
(terkonsentrasi) pada relasi itu.
• Gambaran itu dapat dianggap merupakan semacam
percobaan yang diadakan dalam angan-angan.
• Bung Karno juga mencoba merekontruksikan realitas
dalam alam pikiran.
• Pikiran-pikiran politik dan ideologis Bung Karno sarat
dengan nuansa sosial yaitu kehidupan bersama rakyat
Indonesia dengan sesamanya dan kehidupan sesama
umat manusia di muka bumi ini.
BUNG KARNO DAN MARXISME
• Bung Karno
– Bung Karno adalah orang yang theis, percaya kepada Tuhan YME.
– Bung Karno menolak filsafat materialisme.
– Bung karno hanya meminjam salah satu ajaran Karl Marx, yaitu
Materialisme Sejarah dan digunakannya sebagai alat analisis atau
pisau analisa.
• Marxisme – Metoda Ilmiah
– Lagi pula ach, - apakah Marxisme itu ?
– Orang mengatakan Marxisme adalah seolah-olah "satu agama
tersendiri", orang mengatakan dia satu ”star systeem” pula, orang
malah mengatakan dia semacam satu hocus-pocus yang dikira
bisa dipakai buat menyelami semua dalam-dalamnya roch dan
jiwa, - padahal dia hanyalah satu metode saja untuk memecahkan
soal-soal ekonomi, sejarah, politik dan kemasyarakatan, satu ilmu
perjuangan di dalam hal ekonomi, politik, kemasyarakatan. (*)
– Sesuatu metode berpikir dan sesuatu metode perjuangan tidak
musti harus bertentangan dengan sesuatu agama, apalagi kalau
agama itu adalah satu agama rasionil seperti yang saya visikan itu.
(*)

Sumber : (*) Lihat Menjadi Pembantu “Pemandangan”, 1941, dalam Sukarno, Ir., DBR, Jilid Pertama, 1963, hal. 512.
MEMAHAMI JIWA BUNG KARNO
• KEUTUHAN JIWA BUNG KARNO
– Keutuhan jiwa Bung Karno adalah cerminan jiwa manusia
yang sangat sadar akan hakikat dirinya dalam berbagai
kancah perjuangan bangsanya.
– Saya mencintai Sosialisme karena saya mencintai Islam,
• Saya mencintai Sosialisme dan berjuang untuk
Sosialisme itu,
• Malahan sebagai salah satu ibadah kepada Allah.
– Kredo: Jiwa Bung Karno
• Di dalam cita-cita sosialku, aku ini Sosialis,
• Di dalam cita-cita politikku, aku ini Nasionalis,
• Di dalam Cita-cita sukmaku, aku ini sama sekali Theis,
sama sekali mengabdi kepada Tuhan.
HUKUM DAN MORAL
SITUASI DAN KONDISI INDONESIA
• Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tertindas oleh
Sistim Feodalisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan
Imperialisme.
• Bangsa Indonesia adalah bangsa yang pluralistik,
baik dalam kesukuan, agama, budaya, tingkat sosial-
ekonomi maupun lingkungan.
• Indonesia kaya dengan keanekaragaman Sumber
Daya Alami (Hayati dan Non-Hayati)
• Indonesia berada dalam posisi Geopilitik-Strategis, di
antara dua benua dan berbagai kepentingan politik-
ekonomi dunia.
SITUASI DAN KONDISI INDONESIA

Tertindas oleh :
Feodalisme,
Kapitalisme,
Kolonialisme,
! suku, agama,
sosial-budaya,
sosial-ekonomi,

Pluralistik dalam

Imperialisme lingkungan

INDONESIA
Posisi

antara dua benua dan


berbagai kepentingan
politik-ekonomi

geo-politik strategis Kaya dengan
keanekaragaman
SDA (hayati
dan non-hayati)

dunia
UNTUK APA AJARAN BUNG KARNO DILAHIRKAN

Melenyapkan penindasan bangsa oleh bangsa


dan penindasan manusia oleh manusia.

Kesejahteraan kehidupan bagi rakyat Indonesia.

Ideologi Perjuangan bagi rakyat Indonesia,


Ajaran sebagai Teori Politik dan Teori Perjuangan.

Bung Karno Dasar dan Filsafat Negara, dan Filsafat


Kehidupan rakyat Indonesia.

Dasar bagi Pendidikan Politik rakyat Indonesia.


MARHAENISME
DAN
PANCASILA 1 JUNI 1945
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
• Bukan ide atau gagasan yang muncul tiba-tiba
– Gagasan tentang dasar negara Indonesia merdeka
yang telah sejak tahun 1920-an dipikirkan Sukarno.
– Terkait dengan pikiran, gagasan dan pengalaman
perjuangan Sukarno sejak usia mudanya.
– Terkait dengan pasang-surutnya pergerakan nasional
menuju Indonesia merdeka.
– Dalam memahami pikiran Sukarno pada pidato
Pancasila 1 Juni 1945, perlu memahami referensi
tentang pikiran Sukarno seperti tertulis terutama
dalam buku :
• Indonesia menggugat
• Di Bawah Bendera Revolusi (I dan II)
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
• Sidang BPUPKI
– Pandangan umum dan perdebatan tentang Dasar Negara
Indonesia Merdeka.
 Menurut kesaksian Hatta : “Hanya Sukarno yang
menjawab pertanyaan ketua Radjiman Wediodiningrat”.
(*)
 Hanya Sukarno yang secara eksplisit menyebutkan
Pancasila dan rumusannya pada tanggal 1 Juni 1945.
• Sidang PPKI
– Perumusan Dasar Negara (tertuang dalam Pembukaan UUD
1945)
– Perumusan pasal-pasal dalam UUD 1945 (Asli)
• PANCASILA 1 Juni 1945
– Philosofische Grondslag (Dasar Falsafah)
– Weltanschauung (Dalil-dalil Filsafat)
• Proklamasi Kemerdekaan
– Perumusan Teks Proklamasi

Sumber: Mohammad Hatta, Memoir, Reprint oleh Yayasan Hatta, 2002, hal. 435.
DASAR FALSAFAH dan Weltanschauung
• Dasar Falsafah (Philosofische Grondslag)
– Filsafat yang berada pada wilayah ilmu pengetahuan,
membicarakan teori-teori filsafat yang tidak langsung berkaitan
dengan sikap hidup.
– Titik beratnya adalah pemahaman dan keyakinan akan kebenaran.
• Weltanschauung
– Dalil-dalil filsafat yang berada pada wilayah praktek hidup,
berdekatan dengan sikap hidup dan berupaya mengatasi
persoalan dan tantangan hidup.
– Titik berat Weltanschauung adalah praksis.
– Fungsi De Mensch, manusia ! Tidak ada satu Weltanschauung
dapat menjadi kenyataan, menjadi realiteit, jika tidak dengan
perjuangan.
– Pada suku-suku primitif terdapat juga Weltanschauung meskipun
tanpa rumusan filsafat.
• Philosofische Grondslag = 5x ; Weltanschauung = 33x
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
• Pancasila dalam pidato 1 Juni 1945 (*)
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme, - atau Peri-kemanusiaan
3. Mufakat, - atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan YME
• Urutan sila-sila
– Sukarno sebagai ideolog, praktisi lapangan dan tokoh politik sentral
dalam gerakan menuju Indonesia merdeka kelihatannya lebih
memandang relevansi dan urgensi dari masing-masing sila tersebut
untuk menjawab tantangan nyata yang dihadapi bangsa Indonesia
saat itu.
– Ketuhanan YME pada urutan kelima tidak dalam arti bahwa sila
Ketuhanan YME kurang penting dibanding keempat sila yang lainnya,
tetapi justru Sukarno ingin menunjukkan bahwa keempat sila tersebut
tidak akan mungkin dapat dilaksanakan jikalau tidak didasarkan pada
sila Ketuhanan YME, yang cakupannya paling luas dibandingkan
dengan keempat sila lainnya.
Sumber: (*) Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PANCASILA
PIDATO BUNG KARNO, 1 JUNI 1945
• Philosofische Grondslag
– Fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-
dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-
dalamnya untuk di atasnya didirikan
gedung Indonesia merdeka yang kekal
dan abadi.
• Weltanschauung
– Berjuang mendirikan nationale staat
untuk mewujudkan Pancasila.
• Merdeka
– Merdeka adalah political independence, politieke onafhankelijkheid
yang merupakan Jembatan Emas.
• Merdeka sekarang juga
– Syarat merdeka adalah bumi, rakyat dan pemerintah, kemudian
ada pengakuan dari salah satu negara yang sudah merdeka.
– Tinggalkan untuk sementara verschrikkelijk zwaarwichtig (urusan
kecil-kecil yang ”njlimet”).

Sumber: (*) Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
RUMUSAN PANCASILA DAN
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
• Rumusan Pancasila yang kita kenal sekarang
– Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaaan dalam
persyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
– Pidato 1 Juni 1945
 Rumusan dan substansi Pancasila di atas tak bisa dilepaskan
dari pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 di depan Sidang
BPUPKI (diketuai oleh Radjiman Wediodiningrat), yang
kemudian dikenal dengan lahirnya Pancasila.
 Substansi Pancasila tersebut adalah kristalisasi dari
pemikiran-pemikiran Bung Karno yang digali sejak usia
mudanya, yang menjadi masukan penting utama dalam
perumusan Dasar Negara Republik Indonesia.
 Menurut Hatta: “Hanya Soekarno yang menjawab
pertanyaan ketua Radjiman Wediodiningrat”.(*)

Sumber: Mohammad Hatta, Memoir, Reprint oleh Yayasan Hatta, 2002, hal. 435.
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
DAN MARHAENISME
• Pidato 1 Juni 1945
– Pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 tersebut menyebut sbb:
 ….. Saudara-saudara, apakah prinsip kelima? Saya telah
mengemukakan 4 prinsip:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme, - atau peri-kemanusiaan
3. Mufakat, - atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
 Prinsip yang kelima hendaknya : Menyusun Indonesia
Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.(*)
 ….. Berpuluh-puluh tahun sudah saya pikirkan dia, ialah
dasar-dasarnya Indonesia Merdeka. Weltancshauung kita.
Dua dasar yang pertama, kebangsaan dan internasionalisme,
kebangsaan dan peri-kemanusiaan, saya peras menjadi satu.
Inilah yang dulu saya namakan sosio-nasionalisme.(*)

Sumber: (*) Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
DAN MARHAENISME
• Pidato 1 Juni 1945 (lanjutan)
– Pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 tersebut menyebut sbb:
 ….. Dan demokrasi yang bukan demokrasi Barat, tetapi
politiek-economische democratie, yaitu politieke democratie
dengan sociale rechtvaardigheid, demokrasi dengan
kesejahteraan, saya peras pula menjadi satu. Inilah yang
dulu saya namakan sosio-democratie.(*)
 Kalau tuan senang dengan simbolik tiga, ambilah yang tiga
ini.Tetapi barangkali tidak semua tuan-tuan senang kepada
Trisila ini, dan minta satu, satu dasar saja, maka saya
kumpulkan lagi menjadi satu …… Semua buat semua ……..,
maka negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara
”Gotong-Royong”.(*)
 ….. Pancasila menjadi Trisila, Trisila menjadi Ekasila.
Tetapi terserah kepada tuan-tuan, mana yang tuan-tuan pilih:
Trisila, Ekasila ataukah Pancasila.(*)
Sumber: (*) Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
DAN MARHAENISME
• Benang Merah
– Hubungan antara awal konsepsi pikiran Bung Karno tentang
Marhaenisme, yaitu sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi (*)
jauh sebelum kemerdekaan, kemudian Pidato 1 Juni 1945 dan
Rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam Pembukaan
UUD 1945 (Asli), sangat jelas dan konsisten, tak perlu
diragukan lagi.
• Entah saudara-saudara mufakatinya atau tidak, tetapi saya
berjuang sejak tahun 1918 sampai 1945 sekarang ini untuk
Weltanschauung itu. (**)
• Untuk membentuk nasionalistis, Indonesia, untuk kebangsaan
Indonesia; untuk kebangsaan Indonesia yang hidup di dalam
peri-kemanusiaan; untuk permufakatan; untuk sociale
rechtvaardigheid; untuk ke-Tuhanan. (**)
• Pancasila, itulah yang berkobar-kobar di dalam dada saya
sejak berpuluh tahun. (**)

Sumber: (*) Uraian khusus tentang sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi dapat ditemukan pada DBR I, hal, 171-
176 dan 187-191, pernah dimuat dalam Fikiran Rakyat tahun 1932., (**) Pidato Pancasila, 1 Juni 1945.
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
DAN MARHAENISME
• Benang Merah
– Bila kita mau jujur dan mempelajari betul-betul pemikiran Bung
Karno secara keseluruhan (secara utuh), maka tidak sulit untuk
menemukan benang merah atau konsistensi pemikiran-
pemikirannya sejak awal karir politik sampai akhir hayatnya.
– Dengan mempelajari proses sejarah perjuangan Bung Karno dan
dengan memahami makna hakiki pemikiran Bung Karno, orang
tak bisa membedakan antara Marhaenisme dan Pancasila,
ataupun antara Pancasila, Trisila dan Ekasila.
– Rumusan kata atau kalimatnya bisa berbeda, tetapi makna
hakikinya sama.
– Memahami Pancasila perlu kejujuran dan moral sebagai pejuang
kemanusiaan yang berke-Tuhan-an YME.

Sumber: (*) Uraian khusus tentang sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi dapat ditemukan pada DBR I, hal,
171-176 dan 187-191, pernah dimuat dalam Fikiran Rakyat tahun 1932.
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
DAN MARHAENISME
• Benang Merah yang dicoba untuk DIPUTUS :
– Memang dalam pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945, Bung Karno
mengatakan :
• ….. Saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman
kita alhi bahasa – namanya ialah “Pancasila”. (*)
– Kalimat di atas dijadikan entry point (pintu masuk) untuk membuat
polemik supaya diinterpretasikan dan disimpulkan bahwa Pancasila
tak ada hubungan kesejarahan dengan pemikiran Bung Karno atau
Bung Karno sekedar corong dari orang lain.
– Kalimat di atas ingin digunakan untuk men-delegitimasi konsepsi
dan pemikiran Bung Karno tentang Pancasila, justru karena ucapan
tersebut datang dari Bung Karno sendiri.
– Kalimat di atas ingin digunakan untuk melepaskan keterikatan
historis antara pemikiran-pemikiran Bung Karno dengan konsepsi
tentang Pancasila.
– Kemudian Pancasila ingin ditafsirkan semau-maunya sendiri.
Sumber: (*) Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PRINSIP KE-1 - KEBANGSAAN
• Di atas satu kebangsaan Indonesia kita mendasarkan negara
Indonesia.
• Otto Bauer :
– “Eine Nation ist eine aus Schiksalsgemeneinchaft erwachsene
Charaktergemeinschaft” :
(Bangsa adalah persatuan perangai yang timbul karena
persatuan nasib)
• Ernest Renan :
– “Le désir d’étre ensemble” :
(Kehendak akan bersatu)
• Bung Karno menambahkan unsur geopolitik.
– Bangsa Indonesia, Natie Indonesia adalah seluruh manusia yang
menurut geopolitik tinggal di kesatuannya semua pulau-pulau
Indonesia dari ujung Sumatera sampai ke Irian (Sabang sampai
Merauke). – wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan
– Kesadaran atas persatuan antara orang dan tempat untuk
mendirikan satu Nationale Staat.
– Kebangsaan yang bukan dalam arti yang sempit.
• Salah satu contoh sistesis dalam proses dialektis pikiran Soekarno.
Sumber : Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
BANGSA - Otto Bauer
• Otto Bauer, tokoh nasionalis Austria di dalam
bukunya ‘Die Nationalitätenfrage’
– Was ist eine Nation? Eine Nation ist eine aus
Schicksalgemeinschaft erwachsene
Charaktergemeinschaft.
– Apakah yang disebut bangsa ? Bangsa adalah satu
persatuan perangai yang timbul karena persatuan
nasib.
BANGSA - Ernest Renan
• Ernest Renan, filsuf Perancis dalam artikel berjudul Qu'est-ce
qu'une nation?
– Syarat bangsa : ‘Le desir, d'etre ensemble’, yaitu kehendak akan
bersatu.
– Menurut definisi Ernest Renan, maka yang menjadi bangsa, yaitu
satu gerombolan manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya
bersatu”
– "Bangsa itu adalah hasil historis yang ditimbulkan oleh deretan
kejadian yang semua menuju ke satu arah. Setelah menguraikan
masalah ras, bahasa, agama, persekutuan kepentingan bersama,
keadaan alam, Renant menyimpulkan, bangsa itu merupakan
keinginan untuk hidup bersama (le desir de vivre ensemble)."
– "Bangsa itu seperti individu-individu merupakan hasil masa silam
yang penuh usaha, pengorbanan, dan pengabdian. Jadi bangsa itu
adalah suatu solidaritas besar yang terbentuk karena adanya
kesadaran bahwa orang telah berkorban banyak dan bersedia
untuk memberikan pengorbanan lagi."
BANGSA – BUNG KARNO
• Bung Karno mengkritisi definisi Otto Bauer maupun Ernest
Renan sebagai kurang lengkap karena pada saat itu telah mulai
berkembang cabang ilmu (wetenschap) baru yang disebut
geopolitik, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara orang
dan tempat dengan berbagai aspeknya dalam kehidupan.
• Bung Karno mengatakan: “Orang dan tempat tidak dapat
dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi yang ada di
bawah kakinya. Ernest Renan dan Otto Bauer hanya sekadar
melihat orangnya. Mereka hanya memikirkan Gemeinschaft-nya
dan perasaan orangnya, L´ame et le desir” (*)
• Bung Karno mengkoreksi definisi Otto Bauer maupun Ernest
Renan dengan menambahkan unsur geopolitik.
• ….. Bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang,
menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah s.w.t.,
tinggal di kesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung
utara Sumatera sampai ke Irian ! Seluruhnya ! (*)
Sumber : (*) Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
BANGSA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA

Penjajah

Masyarakat Persamaan
merdeka Nasib BANGSA
Dibentuk oleh kesadaran
karena adanya:
Masyarakat Masyarakat Hasrat
• Persamaan nasib
merdeka merdeka Bersatu
• Hasrat untuk bersatu
• Terikat oleh tempat
Masyarakat
kelahirannya
Kodrat dilahirkan
merdeka
di suatu wilayah

Terkungkung oleh Bangsa Merdeka


Sistim Penindasan • Dengan kekuatan sendiri.
• Membentuk Sistem
Pemerintahan sendiri.
GEOPOLITIK - KONSEP SABANG-MERAUKE
• Pemaknaan tentang geopolitik ini dipertegas lagi oleh Bung
Karno pada pidato 17 Agustus 1963, “
– “Dari Sabang sampai Merauke”,- empat perkataan ini bukanlah sekedar satu
rangkaian kata ilmu bumi.
– “Dari Sabang sampai Merauke” bukanlah sekedar menggambarkan satu
geographisch begrip.
– “Dari Sabang sampai Merauke” bukanlah sekedar satu “ geographical entity”.
– Ia adalah merupakan satu kesatuan kebangsaan. Ia adalah satu “ national
entity”.
– Ia adalah pula satu kesatuan kenegaraan, satu “ state entity” yang bulat-
kuat.
– Ia adalah satu kesatuan tekad, satu kesatuan ideologis, satu “ ideological
entity” yang amat dinamis.
– Ia adalah satu kesatuan cita-cita sosial yang hidup laksana api unggun, -
satu entity of social-consciousness like a burning fire .
– Dan sebagai yang sudah saya katakan dalam pidato-pidato saya yang lalu,
social consciousness kita ini adalah bagian daripada social consciousness of
man.
– Revolusi Indonesia adalah kataku tempo hari adalah congruent dengan the
social consciousness of man!” .

Sumber : Sukarno, Ir., Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid II, 1965, hal. 522.
GEOPOLITIK - KONSEP SABANG-MERAUKE
Entity of Social
Conciousness of Man
(Kesatuan cita-cita sosial)

e
k aha sa
I u
a tu B
K R er Sa
National Entity N M gsa - State Entity
(Kesatuan Nasional)
g - an (Kesatuan Kenegaraan)
n
a -Sa t u
B
b
Sa usa N
atu
S
Ideological Entity
(Kesatuan Ideologi)
Dari Sabang sampai Merauke bukan sekedar kata-kata Ilmu Bumi,
tetapi konsepsi geopolitik.
Sumber : Sukarno, Ir., Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid II, 1965, hal. 522.
GEOPOLITIK - KONSEP SABANG-MERAUKE

Ide
l Entity o lo g
io na ical
Nat Ent
ity
En
t
ity

So
of

cia
l Conc
io usne State Entity
ss of Man

Dari Sabang sampai Merauke bukan sekedar kata-kata Ilmu Bumi,


tetapi konsep geopolitik.
PRINSIP KE-1 - KEBANGSAAN
• Ada orang yang berkata : "Tak perlu sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, cukup sila yang empat ; Kebangsaan, rasa Kebangsaan
Indonesia yang bulat, cukup rasa Perikemanusiaan, cukup
Kedaulatan Rakyat, cukup Keadilan Sosial". Perkataan yang
demikian itu adalah perkataan yang salah.
• Kebangsaan tak dapat menjadi kebangsaan yang kuat, rasa
kebangsaan tak dapat menjadi rasa yang mesra, yang menghikmati
segenap jiwa kita, jikalau tidak diresapi atau tidak didasarkan
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Peri-Kemanusiaan, cinta kasih kepada sesama manusia tak perduli
ia berkulit hitam atau berkulit putih atau berkulit merah atau
berkulit kuning, tak dapat rasa cinta itu meresap sedalam-dalamnya
di dalam kita punya jiwa, jikalau tidak diresapi oleh rasa Ketuhanan
Yang Maha Esa.
• Kedaulatan Rakyat demikian pula. Keadilan Sosial, yaitu kehendak
untuk mengadakan suatu masyarakat yang adil dan makmur tanpa
penindasan manusia kepada manusia, rasa yang demikian itupun
tak dapat meresapi kita punya jiwa, masuk ke dalam tulang
sumsum kita, darah daging kita, jikalau tidak diresapi atau
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sumber : (*) Pidato Bung Karno, 17 Juni 1958.
PRINSIP KE-2 - PERIKEMANUSIAAN
• Nasionalisme Indonesia bukan nasionalisme yang
sempit, bukan chauvinisme
• Gandhi : My nasionalism is humanity
• Menuju kekeluargaan bangsa-bangsa
• Perikemanusiaan atau Internasionalisme bukan
Kosmopolitanisme
• Internationalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak
berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme
tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman-
sarinya internasionalisme.
• Tiap-tiap agama memerintahkan kita supaya cinta
kepada sesama manusia.
• Ambillah misalnya agama Islam, yang Kitab Qur'an-nya
atau hadist-hadist Nabinya penuh dengan ajaran-ajaran
mencintai sesama manusia, ajaran Fardlu Qifayah.

Sumber : Pidato BK 1 Juni 1945 dan 17 Juni 1958


PRINSIP KE-3 – MUFAKAT ATAU DEMOKRASI
• Dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar
permusyawaratan
• Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang,
bukan untuk satu golongan, meskipun golongan itu
golongan yang kaya raya.
• “Semua buat semua”- “Satu buat semua, semua buat
satu”
• Syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia
adalah permusyawaratan, perwakilan.
• Permusyawaratan di dalam Badan Perwakilan Rakyat.

Sumber: Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PRINSIP KE-3 – MUFAKAT ATAU DEMOKRASI
• Demikian pula sila Kedaulatan Rakyat.
• Bagaimana kita bisa dengan rasa mesra percaya, bahwa
cara pemerintahan yang satu-satunya sempurna ialah
mengambil kehendak rakyat. Kedaulatan Rakyat, jikalau
kita tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, jikalau
kita tidak percaya kepada ucapan orang Yunani, yang
pada waktu itu belum ada agama mono-theisme, tetapi
toh telah berkata : "Vox Populi, Vox Dei" (Suara Rakyat
adalah Suara Tuhan).

Sumber : (*) Pidato Bung Karno, 17 Juni 1958.


PRINSIP KE-4 – KESEJAHTERAAN SOSIAL
• Prinsip kesejahteraan, prinsip tidak akan ada kemiskinan
di dalam Indonesia merdeka.
• Demokrasi politik-ekonomi (politieke-economische
democratie) yang mampu mendatangkan keadilan sosial
(sociale rechtvaardigheid).
• Bukan demokrasi perlementer (parlementaire democartie)
yang hanya bisa memberikan demokrasi politik (politieke
rechtvaardigheid ).
• Badan permusyawaratan yang bisa mewujudkan keadilan
politik dan keadilan sosial (politieke rechtvaardigheid en
sociale rechtvaardigheid).

Sumber: Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PRINSIP KE-4 – KESEJAHTERAAN SOSIAL
• Rasa Keadilan Sosial yang kita tidak merasa
senang hidup, jikalau kita masih melihat
exploitation de l'home par l'home, melihat
manusia dihisap oleh manusia lain. Melihat
kemiskinan, melihat penderitaan, melihat
kesengsaraan.
• Bagaimana kita bisa mati-matian berjuang untuk
Keadilan Sosial, kalau di dalam dada kita tidak
bersemayam rasa Ketuhanan Yang Maha Esa ?

Sumber : (*) Pidato Bung Karno, 17 Juni 1958.


PRINSIP KE-5 - KETUHANAN
• Prinsip yang kelima hendaknya : Menyusun Indonesia
Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.(*)
– Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi
masing-masing orang Indonesia hendaknya
bertuhan Tuhan-nya sendiri.
– Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang
tiap-tiap orangnya dapat meyembah Tuhan-nya
dengan cara yang leluasa.
– Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara
kebudayaan, yakni dengan tiada “egoisme agama”.
– Hendaknya Negara Indonesia satu negara yang ber-
Tuhan.
– Marilah kita amalkan agama dengan cara
berkeadaban, hormat-menghormati satu sama lain.

Sumber: Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PRINSIP KE-5 - KETUHANAN
• Sebaliknya ada orang yang berkata : "Cukup hanya
dengan rasa Ketuhanan Yang Maha Esa saja. Tidak perlu
Kebangsaan, tidak perlu Perikemanusiaan, tidak perlu
Kedaulatan Rakyat, tidak perlu Keadilan Sosial".
Pendirian yang demikian itu juga salah saudara-saudara.
• Justru oleh karena seseorang hidup di dalam Ketuhanan
Yang Maha Esa, justru oleh karena itulah dia cinta
kepada Tanah Air. Justru oleh karena itulah dia harus
cinta kepada sesama manusia. Justru oleh karena itulah
dia harus cinta kepada cara pemerintahan yang bernama
Kedaulatan Rakyat. Justru oleh karena itulah dia harus
berikhtiar mati-matian untuk mendatangkan Keadilan
Sosial atau suatu masyarakat yang adil dan makmur.
• "Hubbul Wathanminal Iman". Cinta kepada Tanah Air
adalah sebagian daripada iman. Sehingga orang yang
tidak cinta kepada Tanah Air, imannya belum lengkap.

Sumber : (*) Pidato Bung Karno, 17 Juni 1958.


PANCASILA – KESATUAN TAK TERPISAHKAN
• Pancasila yang lima ini adalah satu kesatuan.
– Siapa yang hendak memisah-misahkan Ketuhanan Yang Maha
Esa daripada Kebangsaan, daripada Perikemanusiaan, daripada
Kedaulatan Rakyat, daripada Keadilan Sosial, ia tidak mengerti
akan inti dan arti Pancasila itu.
• Maka kalau yang pertama yang akan saya tandaskan
kepada saudara-saudara sekalian ialah pengertian
kesatuan yang tak boleh dipecah-pecahkan dan dipisah-
pisahkan antara kelima-lima sila ini.
• De onverbreekbare eenheid.
– Kesatuan yang tak boleh dipecah-pecahkan daripada kelima sila
ini.

Sumber : (*) Pidato Bung Karno, 17 Juni 1958.


SOSIO-NASIONALISME,
SOSIO-DEMOKRASI dan KETUHANAN YME
• Kalau saudara-saudara tidak suka dengan bilangan lima,
saya boleh peras sehingga tinggal tiga saja.
• Dua dasar yang pertama, Kebangsaan dan
Internasionalisme, kebangsaan dan Peri-Kemanusiaan,
saya peras menjadi satu.
– Itulah yang dulu saya namakan Sosio-Nasionalisme.
• Dan demokrasi yang bukan demokrasi Barat, tetapi
politieke-economische democartie, yaitu politieke
democratie dengan sociale rechtvaardigheid, demokrasi
dengan kesejahteraan, saya peraskan pula menjadi satu.
– Itulah yang dulu saya namakan Sosio-Demokrasi.
• Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
– Ketuhanan yang menghormati satu sama lain.
Sumber: Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
SOSIO-NASIONALISME
• Nasionalisme
– Nasionalisme saja tidak cukup, karena belum menjamin peri-
kemanusiaan.
– Nasionalisme dapat berupa antara lain:
• Chauvinisme
• Jango Nasionalisme
• Nasionalisme Borjuis
• Sosio-Nasionalisme
– Sosio : Masyarakat, pergaulan hidup
– Sosio-Nasionalisme : Nasionalisme Masyarakat
– Nasionalisme yang timbul karena keadaan-keadaan nyata di
dalam masyarakat.
– Nasionalisme yang dibentuk oleh kesadaran sosial dalam
pergaulan hidup bermasyarakat.
– Nasionalisme yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan
sosial masyarakat dan bebas dari segala bentuk penindasan
dan keterkungkungan.

Sumber: Lihat Sukarno, Ir., “Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Politik”, dalam DBR I, hal. 171-176, dan “sekali Lagi
Tentang Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi, Ibid., hal 187-191.
SOSIO-NASIONALISME
• Sosio-Nasionalisme
– Sosio-Nasionalisme :
• Nasionalisme masyarakat yang bersifat anti kapitalisme,
kolonialisme, imperialisme, borjuisme dan feodalisme.
– Sosio-Nasionalisme :
• Nasionalisme yang mencari selamatnya peri-kemanusiaan.
– Sosio-Nasionalisme :
• Nasionalisme politik dan ekonomi yang bermaksud
mewujudkan keberesan politik, keberesan ekonomi dan
keberesan negara.
– Keberesan
• Artinya tidak ada penindasan politik oleh penguasa, tidak
ada ekploitasi dari sistim perekonomian yang memelaratkan
dan tidak ada penindasan dari yang kuat terhadap yang
lemah.
Sumber: Lihat Sukarno, Ir., “Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Politik”, dalam DBR I, hal. 171-176, dan “sekali Lagi
Tentang Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi, Ibid., hal 187-191.
SOSIO-DEMOKRASI
• Demokrasi
– Demokrasi-politik saja belum menyelamatkan rakyat.
– (Seperti demokrasi kita saat ini, pasca perombakan UUD 1945)
• Sosio-Demokrasi
– Sosio : Masyarakat, pergaulan hidup
– Sosio-Demokrasi : Demokrasi Masyarakat
– Demokrasi yang mengakar dalam masyarakat.
– Demokrasi yang tidak ingin mengabdi pada kepentingan
kelopok kecil, tetapi mengabdi pada masyarakat/rakyat.
– Sosio-Demokrasi : Demokrasi politik dan demokrasi ekonomi.
– Sosio-Demokrasi : Demokrasi sejati yang bermaksud
mewujudkan keberesan politik, keberesan ekonomi dan
keberesan negara.
– Sosio-Demokrasi : Demokrasi untuk mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat.

Sumber: Lihat Sukarno, Ir., “Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Politik”, dalam DBR I, hal. 171-176, dan “sekali Lagi
Tentang Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi, Ibid., hal 187-191.
MARHAENISME
• Kontra Demokrasi Borjuis
– Marhaenisme:
• Sosio-Nasionalisme
• Sosio-Demokrasi
– Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi bukanlah angan-
angan komunis.(*)
– Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi adalah kontra dari
demokrasi borjuis.
– Kontra angan-angan demokrasi borjuis ini kaum Marhaen
harus bercita-cita dan menghidup-hidupkan sosio-
demokrasi, yakni:
• Demokrasi politik dan
• Demokrasi ekonomi(*)
– Demokrasi Politik dengan Demokrasi Ekonomi = Demokrasi
Sosial. (**)

Sumber: (*) Lihat Sukarno, Ir., “Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Politik”, dalam DBR I, hal. 175., (**) Ibid., hal.
579.
PANCASILA – TRISILA – GOTONG-ROYONG
Pancasila Pancasila

Trisila Marhaenisme

Tuntutan
Gotong-
Royong
= Budi
Nurani
Manusia

• Intinya adalah “gotong-royong”, suatu faham yang dinamis


atau yang lebih mendasar lagi “Tuntutan Budi Nurani Manusia”.
• Tak mungkin kehidupan gotong-royong tak berketuhanan, tak
berperi-kemanusiaan, tak menjunjung tinggi persatuan, tidak
demokratis dan tidak menjunjung tinggi keadilan sosial.
GOTONG-ROYONG
• Kalau tuan senang dengan simbolik tiga, ambilah yang
tiga ini. Tetapi barangkali tidak semua tuan-tuan senang
kepada Trisila ini, dan minta satu, satu dasar saja, maka
saya kumpulkan lagi menjadi satu …… Semua buat
semua …….., maka negara Indonesia yang kita dirikan
haruslah negara”Gotong-Royong”.
• “Gotong-royong” adalah perkataan Indonesia yang tulen.
• “Gotong-royong” adalah faham dinamis, lebih dinamis
dari “kekeluargaan”. Kekeluargaan adalah faham statis.
• “Gotong-royong” menggambarkan satu usaha, satu amal,
satu pekerjaan, satu “gawé”.
• “Gotong-royong” adalah pembantingan-tulang bersama,
pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-binantu
bersama. Amal semua buat kepentingan semua, buat
kepentingan bersama.
Sumber: Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
GOTONG-ROYONG (Pemahaman Kritis)
• Gotong-royong sebenarnya adalah suatu sistim sosial
dengan mekanisme kerja untuk bersinergi sehingga
diperoleh suatu hasil bersama yang optimum dari
keterbatasan sumber-daya yang dimiliki oleh masing-
masing individu yang bersinergi.
• Gotong-royong merupakan satu sistim sosial karena di
dalamnya hidup nilai-nilai keadaban (Pancasila) yang
menyatu ke dalam suatu keseluruhan (totalitas kehidupan)
yang terintegrasi.
• Gotong-royong merupakan satu mekanisme kerja karena
dalam bergotong-royong terjadi suatu pembanting-
tulangan bersama seluruh potensi dan sumber-daya untuk
bersinergi, sehingga menghasilkan resultan yang tinggi.
• Gotong-royong adalah sistim sosial yang adil karena sinergi
dari semua untuk kepentingan semua, nilai lebih tidak jatuh
ke tangan salah satu pihak atau individu yang bersinergi.
GOTONG-ROYONG

• Gotong-Royong dikerdilkan
– Gotong-Royong, jangan didistorsi dan dikerdilkan
menjadi sesuatu yang bersifat mikro dan sangat teknis.
– Gotong-Royong, jangan diplintir menjadi sekedar kerja
bakti dan gugur gunung.
• Gotong-Royong paham dinamis
– Gotong-Royong adalah paham dinamis yang
mengandung substansi dasar yang sangat dalam,
sebuah Weltanschauung.
PANCASILA 1 JUNI 1945

Kebangsaan/
Nasionalisme

Gotong-Royong
Sosio-
Nasionalisme
Perikemanusiaan/
Internasionalisme

Kerakyatan/
Demokrasi
Sosio-
Demokrasi
Kesejahteraan Sosial
/Keadilan sosial

Ketuhanan YME/ Ketuhanan Yang


Monotheisme Maha Esa
PANCASILA
Sebuah sintesa yang berupa Philosofische
FEODALISME Grondslag dan Weltanschauung.
Merupakan dasar dan sekaligus acuan
dalam perjuangan rakyat Indonesia.

PANCASILA : Nasionalisme, Masyarakat Adil


KEKUATAN Peri-kemanusiaan, Demokrasi,
RAKYAT Kesejahteraan Sosial, Ketuhanan dan Makmur
Berdasarkan
KEMERDEKAAN NASIONAL Pancasila

KOLONIALISME/ KAPITALISME/
IMPERIALISME BORJUISME
PANCASILA
• Pancasila :
– Dasar Falsafah Negara RI
– Landasan Idiil Negara RI
– Pandangan hidup bangsa Indonesia
– Dasar Negara RI
– Ideologi bangsa Indonesia
– Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia
– Tujuan proklamasi kemerdekaan Indonesia
– Perjanjian luhur rakyat Indonesia
– Nilai-nilai luhur yang digali dari bumi Indonesia
– Nilai-nilai Substansial yang bersifat Universal
PROKLAMASI KEMERDEKAAN,
DEKLARASI KEMERDEKAAN
DAN UUD 1945 (asli)
PROKLAMASI KEMERDEKAAN

Bung Karno saat membacakan Teks Proklamasi tulisan


“Proclamation of Independence” tangan Bung Karno
PROKLAMASI, DEKLARASI dan UUD 1945
Pancasila Lahir,
1 Juni Situasi Perang Pasifik
1945, kemudian (Akhir Perang Dunia II)
dituangkan
dalam Deklarasi Proklamasi
Kemerdekaan
dan UUD 1945
BPUPKI Kemerdekaan
(29 Mei-1 Juni, 10-17 Juli 1945)
• Penggalian, kajian, telaah dan
pertarungan ide/paham/aliran

Perjuangan Deklarasi
Kemerdekaan Kemerdekaan
PPKI
(18-22 Agustus 1945)
• Penyempurnaan akhir tentang
Dasar Negara, UUD, Sistem UUD 1945

PROKLAMASI KEMERDEKAAN, DEKLARASI KEMERDEKAAN (Pembukaan


UUD 1945) dan UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisah-pisahkan, merupakan produk dari REVOLUSI INDONESIA.
PROKLAMASI DAN DEKLARASI
• Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang pada saat
merebut kemerdekaannya mempunyai:
– Proklamasi Kemerdekaan
– Deklarasi kemerdekaan
• Kebanyakkan negara-negara baru merdeka
– Hanya menpunyai salah satu diantaranya.
– Hanya menjiplak konstitusi dari negara bekas penjajahnya,
dengan sedikit modifikasi menurut kebutuhannya.
• Indonesia mempunyai konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar
1945 yang sepenuhnya adalah rumusan dari hasil pergulatan
pemikiran berbagai aliran dan paham sebagai cetusan aspirasi
rakyatnya.
• Proklamasi, Pembukaan UUD 1945, pasal-pasal dalam UUD
1945 (asli) beserta seluruh penjelasan, aturan peralihan dan
aturan tambahannya adalah satu kesatuan dan kebulatan tekat
rakyat dalam mendirikan negara untuk mewujudkan cita-
citanya.
PROKLAMASI DAN DEKLARASI
• PROKLAMASI KEMERDEKAAN
– Menyatakan kepada seluruh rakyat Indonesia dan kepada
dunia bahwa Indonesia telah merdeka.
– Menyatakan telah terjadi pengambilalihan kekuasaan (dari
tangan penjajah ke tangan bangsa Indonesia).

• DEKLARASI KEMERDEKAAN
– Perjanjian luhur bangsa Indonesia yang menjelaskan
tentang hasrat dan alasan mengapa harus merdeka, serta
landasan dan tujuan dalam mendirikan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
– Deklarasi Kemerdekaan tersebut tertuang dalam Pembukaan
UUD 1945.
– Pembukaan UUD 1945 adalah alasan yang melandasi
keberadaan (raison d’etre) NKRI.
PROKLAMASI DAN DEKLARASI
• PROKLAMASI KEMERDEKAAN
– Proklamasi kita adalah sumber kekuatan dan sumber tekad
daripada perjuangan kita, oleh karena seperti tadi saya
katakan, Proklamasi kita itu adalah ledakan pada saat
memuncaknya kerah-total daripada semua tenaga-tenaga
nasional, badaniah dan batiniah - fisik dan moril, materiil
dan spirituil.(*)
– ….. selain melahirkan kemerdekaan, juga melahirkan dan
menghidupkan kembali Kepribadian Bangsa Indonesia
dalam arti seluas-luasnya:
• Kepribadian Politik
• Kepribadian Ekonomi
• Kepribadian Sosial
• Kepribadian Kebudayaan
pendek kata Kepribadian Nasional.(**)

Sumber: (*) Sukarno, Ir., DBR Jilid Kedua, hal 441., (**) Ibid, hal 442.
PROKLAMASI DAN DEKLARASI
• DEKLARASI KEMERDEKAAN
– Declaration of Independence kita, yaitu Pembukaan UUD
1945, memberi pedoman-pedoman tertentu untuk mengisi
kemerdekaan nasional kita, untuk melaksanakan
kenegaraan kita, untuk mengetahui tujuan dalam
memperkembangkan kebangsaan kita, untuk setia kepada
suara-batin yang hidup dalam kalbu rakyat kita.(*)
– Kemerdekaan dan Kepribadian Nasional adalah laksana dua
anak kembar yang melengket satu sama lain, yang tak
dapat dipisahkan tanpa membawa bencana kepada masing-
masing.(*)
– Bagi orang-orang yang benar-benar sadar kita punya
“proclamation” dan sadar kita punya “declaration”, maka
Amanat Penderitaan Rakyat tidaklah khayalan atau abstrak.
(**)

Sumber: (*) Sukarno, Ir., DBR Jilid Kedua, hal 14-15. (**) Ibid, hal 443.
PROKLAMASI DAN DEKLARASI
• PROKLAMASI TANPA DEKLARASI
– “Proklamasi” tanpa “Declaration” berarti bahwa
kemerdekaan kita tidak mempunyai falsafah. Tidak
mempunyai Dasar Penghidupan Nasional, tidak mempunyai
pedoman, tidak mempunyai arah, tidak mempunyai “raison
d’etre”, tidak mempunyai tujuan selain daripada mengusir
kekuasaan asing dari bumi Ibu Pertiwi.(*)
• DEKLARASI TANPA PROKLAMASI
– Sebaliknya “Declaration” tanpa “Proklamasi” , tidak
mempunyai arti. Sebab tanpa kemerdekaan, maka segala
falsafah, segala dasar-dan-tujuan, segala prinsip, segala
“isme”, akan merupakan khayalan belaka, - angan-angan
kosong-melompong yang terapung-apung di angkasa raya.
(*)

Sumber: (*) Sukarno, Ir., DBR Jilid Kedua, hal 442.


MAKNA DEKLARASI KEMERDEKAAN
Azas
Dasar Falsafah Dasar Negara

Tujuan berbangsa
Visi dan Misi
dan bernegara Deklarasi
Kemerdekaan
Negara, bentuk dan
Pedoman, Way of Life
sistim pemerintahan
Platform perjuangan
mengisi kemerdekaan Cita-cita peradaban

Deklarasi Kemerdekaan = Pembukaan UUD 1945


MAKNA DEKLARASI KEMERDEKAAN
• AZAS
– Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan.
• VISI
– Negara Indonesia yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan
Makmur.
• MISI
– Ke Dalam:
• Membentuk pemerintah negara yang melindungi
segenap Bangsa Indonesia,
• Memajukan kesejahteraan umum,
• Mencerdaskan kehidupan bangsa.
– Ke Luar:
• Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
Kemerdekaan, Perdamaian Abadi dan Keadilan Sosial.
MAKNA DEKLARASI KEMERDEKAAN
• DASAR NEGARA
– Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaaan
dalam persyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
– Pancasila
 Rumusan dan substansi Pancasila di atas tak bisa dilepaskan
dari pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 di depan Sidang
BPUPKI, yang kemudian dikenal dengan lahirnya Pancasila.
 Substansi Pancasila tersebut adalah kristalisasi dari
pemikiran-pemikiran Bung Karno sejak usia mudanya, yang
menjadi masukan penting utama dalam perumusan Dasar
Negara Republik Indonesia.
MAKNA DEKLARASI KEMERDEKAAN
• DASAR FALSAFAH
– Pancasila adalah dasar falsafah (philosophische
gronslag) adalah fundamen, filsafat, pikiran yang
sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-
dalamnya untuk di atasnya didirikan negara
Indonesia merdeka.
– Pancasila sebagai Dasar Negara adalah sebuah dasar
falsafah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
– Titik beratnya adalah pemahaman akan nilai
kebenaran, yang mengandung keyakinan akan
kebenaran dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
MAKNA DEKLARASI KEMERDEKAAN
• PEDOMAN – WAY OF LIFE
– Pancasila adalah Weltanschauung (Dalil-dalil filsafat),
pandangan hidup (way of life) yang berada pada wilayah
praktek hidup, berdekatan dengan sikap hidup dan berupaya
mengatasi persoalan dan tantangan hidup.
– Titik berat Weltanschauung adalah praksis, pengambilan
keputusan dan kebijakan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
• TUJUAN
– NKRI yang merdeka, negara yang berkedaulatan rakyat,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
• CITA-CITA PERADABAN
– Tersirat dan terurat dalam azas, visi, misi dan dasar negara.
– Jatidiri Bangsa Indonesia.
• PLATFORM PERJUANGAN MENGISI KEMERDEKAAN
– Landasan dan orientasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara.
MAKNA DEKLARASI KEMERDEKAAN
Raison d’etre
• Pembukaan UUD 1945 yang mengamanatkan
keprihatinan mendalam terhadap praktek penjajahan
dan penindasan, kemudian hasrat dan keinginan luhur
yang diridhoi Tuhan YME untuk berkehidupan
kebangsaan yang bebas dengan seperangkat nilai-nilai
dasar, azas, falsafah, visi, misi, tersebut adalah raison
d’etre, merupakan landasan yang menjadi alasan
pendirian dan keberadaan (eksistensi) NKRI.
• Raison d’etre tersebut yang kemudian dijabarkan dalam
pasal-pasal UUD 1945 (asli) beserta penjelasan dan
aturan peralihannya.
MAKNA DEKLARASI KEMERDEKAAN
Raison d’etre
• Pembukaan UUD 1945 adalah roh kemerdekaan, roh
peradaban, roh yang menghidupkan bangsa
Indonesia, roh yang menuntun NKRI dalam mengisi
kemerdekaannya.
• Pembukaan UUD 1945 adalah kontrak sosial yang
hanya terjadi sekali (einmalig) dan bersifat final
dalam konteks berdirinya NKRI.
• Sumber hukum dan acuan untuk segala kebijakan
dan tindakan.
• Dokumen perjuangan yang tidak boleh diabaikan
selama berdirinya NKRI, merupakan landasan
eksistensi NKRI.
MAKNA DEKLARASI KEMERDEKAAN
Raison d’etre
• Tiap-tiap bangsa mempunyai “corak” sendiri, mempunyai
“warna jiwa” sendiri, mempunyai “central theme” sendiri,
mempunyai “raison d’etre” sendiri.(*)
• Pembukaan UUD 1945 adalah anak kandung Proklamasi 17
Agustus 1945 yang melukiskan:
– Pandangan hidup sebagai bangsa, tujuan hidup, falsafah
hidup, rahasia hidup, pegangan hidup.(**)
– Proklamasi dan UUD 1945 adalah satu pengejawantahan isi
jiwa yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia.
– Proklamasi dan Pembukaan UUD 1945 adalah satu kesatuan
yang tak terpisahkan, Proclamation of Independence
berisikan Declaration of Independence.

Sumber: (*) Sukarno, Ir., DBR Jilid Kedua, hal 14-15., (**) Ibid, hal 441.
SUASANA KEJIWAAN (KEBATINAN)
• Dalam memahami makna dan pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, perlu difahami suasana
kebatinan (Kejiwaan) yang melingkupi dalam perdebatan-
perdebatan seputar persiapan kemerdekaan Indonesia.
– Gerakan kemerdekaan Indonesia memandang faham
individualisme yang dianut oleh bangsa-bangsa Barat adalah
sumber dari kapitalisme, kolonialisme dan imperialisme yang
mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat, oleh
karenanya tidak cocok untuk bangsa Indonesia.
– Gerakan kemerdekaan Indonesia mengangkat nilai-nilai sosio-
kultural dan keadaban yang digali dari pengalaman dan sejarah
bangsa sendiri lebih cocok bagi bangsa Indonesia.
– Gerakan kemerdekaan Indonesia adalah gerakan perlawanan,
bukan meminta-minta belas kasihan, tetapi gerakan
patriotisme bangsa yang gagah berani dan penuh percaya diri.
SUASANA KEJIWAAN (KEBATINAN)
– Gerakan kemerdekaan Indonesia melakukan perlawanan
terhadap feodalisme, kapitalisme, kolonialisme dan
imperialisme dengan menempatkan rakyat sebagai subyek
untuk melawan bentuk-bentuk penindasan.
– Gerakan kemerdekaan Indonesia memperjuangkan negara
merdeka yang berkedaulatan rakyat dengan demokrasi politik
dan demokrasi ekonomi untuk mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
– Ada keinginan untuk menjadikan ajaran Islam sebagai dasar
negara yang kemudian mencair mengingat realitas sosio-
kultural bangsa Indonesia yang pluralistik dan kuatnya
komitmen untuk bersatu – maka dimufakati dasar negara
PANCASILA secara penuh dan bulat.
– Mendirikan negara: “Satu untuk semua dan semua untuk satu”
dalam sebuah negara bangsa berlandaskan gotong-royong.
FILOSOFI MORAL - FILOSOFI POLITIK - PRAKSIS
• Apa yang baik adalah benar, maka lakukanlah.
Filosofi
• Tindakan kemudian diukur oleh moral baik dan
Moral
benar tersebut.
• (Marhaenisme/Pancasila 1 Juni 1945)

• Rumuskan kebijakan moral sebagai landasan untuk


Filosofi
membuat kebijakan politik.
Politik
• Kebijakan moral memberikan landasan pijak untuk
membuat kebijakan politik yang adil dan bijak.
• (Proklamasi Kemerdekaan - Deklarasi Kemerdekaan,
UUD 1945-Asli)
• Jabarkan kebijakan politik tersebut dalam berbagai
Praksis bidang kehidupan dengan peraturan-peraturannya.
• Laksanakan program-program yang sesuai pada
masing-masing bidang kehidupan.
• (Trisakti)
MEJA STATIS dan LEITSTAR DINAMIS
• Bung Karno memandang Pancasila dalam praktek kehidupan sebagai
Meja Statis dan Leitstar Dinamis.
– Dasar Statis
• Meletakkan negara di atas suatu meja statis yang dapat
mempersatukan semua elemen/unsur/golongan dalam bangsa
itu.(*)
– Leitstar Dinamis - (Leitstar = Bintang Pimpinan/Pemandu)
• Memiliki tuntunan dinamis ke arah mana kita gerakkan rakyat,
bangsa dan negara ini.(*)
– Pancasila sebagai Dasar Statis dan Leitstar Dinamis adalah
merupakan satu kesatuan pengertian yang tidak terpisahkan.
– Pancasila sebagai Dasar Statis adalah menggunakan Pancasila
sebagai Dasar Negara (Dasar Falsafah seperti kita kenal sekarang).
– Pancasila sebagai Leitstar Dinamis adalah menjadikan Pancasila
sebagai Ideologi Negara yang memberi tuntunan kearah mana
rakyat, bangsa dan negara harus dikelola dan diarahkan dalam
perjuangannya untuk mencapai cita-cita kemerdekaannya.
Sumber: (*) Lihat dalam Bung Karno, Kursus Pancasila II, 16 Juni 1958.
MEJA STATIS dan LEITSTAR DINAMIS
Leitstar Leitstar

PANCASILA PANCASILA
(Meja Statis) (Meja Statis)

• Bintang Pimpinan yang tampil bisa berganti-ganti sesuai dengan persoalan


nyata yang dihadapi pada Meja Statis.
• Kelima Bintang Pimpinan selalu berada dalam kesatuannya.
• Kepemimpinan sebuah bintang selalu didampingi dan dijiwai oleh keempat
bintang yang lainnya.
• Hierakhis piramidal saja seperti dalam P-4 tampaknya hanya menekankan
Pancasila sebagai Meja Statis, tapi melupakan Leitstar Dinamis.
• Memandang Pancasila sebagai Meja Statis dan Leitstar Dinamis adalah
paralel dengan memandang sebagai Philosofische Grondslag dan
Weltanschauung.
PANCASILA
IDEOLOGI NASIONAL
PROGRESIF
DAN REVOLUSI
INDONESIA
PANCASILA – IDEOLOGI NASIONAL PROGRESIF

• Dasar untuk nenumbuhkan Ideologi


Nasional Progresif dari bangsa
Indonesia.
• Pengertian pokok dari Pancasila
– Pancasila sebagai pemerasan
kesatuan jiwa Indonesia.
– Pancasila sebagai manifestasi
persatuan bangsa dan wilayah
Indonesia.
– Pancasila sebagai weltanschauung
bangsa Indonesia dalam
penghidupan nasional dan
internasional.

Sumber : Camkan Pancasila, 1 Juni 1964


PANCASILA - IDEOLOGI PROGRESIF
• Declaration of Independence dari Thomas Jefferson menekankan
pada life (Hak hidup), liberty (Hak kebebasan) dan the pursuit of
hapiness (Pengejaran kebahagiaan).
– Lebih menekankan pada kebebasan dan hak-hak individu
(individualisme-liberalisme), kurang berpihak pada keadilan sosial.
• Manifesto Komunis dari Karl Marx dan Friedrich Engels menekankan
bahwa jika kaum proletar diseluruh dunia bersatu-padu dan
menghancurkan kapitalisme, mereka tidak akan kehilangan barang
lain kecuali rantai belenggunya sendiri, dan sebaliknya akan
memperoleh suatu dunia yang baru.
– Masih kurang tinggi jiwanya, karena tidak dilandasi oleh
Ketuhanan YME.
• Memandang Pancasila dalam konteks kedua paham besar dunia
tersebut, Bung Karno mengatakan bahwa Pancasila adalah
pengangkatan yang lebih tinggi (“Hogere Optrekking”) dari
Declaration of Independence dan Manifesto Komunis.
– Hal ini tidak berarti bahwa Pancasila adalah digali dari kedua paham
besar di atas, Pancasila adalah digali dari akar budaya dan kondisi sosio-
kultural bangsa Indonesia sendiri.
– Bung Karno ingin memposisikan Pancasila diantara paham-paham besar
dunia.

Sumber : Lihat Jarek, 17 Agustus 1960


JIWA POKOK REVOLUSI
• Jiwa pokok revolusi Indonesia.
– Perjuangan menentang imperialisme dan kolonialisme.
– Menghimpun segala kekuatan nasional dan internasional untuk
menentang imperialisme dan kolonialisme.
• Perjuangan nasional difokuskan pada pembebasan Irian Barat secara
revolusioner.
– Pembentukan Front Nasional
– Rediscovery of our revolution, masalah Irian Barat bukan soal
pengemisan, tapi soal perjuangan. (Sekarang mau lepas ?)
– Perjuangan adalah membangkitkan membangun kekuatan dan
menggunakan kekuatan (“machtsvorming en machtsaanwending”),
menggerakkan aksi massa revolusioner.
• Internasional dijalankan dengan Politik Luar Negeri Bebas-Aktif
– Independent policy, policy of non-alignment dan bukan policy of
neutralism.
– Bukan netral tapi aktif dan berprinsip sesuai dengan prinsip
Pancasila, menuju persahabatan segala bangsa, menuju
perdamaian dan kesejahteraan dunia, menentang imperialisme dan
kolonialisme.
REVOLUSI ADALAH MENJEBOL DAN MEMBANGUN
• Menjebol sesuatu yang lama yang
tidak sesuai lagi dengan situasi dan
kondisi bangsa - menggantinya
dengan membangun sesuatu yang
sesuai dengan tuntutan zaman.
• Revolusi yang bermakna menjebol
dan membangun itu demikian
mendarah mendaging pada diri Bung
Karno sehingga hampir setiap
ucapan, gerak dan tindakannya
bermakna revolusioner.

• Revolusi Indonesia adalah satu revolusi yang dasar dan tujuannya


congruent dengan the social conscience of man (tuntutan budi
nurani manusia).
REVOLUSI ADALAH MENJEBOL DAN MEMBANGUN
• Konferensi Asia-Afrika di Bandung April 1955 sebagai manifestasi
dari penggalangan kekuatan untuk menentang kolonialisme-
imperialisme.
• Bersama Gamal Abdul Nasser dan Joseph Broz Tito diprakarsainya
KTT I Nonblok tahun 1961 di Beograd sebagai bukti dari tekadnya
untuk membangun dunia baru yang pernah dikumandangkannya di
depan SU-PBB 30 September 1960, To build the world anew.
• Digalangnya negara-negara baru merdeka dalam 'New Emerging
Forces' (Nefo) mengahadapi negara-negara yang sudah mapan 'Old
Emerging Forces' (Oldefo) yang berwatak kolonialis-imperialis.
• Momentum lain adalah penyelenggaraan Games of the New
Emerging Forces (Ganefo) 10- 22 November 1963 di Jakarta, serta
rencana penyelenggaraan Conefo.
• Puncak dari konfrontasi Bung Karno terhadap 'Nekolim' adalah
keluarnya Indonesia dari PBB tanggal 7 Januari 1965. Penyebab
utamanya adalah terpilihnya Malaysia menjadi anggota Dewan
Keamanan PBB.
Menggalang di Pendapa Agung Tamansiswa Yogyakarta
PEMBINAAN JIWA REVOLUSI
• Materi Pokok Retooling Aparatur Negara
1. Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945
2. UUD 1945 (Asli) beserta penjelasannnya.
3. Manifesto Politik
– Penemuan Kembali Revolusi Kita, Amanat Presiden 17/08/1959.
– Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
4. Jalannya Revolusi Kita
– Jarek, Amanat Presiden 17 Agustus 1960
5. To build the world anew,
– Membangun Dunia Kembali, Pidato Bung Karno di depan SU-
PBB, 30 September 1960.
6. Penjelasan Manipol dan Usdek – Dr. H. Roeslan Abdulgani
– Manipol – Jarek, Amanat Presiden 17-08-1960.
– USDEK – (UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia)
7. Pembangunan Semesta Berencana
– Tap MPRS No. I dan II/MPRS/1960

Sumber: Surat Presiden kepada Panitia Pembina Jiwa Revolusi, tanggal 22 Februari 1961, dalam TUBAPI, Dewan
Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 1.
TAHAPAN PERJUANGAN (REVOLUSI INDONESIA)
PANCASILA

Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945 (Asli)

3 Kerangka Revolusi Indonesia


Kemerdekaan Masyarakat
Dunia Baru
Penuh Adil dan Makmur
Kemerdekaan Penuh (Nasional Demokratis)
• TRISAKTI :Berdaulat di bidang politik, Berdikari di bidang ekonomi,
Berkepribadian di bidang kebudayaan
• NCB (Nation and Character Building)
Sosialisme Indonesia (Pancasila)
• Mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan beradab dalam
kesederajadan dan kebersamaan yang dilandasi semangat persatuan dan
kesatuan, bebas dari segala bentuk penindasan.
Dunia baru
• Ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
GEDUNG INDONESIA MERDEKA
Tahap Sosialisme Indonesia :
• Mewujudkan masyarakat yang
Masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Adil & Makmur Pancasila dan UUD 1945.
PANCASILA & UUD 1945
Tahap Nasional Demokratis :
• Menegakkan prinsip-prinsip

Bidang Kebudayaan
kemerdekaan nasional.
Bidang Ekonomi

Berkepribadian
Bidang Politik

• TRISAKTI
Berdaulat

Berdikari

• Membangun jiwa bangsa


melalui NCB.
• Menjalankan politik luar
negeri yang bebas-aktif.

Nation and Character Building Landasan :


• Sebuah negara bangsa (NKRI).
PANCASILA = MARHAENISME • Dasar falsafah negara.

HAKEKAT AJARAN BUNG KARNO (PANCASILA/MARHAENISME)


DALAM PEMBANGUNAN
DASAR DAN TUJUAN REVOLUSI INDONESIA
• Dasar dan Tujuan
– Manipol
– Dasar dan tujuan Revolusi Indonesia adalah kongruen dengan
“Social Conscience of Man” itu.
• Keadilan sosial, Kemerdekaan individu, Kemerdekaan
bangsa, dlsb itu, adalah pengejawantahan daripada “Social
Conscience of Man” itu.
• Keadilan sosial dan kemerdekaan adalah tuntunan budi
nurani yang universil.
• Karena itu, janganlah ada diantara kita yang mau
mengamendir atau memodulir dasar dan tujuan Revolusi
kita ini !
• Landasan
– Landasan Idiil
• Pancasila
– Landasan Strukturil
• Pemerintahan yang stabil

Sumber: TUBAPI, Dewan Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 80.
KEWAJIBAN REVOLUSI INDONESIA
• Kewajiban
– Kewajiban Revolusi Indonesia yang terpenting ialah
membebaskan Indonesia dari semua imperialis dan
menegakkan tiga kerangka seperti disebut dalam Mapipol :
1. Pembentukkan satu Negara Republik Indonesia yang
berbentuk Negara Kesatuan dan Negara Kebangsaan, yang
demokratis, dengan wilayah kekuasaan dari Sabang
sampai ke Merauke.
2. Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur
materiil dan spirituil dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) itu.
3. Pembentukkan satu persahabatan yang baik antara
Republik Indonesia dan semua negara di dunia, terutama
sekali dengan negara-negara Asia-Afrika, atas dasar
hormat-menghormati satu sama lain, dan atas dasar
bekerjasama membentuk satu Dunia Baru yang bersih dari
imperialisme dan kolonialisme, menuju kepada Perdamaian
Dunia yang sempurna.
Sumber: TUBAPI, Dewan Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 81.
MODAL POKOK REVOLUSI INDONESIA
• Modal Pokok :
– Modal pokok bagi tiap-tiap revolusi nasional, menentang imperialisme
dan kolonialisme ialah :
• Konsentrasi kekuatan nasional dan bukan perpecahan kekuatan
nasional.
• Kekuatan nasional adalah kekuatan seluruh rakyat Indonesia,
kekuatan seluruh bangsa Indonesia.
• Kekuatan Revolusi
– UUD 1945 dan Jiwa Revolusi.
– Hasil segala pikiran dan keringat sejak 1945.
• Hasil materiil dan kader/tenaga baru semua lapangan.
– Kekuatan ekonomi di bawah pengawasan nasional.
• Saat itu (1960) telah mencapai 70 % dari total.
– Kekuatan angkatan perang.
• Saat itu sangat diperhitungkan di Asia.
– Wilayah kekuasaan RI.
• Sabang – Merauke, jumlah penduduk dan posisi strategis.
– Kepercayaan pada kemampuan dan keuletan bangsa sendiri.
– Kekayaan alam.

Sumber: TUBAPI, Dewan Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 82-83.
SIFAT REVOLUSI INDONESIA
• Sifat Revolusi Indonesia :
– Bukan Revolusi Borjuis (seperti Revolusi Perancis, 1789).
– Bukan Revolusi Komunis–Diktator Proletariat (seperti Rusia,
1917).
– Revolusi Indonesia adalah
• “Revolusi Nasional Demokratis” yang menentang
imperialisme dan kolonialisme serta bersifat multi-komplek.
• Revolusi bersama dari semua kelas dan golongan yang
menentang imperialisme dan kolonialisme.
– Revolusi Indonesia ingin mendirikan kekuasaan gotong-royong :
• Kekuasaan demokratis yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan,
• Yang menjamin terkonsentrasinya seluruh kekuatan Nasional,
seluruh kekuatan rakyat.

Sumber: TUBAPI, Dewan Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 84-85.
HARI DEPAN REVOLUSI INDONESIA
• Jangka Pendek
– Program Kabinet Kerja
– Terwujudnya Trisakti
– Menentang imperialisme dan kolonialisme
– NCB
• Mempertahankan kepribadian bangsa
• Jangka Panjang
– Masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
– Sosialisme Indonesia (Sosialisme á la Indonesia)
• Sosialisme yang disesuaikan dengan situsi-kondisi Indonesia
– Alam Indonesia
– Rakyat Indonesia
– Adat-istiadat Indonesia
– Psikologi dan kebudayaan rakyat Indonesia

Sumber: TUBAPI, Dewan Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 84-85.
SOSIALISME INDONESIA
• Depernas/MPRS
– Sosialisme Indonesia adalah suatu ajaran dan gerakan tentang
tata masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
– Tata masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
adalah tuntunan Amanat Penderitaan Rakyat Indonesia.
• Bung Karno
– Keadilan sosial yang dimaksudkan di dalam Pancasila itu
adalah sosialisme. (**)
– Siapa yang setia kepada Pancasila, harus setia kepada
sosialisme. (**)
– Sosialisme yang dikehendaki oleh bangsa Indonesia adalah
sosialisme adil dan makmur. (**)
– Sosialisme sejati adalah adil dan makmur. (**)
– Adil dan Makmur tidak jatuh dari langit, tetapi harus
diperjuangkan melalui kerja keras seluruh bangsa.

Sumber: Pemuda Mesti Dinamis, Ceramah Bung Karno Kepada Para Pelajar di Surakarta, 11 Juli 1960.
MASYARAKAT SOSIALIS INDONESIA
• Unsur Pokok :
1. Menjamin cukup makanan, pakaian dan perumahan yang layak
bagi warga negaranya sehingga tidak senantiasa hidup di
dalam kecemasan menghadapi hari besok.
2. Menjamin pemeliharaan kesehatan dan pendidikan setiap
warga negaranya supaya tidak perlu menderita dan dapat
menjadi warga yang cerdas untuk dapat menunaikan tugas
dan haknya terhadap negaranya dengan sebaik-baiknya.
3. Menjamin hari tua setiap warganya, sehingga tidak hidup di
dalam ketakutan dan kemelaratan jika tidak berdaya lagi untuk
mencari nafkahnya.
4. Menjamin agar setiap warga negaranya dapat menikmati dan
memperkembangkan kebudayaannya serta
menyempurnakan kehidupan kerochaniannya sehingga
tidak saja kehidupan lahir terpelihara, tetapi juga kehidupan
batin setiap warganya.
5. Menjamin agar bangsa Indonesia dapat menyumbang kepada
penyempurnaan kebahagiaan umat manusia.

Sumber: TUBAPI, Dewan Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 460-461.
MEMANDANG
PANCASILA SEBAGAI
BUDAYA BERSAMA
APAKAH PANCASILA SEBUAH
BUDAYA BERSAMA (COMMON CULTURE) ?
• Common :
– Sesuatu yang dimiliki bersama, ….. atau
– Sesuatu yang rendah, vulgar dan tidak sopan (Vulgus : rakyat biasa)
• Culture :
– Merujuk pada norma, ide, kepercayaan, nilai, simbol, bahasa dan aturan.
– Merujuk pada proses perkembangan spiritual dan intelektual serta
praktek dalam keseluruhan cara hidup suatu kelompok, orang atau
masyarakat. (Antropologis)  Orientasi kehidupan
– Suatu keseluruhan cara hidup yang mengasumsikan serangkaian arti,
kepercayaan dan nilai-nilai yang dimiliki bersama diantara orang-orang
yang menyatu ke dalam suatu keseluruhan yang terintegrasi.
(Antropologis)  Tatantan sosial, integrasi sosial
• Common Culture :
– Suatu budaya “yang” atau “yang seharusnya” dimiliki bersama dan
bersifat integratif, ….. atau
– Suatu budaya yang rendah, vulgar dan tidak sopan – dan jelas
membutuhkan arahan untuk menjadikannya tinggi dan sopan.
COMMON CULTURE – BUDAYA BERSAMA
• Dua pertanyaan dasar :
1.Apakah sebenarnya ada budaya bersama ?
2.Apakah seharusnya ada budaya bersama ?
• Beberapa tesis Budaya Bersama :
– Budaya yang koheren, atau ideologi dominan memainkan peran
penting dalam melanjutkan tatanan dan integrasi sosial.
– Budaya bersama telah ada pada masa lalu tetapi saat ini berada
dalam proses dihancurkan oleh proses budaya konsumen massa,
sehingga harus ditemukan berbagai cara untuk menghidupkan
kembali tradisi budaya bersama.
– Saat ini di Barat sedang memasuki suatu fase “deklasifikasi
budaya” (Cultural declassification), dimana hierarkhi simbolis yang
telah lama mapan sedang mengalami dekonstruksi.
– Postmodernisme merupakan antitesis dari masalah budaya
bersama ?
COMMON CULTURE – BUDAYA BERSAMA
• Beberapa tesis tentang Budaya Bersama :
– Masyarakat lama mempunyai conscience collective (kesadaran
kolektif) yang kuat karena masyarakat lama dengan tingkat
deferensiasinya yang rendah memunculkan tingkat integrasi
moral dan sosial yang tinggi.
– Masyarakat modern menunjukkan tingkat deferensiasi sosial
yang tinggi melalui pembagian kerja yang kompleks dan oleh
karena itu integrasi moral menjadi lebih problematik dan
menuntut dasar sosial struktural yang berbeda.
– Jika nilai-nilai bersama sulit dipertahankan dalam masyarakat
yang terdeferensiasi, mungkinkah nilai-nilai itu hidup kembali
pada kesempatan tertentu, dimana pada saat itu perasaan
masyarakat telah menjadi suatu komunitas nasional yang
menyatu dimunculkan ? Liminal Moment (Momen Liminal),
mungkinkah dimunculkan ?
– Yang suci dan hakiki tidak tenggelam dalam masyarakat
modern, tradisi dan nilai-nilai harus secara konstan ditemukan
dan ditemukan kembali.
COMMON CULTURE – BUDAYA BERSAMA
• Perlu memandang budaya bersama bukan sebagai suatu
bentuk (perwujudan) yang abadi atau suatu abstraksi
yang dipahami secara statis.
• Persepsi estetik tentang kebudayaan :
– Kebudayaan sebagai keseluruhan yang terintegrasi secara
sempurna yang di dalamnya terdapat suatu tatanan yang
seimbang dari bagian-bagian yang berhubungan bersama
dalam suatu harmoni.
– Ada asumsi bahwa kita membutuhkan suatu sensibilitas
interpretatif (kepekaan memaknai) dengan kemampuan khusus
dan intuitif untuk mencapai arti yang dalam.
COMMON CULTURE – BUDAYA BERSAMA
• Memandang Pancasila sebagai budaya bersama tidak bisa terlepas
dari berpegang pada tuntutan budi nurani manusia yang diyakini
berisi nilai-nilai substansial yang bersifat universal.
• Nilai-nilai substansial yang bersifat universal tersebut adalah nilai-
nilai keadaban abadi yang perlu dipahami secara dinamis sejalan
dengan dinamika dan problematika jamannya.
• Nilai-nilai keadaban abadi yang saling berkorelasi sebagai
keseluruhan dalam suatu harmoni yang terintegrasi akan
membentuk budaya bersama yang mengarah pada tatanan dan
integrasi sosial yang seimbang dan penuh harmoni.
• Budaya bersama yang dipahami secara dinamis dan dibarengi
dengan sensibilitas interpretatif (kepekaan memaknai) akan
menjadikan budaya bersama tersebut tetap hidup dan mampu
memberikan refleksi terhadap perubahan jaman.
• Budaya bersama yang hidup dan mampu memberikan refleksi
terhadap perubahan jaman adalah budaya yang mampu
membangun sebuah peradaban.
COMMON CULTURE – BUDAYA BERSAMA
• Pancasila – Sistem kognitif
– Pada tahap yang paling tinggi, Pancasila sebagai
sebuah common culture dihayati sebagai sistem
kognitif, berupa suatu kerangka pengetahuan, cara
pikir dan keyakinan yang memberikan pedoman bagi
orientasi setiap orang yang hidup dalam common
culture itu.
• Pancasila – Cita-cita peradaban
– Pada tahap yang paling tinggi itu, Pancasila sebagai
sebuah common culture (budaya bersama) ingin
mewujudkan cita-cita peradaban.
MENGAPA PANCASILA
TIDAK MEMUNCULKAN
WATAK ASLINYA YANG
EMANSIPATORIK,
PROGRESIF-REVOLUSIONER
Mengapa Pancasila Kehilangan Makna Emansipatirik?
• Mengapa?
– Politik No – Ekonomi Yes
• Orientasi pada pragmatisme kebendaan, individualisme.
– De-politisasi.
– De-ideologisasi.
– De-parpolisasi.
– De-Sukarnoisasi.
– Konsep NKK-BKK.
– Kebijakan massa mengambang (floating mass).
• Mengakibatkan floating leader.
– Penafsisan Pancasila secara sepihak.
• Sesuai kepentingan politik rezim yang berkuasa.
– Pengkooptasian infra-struktur politik.
– Represi oleh kekuasaan politik.
– Pancasila sengaja diputus dari sejarah kelahirannya.
BUNG KARNO - PANCASILA
• Gagasan mengenai budaya bersama dipertahankan, atau lebih akurat
ditransformasikan ke dalam gagasan mengenai ideologi dominan dengan
mengutamakan semangat ephocal dari suatu masa dan pandangan dunia
untuk membangkitkan semangat perlawanan dalam rangka menciptakan
tatanan dan integrasi sosial yang diinginkan.
• Pancasila dipandang sebagai filsafat dan weltanschauung.
• Pancasila dimaknai sebagai KATA KERJA, dipahami sebagai DASAR dan
sekaligus ACUAN dan dijalankan dalam rangka “Nation and Character
Building”.
• Pancasila diderivasikan dalam berbagai program politik rakyat dalam
kerangka revolusi Indonesia yang pada saat itu mencapai tahap nasional
demokratis – Trisakti.
• Pancasila digunakan sebagai landasan untuk mensikapi problematika
kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga memunculkan watak aslinya
yang progresif dan revolusioner.
• Pancasila tidak dipandang sebagai ideologi tertutup, tetapi selalu dikaitkan
dengan cita-cita proklamasi 17/08/1945, Pembukaan UUD 1945, dan UUD
1945 (Asli) dalam upaya menentang imperialisme dan kolonialisme.
• Pancasila digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan praksis.
DE-SUKARNOISASI
GESTOK

Pribadi dan Kekuatannya


Keluarganya

De-Sukarnoisasi

Hasil-hasil Ajarannya
perjuangannya
ORBA - PANCASILA
• Gagasan mengenai budaya bersama dipertahankan, atau lebih akurat ditransformasikan
ke dalam gagasan mengenai ideologi dominan dengan perubahan terpenting bahwa
kebudayaan saat itu digunakan dengan suatu cara yang MANIPULATIF, sebagai sesuatu
yang ditimpakan oleh sekumpulan orang (Rezim) untuk menciptakan tatanan dan
integrasi sosial yang diinginkan.
• Pancasila dipandang sebagai simbol yang penuh jargon verbalistik dan bukannya
sebagai filsafat dan weltanschauung.
• Pancasila dimaknai sebagai KATA BENDA, nilai luhur warisan nenek moyang, dan
bukannya sebagai DASAR dan sekaligus ACUAN.
• Pancasila tidak digunakan sebagai pisau analisa untuk menganalisis realitas, sehingga
tidak memunculkan watak aslinya yang progresif dan emansipatorik.
• Dengan sengaja Pancasila dijelmakan menjadi ideologi tertutup yang represif dengan
mengkhianati substansi dasar yang terkandung di dalamnya, dan digunakan hanya
sekedar ALAT untuk melanggengkan kekuasaan, Pancasila sebagai alat dalam praktek
penindasan.
• Pancasila diimplentasikan melalui Juklak P4, dimana Pancasila bukan program
perjuangan, tetapi sekedar proyek dan obyek kegiatan. Pancasila dilepaskan dari
konteks problematika riil kehidupan rakyatnya (tidak digunakan sebagai weltanschauung
dan Leitstar Dinamis), sehingga menjadi kerdil, bersifat mikro dan sangat teknis.
• Pancasila telah didistorsi dengan sengaja, karena Pancasila dipenggal dari sejarah
kelahirannya dan dipisahkan dari pemikiran-pemikiran Bung Karno.
Tap MPR No. II/MPR/1978 – P4
• Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
• Ekaprasetia Pancakarsa
• Tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak (Pancasila).
• Penuntun sikap dan tingkah laku.
• Manusiawi (Keselarasan-Keseimbangan).
• Kodrad manusia (Makhluk Individu – Makhluk Sosial).
• Hubungan antar manusia dan masyarakat.
• Pengendalian diri – Pangkal tolak penghayatan dan pengamalan
Pancasila.
• Pengamalan Pancasila.
• Pola Pelaksanaan P4
– Pancasila sebagai moral pembangunan.
– Faktor kepemimpinan dalam rangka pelaksanaan P4.
– Pola pelaksanaan P4.
• Jalur-jalur yang digunakan.
– Pendidikan, Media Massa, Ormas dan Orpol.
• Penciptaan suasana yang menunjang.
– Kebijakan Pemerintah, Perundangan, Aparatur Negara,
Kepemimpinan dan Pemimpin Masyarakat.
KURIKULUM DASAR FALSAFAH NEGARA PANCASILA
1. Deskripsi Mata Kuliah Dasar Falsafah Negara Pancasila
- Tap MPR No. IV/MPR/1978
2. Silabus Mata Kuliah Dasa Falsafah Negara Pancasila
a. Landasan Idiil Negara RI : Dasar Negara : Pancasila
b. Landasan Strukturil Konstitusional Negara RI : UUD 1945
c. Landasan Operasional Negara RI : Tap-Tap MPR dan MPRS
d. Landasan Politik Negara RI : GBHN
e. Landasan Demokrasi Pancasila : Pemilu di Indonesia
f. Falsafah Negara Pancasila
Catatan Kritis :
– Sepintas tak terlihat ada kesalahan dari kerangka di atas.
– Kesalahan baru akan terlihat dalam praktek penyelenngaraan
pemerintahan negara, karena adanya hegemoni oleh kekuasaan politik
yang represif dan penguasaan seluruh infra struktur politik.
– Penafsiran Pancasila secara sepihak, menjadikan pancasila sebagai
ideologi tertutup dan dipaksakan.
– Pancasila dipenggal dari sejarah kelahirannya dan dipisahkan dari
pemikiran-pemikiran Bung Karno.
– Pemanfaatan celeh-celah hukum yang terdapat pada UUD 1945 (Asli).
– Pembangunan dijalankan dalam skenario asing.
PANCASILA ORBA BUNG KARNO
Budaya bersama Manipulatif, ditimpakan, untuk Roh pergerakan, dikobarkan,
kepatuhan rakyat. membangkitkan kesadaran rakyat.
Pandangan hidup Jargon, penuh verbalisme. Filsafat dan Weltanschauung.
Pemahaman Kata benda, warisan budaya. Kata kerja, pedoman perjuangan.
Implementasi Proyek Kegiatan P4, Verbalisme Program perjuangan-
Trisakti ,“Nation and Character
Building”
Leitstar Tumpul, statis. Dipertajam, dinamis.
Respon rakyat Dipaksakan kepada rakyat, Disambut oleh rakyat, partisipasi.
mobilisasi.
Efek pada rakyat Kekerdilan jiwa, pembodohan, Keberdayaan, kepercayaan diri,
ketidakberdayaan, ketakutan semangat berjuang dan rela
berprakarsa dan beda pendapat. berkorban.
Efek budaya Hipokrisi, mental yes man, Kepribadian nasional, harga diri,
epigonisme, plagiat, KKN. mental pejuang, jatidiri.
Semangat Ekonomi Ketergantungan, hutang LN. Berdikari, mengolah potensi diri.
Fokus tantangan PKI dan pemberangusan elemen Feodalisme, separatis, Perebutan
progresif dalam negeri. Irian Barat, Nekolim.
Efek politik Pengkooptasian, Demokrasi terpimpin, kedaulatan
keterkungkungan. nasional.
Politik Luar Negeri Low profile, ikut negara donor. Bebas aktif, pimpin pergerakan.
Hub. dgn negara lain Dijadikan obyek eksploitasi. Partnership
KENAPA PANCASILA TIDAK MEMUNCULKAN WATAK
ASLINYA YANG PROGRESIF DAN REVOLUSIONER ?
Karena :
– Semangat dan cita-cita Revolusi 17 Agustus 1945 telah ditinggalkan.
– Pancasila hanya dipahami secara tekstual tapi tidak kontekstual.
– Pancasila hanya dipandang sekedar sebagai nilai-nilai luhur warisan
budaya nenek-moyang, bukannya sebagai Ideologi Nasional yang
progresif.
– Banyak yang telah kehilangan kesadaran kritis, tidak mempunyai
kesadaran kolektif dan kehilangan sensibilitas interpretatif
(kepekaan memaknai) dalam menggunakan Pancasila sebagai azas.
– Banyak yang merasa besar di bawah bayang-bayang Sukarno, tetapi
tidak pernah menjalankan weltanschauung yang telah dirumuskan
oleh Sukarno.
– Banyak kader yang bermental priyayi yang feodalistik, tidak radikal-
progresif dan revolusioner.
– Ini semua bukan masalah kebodohan dan ketidak-berdayaan, tapi
masalah komitmen, konsistensi dan kesanggupan serta ketulusan
untuk menanggung konsekuensi perjuangan.
– Kita perlu melakukan pemberontakan terhadap diri sendiri.
KRISIS MULTIDIMENSI
WARISAN MASALAH AKUT
DALAM KEHIDUPAN
BERBANGSA DAN
BERNEGARA
WARISAN ORBA - MASALAH AKUT
• Bidang Politik – Ideologi Nasional
– Disorientasi terhadap cita-cita proklamasi kemerdekaan.
– Distorsi terhadap Pancasila dan UUD 1945 (Asli).
– Distorsi terhadap fungsi dan peran lembaga-lembaga tinggi negara.
– Pudarnya kesadaran berbangsa dan bernegara serta nasionalisme.
– Semi-Feodalistik, represif, otoriter, premanisme.
– Dwi-fungsi ABRI kebablasan, demokrasi semu.
• Bidang Ekonomi
– Ketergantungan akut pada luar negeri, terjebak pada hutang luar negeri.
– Kroni kapitalisme, koncoisme.
– Epilog berupa kehancuran total ekonomi nasional.
– Jurang pemisah antara minoritas kaya vs mayoritas miskin.
– Berbagai ketimpangan ekonomi pusat-daerah.
• Bidang Sosial-Budaya
– Pragmatisme kebendaan, budaya KKN, mentalitas kuli.
– Kehilangan jatidiri bangsa dan kepercayaan diri bangsa.
– Pembodohan dan pengkerdilan, kehilangan prakarsa dan kemerdekaan
berpikir.
– Penetrasi budaya asing.
– Dekadensi moral
PERSOALAN MAKIN BERAT – BEBAN RAKYAT MENINGKAT

Ekonomi Yes ORBA REFORMASI


Politik No
Kroni Kapitalisme - Liberal Kapitalisme - Neo-Liberal
• Developmentalisme • Pasas-Bebas
EKONOMI • Keynesian • Neo-Liberal
• Eksploitasi SDA • Eksploitasi + Penjualan Aset
• Subsidi untuk rakyat • Penghapusan subsidi
• Campur tangan pemerintah • Menuju pasar-bebas
Otoriter Liberal
• Sentralisasi Kekuasaan • Desentralisasi (Keblinger)
• Represif (dgn Kekuasaan) • Represif (Uang+Teknologi)
POLITIK • UUD 1945 diplintir jadi • Perombakan UUD 1945 jadi
Executive Heavy Legislative Heavy
• Depolitisasi-Deideologisasi • Demokrasi Liberal
• MPR - GBHN • Tak ada MPR - tanpa GBHN
• Pemilu dgn intimidasi • Pemilu langsung-Politik Uang
Semi Feodalistik Borjuasi Nasional - Neolib
• Raja Besar (Pusat-pusat • Raja-raja Kecil (Pengusaha-
kekuasaan) Penguasa)
• KKN – Terpusat • KKN – Pusat sampai Daerah
BUDAYA • Nasionalisme (semu) • Tanpa Nasionalisme
• Membeo, menjilat ke atas • Vulgar, Anarkhis
• Pancasila dimanipulasi • Pancasila ditinggalkan
DE-SOEKARNOISASI
Jalan Menuju Neo-Liberalisme
ORBA REFORMASI

GESTOK DE-SOEKARNOISASI NEOLIB


- Militer - Elite politik Sipil
- Teknokrat - Agen Demokrasi Barat
- Pembangunanisme - Neo-Liberalisme

- De-politisasi - Berkedok HAM


utamanya adalah Soekarno
beserta seluruh ajaran dan

- De-ideologisasi - Perombakan UUD 1945

terintegrasi secara Politik,

kapitalisme internasional.
- Komunis dan PKI hanya
sasaran antara, sasaran

- Doktrin P-4 - Doktrin Pasar-Bebas

ekonomi dan budaya


- DPR-MPR-GBHN - DPR-DPD-Tanpa GBHN
para pendukungnya.

dalam genggaman
- Floating Mass - Anarkisme

- Satu Dunia yang


- Fusi Parpol – Partai Negara - Multi Partai – Liberal
- Dwi Fungsi ABRI - Pegusaha-Penguasa

- Globalisme
- Kopkamtib - LSM bersama NDI, USAID, IRI
- Kroni Kapitalisme - Kapitalisme Internasional
- Eksploitasi SDA - Privatisasi aset-aset Negara
- Mega proyek Pribadi, dll. - Dana BLBI, Bulog, dll.
- Krisis Ekonomi Nasional - Krisis Bangsa, seluruh aspek
- Pemerintah menindas rakyat - Negara ditindas Pasar-Bebas
- Sentralisasi - Otoda kebablasan
- KKN - KKN
GLOBALISASI DAN
GLOBALISME, ANCAMAN
ATAU PELUANG
GLOBALISASI
• Arti literal
– Sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnya
keterkaitan di antara masyarakat dan elemen-
elemennya yang terjadi akibat transkulturasi dan
perkembangan teknologi di bidang transportasi dan
komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya
dan ekonomi internasional.
– Istilah globalisasi dapat diterapkan dalam berbagai
konteks :
• Sosial,
• Budaya,
• Ekonomi,
• Politik,
• Hankam, dlsb.
GLOBALISASI
• Instrumen globalisasi
– Konperensi Bretton Woods
• Bank Dunia (WB)
• IMF (Dana Moneter Internasional)
– GATT (The General Agreement on Tariffs and Trade)
• Melahirkan WTO (Organisasi Perdagangan Dunia)
– Pasar
• Pembentukan pasar-bebas.
• Blok-blok perdagangan dan kawasan perdagangan
bebas.
– Kekuatan militer dan persenjataan
• Polisi dunia
– Agen-agen demokrasi
• Promosi dan penyebaran western values.
GLOBALISASI
• Globalisasi
– Jalan menuju mendunia (global), meliputi seluruh
dunia (worldwide), antar negara (international), antar
benua (intercontinental).
– Globalisasi menjadi nyata pasca Perang Dunia II.
– Kecenderungan-kecenderungan globalisasi ditandai
oleh :
• Pergerakan (mobilitas) lintas negara meliputi :
– Komoditi,
– Uang,
– Informasi,
– Orang,
– Kemajuan teknologi,
– Pengorganisasian,
– Hukum/peraturan, dan
– Infrastruktur lain yang mendukung pergerakan.
GLOBALISASI
• Cakupan dan dampak globalisasi :
– Peningkatan dalam perdagangan internasional yang
lebih cepat dari pertumbuhan di dunia ekonomi.
– Peningkatan aliran dana internasional (international
flow of capital) termasuk investasi asing langsung
(foreign direct investment).
– Aliran data lintas batas negara (transborder data flow)
yang lebih besar, menggunakan teknologi seperti
internet, satelit komunikasi dan telepon.
– Pengaruh budaya internasional (international cultural
influences) yang lebih besar, contohnya melalui expor
film-film Hollywood.
– Penciutan keaneka-ragaman kultural dunia (global
cultural diversity) melalui hibridisasi (hybridization)
budaya-budaya seperti Westernisasi (Westernization),
atau Amerikanisasi (Americanization).
GLOBALISASI
• Cakupan dan dampak globalisasi :
– Peningkatan perjalanan internasional dan turisme.
– Peningkatan imigrasi, termasuk imigrasi ilegal.
– Pengembangan infrastruktur telekomunikasi global.
– Pengembangan sistim keuangan global.
– Peningkatan andil untuk mengontrol ekonomi dunia
oleh korporasi-korporasi multinasional.
– Peningkatan peran organisasi-organisasi internasional
seperti WTO, WIPO, yang berurusan dengan
transaksi internasional.
– Peningkatan sejumlah standar-standar yang berlaku
secara global, termasuk undang-undang hak cipta.
GLOBALISASI
• Segi positip dan negatip globalisasi :
– Banyak dari kecenderungan-kecenderungan
globalisasi dilihat sebagai sesuatu yang positip oleh
berbagai pendukung globalisasi, dan dalam banyak
hal globalisasi telah secara aktif dipromosikan oleh
pemerintah-pemerintah dan organisasi-organisasi.
– Banyak pula yang dilihat sebagai sesuatu yang
negatip dan membutuhkan strategi dan sikap kritis
dalam menghadapinya.
– Berlomba mengambil manfaat untuk kepentingannya
masing-masing.
MENGKRITISI GLOBALISASI
• Gerakan Anti-Globalisasi dan Globalisasi dipertanyakan :
– Berbagai aspek dari globalisasi dilihat sebagai
berbahaya oleh Gerakan Anti-Globalisasi.
• Luluhnya negara bangsa (nation state).
• Hilangnya batas-batas negara dalam arti luas.
– Apakah globalisasi adalah fenomena nyata (real
phenomenon) atau hanya sebuah mitos (a myth).
– Apakah globalisasi hanya kedok atau topeng dalam
rangka exploitasi ekonomi, sosial, politik dan budaya
dari negara-negara industri maju terhadap dunia
ketiga ?
KRITIK TERHADAP BANK DUNIA
• Kritik dari penentang globalisasi :
– Menggerogoti kedaulatan negara
• Menggerogoti kedaulatan negara-negara penerima
pinjaman (hutang) untuk mengejar liberalisasi
ekonomi.
– Mendukung diktator dan membebani rakyat
• Pinjaman (hutang) besar jatuh pada para diktator
dan junta militer yang digunakan untuk
memperkaya sebagian kecil populasi dan hutang
tersebut harus ditanggung oleh seluruh populasi.
– Dikendalikan negara adidaya
• Bank Dunia berada dalam pengaruh negara-negara
tertentu (terutama AS), yang mendapat manfaat
paling banyak dari aktivitas Bank Dunia.
KRITIK TERHADAP BANK DUNIA
• Kritik dari penentang globalisasi :
– Neo-liberalisme
• Bank Dunia beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip Neo-
liberalisme.
• Berdasarkan keyakinan bahwa pasar (bebas) dapat membawa
kemakmuran kepada negara-negara yang mempraktekkan
kompetisi bebas (pasar-bebas), tanpa campur tangan apapun
dari pemerintah.
• Reformasi yang berinspirasikan "neo-liberal" tidak selalu tepat
bagi negara-negara yang mengalami konflik (perang etnis,
konflik perbatasan, dsb.) atau yang telah lama berada dalam
kondisi tertekan (diktator atau penjajahan) dan negara yang
tidak memiliki sistem politik demokratis yang stabil.
• Lebih memilih masuknya perusahaan-perusahaan asing
dibandingkan pengembangan ekonomi lokal negara yang
bersangkutan.
KRITIK TERHADAP BANK DUNIA
• Akibat dikritik :
– Aktivitas Bank Dunia saat ini difokuskan pada negara-negara
berkembang, dalam bidang seperti pendidikan, agrikultur dan
industri.
– Bank Dunia memberi pinjaman dengan tarif preferensial kepada
negara-negara anggota yang sedang dalam kesusahan.
– Sebagai balasannya, pihak Bank juga meminta bahwa langkah-
langkah ekonomi perlu ditempuh agar misalnya, tindak korupsi
dapat dibatasi atau demokrasi dikembangkan.
• Kutipan:
– Satu pusaka Sosialisme adalah bahwa kebanyakan orang terus
mempercayai bahwa negara mempunyai peran fundamental
dalam meningkatkan pembangunan dan menyelenggarakan
pelayanan sosial.
KRITIK TERHADAP IMF
• Kritik
– Peran dari ketiga lembaga (IMF, BIS, WB) tersebut
telah menimbulkan beberapa kontroversi sejak
berakhirnya Perang Dingin.
– Para pengritik mengklaim bahwa para pembuat
kebijakan (policymakers) IMF dengan sengaja
mendukung diktator militer sayap kanan (right-wing
military dictatorships) yang mempunyai hubungan
baik dengan korporasi-korporasi bisnis Amerika dan
Eropa.
– Para kritikus mengklaim bahwa IMF pada umumnya
memusuhi demokrasi, HAM dan hak-hak buruh.
– Kritik-kritik tersebut telah menimbulkan kontroversi
dan memicu gerakan Anti-Globalisasi.
KRITIK TERHADAP IMF
• Kritik lain :
– IMF tak mempunyai cukup kemampuan untuk
• Mendemokratisasikan kedaulatan negara-negara
maupun tujuan dari negara-negara penghutang.
– Walaupun begitu, IMF tetap mengatakan bahwa
saran-sarannya dimaksudkan untuk memantapkan
stabilitas keuangan, yang pada gilirannya secara tidak
langsung akan menciptakan demokrasi.
• Kekacauan ekonomi jarang sekali bisa menjadi
awal yang bagus untuk demokrasi yang stabil.
• Intervensi IMF malah memperburuk kemiskinan
dan hutang dunia ketiga dan negara-negara
sedang berkembang.
– Bantuan finansial (hutang) selalu disertai "syarat-
syarat", termasuk juga Structural Adjustment
Programmes.
GLOBALISASI
• FENOMENA
– Proses memudar batas antar­negara dalam pergaulan hidup
umat manusia.
– Pengikisan berbagai rintangan dan hambatan antarnegara dalam
semua bidang kehidupan umat manusia.
– Bidang ekonomi
• Makin terjebak dalam hutang luar negeri.
• Makin sulit bagi suatu negara untuk mempertahankan
kebijakan ekonomi yang merdeka, karena secara faktual
kegiatan ekonomi telah menghilangkan batas-batas teritorial
negara.
• Terjadi proses pemiskinan massal.
• Ketidak-berdayaan .
GLOBALISASI
• Fenomena
– Di bidang politik
• Makin berkurang kemampuan negara untuk mengontrol
kepatuhan warganya karena globalisasi bukan saja
mengakibatkan internasionalisasi barang dan jasa melainkan
juga internasionalisasi nilai-nilai demokrasi dan hak asasi
manusia serta meningkatnya intensitas kontak dan
kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam proses
globalisasi.
• Dominasi kepentingan asing.
– Bidang kebudayaan
• Suatu bangsa tidak mungkin lagi menghindarkan diri dari
pengaruh peradaban global karena makin intensifnya
interaksi antar bangsa melalui berbagai media komunikasi
yang makin murah dan tersebar sampai pucuk-pucuk gunung.
• Imperialisme budaya.
GLOBALISASI DAN GLOBALISME
• Globalisasi
– Kemajuan IPTEK, khususnya teknologi informasi yang
didukung teknologi satelit, komunikasi dan komputer
adalah perkembangan evolutif yang tak bisa ditolak.
– Kemajuan teknologi informasi tersebut memang telah
mempercepat berbagai proses dalam kehidupan umat
manusia, menjadikan dunia menjadi semakin kecil
karena saling terhubung melalui jaringan komunikasi
satelit.
– Namun kemajuan Iptek yang tampak alamiah
tersebut telah diboncengi dengan paham yaitu
globalisme.
– Dalam kaitan inilah, proses globalisasi menimbulkan
pro dan kontra.
GLOBALISASI DAN GLOBALISME
• Globalisme
– Suatu faham yang ditengarai sebagai memaksakan
nilai-nilai barat seperti :
• Individualisme,
• Liberalisme perdagangan,
• Pasar-bebas,
• Demokrasi Liberal,
• HAM versi barat.
– Nilai-nilai Barat tersebut diproklamirkan sebagai
“nilai-nilai universal” yang harus dianut oleh seluruh
bangsa di dunia.
GLOBALISASI DAN GLOBALISME
• Kepentingan di balik Globalisme
– AS dan negara-negara barat terus berusaha mempertahankan
superioritas (Iptek, militer) dan kepentingan-kepentingannya
(ekonomi) melalui penyebaran dan penanaman nilai-nilai barat
tersebut memalui berbagai media yang memborbardir
masyarakat dunia.
– Nilai-nilai barat tersebut ditumbuhkan untuk menciptakan
kesadaran palsu pada bangsa-bangsa lain, seakan-akan nilai-
nilai barat yang disebutnya “universal” tersebut adalah
kepentingan masyarakat dunia.
– Dengan demikian, globalisme adalah ideologi yang mewakili
kepentingan AS dan sekutunya untuk mengintegrasikan
kekuatan ekonomi bangsa-bangsa lain ke dalam sistem
kapitalisme global yang didominasi oleh Amerika Serikat.
GLOBALISASI DAN GLOBALISME
• Instrumen pendukung Globalisme
– Memahami globalisme adalah sebuah ideologi yang bertujuan
untuk melakukan hegemoni politik, ekspansi ekonomi,
eksploitasi dan penguasaan SDA dunia, maka lembaga-lembaga
ekonomi, keuangan dan perdagangan dunia kemudian
dipandang sebagai instrumen pendukung globalisme.
• IMF
• WB
• WTO
– Itulah sebabnya apa yang oleh AS dan sekutunya diproklamirkan
sebagai “universalisme”, oleh dunia ketiga yang menjadi
korbannya diterjemahkan sebagai “neo-kolonialisme dan neo-
imperialisme” atau “Nekolim”.
KEPRIHATINAN DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA
DAN BERNEGARA PASCA
PEROMBAKAN UUD 1945
(ASLI)
GLOBALISME DAN HAM
• Pintu masuk - Indonesia
– Maraknya berbagai gerakan HAM yang dimotori berbagai LSM
lokal bersama agen demokrasi barat, yang bermakna sbb :
• Awalnya terlihat berpihak pada kemanusiaan.
• Berperan dalam mendobrak rezim otoriter.
– Dalang dan tujuan sebenarnya :
• Sosialisasi nilai-nilai barat
– Individualisme dan liberalisme
• Tetap dalam kendali agen demokrasi barat
– NDI, IRI, USAID
• Pergantian rezim – demokratisasi model barat
– Otoriter menjadi “Demokratis” model barat
• Liberalisme
– Demokrasi liberal
– Pasar-bebas
• Perombakan konstitusi
– UUD 1945 menjadi UUD 2002 (Hasil perombakan UUD 1945)
KEPRIHATINAN KITA BERSAMA
• Kehidupan berbangsa dan bernegara yang
mengacu pada UUD 2002 hasil perombakan UUD
1945 (Asli) :
– Kehilangan arah dan landasan pijaknya.
– Terombang-ambing diterjang arus derasnya tuntutan
pasar-bebas (Globalisme).
– Kebijakan-kebijakan yang ditempuh :
• Dirasakan semakin meninggalkan keberpihakan
terhadap kepentingan rakyat.
• Lebih berpihak pada kemauan para pelaku pasar-
bebas yang didominasi oleh kaum bermodal besar
dan penguasa-pengusaha.
KEPRIHATINAN KITA BERSAMA
• Kedaulatan Politik
– Tidak berwibawa dan cenderung dilecehkan.
– Tampak semakin lemah.
– Tidak berdaya di forum-forum internasional.
– Tunduk pada kepentingan asing.

• Menghadapi Resiko
– Gerakan separatisme.
– Federalisme (ingat H.J. van Mook).
– Disintegrasi bangsa.
DOKTRIN McArthur-Churchill
McArthur-Churchill
Doctrine Border

Lhok Seumawe

Exxon,
Mobil Oil Bontang

Malesian Region Mobil Oil,


BP
Tangguh,
Teluk Bintuni
Cepu Melanesian Region
Service
Center Exxon,
Mobil Oil

• Kepulauan nusantara dibagi menjadi 3 wilayah


• Black Gold Triangle – ujung-ujung segitiga adalah pusat cadangan mineral (Emas
Hitam), dan Bontang sisi segitiga.
• Black Gold Triangle adalah hasil eksplorasi satelit Palapa milik Indosat yang
pindah tangan ke Singapore Technology Telemedia, yang dibelakangnya berdiri
Vertex Management International (Yahudi).(*)

Sumber: (*) Indonesia News Net/Vol. I/3/2005


KEPRIHATINAN KITA BERSAMA
• Ketahanan Ekonomi Bangsa
– Ketergantungan pada luar negeri.
– Hutang negara dan swasta yang terus membengkak.
– Kebijakan liberalisasi di segala bidang dan sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
• Semuanya dibisniskan.
– Pasar-bebas (Neo-Liberalisme dalam Globalisme)
• Free fight competition.
• Yang besar menelan yang kecil.
• Ekonomi rakyat terpinggirkan.
– Privatisasi aset-aset negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak.
KEPRIHATINAN KITA BERSAMA
• Kepribadian dan Kebudayaan
– Stigma termasuk bangsa terkorup di dunia.
– Bermental kuli dan penjilat.
– Harkat dan martabat bangsa Indonesia tercerabut
dari akar budayanya sendiri.
– Kehilangan jati dirinya.
– Kehilangan orientasi nilai dalam bersikap dan
berperilaku.
– Terjadi krisis identitas dan ideologi nasional menuju
kehancuran bangsa.
• Salah Satu Penyebab
– Karena telah ditanggalkannya “Nation and Character
Building” sejak awal ORBA 1966.
APA SEBAB ?
• Beberapa Penyebab Utama :
– Tidak konsisten terhadap cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945.
– Tidak konsisten dalam memgemban Deklarasi
Kemerdekaan RI seperti yang tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945.
– Tidak konsisten dan tidak konsekuen dalam
menerima dan menjalankan Pancasila dalam praktek
hidup berbangsa dan bernegara.
– Pengkhianatan terhadap bangsa oleh para elite politik
bangsa sendiri.
– Kolonialisme dan Imperialisme dalam berbagai
macam bentuk dan manifestasinya yang selalu ingin
kembali menghisap kekayaan alam bumi Indonesia,
dan menindas rakyat Indonesia.
MASALAH-MASALAH AKTUAL
• Kepentingan Asing
– Geo-politik
– Geo-strategi
– Eksploitasi ekonomi dan SDA
• Kasus aktual :
– Penambangan di Papua (Irja)
– Penambangan di Sulut dan Sumbawa
– Eksplorasi Blok Cepu
• Berbagai Bencana
– Tsunami
– Gempa bumi
– Kecelakaan (Darat, Laut, Udara)
– Banjir dan tanah longsor
– Penyakit (Muntaber, Demam Berdarah, Flu Burung)
MASALAH-MASALAH AKTUAL
• Gejolak Massa - Demonstrasi
– Buruh
• Demo besar-besaran menolakan revisi UU No. 13/2003.
– Petani
• Kelangkaan pupuk dan kenaikan harga pupuk.
– Guru
• UU Guru dan Dosen.
• Status PNS dan kenaikan gaji guru dan dosen swasta.
– Kepala Desa
• Revisi UU No. 32/2004 dan PP N0. 72/2005.
– Pilkada
• Demo pro-kontra hasil pilkada.
– Pemberian visa 42 orang asal Papua (Irja)
• Demo menentang pemberian visa
• Demo kartun SBY
MASALAH-MASALAH AKTUAL
• Gejolak Massa - Demonstrasi
– Pornografi
• Pro-kontra Perda Anti-prostitusi
• Pro-Kontra RUU-APP
• Protes penerbitan majalah Playboy
– MIRAS
• Sweeping Miras
• Perusakan diskotik
– SARA
• Protes kartun Nabi Muhammad
– Demo Anti-Asing
• Sweeping warga negara Australia
• Demo anti-perusahaan asing
KONTRADIKSI POKOK

Nasionalisme
Globalisme
Kerakyatan

- Nilai-nilai dan budaya bangsa - Nilai-nilai dan budaya Barat.


- Pancasila dan UUD 1945 (asli) - Diandaikan sebagai hilangnya
- Penggalangan kekuatan batas-batas negara.
setujuan dalam tahap - Diandaikan luluhnya negara-
perjuangan Nasional negara bangsa.
Demokratis - Pasar-bebas
- Ada peran pemerintah. - Satu dunia yang terintegrasi
- Prinsip-prinsip kemerdekaan secara politik, ekonomi dan
(Trisakti) budaya dalam genggaman
- Sosio-Nasionalisme dan Sosio- kapitalisme internasional.
Demokrasi. - Neoliberalisme
- Demokrasi untuk - Hanya demokrasi politik saja,
kesejahteraan rakyat. menang-menangan.
LIBERALISME
• Paham Liberal dalam dirinya sendiri menolak ide tentang
redistribusi kekayaan sebagai tujuan.
– Semua bentuk subsidi untuk rakyat (sektor publik) harus dihapus.
• Paham Liberal menuntut bahwa distribusi kekayaan haruslah
sebagai hasil dari interaksi pasar dan di dalam pasar itu sendiri.
• Paham liberal menghendaki bahwa masyarakat dan Negara harus
tidak mempunyai tujuan yang tetap, tetapi proses (pasar) yang
harus menentukan tujuannya tesebut adalah sesuatu yang adil.
• Paham Liberal mendefinisikan dirinya sebagai “kebebasan”
(freedom) sehingga mereka tidak berpikir tentang diperlukannya
persetujuan untuk merombak suatu struktur masyarakat menjadi
masyarakat Liberal.
• Paham politik Liberal klasik menolak ide bahwa ada nilai-nilai
moral eksternal, malahan mereka megatakan bahwa yang ada
hanya opini.
• Mereka berpikir bahwa opini harus terekspresikan dalam publik,
dan opini tersebut dengan banyak cara diolah menjadi opini pasar
yang akan menyetujui kebenaran.
NEO-LIBERALISME
• Definisi Neoliberalisme adalah filsafat sbb:
– Neoliberalisme adalah filsafat di mana eksistensi dan operasi
pasar mengadung nilai (value) di dalamnya, terpisah sama
sekali hubungannya dengan produksi barang dan jasa, dan
tanpa menghiraukan pengaruhnya terhadap produksi barang
dan jasa, dan di mana operasi pasar atau struktur pasar
yang terjadi dilihat sebagai etika dalam pasar tersebut,
mampu berperan sebagai tuntunan bagi semua aktivitas
manusia, dan menggantikan pendirian serta nilai-nilai etis
yang sebelumnya ada.
NEO-LIBERALISME
• Hukum Pasar
– Melepaskan sebebas-bebasnya perusahaan nasional atau
perusahaan pribadi dari segala ikatannya dengan Negara
atau pemerintahan tanpa mempermasalahkan kerusakan
sosial yang diakibatkannya.
– Keterbukaan yang semakin luas pada investasi dan
perdagangan internasional.
– Semua dalam kesemuanya, kebebasan penuh pada
pergerakan modal, barang-barang produk dan jasa.
– Untuk meyakinkan bahwa hal ini baik untuk kita, mereka
mengatakan bahwa “pasar yang tidak diatur (oleh
pemerintah) adalah cara terbaik untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan
menguntungkan setiap orang”.
NEO-LIBERALISME
1. Hukum Pasar
2. Pemangkasan anggaran pelayanan publik/sosial.
3. Deregulasi dan restrukturisasi
• Perombakan peraturan-peraturan yang menghambat
mekanisme pasar-bebas.
4. Privatisasi
• Menjual BUMN yang bergerak disektor produk dan jasa
kepada perorangan berduit.
• Hal ini meliputi bank, industri strategis, pertambangan, kereta
api, penerbangan, jalan tol, PLN, sekolah, rumah sakit, air
bersih, dll.
5. Penghilangan konsep layanan masyarakat
• Konsep seperti “The Public Good” atau “Community” diganti
dengan tanggung jawab individu.
PASCA PEROMBAKAN UUD 1945 (Asli)

DPD
HIKMAT
KEBIJAKSANAAN
UTUSAN UTUSAN (GBHN)
DAERAH GOLONGAN
MPR
PRESIDEN/
DPR
Aspirasi Kewilayahan

MANDATARIS

Aspirasi Golongan
Aspirasi Politik
Hak

Fungsional
(Pemilu) Prerogatif
Presiden
PARTAI-PARTAI POLITIK

WILAYAH POLITIK FUNGSI/BIDANG Mengemban amanat


rakyat dengan
ASPIRASI RAKYAT - AMPERA menjalankan
• Interaksi melahirkan • Partisipasi menyusun Pemerintahan Negara
pemimpin/wakil RAKYAT hikmat kebijaksanaan (Kekuasaan Esekutif)
STRUKTUR KETATANEGARAAN UUD 1945 (ASLI)

Jiwa dan Pandangan Hidup Bangsa


PANCASILA

Pembukaan UUD 1945

UUD 1945

MPR = Penjelmaan
seluruh rakyat
MPR (Locus of Power)

BPK DPR Presiden DPA MA


STRUKTUR KETATANEGARAAN UUD 2002
(PASCA PEROMBAKAN UUD 1945 ASLI)

Jiwa dan Pandangan Hidup Bangsa


PANCASILA ?
BUKAN
n LAGI
g i r” HN la
l we GB erja
a SATU
a o i Pembukaan UUD 1945 ?
ad of P lag ng b KESATUAN
k i
ida cus ada as diri ?????
T
• “Lo dak ng-msen
Ti asi diri- UUD 2002 ?
• M n
• Se

Presiden KEKUASAAN
BPK MPR Wakil Presiden KEHAKIMAN
DPR DPD MK MA KY
MK : Mahkamah Konstitusi ; MA : Mahkamah Agung ; KY : Komisi Yudisial
SETELAH PEROMBAKAN UUD 1945 (Asli)
RAKYATNYA DI MANA ?
KEDAULATAN KEDAULATAN
PASAR-BEBAS ? RAKYAT

KEBIJAKAN PASAR LIBERAL


• Selama tak ada kesadaran
politik rakyat, jangan harap ada
LEGISLATIF EKSEKUTIF kedaulatan rakyat.
• Tanpa kesadaran politik, rakyat
hanya obyek demokrasi,
PEMILU BUKAN subyek demokrasi.
• Pendidikan politik rakyat mutlak
diperlukan.
• Tugas utama partai politik,
KADER
pendidikan politik rakyat.

? PEBISNIS PARTAI POLITIK


MASSA RAKYAT
Rakyat terpinggirkan meskipun punya hak nyoblos yang secara teknis demokratis.
PEMILU – RAKYAT SEBAGAI OBYEK
KEUNTUNGAN KEUNTUNGAN PENDERITAAN
PEBISNIS PRIBADI PEJABAT RAKYAT !!!

Program Bisnis KEDUDUKAN Program Rakyat ?


YES ! (Jabatan) NO !
Kebijakan Kebijakan Kenyataan

PEMILU KECEWA !!!


(Ajang Bisnis) Harapan

Para Calon Komunikasi Massa Masyarakat


(Eksekutif/Legislatif) (Kampanye) Pemilih
IKLAN PEMILU
(Kampanye) • Rakyat tergiring oleh kampanye
PEBISNIS dan iklan serta politik uang.
• Terjadi karena tak punya
• Pebisnis mengeluarkan banyak uang untuk mendanai kesadaran politik.
kampanye calon, iklan dan politik uang.
• Tanpa kesadaran politik, iklan akan
• Mengharapkan kebijakan berpihak kepada bisnis untuk menjerumuskan masyarakat.
pengembalikan modal dan meraup keuntungan.
• Pendidikan politik mutlak perlu.
PEMILU – RAKYAT SEBAGAI SUBYEK
KEUNTUNGAN BERJUANG BERPIHAK
PEBISNIS BERSAMA RAKYAT RAKYAT !!!

Program Bisnis KEDUDUKAN Program Rakyat ?


NO ! (Jabatan) YES !
Kebijakan Kebijakan Kenyataan

PEMILU Mendukung !!!


(Demokrasi) Harapan

Para Calon Komunikasi Massa Masyarakat


(Eksekutif/Legislatif) (Kampanye) Pemilih
IKLAN PEMILU
(Kampanye)
KADER RAKYAT
• AJANG SOSIALISASI
PROGRAM RAKYAT

Basis Masyarakat Pemilih, RAKYAT BERKESADARAN POLITIK


(PARPOL, ORMAS, Golongan Fungsional)
MENGHADAPI TANTANGAN
DALAM KEHIDUPAN
BERBANGSA DAN
BERNEGARA
KEMENANGAN IDEOLOGIS NEO-LIBERALISME
• Perombakan terhadap UUD 1945 (Asli)
– Aksi reaktif akibat dari situasi represif di bawah rezim ORBA.
– Proses demokratisasi yang dikendalikan oleh agen-agen
demokrasi barat.
– Disemangati oleh paham individualisme dan liberalisme menuju
kehidupan demokrasi liberal yang dipersyaratkan untuk menuju
pasar-bebas.
– Demokrasi sekedar demokrasi politik yang hanya menang-
menangan, bukan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
– Rakyat hanya bebas dalam mencoblos, setelah itu ditinggalkan
karena pemerintahan tanpa GBHN.
– Upaya mengganti ROH dari UUD 1945 (Asli).
– Reformasi bukan kemenangan rakyat, tetapi kemenangan
ideologis neo-liberalisme dalam pusaran arus globalisme.
KEGAGALAN DEMOKRASI NEOLIB
UUD 2002
UUD 1945 Demokratisasi (Model Barat) (Hasil
(Asli) (Perombakan sendi kehidupan NKRI)
Perombakan)

• Diselewengkan • Tak ada locus of power.


ORBA melalui • Tak ada GBHN.
celah-celah GAGAL • Demokrasi liberal.
hukumnya. (Demokrasi prosedural, • Sekedar demokrasi politik,
• Diplintir menjadi BUKAN substansial, BUKAN untuk demokrasi
executive heavy . sekedar nyoblos langsung) politik + demokrasi ekonomi.
• Legislative heavy.
• Berjalan sendiri-sendiri.
Kubu Neo-Liberalisme
• Kedaulatan NKRI semakin lemah/rapuh
(Timtim, Aceh, Papua, Ambon, Poso).
• Semakin tereksploitasi secara ekonomi.
• Imperialisme budaya. • Menyimpang dari
• Pasar-bebas, berpihak pada yang kuat. Pembukaan UUD 1945.
• Bahaya disintegrasi bangsa dan negara.
• Mengkhianati cita-cita perjuangan Kubu NKRI dan Proklamasi
kemerdekaan RI. Kemerdekaan 17-08-1945
MENSIKAPI GLOBALISASI
• Landasan
– Proklamasi 17 Agustus 1945
– Deklarasi Kemerdekaan (Pembukaan UUD 1945)
• Untuk apa berjuang mencapai Indonesia Merdeka ?
• Untuk apa mendirikan negara bangsa ?
• Raison d’etre NKRI
– Pancasila sebagai
– UUD 1945 (Asli)
• Penjabaran Deklarasi Kemerdekaan.
• Keberpihakan terhadap rakyat, bangsa dan negara.
– Trisakti
• Prinsip-prinsip kemerdekaan harus sejauh mungkin dijalan
dalam praksis kehidupan berbangsa dan bernegara.
– Nation and Character Building
• Pengaruh negatip dari globalisme harus disikapi dengan
strategi kebudayaan.
MENSIKAPI GLOBALISASI
• Permasalahan
– Globalisasi perlu dibedakan dengan Globalisme.
– Nasionalisme tidak berarti secara buta anti semuanya yang
berbau asing atau menolak kerjasama dengan asing.
– Membutuhkan modal asing tidak berarti :
• Menerima kapitalisme dan liberalisme.
• Tunduk pada syarat-syarat yang mematikan.
• Menghancurkan ekonomi rakyat.
– Untuk apa dan untuk siapa modal asing tersebut dibutuhkan ?
– Komitmen dan kebijakan yang berpihak pada kepentingan
mayoritas rakyat.
– Menumbuhkan kepercayaan diri dan kemampuan diri bangsa.
– Penegakkan hukum, pemberantasan KKN.
– Moralitas dan mentalitas bangsa.
– Berdemokrasi tidak berarti menerima paham demokrasi liberal.
ANCAMAN DAN TANTANGAN
Negara-negara US Values WTO, WB,
Industri Maju IMF, ADB

NKRI

POLITIK EKONOMI BUDAYA

• Perombakan UUD 1945 • Deregulasi Semua Sektor • Budaya Massal - Iklan


• Demokrasi Liberal • Pivatisasi Aset Negara • Komsumerisme
• Sistim Multi Partai • Liberalisasi Pasar • Gaya Hidup Liberal
• Kemerosotan Kedaulatan • Penguasaan Sektor • Penghancuran Jatidiri
Politik - Tunduk pada Asing Strategis dan SDA oleh Bangsa (Nasionalisme)
• Rentan Konflik kepentingan pihak Asing • Individualistik

Bangsa tak Beradulat Bangsa tereksploitasi Bangsa Rapuh

Bangsa KULI dan KULI diantara bangsa-bangsa


(Terjadi karena NCB dan TRISAKTI ditanggalkan)
PLATFORM PERJUANGAN
• Kembali ke “Sumber”
saat kebingungan dan
Guide to Action
kehilangan pegangan
MARHAENISME
(Ajaran Bung Karno Guide for Action
secara keseluruhan)
Guide of Action

Gerakan
Organisasi Platform Perjuangan Kaum Marhaen
dan Marhaenis
Seazas
Evaluasi

PROGRAM
AGENDA Output
PERJUANGAN
Konsolidasi AKSI
CARANYA ?
• Melawan bentuk-bentuk penindasan.
• Mengembalikan arah perjuangan bangsa sesuai GERAKAN
dengan cita-cita kemerdekaan NKRI, 17/08/1945.

Ideologi

Eksistensi
Konsolidasi Organisasi
Organisasi

Kader
MENCARI SOLUSI
Lantas
Bagaimana ?

Masalah Intern Ancaman Nekolim Peluang


Berat Tinggi Tetap Ada
• Neo-liberalisme
• Globalisme

Kembali ke Cita-Cita
PROKLAMASI KEMERDEKAAN
• Persatuan dan
17 AGUSTUS 1945
kesatuan
• Konsolidasi
kekuatan Pancasila,
• Ideologi
Pembukaan UUD 1945,
UUD 1945 (Asli)
RELAKAHKAH KITA UNTUK BERJUANG ?
• Dengan meyakini kebenaran Pancasila yang digali oleh Bung Karno
dari akar budaya bangsa dan kondisi sosio-kultural bangsa Indonesia
sendiri, seharusnya Indonesia menjadi suatu bangsa yang
mempunyai arah ke depan yang jelas, dengan kepercayaan diri yang
kuat dan jatidiri yang utuh.
• Dengan memahami bahwa Proklamasi Kemerdekaan 17/08/1945,
Deklarasi Kemerdekaan (Pembukaan UUD 1945) dan UUD 1945
(Asli) sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan, seharusnya kita
mampu dan bisa mengatasi segala tantangan yang ada.
• Ini adalah masalah komitmen, konsistensi dan kesanggupan serta
ketulusan untuk menanggung konsekuensi perjuangan sebuah
bangsa.
• Dan perjuangan ini adalah tanggung jawab kita semua sebagai
bangsa, yang telah diproklamasikan kemerdekaannya oleh Soekarno
dan Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Demikian pengantar diskusi

“Membangun Kader Nasionalis Pengamal Pancasila


dan UUD 1945 (Asli)”

MARHAENISME, PANCASILA 1 JUNI 1945


DAN SOSIALISME (INDONESIA)
Dalam rangka :
Pendidikan Guru Kader Nasional

Yang diselenggarakan oleh :


DPP Pemuda Demokrat Indonesia

MERDEKA !!!
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai