- Imperialisme
- Fase tertinggi dari Kapitalisme (the Highest Stage of Capitalism).
- Modernisasi
- Modernisasi dilakukan melalui pembangunan sarana dan
prasarana fisik untuk memperlancar proses eksploitasi ekonomi.
PERLAWANAN RAKYAT
• Zelfbesturen
– Wilayah di mana pemerintah Hindia-Belanda mengijinkan elite
lokal (Raja-raja kecil, sultan) untuk mengatur urusan intern di
wilayahnya.
– Kesultanan lokal tidak mempunyai kekuasaan di luar wilayahnya,
dan umumnya tidak memiliki yurisdiksi untuk mengatur orang-
orang Eropa dan etnis Cina yang berada di wilayahnya.
– Menumbuhkan feodalisme, daerahisme dan politik pecah-belah.
– Rakyat membayar upeti kepada raja/sultan
MODAL
PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA MENUJU
INDONESIA MERDEKA
MODAL PERJUANGAN
• Modal perjuangan bangsa Indonesia mencapai Indonesia
Merdeka
– Pernah mengalami kejayaan
• Jaman Majapahit dan Sriwijaya (National state).
• Punya nilai-nilai sosio-kultural.
• Punya peradaban.
• Punya sistem-sistem sosial.
– Bangsa religius – theis
• Punya landasan keyakinan.
• Punya arah dalam menjalani hidup dan kehidupan.
– Negeri yang kaya dan strategis
• Kaya Sumber Daya Alam (SDA).
• Jumlah rakyatnya banyak.
• Posisi geo-politik yang penting dan strategis.
MODAL PERJUANGAN
• Modal perjuangan bangsa Indonesia mencapai Indonesia Merdeka
– Pernah lama dijajah.
• Punya tradisi melawan penindasan.
• Paham bentuk-bentuk penjajahan dan penindasan.
• Punya semangat anti-sistem penindasan.
• Punya ideologi perlawanan (Marhaenisme) terhadap ideologi-
ideologi yang menindas.
• Punya pengalaman berjuang mengusir penjajahan dan penindasan.
– Kesadaran berbangsa serta semangat persatuan dan kesatuan.
• Deklarasi Kebangsaan (Sumpah Pemuda, 28/10/1928) lahir
mendahului Proklamasi Kemerdekaan 17/8/1945 dan Deklarasi
Kemerdekaan (Pembukaan UUD 1945-Asli).
• Sumpah yang disertai tekad untuk mewujudkan satu tanah air, satu
bangsa dan satu bahasa.
• Bhinneka Tunggal Ika, Sang Saka Merah Putih, Lagu kebangsaan
Indonesia Raya.
MODAL PERJUANGAN
• Modal perjuangan bangsa Indonesia mencapai Indonesia
Merdeka
– Ideologi perjuangan untuk membela kaum tertindas.
• Setiap perjuangan membutuhkan faham atau ideologi.
• Nasionalisme Indonesia pernah berhasil mengusir
kolonialisme dan imperialisme dan menghasilkan
kemerdekaan Indonesia.
– Pemikiran Bung Karno menyodorkan faham :
• Marhaenisme
– Sosio-Nasionalisme
» Nasionalisme yang berperi-kemanusiaan.
– Sosio-Demokrasi
» Demokrasi sejati yang mencari keberesan politik dan
keberesan ekonomi yang berke-Tuhan-an YME.
MARHAENISME - MODAL PERJUANGAN
• Dasar atau Pegangan.
AZAS • Pengangan hidup yang menentukan sikap, cara
menyusun masyarakat dan pergaulan hidup.
• Dipertahankan terus sepanjang hayat dikandung badan.
• Marhaenisme.
Sumber : Sukarno, Ir., Azas-Azas Perjuangan-Taktik, (Fikifan Rakyat 1933), dalam Di bawah Bendera Revolusi, Jilid
Pertama, 1964, hal. 249-251.
MARHAENISME - MODAL PERJUANGAN
• MARHAENISME SEBAGAI AJARAN PERJUANGAN
– Marhaenisme sebagai ajaran perjuangan mensyaratkan
perlunya ideologi dan organisasi yang teratur serta kader,
sehingga dengan demikian Marhaenisme merupakan:
• Guide to Action - Ideologi
– Tuntunan dan pedoman terhadap perjuangan
• Guide for Action - Organisasi
– Tuntunan dan pedoman untuk melaksanakan
perjuangan
• Guide of Action - Kader
– Tuntunan dan pedoman untuk bagaimana
pelaksanaan perjuangan.
MARHAENISME - MODAL PERJUANGAN
Guide to Action
(Ideologi)
MARHAENISME
Sosio-Nasionalisme,
Sosio-Demokrasi,
Ke-Tuhan-an YME
Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “LLembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 315.
1908 to 1945
Nationalism Movement
Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “LLembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 247.
KAPITALISME DAN IMPERIALISM
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
• Imperialisme
– Nafsu, sistim untuk menguasai atau mempengaruhi ekonomi
bangsa lain.
• Sistim merajai atau mengendalikan ekonomi atau negeri
bangsa lain. (*)
• Imperialisme membuahkan penjajahan ekonomi.
• Imperialisme-modern itu adalah anak kapitalisme-modern.
– Imperialisme
• Suatu faham, suatu pengertian.
• Ia tak usah dijalankan dengan pedang atau bedil atau
meriam atau kapal perang, tak usah berupa “penguasaan
negeri daerah dengan kekerasan senjata”, ……………….,
tetapi ia bisa juga berjalan hanya dengan “putar lidah” atau
cara “halus-halusan” saja, bisa juga berjalan dengan cara
“penetration pacifique”. (*)
– Imperialism, the Highest Stage of Capitalism.
Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 248.
EMPAT SIFAT IMPERIALISME MODERN
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
• Pertama :
– Indonesia tetap menjadi negeri pengambilan bekal hidup (hasil-
hasil pertanian).
• Kedua :
– Indonesia menjadi negeri pengambilan bekal-bekal (bahan baku
indutri) untuk pabrik-pabrik di Eropah.
– Di era sekarang ini Indonesia menjadi sumber bahan mentah,
bagi industri negeri-negeri yang maju.
• Ketiga:
– Indonesia menjadi negeri pemasaran penjualan barang-barang
hasil dari macam-macam industri asing.
• Keempat :
– Indonesia menjadi lapangan usaha bagi modal yang ratusan,
ribuan-jutaan gulden jumlahnya dengan memanfaatkan buruh
murah.
Terutama "shakti" yang keempat inilah, yakni "shakti" yang
membikin Indonesia menjadi daerah exploitasi dari kapital-lebih
asing, menjadi lapangan usaha bagi modal-modal kelebihan dari
negeri-negeri asing, adalah yang paling hebat dan makin lama
makin bertambah hebatnya!
Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 269.
IMPERIALISME BERSIFAT GLOBAL
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 269.
IMPERIALISME MODERN
• Imperialisme Modern adalah anak Kapitalisme Modern
– Pieter Jelles Troelstra
• Imperialisme adalah kejadian , bahwa kapital besar sesuatu
negeri yang sebagian besar dikuasai bank-bank,
mempergunakan politik luar negeri dari negeri itu untuk
kepentingannya sendiri.
• Mencari pasar diluar batas negeri sendiri.
• Penanaman modal ke luar negeri dengan untung besar.
– H.N. Brailsford
• Kekayaan adalah kesempatan menanamkan modal dengan
keuntungan luar bisa.
• Memburu konsesi-konsesi di luar negeri dan membuka
kekayaan-kekayaan terpendam.
– Otto Bauer
• Politik meluaskan daerah untuk lapangan penanaman modal
dan pasar penjualan.
Sumber : H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 250.
PERSAINGAN TAJAM KAPITALISME GLOBAL
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
• Akibat dari persaingan :
– Politik proteksi dengan cepat menjadi pegangan. (*)
– Kemungkinan penjualan di negeri sendiri terbatas, timbulah
kemustian mencari pasar di luar batas negeri sendiri. (*)
– Caranya indutri besar mengatur kesukaran ini dengan tidak
mengurangi untungnya ialah: meninggikan harga di pasar dalam
negeri yang dilindungi dan menjalanlan taktik dumping di luar
negeri (yakni menjual barang-barang dengan harga yang lebih
murah dari harga biasa di situ). (*)
– Politik “perlindungan agresif” ini saja sudah membikin tambah
panasnya perhubungan internasional. Disamping itu dengan
cepat bertambah subur Bank-bank yang besar, kapitalnya
tambah besar dan industri dan perdagangan dalam negeri tidak
cukup lagi untuk menanamkan kapital itu. (*)
– Akibatnya mengalirlah kapital itu ke luar, istimewa ke negeri-
negeri yang belum maju ekonominya dan miskin akan modal.
(*)
Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 249.
IMPERIALISME
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
Modal +
Teknologi + Perangkat untuk penindasan
Angkatan Perang
Sumber : Lihat uraian dalam Sukarno, Ir., Sarinah (1947), Panitia Penerbit Buku-Buku Karangan Presiden Sukarno,
Cetakan Ketiga, 1963, hal. 274-275.
KAPITALISME MENDUNIA
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
Sumber : (*) Sukarno, Ir., Sarinah (1947), Panitia Penerbit Buku-Buku Karangan Presiden Sukarno, Cetakan Ketiga,
1963, hal. 275.
WATAK DASAR KAPITALISME DAN IMPERIALISME
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
• Watak dasar kapitalisme dan imperialisme tak pernah
berubah :
– Dengan menganalisis paparan di atas, kita akan segera melihat
perspektif pemikiran ekonomi-politik Sukarno dalam melihat
perkembangan kapitalisme menuju imperialisme dan
imperialisme-modern.
– Dengan melihat korban pemelaratan rakyat di Indonesia yang
diakibatkan oleh struktur-struktur yang menghisap dalam sistim
imperialisme-modern, perspektif pemikiran Sukarno sebenarnya
telah jauh menembus ruang dan waktu, yang relevansinya masih
sangat kuat kita rasakan hari ini dalam kaitannya dengan
Globalisasi yang dituduh sebagai perkembangan lebih lanjut dari
imperialisme-modern yang watak dasarnya tidak berubah.
– Pembentukan pasar-bebas, blok-blok perdagangan dan kawasan
perdagangan bebas yang dituntut oleh Globalisasi, peran dominan
dari WB, IMF, WTO adalah fenomena dengan watak imperialisme-
modern yang digambarkan Sukarno tahun 1930-an.
NASIONALISME EKONOMI NEGARA MAJU
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
Sumber : (*) Sukarno, Ir., Sarinah (1947), Panitia Penerbit Buku-Buku Karangan Presiden Sukarno, Cetakan Ketiga,
1963, hal. 277.
PERGERAKAN RAKYAT
(Relevansi Pemikiran Bung Karno di Era Globalisasi)
• Bikinan kesengsaraan rakyat :
– Pergerakan rakyat adalah bikinan kesengsaraan rakyat, pengaruh kami
di atas rakyat adalah pula bikinan kesengsaraan rakyat. (*)
– Matahari bukan terbit karena ayam jantan berkokok, tetapi ayam jantan
berkokok karena matahari terbit. Pergerakan bumi-putera tidak bisa
didorong kebelakang, bahkan tidak bisa dihentikan oleh kebijaksanaan
pemerintah yang reaksioner. (*)
– Pergerakan itu tumbuh terus dan tidak usah diragu-ragukan, bahwa ia
akan mencapai cita-citanya, yakni kemerdekaan penduduk Hindia-
Belanda (Indonesia, red) dari penjajahan asing.
– Seluruh dunia yang tulus hati mengertilah, bahwa pergerakan ini ialah
antitese imperialisme yang terbikin oleh imperialisme sendiri. Bukan
bikinan penghasut, bukan bikinan “opruiers” (penghasut), bukan
bikinan “raadraaiers”, bukan bikinan “ophitsers” (penghasut) -
pergerakan ini adalah bikinan kesengsaraan dan kemelaratan rakyat.
– Imperialisme itulah penghasut yang besar, imperialisme itulah penjahat
besar yang menyuruh berontak, karena itu bawalah imperialisme itu ke
depan polisi dan hakim. (*)
Sumber : (*) H.A. Notosoetardjo dalam Bung Karno Dihadapan Pengadilan Kolonial (1930), Penerbit Bersama, “Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia”, Endang dan Pemuda, Jakarta, 1963, hal. 284-286.
MENUJU REVOLUSI Revolusi
17 AGUSTUS 1945 17-08-1945
Indonesia Menggugat,
Sumpah Pemuda
n
Bung Karno diadili, 1930
ka
28-10-1928 BPUPKI,
ra
Partindo, 1931 PPKI,
ob
Res 1945
ik ik
Polit
nd
Partai Nasional Indonesia o Pe
rjua
Pe
04-07-1927 n ga Putera, 1943
n
ka Parindra, 1935 n
Nahdatul Ulama, 1926 Jepang Masuk
di
PPKI, (Katolik) 1923
di
08-03-1942
Pe
Indische Party
ga
Muhammadiyah, 18-11-1912
rB
20-05-1908
Sa
SUMPAH PEMUDA – DEKLARASI KEBANGSAAN
SUMPAH
KESATUAN Penghidupan berkeadilan sosial,
Konsekuensi penghidupan dan kehidupan
Sosial gotong-royong.
u m p ah ,
p a d as
t i ak e tr ia .
S e ksa
•
l a h sif a t
s u m p ah ,
itu e p ad a ep ada
SUMPAH PEMUDA a k ia k
• Seti ti juga set
- Satu Tanah Air
berar uensinya.
- Satu Bangsa k
- Satu Bahasa konse
Sumber : Amanat Bung Karno tentang Sumpah Pemuda, dalam “Bung Karno Bukan PKI”, Generasi Penerus Pembela
Tanah Air, 2001, hal. 35.
MEMAHAMI
AJARAN
BUNG KARNO
MEMAHAMI AJARAN BUNG KARNO
• Setidaknya diperlukan 3 syarat untuk dapat
memahami Ajaran Bung Karno, :
1. Memahami alur pikiran Bung Karno.
2. Memahami situasi dan kondisi Indonesia, dalam
konteks persoalan bangsa dan negara.
3. Menangkap makna hakiki untuk apa “Ajaran”
tersebut dilahirkan.
MEMAHAMI AJARAN BUNG KARNO
Ra
Dialektis
ris
sio
pi
na
Em
lit
as
Se
n
ki
nsin
in
Th
g
Budi Lintas persoalan,
Progresif, Radikal dan
Revolusioner Nurani terpadu dan integrated,
Manusia Konsistensi, Koherensi
Be
g
in
lie
el
v
Fe
in
a n
g
kin
In
ya
tu
Illahiyah, Kemanusiaan,
Ke
tifi
Korespondensi,
Dialogis, Interaksi
BUNG KARNO DARI SUDUT PANDANG SOSIOLOGI
• Dari sudut pandang sosiologi, Bung Karno nampaknya
banyak menggunakan dua metoda analisis sosiologi
yaitu metoda kwalitatif dan metoda kwantitatif.
• Dari metoda kwalitatif dipilihnya metoda historis-
komparatif, sedangkan dari metoda kwantitatif
digunakannya metoda analisis sosiologi berdasarkan
data dan fakta.
• Metoda-metoda tersebut dipakai oleh Bung Karno untuk
menampilkan kondisi obyektif dari struktur sosial dan
proses-proses sosial yang terjadi pada masyarakat
Indonesia, dan kemudian mepermasalahkan kondisi
obyektif tersebut dengan melibatkan seluruh rakyat.
BUNG KARNO DARI SUDUT PANDANG
ANTROPOLOGI
• Di dalam menggunakan metoda analisis sosiologi
tersebut, bersamaan dengan itu Bung Karno juga
menggunanakan Antropologi dalam mencermati
perkembangan dan perubahan masyarakat, terutama
sekali masyarakat-masyarakat di negari-negari jajahan.
• Bidang Antropologi yang secara spesifik banyak dipakai
oleh Bung Karno adalah
– Antropologi Budaya,
– Etnografi dan
– Antropologi Linguistik.
BUNG KARNO DAN PIKIRAN INTUITIF
• Bung Karno juga diidentifikasikan sebagai seorang yang
mempunyai pikiran intuitif yang tajam.
• Pikiran intuitif dimaksudkan sebagai kemampuan untuk
merelasikan suatu skema aktivitas yang dihadirkan
secara batiniah dengan pengamatan-pengamatan
mengenai obyek-obyek dan dengan demikian
membangun suatu gambaran yang terpusatkan
(terkonsentrasi) pada relasi itu.
• Gambaran itu dapat dianggap merupakan semacam
percobaan yang diadakan dalam angan-angan.
• Bung Karno juga mencoba merekontruksikan realitas
dalam alam pikiran.
• Pikiran-pikiran politik dan ideologis Bung Karno sarat
dengan nuansa sosial yaitu kehidupan bersama rakyat
Indonesia dengan sesamanya dan kehidupan sesama
umat manusia di muka bumi ini.
BUNG KARNO DAN MARXISME
• Bung Karno
– Bung Karno adalah orang yang theis, percaya kepada Tuhan YME.
– Bung Karno menolak filsafat materialisme.
– Bung karno hanya meminjam salah satu ajaran Karl Marx, yaitu
Materialisme Sejarah dan digunakannya sebagai alat analisis atau
pisau analisa.
• Marxisme – Metoda Ilmiah
– Lagi pula ach, - apakah Marxisme itu ?
– Orang mengatakan Marxisme adalah seolah-olah "satu agama
tersendiri", orang mengatakan dia satu ”star systeem” pula, orang
malah mengatakan dia semacam satu hocus-pocus yang dikira
bisa dipakai buat menyelami semua dalam-dalamnya roch dan
jiwa, - padahal dia hanyalah satu metode saja untuk memecahkan
soal-soal ekonomi, sejarah, politik dan kemasyarakatan, satu ilmu
perjuangan di dalam hal ekonomi, politik, kemasyarakatan. (*)
– Sesuatu metode berpikir dan sesuatu metode perjuangan tidak
musti harus bertentangan dengan sesuatu agama, apalagi kalau
agama itu adalah satu agama rasionil seperti yang saya visikan itu.
(*)
Sumber : (*) Lihat Menjadi Pembantu “Pemandangan”, 1941, dalam Sukarno, Ir., DBR, Jilid Pertama, 1963, hal. 512.
MEMAHAMI JIWA BUNG KARNO
• KEUTUHAN JIWA BUNG KARNO
– Keutuhan jiwa Bung Karno adalah cerminan jiwa manusia
yang sangat sadar akan hakikat dirinya dalam berbagai
kancah perjuangan bangsanya.
– Saya mencintai Sosialisme karena saya mencintai Islam,
• Saya mencintai Sosialisme dan berjuang untuk
Sosialisme itu,
• Malahan sebagai salah satu ibadah kepada Allah.
– Kredo: Jiwa Bung Karno
• Di dalam cita-cita sosialku, aku ini Sosialis,
• Di dalam cita-cita politikku, aku ini Nasionalis,
• Di dalam Cita-cita sukmaku, aku ini sama sekali Theis,
sama sekali mengabdi kepada Tuhan.
HUKUM DAN MORAL
SITUASI DAN KONDISI INDONESIA
• Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tertindas oleh
Sistim Feodalisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan
Imperialisme.
• Bangsa Indonesia adalah bangsa yang pluralistik,
baik dalam kesukuan, agama, budaya, tingkat sosial-
ekonomi maupun lingkungan.
• Indonesia kaya dengan keanekaragaman Sumber
Daya Alami (Hayati dan Non-Hayati)
• Indonesia berada dalam posisi Geopilitik-Strategis, di
antara dua benua dan berbagai kepentingan politik-
ekonomi dunia.
SITUASI DAN KONDISI INDONESIA
Tertindas oleh :
Feodalisme,
Kapitalisme,
Kolonialisme,
! suku, agama,
sosial-budaya,
sosial-ekonomi,
Pluralistik dalam
Imperialisme lingkungan
INDONESIA
Posisi
Sumber: Mohammad Hatta, Memoir, Reprint oleh Yayasan Hatta, 2002, hal. 435.
DASAR FALSAFAH dan Weltanschauung
• Dasar Falsafah (Philosofische Grondslag)
– Filsafat yang berada pada wilayah ilmu pengetahuan,
membicarakan teori-teori filsafat yang tidak langsung berkaitan
dengan sikap hidup.
– Titik beratnya adalah pemahaman dan keyakinan akan kebenaran.
• Weltanschauung
– Dalil-dalil filsafat yang berada pada wilayah praktek hidup,
berdekatan dengan sikap hidup dan berupaya mengatasi
persoalan dan tantangan hidup.
– Titik berat Weltanschauung adalah praksis.
– Fungsi De Mensch, manusia ! Tidak ada satu Weltanschauung
dapat menjadi kenyataan, menjadi realiteit, jika tidak dengan
perjuangan.
– Pada suku-suku primitif terdapat juga Weltanschauung meskipun
tanpa rumusan filsafat.
• Philosofische Grondslag = 5x ; Weltanschauung = 33x
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
• Pancasila dalam pidato 1 Juni 1945 (*)
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme, - atau Peri-kemanusiaan
3. Mufakat, - atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan YME
• Urutan sila-sila
– Sukarno sebagai ideolog, praktisi lapangan dan tokoh politik sentral
dalam gerakan menuju Indonesia merdeka kelihatannya lebih
memandang relevansi dan urgensi dari masing-masing sila tersebut
untuk menjawab tantangan nyata yang dihadapi bangsa Indonesia
saat itu.
– Ketuhanan YME pada urutan kelima tidak dalam arti bahwa sila
Ketuhanan YME kurang penting dibanding keempat sila yang lainnya,
tetapi justru Sukarno ingin menunjukkan bahwa keempat sila tersebut
tidak akan mungkin dapat dilaksanakan jikalau tidak didasarkan pada
sila Ketuhanan YME, yang cakupannya paling luas dibandingkan
dengan keempat sila lainnya.
Sumber: (*) Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PANCASILA
PIDATO BUNG KARNO, 1 JUNI 1945
• Philosofische Grondslag
– Fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-
dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-
dalamnya untuk di atasnya didirikan
gedung Indonesia merdeka yang kekal
dan abadi.
• Weltanschauung
– Berjuang mendirikan nationale staat
untuk mewujudkan Pancasila.
• Merdeka
– Merdeka adalah political independence, politieke onafhankelijkheid
yang merupakan Jembatan Emas.
• Merdeka sekarang juga
– Syarat merdeka adalah bumi, rakyat dan pemerintah, kemudian
ada pengakuan dari salah satu negara yang sudah merdeka.
– Tinggalkan untuk sementara verschrikkelijk zwaarwichtig (urusan
kecil-kecil yang ”njlimet”).
Sumber: (*) Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
RUMUSAN PANCASILA DAN
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
• Rumusan Pancasila yang kita kenal sekarang
– Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaaan dalam
persyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
– Pidato 1 Juni 1945
Rumusan dan substansi Pancasila di atas tak bisa dilepaskan
dari pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 di depan Sidang
BPUPKI (diketuai oleh Radjiman Wediodiningrat), yang
kemudian dikenal dengan lahirnya Pancasila.
Substansi Pancasila tersebut adalah kristalisasi dari
pemikiran-pemikiran Bung Karno yang digali sejak usia
mudanya, yang menjadi masukan penting utama dalam
perumusan Dasar Negara Republik Indonesia.
Menurut Hatta: “Hanya Soekarno yang menjawab
pertanyaan ketua Radjiman Wediodiningrat”.(*)
Sumber: Mohammad Hatta, Memoir, Reprint oleh Yayasan Hatta, 2002, hal. 435.
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
DAN MARHAENISME
• Pidato 1 Juni 1945
– Pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 tersebut menyebut sbb:
….. Saudara-saudara, apakah prinsip kelima? Saya telah
mengemukakan 4 prinsip:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme, - atau peri-kemanusiaan
3. Mufakat, - atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
Prinsip yang kelima hendaknya : Menyusun Indonesia
Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.(*)
….. Berpuluh-puluh tahun sudah saya pikirkan dia, ialah
dasar-dasarnya Indonesia Merdeka. Weltancshauung kita.
Dua dasar yang pertama, kebangsaan dan internasionalisme,
kebangsaan dan peri-kemanusiaan, saya peras menjadi satu.
Inilah yang dulu saya namakan sosio-nasionalisme.(*)
Sumber: (*) Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
DAN MARHAENISME
• Pidato 1 Juni 1945 (lanjutan)
– Pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 tersebut menyebut sbb:
….. Dan demokrasi yang bukan demokrasi Barat, tetapi
politiek-economische democratie, yaitu politieke democratie
dengan sociale rechtvaardigheid, demokrasi dengan
kesejahteraan, saya peras pula menjadi satu. Inilah yang
dulu saya namakan sosio-democratie.(*)
Kalau tuan senang dengan simbolik tiga, ambilah yang tiga
ini.Tetapi barangkali tidak semua tuan-tuan senang kepada
Trisila ini, dan minta satu, satu dasar saja, maka saya
kumpulkan lagi menjadi satu …… Semua buat semua ……..,
maka negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara
”Gotong-Royong”.(*)
….. Pancasila menjadi Trisila, Trisila menjadi Ekasila.
Tetapi terserah kepada tuan-tuan, mana yang tuan-tuan pilih:
Trisila, Ekasila ataukah Pancasila.(*)
Sumber: (*) Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
DAN MARHAENISME
• Benang Merah
– Hubungan antara awal konsepsi pikiran Bung Karno tentang
Marhaenisme, yaitu sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi (*)
jauh sebelum kemerdekaan, kemudian Pidato 1 Juni 1945 dan
Rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam Pembukaan
UUD 1945 (Asli), sangat jelas dan konsisten, tak perlu
diragukan lagi.
• Entah saudara-saudara mufakatinya atau tidak, tetapi saya
berjuang sejak tahun 1918 sampai 1945 sekarang ini untuk
Weltanschauung itu. (**)
• Untuk membentuk nasionalistis, Indonesia, untuk kebangsaan
Indonesia; untuk kebangsaan Indonesia yang hidup di dalam
peri-kemanusiaan; untuk permufakatan; untuk sociale
rechtvaardigheid; untuk ke-Tuhanan. (**)
• Pancasila, itulah yang berkobar-kobar di dalam dada saya
sejak berpuluh tahun. (**)
Sumber: (*) Uraian khusus tentang sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi dapat ditemukan pada DBR I, hal, 171-
176 dan 187-191, pernah dimuat dalam Fikiran Rakyat tahun 1932., (**) Pidato Pancasila, 1 Juni 1945.
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
DAN MARHAENISME
• Benang Merah
– Bila kita mau jujur dan mempelajari betul-betul pemikiran Bung
Karno secara keseluruhan (secara utuh), maka tidak sulit untuk
menemukan benang merah atau konsistensi pemikiran-
pemikirannya sejak awal karir politik sampai akhir hayatnya.
– Dengan mempelajari proses sejarah perjuangan Bung Karno dan
dengan memahami makna hakiki pemikiran Bung Karno, orang
tak bisa membedakan antara Marhaenisme dan Pancasila,
ataupun antara Pancasila, Trisila dan Ekasila.
– Rumusan kata atau kalimatnya bisa berbeda, tetapi makna
hakikinya sama.
– Memahami Pancasila perlu kejujuran dan moral sebagai pejuang
kemanusiaan yang berke-Tuhan-an YME.
Sumber: (*) Uraian khusus tentang sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi dapat ditemukan pada DBR I, hal,
171-176 dan 187-191, pernah dimuat dalam Fikiran Rakyat tahun 1932.
PIDATO LAHIRNYA PANCASILA 1 JUNI 1945
DAN MARHAENISME
• Benang Merah yang dicoba untuk DIPUTUS :
– Memang dalam pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945, Bung Karno
mengatakan :
• ….. Saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman
kita alhi bahasa – namanya ialah “Pancasila”. (*)
– Kalimat di atas dijadikan entry point (pintu masuk) untuk membuat
polemik supaya diinterpretasikan dan disimpulkan bahwa Pancasila
tak ada hubungan kesejarahan dengan pemikiran Bung Karno atau
Bung Karno sekedar corong dari orang lain.
– Kalimat di atas ingin digunakan untuk men-delegitimasi konsepsi
dan pemikiran Bung Karno tentang Pancasila, justru karena ucapan
tersebut datang dari Bung Karno sendiri.
– Kalimat di atas ingin digunakan untuk melepaskan keterikatan
historis antara pemikiran-pemikiran Bung Karno dengan konsepsi
tentang Pancasila.
– Kemudian Pancasila ingin ditafsirkan semau-maunya sendiri.
Sumber: (*) Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PRINSIP KE-1 - KEBANGSAAN
• Di atas satu kebangsaan Indonesia kita mendasarkan negara
Indonesia.
• Otto Bauer :
– “Eine Nation ist eine aus Schiksalsgemeneinchaft erwachsene
Charaktergemeinschaft” :
(Bangsa adalah persatuan perangai yang timbul karena
persatuan nasib)
• Ernest Renan :
– “Le désir d’étre ensemble” :
(Kehendak akan bersatu)
• Bung Karno menambahkan unsur geopolitik.
– Bangsa Indonesia, Natie Indonesia adalah seluruh manusia yang
menurut geopolitik tinggal di kesatuannya semua pulau-pulau
Indonesia dari ujung Sumatera sampai ke Irian (Sabang sampai
Merauke). – wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan
– Kesadaran atas persatuan antara orang dan tempat untuk
mendirikan satu Nationale Staat.
– Kebangsaan yang bukan dalam arti yang sempit.
• Salah satu contoh sistesis dalam proses dialektis pikiran Soekarno.
Sumber : Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
BANGSA - Otto Bauer
• Otto Bauer, tokoh nasionalis Austria di dalam
bukunya ‘Die Nationalitätenfrage’
– Was ist eine Nation? Eine Nation ist eine aus
Schicksalgemeinschaft erwachsene
Charaktergemeinschaft.
– Apakah yang disebut bangsa ? Bangsa adalah satu
persatuan perangai yang timbul karena persatuan
nasib.
BANGSA - Ernest Renan
• Ernest Renan, filsuf Perancis dalam artikel berjudul Qu'est-ce
qu'une nation?
– Syarat bangsa : ‘Le desir, d'etre ensemble’, yaitu kehendak akan
bersatu.
– Menurut definisi Ernest Renan, maka yang menjadi bangsa, yaitu
satu gerombolan manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya
bersatu”
– "Bangsa itu adalah hasil historis yang ditimbulkan oleh deretan
kejadian yang semua menuju ke satu arah. Setelah menguraikan
masalah ras, bahasa, agama, persekutuan kepentingan bersama,
keadaan alam, Renant menyimpulkan, bangsa itu merupakan
keinginan untuk hidup bersama (le desir de vivre ensemble)."
– "Bangsa itu seperti individu-individu merupakan hasil masa silam
yang penuh usaha, pengorbanan, dan pengabdian. Jadi bangsa itu
adalah suatu solidaritas besar yang terbentuk karena adanya
kesadaran bahwa orang telah berkorban banyak dan bersedia
untuk memberikan pengorbanan lagi."
BANGSA – BUNG KARNO
• Bung Karno mengkritisi definisi Otto Bauer maupun Ernest
Renan sebagai kurang lengkap karena pada saat itu telah mulai
berkembang cabang ilmu (wetenschap) baru yang disebut
geopolitik, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara orang
dan tempat dengan berbagai aspeknya dalam kehidupan.
• Bung Karno mengatakan: “Orang dan tempat tidak dapat
dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi yang ada di
bawah kakinya. Ernest Renan dan Otto Bauer hanya sekadar
melihat orangnya. Mereka hanya memikirkan Gemeinschaft-nya
dan perasaan orangnya, L´ame et le desir” (*)
• Bung Karno mengkoreksi definisi Otto Bauer maupun Ernest
Renan dengan menambahkan unsur geopolitik.
• ….. Bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang,
menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah s.w.t.,
tinggal di kesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung
utara Sumatera sampai ke Irian ! Seluruhnya ! (*)
Sumber : (*) Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
BANGSA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA
Penjajah
Masyarakat Persamaan
merdeka Nasib BANGSA
Dibentuk oleh kesadaran
karena adanya:
Masyarakat Masyarakat Hasrat
• Persamaan nasib
merdeka merdeka Bersatu
• Hasrat untuk bersatu
• Terikat oleh tempat
Masyarakat
kelahirannya
Kodrat dilahirkan
merdeka
di suatu wilayah
Sumber : Sukarno, Ir., Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid II, 1965, hal. 522.
GEOPOLITIK - KONSEP SABANG-MERAUKE
Entity of Social
Conciousness of Man
(Kesatuan cita-cita sosial)
e
k aha sa
I u
a tu B
K R er Sa
National Entity N M gsa - State Entity
(Kesatuan Nasional)
g - an (Kesatuan Kenegaraan)
n
a -Sa t u
B
b
Sa usa N
atu
S
Ideological Entity
(Kesatuan Ideologi)
Dari Sabang sampai Merauke bukan sekedar kata-kata Ilmu Bumi,
tetapi konsepsi geopolitik.
Sumber : Sukarno, Ir., Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid II, 1965, hal. 522.
GEOPOLITIK - KONSEP SABANG-MERAUKE
Ide
l Entity o lo g
io na ical
Nat Ent
ity
En
t
ity
So
of
cia
l Conc
io usne State Entity
ss of Man
Sumber: Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PRINSIP KE-3 – MUFAKAT ATAU DEMOKRASI
• Demikian pula sila Kedaulatan Rakyat.
• Bagaimana kita bisa dengan rasa mesra percaya, bahwa
cara pemerintahan yang satu-satunya sempurna ialah
mengambil kehendak rakyat. Kedaulatan Rakyat, jikalau
kita tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, jikalau
kita tidak percaya kepada ucapan orang Yunani, yang
pada waktu itu belum ada agama mono-theisme, tetapi
toh telah berkata : "Vox Populi, Vox Dei" (Suara Rakyat
adalah Suara Tuhan).
Sumber: Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PRINSIP KE-4 – KESEJAHTERAAN SOSIAL
• Rasa Keadilan Sosial yang kita tidak merasa
senang hidup, jikalau kita masih melihat
exploitation de l'home par l'home, melihat
manusia dihisap oleh manusia lain. Melihat
kemiskinan, melihat penderitaan, melihat
kesengsaraan.
• Bagaimana kita bisa mati-matian berjuang untuk
Keadilan Sosial, kalau di dalam dada kita tidak
bersemayam rasa Ketuhanan Yang Maha Esa ?
Sumber: Lahirnya Pancasila, Pengantar oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat 1 Juli 1947, Departemen
Penerangan R.I.
PRINSIP KE-5 - KETUHANAN
• Sebaliknya ada orang yang berkata : "Cukup hanya
dengan rasa Ketuhanan Yang Maha Esa saja. Tidak perlu
Kebangsaan, tidak perlu Perikemanusiaan, tidak perlu
Kedaulatan Rakyat, tidak perlu Keadilan Sosial".
Pendirian yang demikian itu juga salah saudara-saudara.
• Justru oleh karena seseorang hidup di dalam Ketuhanan
Yang Maha Esa, justru oleh karena itulah dia cinta
kepada Tanah Air. Justru oleh karena itulah dia harus
cinta kepada sesama manusia. Justru oleh karena itulah
dia harus cinta kepada cara pemerintahan yang bernama
Kedaulatan Rakyat. Justru oleh karena itulah dia harus
berikhtiar mati-matian untuk mendatangkan Keadilan
Sosial atau suatu masyarakat yang adil dan makmur.
• "Hubbul Wathanminal Iman". Cinta kepada Tanah Air
adalah sebagian daripada iman. Sehingga orang yang
tidak cinta kepada Tanah Air, imannya belum lengkap.
Sumber: Lihat Sukarno, Ir., “Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Politik”, dalam DBR I, hal. 171-176, dan “sekali Lagi
Tentang Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi, Ibid., hal 187-191.
SOSIO-NASIONALISME
• Sosio-Nasionalisme
– Sosio-Nasionalisme :
• Nasionalisme masyarakat yang bersifat anti kapitalisme,
kolonialisme, imperialisme, borjuisme dan feodalisme.
– Sosio-Nasionalisme :
• Nasionalisme yang mencari selamatnya peri-kemanusiaan.
– Sosio-Nasionalisme :
• Nasionalisme politik dan ekonomi yang bermaksud
mewujudkan keberesan politik, keberesan ekonomi dan
keberesan negara.
– Keberesan
• Artinya tidak ada penindasan politik oleh penguasa, tidak
ada ekploitasi dari sistim perekonomian yang memelaratkan
dan tidak ada penindasan dari yang kuat terhadap yang
lemah.
Sumber: Lihat Sukarno, Ir., “Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Politik”, dalam DBR I, hal. 171-176, dan “sekali Lagi
Tentang Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi, Ibid., hal 187-191.
SOSIO-DEMOKRASI
• Demokrasi
– Demokrasi-politik saja belum menyelamatkan rakyat.
– (Seperti demokrasi kita saat ini, pasca perombakan UUD 1945)
• Sosio-Demokrasi
– Sosio : Masyarakat, pergaulan hidup
– Sosio-Demokrasi : Demokrasi Masyarakat
– Demokrasi yang mengakar dalam masyarakat.
– Demokrasi yang tidak ingin mengabdi pada kepentingan
kelopok kecil, tetapi mengabdi pada masyarakat/rakyat.
– Sosio-Demokrasi : Demokrasi politik dan demokrasi ekonomi.
– Sosio-Demokrasi : Demokrasi sejati yang bermaksud
mewujudkan keberesan politik, keberesan ekonomi dan
keberesan negara.
– Sosio-Demokrasi : Demokrasi untuk mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat.
Sumber: Lihat Sukarno, Ir., “Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Politik”, dalam DBR I, hal. 171-176, dan “sekali Lagi
Tentang Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi, Ibid., hal 187-191.
MARHAENISME
• Kontra Demokrasi Borjuis
– Marhaenisme:
• Sosio-Nasionalisme
• Sosio-Demokrasi
– Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi bukanlah angan-
angan komunis.(*)
– Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi adalah kontra dari
demokrasi borjuis.
– Kontra angan-angan demokrasi borjuis ini kaum Marhaen
harus bercita-cita dan menghidup-hidupkan sosio-
demokrasi, yakni:
• Demokrasi politik dan
• Demokrasi ekonomi(*)
– Demokrasi Politik dengan Demokrasi Ekonomi = Demokrasi
Sosial. (**)
Sumber: (*) Lihat Sukarno, Ir., “Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Politik”, dalam DBR I, hal. 175., (**) Ibid., hal.
579.
PANCASILA – TRISILA – GOTONG-ROYONG
Pancasila Pancasila
Trisila Marhaenisme
Tuntutan
Gotong-
Royong
= Budi
Nurani
Manusia
• Gotong-Royong dikerdilkan
– Gotong-Royong, jangan didistorsi dan dikerdilkan
menjadi sesuatu yang bersifat mikro dan sangat teknis.
– Gotong-Royong, jangan diplintir menjadi sekedar kerja
bakti dan gugur gunung.
• Gotong-Royong paham dinamis
– Gotong-Royong adalah paham dinamis yang
mengandung substansi dasar yang sangat dalam,
sebuah Weltanschauung.
PANCASILA 1 JUNI 1945
Kebangsaan/
Nasionalisme
Gotong-Royong
Sosio-
Nasionalisme
Perikemanusiaan/
Internasionalisme
Kerakyatan/
Demokrasi
Sosio-
Demokrasi
Kesejahteraan Sosial
/Keadilan sosial
KOLONIALISME/ KAPITALISME/
IMPERIALISME BORJUISME
PANCASILA
• Pancasila :
– Dasar Falsafah Negara RI
– Landasan Idiil Negara RI
– Pandangan hidup bangsa Indonesia
– Dasar Negara RI
– Ideologi bangsa Indonesia
– Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia
– Tujuan proklamasi kemerdekaan Indonesia
– Perjanjian luhur rakyat Indonesia
– Nilai-nilai luhur yang digali dari bumi Indonesia
– Nilai-nilai Substansial yang bersifat Universal
PROKLAMASI KEMERDEKAAN,
DEKLARASI KEMERDEKAAN
DAN UUD 1945 (asli)
PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Perjuangan Deklarasi
Kemerdekaan Kemerdekaan
PPKI
(18-22 Agustus 1945)
• Penyempurnaan akhir tentang
Dasar Negara, UUD, Sistem UUD 1945
• DEKLARASI KEMERDEKAAN
– Perjanjian luhur bangsa Indonesia yang menjelaskan
tentang hasrat dan alasan mengapa harus merdeka, serta
landasan dan tujuan dalam mendirikan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
– Deklarasi Kemerdekaan tersebut tertuang dalam Pembukaan
UUD 1945.
– Pembukaan UUD 1945 adalah alasan yang melandasi
keberadaan (raison d’etre) NKRI.
PROKLAMASI DAN DEKLARASI
• PROKLAMASI KEMERDEKAAN
– Proklamasi kita adalah sumber kekuatan dan sumber tekad
daripada perjuangan kita, oleh karena seperti tadi saya
katakan, Proklamasi kita itu adalah ledakan pada saat
memuncaknya kerah-total daripada semua tenaga-tenaga
nasional, badaniah dan batiniah - fisik dan moril, materiil
dan spirituil.(*)
– ….. selain melahirkan kemerdekaan, juga melahirkan dan
menghidupkan kembali Kepribadian Bangsa Indonesia
dalam arti seluas-luasnya:
• Kepribadian Politik
• Kepribadian Ekonomi
• Kepribadian Sosial
• Kepribadian Kebudayaan
pendek kata Kepribadian Nasional.(**)
Sumber: (*) Sukarno, Ir., DBR Jilid Kedua, hal 441., (**) Ibid, hal 442.
PROKLAMASI DAN DEKLARASI
• DEKLARASI KEMERDEKAAN
– Declaration of Independence kita, yaitu Pembukaan UUD
1945, memberi pedoman-pedoman tertentu untuk mengisi
kemerdekaan nasional kita, untuk melaksanakan
kenegaraan kita, untuk mengetahui tujuan dalam
memperkembangkan kebangsaan kita, untuk setia kepada
suara-batin yang hidup dalam kalbu rakyat kita.(*)
– Kemerdekaan dan Kepribadian Nasional adalah laksana dua
anak kembar yang melengket satu sama lain, yang tak
dapat dipisahkan tanpa membawa bencana kepada masing-
masing.(*)
– Bagi orang-orang yang benar-benar sadar kita punya
“proclamation” dan sadar kita punya “declaration”, maka
Amanat Penderitaan Rakyat tidaklah khayalan atau abstrak.
(**)
Sumber: (*) Sukarno, Ir., DBR Jilid Kedua, hal 14-15. (**) Ibid, hal 443.
PROKLAMASI DAN DEKLARASI
• PROKLAMASI TANPA DEKLARASI
– “Proklamasi” tanpa “Declaration” berarti bahwa
kemerdekaan kita tidak mempunyai falsafah. Tidak
mempunyai Dasar Penghidupan Nasional, tidak mempunyai
pedoman, tidak mempunyai arah, tidak mempunyai “raison
d’etre”, tidak mempunyai tujuan selain daripada mengusir
kekuasaan asing dari bumi Ibu Pertiwi.(*)
• DEKLARASI TANPA PROKLAMASI
– Sebaliknya “Declaration” tanpa “Proklamasi” , tidak
mempunyai arti. Sebab tanpa kemerdekaan, maka segala
falsafah, segala dasar-dan-tujuan, segala prinsip, segala
“isme”, akan merupakan khayalan belaka, - angan-angan
kosong-melompong yang terapung-apung di angkasa raya.
(*)
Tujuan berbangsa
Visi dan Misi
dan bernegara Deklarasi
Kemerdekaan
Negara, bentuk dan
Pedoman, Way of Life
sistim pemerintahan
Platform perjuangan
mengisi kemerdekaan Cita-cita peradaban
Sumber: (*) Sukarno, Ir., DBR Jilid Kedua, hal 14-15., (**) Ibid, hal 441.
SUASANA KEJIWAAN (KEBATINAN)
• Dalam memahami makna dan pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, perlu difahami suasana
kebatinan (Kejiwaan) yang melingkupi dalam perdebatan-
perdebatan seputar persiapan kemerdekaan Indonesia.
– Gerakan kemerdekaan Indonesia memandang faham
individualisme yang dianut oleh bangsa-bangsa Barat adalah
sumber dari kapitalisme, kolonialisme dan imperialisme yang
mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat, oleh
karenanya tidak cocok untuk bangsa Indonesia.
– Gerakan kemerdekaan Indonesia mengangkat nilai-nilai sosio-
kultural dan keadaban yang digali dari pengalaman dan sejarah
bangsa sendiri lebih cocok bagi bangsa Indonesia.
– Gerakan kemerdekaan Indonesia adalah gerakan perlawanan,
bukan meminta-minta belas kasihan, tetapi gerakan
patriotisme bangsa yang gagah berani dan penuh percaya diri.
SUASANA KEJIWAAN (KEBATINAN)
– Gerakan kemerdekaan Indonesia melakukan perlawanan
terhadap feodalisme, kapitalisme, kolonialisme dan
imperialisme dengan menempatkan rakyat sebagai subyek
untuk melawan bentuk-bentuk penindasan.
– Gerakan kemerdekaan Indonesia memperjuangkan negara
merdeka yang berkedaulatan rakyat dengan demokrasi politik
dan demokrasi ekonomi untuk mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
– Ada keinginan untuk menjadikan ajaran Islam sebagai dasar
negara yang kemudian mencair mengingat realitas sosio-
kultural bangsa Indonesia yang pluralistik dan kuatnya
komitmen untuk bersatu – maka dimufakati dasar negara
PANCASILA secara penuh dan bulat.
– Mendirikan negara: “Satu untuk semua dan semua untuk satu”
dalam sebuah negara bangsa berlandaskan gotong-royong.
FILOSOFI MORAL - FILOSOFI POLITIK - PRAKSIS
• Apa yang baik adalah benar, maka lakukanlah.
Filosofi
• Tindakan kemudian diukur oleh moral baik dan
Moral
benar tersebut.
• (Marhaenisme/Pancasila 1 Juni 1945)
PANCASILA PANCASILA
(Meja Statis) (Meja Statis)
Sumber: Surat Presiden kepada Panitia Pembina Jiwa Revolusi, tanggal 22 Februari 1961, dalam TUBAPI, Dewan
Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 1.
TAHAPAN PERJUANGAN (REVOLUSI INDONESIA)
PANCASILA
Bidang Kebudayaan
kemerdekaan nasional.
Bidang Ekonomi
Berkepribadian
Bidang Politik
• TRISAKTI
Berdaulat
Berdikari
Sumber: TUBAPI, Dewan Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 80.
KEWAJIBAN REVOLUSI INDONESIA
• Kewajiban
– Kewajiban Revolusi Indonesia yang terpenting ialah
membebaskan Indonesia dari semua imperialis dan
menegakkan tiga kerangka seperti disebut dalam Mapipol :
1. Pembentukkan satu Negara Republik Indonesia yang
berbentuk Negara Kesatuan dan Negara Kebangsaan, yang
demokratis, dengan wilayah kekuasaan dari Sabang
sampai ke Merauke.
2. Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur
materiil dan spirituil dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) itu.
3. Pembentukkan satu persahabatan yang baik antara
Republik Indonesia dan semua negara di dunia, terutama
sekali dengan negara-negara Asia-Afrika, atas dasar
hormat-menghormati satu sama lain, dan atas dasar
bekerjasama membentuk satu Dunia Baru yang bersih dari
imperialisme dan kolonialisme, menuju kepada Perdamaian
Dunia yang sempurna.
Sumber: TUBAPI, Dewan Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 81.
MODAL POKOK REVOLUSI INDONESIA
• Modal Pokok :
– Modal pokok bagi tiap-tiap revolusi nasional, menentang imperialisme
dan kolonialisme ialah :
• Konsentrasi kekuatan nasional dan bukan perpecahan kekuatan
nasional.
• Kekuatan nasional adalah kekuatan seluruh rakyat Indonesia,
kekuatan seluruh bangsa Indonesia.
• Kekuatan Revolusi
– UUD 1945 dan Jiwa Revolusi.
– Hasil segala pikiran dan keringat sejak 1945.
• Hasil materiil dan kader/tenaga baru semua lapangan.
– Kekuatan ekonomi di bawah pengawasan nasional.
• Saat itu (1960) telah mencapai 70 % dari total.
– Kekuatan angkatan perang.
• Saat itu sangat diperhitungkan di Asia.
– Wilayah kekuasaan RI.
• Sabang – Merauke, jumlah penduduk dan posisi strategis.
– Kepercayaan pada kemampuan dan keuletan bangsa sendiri.
– Kekayaan alam.
Sumber: TUBAPI, Dewan Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 82-83.
SIFAT REVOLUSI INDONESIA
• Sifat Revolusi Indonesia :
– Bukan Revolusi Borjuis (seperti Revolusi Perancis, 1789).
– Bukan Revolusi Komunis–Diktator Proletariat (seperti Rusia,
1917).
– Revolusi Indonesia adalah
• “Revolusi Nasional Demokratis” yang menentang
imperialisme dan kolonialisme serta bersifat multi-komplek.
• Revolusi bersama dari semua kelas dan golongan yang
menentang imperialisme dan kolonialisme.
– Revolusi Indonesia ingin mendirikan kekuasaan gotong-royong :
• Kekuasaan demokratis yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan,
• Yang menjamin terkonsentrasinya seluruh kekuatan Nasional,
seluruh kekuatan rakyat.
Sumber: TUBAPI, Dewan Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 84-85.
HARI DEPAN REVOLUSI INDONESIA
• Jangka Pendek
– Program Kabinet Kerja
– Terwujudnya Trisakti
– Menentang imperialisme dan kolonialisme
– NCB
• Mempertahankan kepribadian bangsa
• Jangka Panjang
– Masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
– Sosialisme Indonesia (Sosialisme á la Indonesia)
• Sosialisme yang disesuaikan dengan situsi-kondisi Indonesia
– Alam Indonesia
– Rakyat Indonesia
– Adat-istiadat Indonesia
– Psikologi dan kebudayaan rakyat Indonesia
Sumber: TUBAPI, Dewan Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 84-85.
SOSIALISME INDONESIA
• Depernas/MPRS
– Sosialisme Indonesia adalah suatu ajaran dan gerakan tentang
tata masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
– Tata masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
adalah tuntunan Amanat Penderitaan Rakyat Indonesia.
• Bung Karno
– Keadilan sosial yang dimaksudkan di dalam Pancasila itu
adalah sosialisme. (**)
– Siapa yang setia kepada Pancasila, harus setia kepada
sosialisme. (**)
– Sosialisme yang dikehendaki oleh bangsa Indonesia adalah
sosialisme adil dan makmur. (**)
– Sosialisme sejati adalah adil dan makmur. (**)
– Adil dan Makmur tidak jatuh dari langit, tetapi harus
diperjuangkan melalui kerja keras seluruh bangsa.
Sumber: Pemuda Mesti Dinamis, Ceramah Bung Karno Kepada Para Pelajar di Surakarta, 11 Juli 1960.
MASYARAKAT SOSIALIS INDONESIA
• Unsur Pokok :
1. Menjamin cukup makanan, pakaian dan perumahan yang layak
bagi warga negaranya sehingga tidak senantiasa hidup di
dalam kecemasan menghadapi hari besok.
2. Menjamin pemeliharaan kesehatan dan pendidikan setiap
warga negaranya supaya tidak perlu menderita dan dapat
menjadi warga yang cerdas untuk dapat menunaikan tugas
dan haknya terhadap negaranya dengan sebaik-baiknya.
3. Menjamin hari tua setiap warganya, sehingga tidak hidup di
dalam ketakutan dan kemelaratan jika tidak berdaya lagi untuk
mencari nafkahnya.
4. Menjamin agar setiap warga negaranya dapat menikmati dan
memperkembangkan kebudayaannya serta
menyempurnakan kehidupan kerochaniannya sehingga
tidak saja kehidupan lahir terpelihara, tetapi juga kehidupan
batin setiap warganya.
5. Menjamin agar bangsa Indonesia dapat menyumbang kepada
penyempurnaan kebahagiaan umat manusia.
Sumber: TUBAPI, Dewan Pertimbangan Agung RI, PT. Grafice 207-II-62, hal 460-461.
MEMANDANG
PANCASILA SEBAGAI
BUDAYA BERSAMA
APAKAH PANCASILA SEBUAH
BUDAYA BERSAMA (COMMON CULTURE) ?
• Common :
– Sesuatu yang dimiliki bersama, ….. atau
– Sesuatu yang rendah, vulgar dan tidak sopan (Vulgus : rakyat biasa)
• Culture :
– Merujuk pada norma, ide, kepercayaan, nilai, simbol, bahasa dan aturan.
– Merujuk pada proses perkembangan spiritual dan intelektual serta
praktek dalam keseluruhan cara hidup suatu kelompok, orang atau
masyarakat. (Antropologis) Orientasi kehidupan
– Suatu keseluruhan cara hidup yang mengasumsikan serangkaian arti,
kepercayaan dan nilai-nilai yang dimiliki bersama diantara orang-orang
yang menyatu ke dalam suatu keseluruhan yang terintegrasi.
(Antropologis) Tatantan sosial, integrasi sosial
• Common Culture :
– Suatu budaya “yang” atau “yang seharusnya” dimiliki bersama dan
bersifat integratif, ….. atau
– Suatu budaya yang rendah, vulgar dan tidak sopan – dan jelas
membutuhkan arahan untuk menjadikannya tinggi dan sopan.
COMMON CULTURE – BUDAYA BERSAMA
• Dua pertanyaan dasar :
1.Apakah sebenarnya ada budaya bersama ?
2.Apakah seharusnya ada budaya bersama ?
• Beberapa tesis Budaya Bersama :
– Budaya yang koheren, atau ideologi dominan memainkan peran
penting dalam melanjutkan tatanan dan integrasi sosial.
– Budaya bersama telah ada pada masa lalu tetapi saat ini berada
dalam proses dihancurkan oleh proses budaya konsumen massa,
sehingga harus ditemukan berbagai cara untuk menghidupkan
kembali tradisi budaya bersama.
– Saat ini di Barat sedang memasuki suatu fase “deklasifikasi
budaya” (Cultural declassification), dimana hierarkhi simbolis yang
telah lama mapan sedang mengalami dekonstruksi.
– Postmodernisme merupakan antitesis dari masalah budaya
bersama ?
COMMON CULTURE – BUDAYA BERSAMA
• Beberapa tesis tentang Budaya Bersama :
– Masyarakat lama mempunyai conscience collective (kesadaran
kolektif) yang kuat karena masyarakat lama dengan tingkat
deferensiasinya yang rendah memunculkan tingkat integrasi
moral dan sosial yang tinggi.
– Masyarakat modern menunjukkan tingkat deferensiasi sosial
yang tinggi melalui pembagian kerja yang kompleks dan oleh
karena itu integrasi moral menjadi lebih problematik dan
menuntut dasar sosial struktural yang berbeda.
– Jika nilai-nilai bersama sulit dipertahankan dalam masyarakat
yang terdeferensiasi, mungkinkah nilai-nilai itu hidup kembali
pada kesempatan tertentu, dimana pada saat itu perasaan
masyarakat telah menjadi suatu komunitas nasional yang
menyatu dimunculkan ? Liminal Moment (Momen Liminal),
mungkinkah dimunculkan ?
– Yang suci dan hakiki tidak tenggelam dalam masyarakat
modern, tradisi dan nilai-nilai harus secara konstan ditemukan
dan ditemukan kembali.
COMMON CULTURE – BUDAYA BERSAMA
• Perlu memandang budaya bersama bukan sebagai suatu
bentuk (perwujudan) yang abadi atau suatu abstraksi
yang dipahami secara statis.
• Persepsi estetik tentang kebudayaan :
– Kebudayaan sebagai keseluruhan yang terintegrasi secara
sempurna yang di dalamnya terdapat suatu tatanan yang
seimbang dari bagian-bagian yang berhubungan bersama
dalam suatu harmoni.
– Ada asumsi bahwa kita membutuhkan suatu sensibilitas
interpretatif (kepekaan memaknai) dengan kemampuan khusus
dan intuitif untuk mencapai arti yang dalam.
COMMON CULTURE – BUDAYA BERSAMA
• Memandang Pancasila sebagai budaya bersama tidak bisa terlepas
dari berpegang pada tuntutan budi nurani manusia yang diyakini
berisi nilai-nilai substansial yang bersifat universal.
• Nilai-nilai substansial yang bersifat universal tersebut adalah nilai-
nilai keadaban abadi yang perlu dipahami secara dinamis sejalan
dengan dinamika dan problematika jamannya.
• Nilai-nilai keadaban abadi yang saling berkorelasi sebagai
keseluruhan dalam suatu harmoni yang terintegrasi akan
membentuk budaya bersama yang mengarah pada tatanan dan
integrasi sosial yang seimbang dan penuh harmoni.
• Budaya bersama yang dipahami secara dinamis dan dibarengi
dengan sensibilitas interpretatif (kepekaan memaknai) akan
menjadikan budaya bersama tersebut tetap hidup dan mampu
memberikan refleksi terhadap perubahan jaman.
• Budaya bersama yang hidup dan mampu memberikan refleksi
terhadap perubahan jaman adalah budaya yang mampu
membangun sebuah peradaban.
COMMON CULTURE – BUDAYA BERSAMA
• Pancasila – Sistem kognitif
– Pada tahap yang paling tinggi, Pancasila sebagai
sebuah common culture dihayati sebagai sistem
kognitif, berupa suatu kerangka pengetahuan, cara
pikir dan keyakinan yang memberikan pedoman bagi
orientasi setiap orang yang hidup dalam common
culture itu.
• Pancasila – Cita-cita peradaban
– Pada tahap yang paling tinggi itu, Pancasila sebagai
sebuah common culture (budaya bersama) ingin
mewujudkan cita-cita peradaban.
MENGAPA PANCASILA
TIDAK MEMUNCULKAN
WATAK ASLINYA YANG
EMANSIPATORIK,
PROGRESIF-REVOLUSIONER
Mengapa Pancasila Kehilangan Makna Emansipatirik?
• Mengapa?
– Politik No – Ekonomi Yes
• Orientasi pada pragmatisme kebendaan, individualisme.
– De-politisasi.
– De-ideologisasi.
– De-parpolisasi.
– De-Sukarnoisasi.
– Konsep NKK-BKK.
– Kebijakan massa mengambang (floating mass).
• Mengakibatkan floating leader.
– Penafsisan Pancasila secara sepihak.
• Sesuai kepentingan politik rezim yang berkuasa.
– Pengkooptasian infra-struktur politik.
– Represi oleh kekuasaan politik.
– Pancasila sengaja diputus dari sejarah kelahirannya.
BUNG KARNO - PANCASILA
• Gagasan mengenai budaya bersama dipertahankan, atau lebih akurat
ditransformasikan ke dalam gagasan mengenai ideologi dominan dengan
mengutamakan semangat ephocal dari suatu masa dan pandangan dunia
untuk membangkitkan semangat perlawanan dalam rangka menciptakan
tatanan dan integrasi sosial yang diinginkan.
• Pancasila dipandang sebagai filsafat dan weltanschauung.
• Pancasila dimaknai sebagai KATA KERJA, dipahami sebagai DASAR dan
sekaligus ACUAN dan dijalankan dalam rangka “Nation and Character
Building”.
• Pancasila diderivasikan dalam berbagai program politik rakyat dalam
kerangka revolusi Indonesia yang pada saat itu mencapai tahap nasional
demokratis – Trisakti.
• Pancasila digunakan sebagai landasan untuk mensikapi problematika
kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga memunculkan watak aslinya
yang progresif dan revolusioner.
• Pancasila tidak dipandang sebagai ideologi tertutup, tetapi selalu dikaitkan
dengan cita-cita proklamasi 17/08/1945, Pembukaan UUD 1945, dan UUD
1945 (Asli) dalam upaya menentang imperialisme dan kolonialisme.
• Pancasila digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan praksis.
DE-SUKARNOISASI
GESTOK
De-Sukarnoisasi
Hasil-hasil Ajarannya
perjuangannya
ORBA - PANCASILA
• Gagasan mengenai budaya bersama dipertahankan, atau lebih akurat ditransformasikan
ke dalam gagasan mengenai ideologi dominan dengan perubahan terpenting bahwa
kebudayaan saat itu digunakan dengan suatu cara yang MANIPULATIF, sebagai sesuatu
yang ditimpakan oleh sekumpulan orang (Rezim) untuk menciptakan tatanan dan
integrasi sosial yang diinginkan.
• Pancasila dipandang sebagai simbol yang penuh jargon verbalistik dan bukannya
sebagai filsafat dan weltanschauung.
• Pancasila dimaknai sebagai KATA BENDA, nilai luhur warisan nenek moyang, dan
bukannya sebagai DASAR dan sekaligus ACUAN.
• Pancasila tidak digunakan sebagai pisau analisa untuk menganalisis realitas, sehingga
tidak memunculkan watak aslinya yang progresif dan emansipatorik.
• Dengan sengaja Pancasila dijelmakan menjadi ideologi tertutup yang represif dengan
mengkhianati substansi dasar yang terkandung di dalamnya, dan digunakan hanya
sekedar ALAT untuk melanggengkan kekuasaan, Pancasila sebagai alat dalam praktek
penindasan.
• Pancasila diimplentasikan melalui Juklak P4, dimana Pancasila bukan program
perjuangan, tetapi sekedar proyek dan obyek kegiatan. Pancasila dilepaskan dari
konteks problematika riil kehidupan rakyatnya (tidak digunakan sebagai weltanschauung
dan Leitstar Dinamis), sehingga menjadi kerdil, bersifat mikro dan sangat teknis.
• Pancasila telah didistorsi dengan sengaja, karena Pancasila dipenggal dari sejarah
kelahirannya dan dipisahkan dari pemikiran-pemikiran Bung Karno.
Tap MPR No. II/MPR/1978 – P4
• Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
• Ekaprasetia Pancakarsa
• Tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak (Pancasila).
• Penuntun sikap dan tingkah laku.
• Manusiawi (Keselarasan-Keseimbangan).
• Kodrad manusia (Makhluk Individu – Makhluk Sosial).
• Hubungan antar manusia dan masyarakat.
• Pengendalian diri – Pangkal tolak penghayatan dan pengamalan
Pancasila.
• Pengamalan Pancasila.
• Pola Pelaksanaan P4
– Pancasila sebagai moral pembangunan.
– Faktor kepemimpinan dalam rangka pelaksanaan P4.
– Pola pelaksanaan P4.
• Jalur-jalur yang digunakan.
– Pendidikan, Media Massa, Ormas dan Orpol.
• Penciptaan suasana yang menunjang.
– Kebijakan Pemerintah, Perundangan, Aparatur Negara,
Kepemimpinan dan Pemimpin Masyarakat.
KURIKULUM DASAR FALSAFAH NEGARA PANCASILA
1. Deskripsi Mata Kuliah Dasar Falsafah Negara Pancasila
- Tap MPR No. IV/MPR/1978
2. Silabus Mata Kuliah Dasa Falsafah Negara Pancasila
a. Landasan Idiil Negara RI : Dasar Negara : Pancasila
b. Landasan Strukturil Konstitusional Negara RI : UUD 1945
c. Landasan Operasional Negara RI : Tap-Tap MPR dan MPRS
d. Landasan Politik Negara RI : GBHN
e. Landasan Demokrasi Pancasila : Pemilu di Indonesia
f. Falsafah Negara Pancasila
Catatan Kritis :
– Sepintas tak terlihat ada kesalahan dari kerangka di atas.
– Kesalahan baru akan terlihat dalam praktek penyelenngaraan
pemerintahan negara, karena adanya hegemoni oleh kekuasaan politik
yang represif dan penguasaan seluruh infra struktur politik.
– Penafsiran Pancasila secara sepihak, menjadikan pancasila sebagai
ideologi tertutup dan dipaksakan.
– Pancasila dipenggal dari sejarah kelahirannya dan dipisahkan dari
pemikiran-pemikiran Bung Karno.
– Pemanfaatan celeh-celah hukum yang terdapat pada UUD 1945 (Asli).
– Pembangunan dijalankan dalam skenario asing.
PANCASILA ORBA BUNG KARNO
Budaya bersama Manipulatif, ditimpakan, untuk Roh pergerakan, dikobarkan,
kepatuhan rakyat. membangkitkan kesadaran rakyat.
Pandangan hidup Jargon, penuh verbalisme. Filsafat dan Weltanschauung.
Pemahaman Kata benda, warisan budaya. Kata kerja, pedoman perjuangan.
Implementasi Proyek Kegiatan P4, Verbalisme Program perjuangan-
Trisakti ,“Nation and Character
Building”
Leitstar Tumpul, statis. Dipertajam, dinamis.
Respon rakyat Dipaksakan kepada rakyat, Disambut oleh rakyat, partisipasi.
mobilisasi.
Efek pada rakyat Kekerdilan jiwa, pembodohan, Keberdayaan, kepercayaan diri,
ketidakberdayaan, ketakutan semangat berjuang dan rela
berprakarsa dan beda pendapat. berkorban.
Efek budaya Hipokrisi, mental yes man, Kepribadian nasional, harga diri,
epigonisme, plagiat, KKN. mental pejuang, jatidiri.
Semangat Ekonomi Ketergantungan, hutang LN. Berdikari, mengolah potensi diri.
Fokus tantangan PKI dan pemberangusan elemen Feodalisme, separatis, Perebutan
progresif dalam negeri. Irian Barat, Nekolim.
Efek politik Pengkooptasian, Demokrasi terpimpin, kedaulatan
keterkungkungan. nasional.
Politik Luar Negeri Low profile, ikut negara donor. Bebas aktif, pimpin pergerakan.
Hub. dgn negara lain Dijadikan obyek eksploitasi. Partnership
KENAPA PANCASILA TIDAK MEMUNCULKAN WATAK
ASLINYA YANG PROGRESIF DAN REVOLUSIONER ?
Karena :
– Semangat dan cita-cita Revolusi 17 Agustus 1945 telah ditinggalkan.
– Pancasila hanya dipahami secara tekstual tapi tidak kontekstual.
– Pancasila hanya dipandang sekedar sebagai nilai-nilai luhur warisan
budaya nenek-moyang, bukannya sebagai Ideologi Nasional yang
progresif.
– Banyak yang telah kehilangan kesadaran kritis, tidak mempunyai
kesadaran kolektif dan kehilangan sensibilitas interpretatif
(kepekaan memaknai) dalam menggunakan Pancasila sebagai azas.
– Banyak yang merasa besar di bawah bayang-bayang Sukarno, tetapi
tidak pernah menjalankan weltanschauung yang telah dirumuskan
oleh Sukarno.
– Banyak kader yang bermental priyayi yang feodalistik, tidak radikal-
progresif dan revolusioner.
– Ini semua bukan masalah kebodohan dan ketidak-berdayaan, tapi
masalah komitmen, konsistensi dan kesanggupan serta ketulusan
untuk menanggung konsekuensi perjuangan.
– Kita perlu melakukan pemberontakan terhadap diri sendiri.
KRISIS MULTIDIMENSI
WARISAN MASALAH AKUT
DALAM KEHIDUPAN
BERBANGSA DAN
BERNEGARA
WARISAN ORBA - MASALAH AKUT
• Bidang Politik – Ideologi Nasional
– Disorientasi terhadap cita-cita proklamasi kemerdekaan.
– Distorsi terhadap Pancasila dan UUD 1945 (Asli).
– Distorsi terhadap fungsi dan peran lembaga-lembaga tinggi negara.
– Pudarnya kesadaran berbangsa dan bernegara serta nasionalisme.
– Semi-Feodalistik, represif, otoriter, premanisme.
– Dwi-fungsi ABRI kebablasan, demokrasi semu.
• Bidang Ekonomi
– Ketergantungan akut pada luar negeri, terjebak pada hutang luar negeri.
– Kroni kapitalisme, koncoisme.
– Epilog berupa kehancuran total ekonomi nasional.
– Jurang pemisah antara minoritas kaya vs mayoritas miskin.
– Berbagai ketimpangan ekonomi pusat-daerah.
• Bidang Sosial-Budaya
– Pragmatisme kebendaan, budaya KKN, mentalitas kuli.
– Kehilangan jatidiri bangsa dan kepercayaan diri bangsa.
– Pembodohan dan pengkerdilan, kehilangan prakarsa dan kemerdekaan
berpikir.
– Penetrasi budaya asing.
– Dekadensi moral
PERSOALAN MAKIN BERAT – BEBAN RAKYAT MENINGKAT
kapitalisme internasional.
- Komunis dan PKI hanya
sasaran antara, sasaran
dalam genggaman
- Floating Mass - Anarkisme
- Globalisme
- Kopkamtib - LSM bersama NDI, USAID, IRI
- Kroni Kapitalisme - Kapitalisme Internasional
- Eksploitasi SDA - Privatisasi aset-aset Negara
- Mega proyek Pribadi, dll. - Dana BLBI, Bulog, dll.
- Krisis Ekonomi Nasional - Krisis Bangsa, seluruh aspek
- Pemerintah menindas rakyat - Negara ditindas Pasar-Bebas
- Sentralisasi - Otoda kebablasan
- KKN - KKN
GLOBALISASI DAN
GLOBALISME, ANCAMAN
ATAU PELUANG
GLOBALISASI
• Arti literal
– Sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnya
keterkaitan di antara masyarakat dan elemen-
elemennya yang terjadi akibat transkulturasi dan
perkembangan teknologi di bidang transportasi dan
komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya
dan ekonomi internasional.
– Istilah globalisasi dapat diterapkan dalam berbagai
konteks :
• Sosial,
• Budaya,
• Ekonomi,
• Politik,
• Hankam, dlsb.
GLOBALISASI
• Instrumen globalisasi
– Konperensi Bretton Woods
• Bank Dunia (WB)
• IMF (Dana Moneter Internasional)
– GATT (The General Agreement on Tariffs and Trade)
• Melahirkan WTO (Organisasi Perdagangan Dunia)
– Pasar
• Pembentukan pasar-bebas.
• Blok-blok perdagangan dan kawasan perdagangan
bebas.
– Kekuatan militer dan persenjataan
• Polisi dunia
– Agen-agen demokrasi
• Promosi dan penyebaran western values.
GLOBALISASI
• Globalisasi
– Jalan menuju mendunia (global), meliputi seluruh
dunia (worldwide), antar negara (international), antar
benua (intercontinental).
– Globalisasi menjadi nyata pasca Perang Dunia II.
– Kecenderungan-kecenderungan globalisasi ditandai
oleh :
• Pergerakan (mobilitas) lintas negara meliputi :
– Komoditi,
– Uang,
– Informasi,
– Orang,
– Kemajuan teknologi,
– Pengorganisasian,
– Hukum/peraturan, dan
– Infrastruktur lain yang mendukung pergerakan.
GLOBALISASI
• Cakupan dan dampak globalisasi :
– Peningkatan dalam perdagangan internasional yang
lebih cepat dari pertumbuhan di dunia ekonomi.
– Peningkatan aliran dana internasional (international
flow of capital) termasuk investasi asing langsung
(foreign direct investment).
– Aliran data lintas batas negara (transborder data flow)
yang lebih besar, menggunakan teknologi seperti
internet, satelit komunikasi dan telepon.
– Pengaruh budaya internasional (international cultural
influences) yang lebih besar, contohnya melalui expor
film-film Hollywood.
– Penciutan keaneka-ragaman kultural dunia (global
cultural diversity) melalui hibridisasi (hybridization)
budaya-budaya seperti Westernisasi (Westernization),
atau Amerikanisasi (Americanization).
GLOBALISASI
• Cakupan dan dampak globalisasi :
– Peningkatan perjalanan internasional dan turisme.
– Peningkatan imigrasi, termasuk imigrasi ilegal.
– Pengembangan infrastruktur telekomunikasi global.
– Pengembangan sistim keuangan global.
– Peningkatan andil untuk mengontrol ekonomi dunia
oleh korporasi-korporasi multinasional.
– Peningkatan peran organisasi-organisasi internasional
seperti WTO, WIPO, yang berurusan dengan
transaksi internasional.
– Peningkatan sejumlah standar-standar yang berlaku
secara global, termasuk undang-undang hak cipta.
GLOBALISASI
• Segi positip dan negatip globalisasi :
– Banyak dari kecenderungan-kecenderungan
globalisasi dilihat sebagai sesuatu yang positip oleh
berbagai pendukung globalisasi, dan dalam banyak
hal globalisasi telah secara aktif dipromosikan oleh
pemerintah-pemerintah dan organisasi-organisasi.
– Banyak pula yang dilihat sebagai sesuatu yang
negatip dan membutuhkan strategi dan sikap kritis
dalam menghadapinya.
– Berlomba mengambil manfaat untuk kepentingannya
masing-masing.
MENGKRITISI GLOBALISASI
• Gerakan Anti-Globalisasi dan Globalisasi dipertanyakan :
– Berbagai aspek dari globalisasi dilihat sebagai
berbahaya oleh Gerakan Anti-Globalisasi.
• Luluhnya negara bangsa (nation state).
• Hilangnya batas-batas negara dalam arti luas.
– Apakah globalisasi adalah fenomena nyata (real
phenomenon) atau hanya sebuah mitos (a myth).
– Apakah globalisasi hanya kedok atau topeng dalam
rangka exploitasi ekonomi, sosial, politik dan budaya
dari negara-negara industri maju terhadap dunia
ketiga ?
KRITIK TERHADAP BANK DUNIA
• Kritik dari penentang globalisasi :
– Menggerogoti kedaulatan negara
• Menggerogoti kedaulatan negara-negara penerima
pinjaman (hutang) untuk mengejar liberalisasi
ekonomi.
– Mendukung diktator dan membebani rakyat
• Pinjaman (hutang) besar jatuh pada para diktator
dan junta militer yang digunakan untuk
memperkaya sebagian kecil populasi dan hutang
tersebut harus ditanggung oleh seluruh populasi.
– Dikendalikan negara adidaya
• Bank Dunia berada dalam pengaruh negara-negara
tertentu (terutama AS), yang mendapat manfaat
paling banyak dari aktivitas Bank Dunia.
KRITIK TERHADAP BANK DUNIA
• Kritik dari penentang globalisasi :
– Neo-liberalisme
• Bank Dunia beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip Neo-
liberalisme.
• Berdasarkan keyakinan bahwa pasar (bebas) dapat membawa
kemakmuran kepada negara-negara yang mempraktekkan
kompetisi bebas (pasar-bebas), tanpa campur tangan apapun
dari pemerintah.
• Reformasi yang berinspirasikan "neo-liberal" tidak selalu tepat
bagi negara-negara yang mengalami konflik (perang etnis,
konflik perbatasan, dsb.) atau yang telah lama berada dalam
kondisi tertekan (diktator atau penjajahan) dan negara yang
tidak memiliki sistem politik demokratis yang stabil.
• Lebih memilih masuknya perusahaan-perusahaan asing
dibandingkan pengembangan ekonomi lokal negara yang
bersangkutan.
KRITIK TERHADAP BANK DUNIA
• Akibat dikritik :
– Aktivitas Bank Dunia saat ini difokuskan pada negara-negara
berkembang, dalam bidang seperti pendidikan, agrikultur dan
industri.
– Bank Dunia memberi pinjaman dengan tarif preferensial kepada
negara-negara anggota yang sedang dalam kesusahan.
– Sebagai balasannya, pihak Bank juga meminta bahwa langkah-
langkah ekonomi perlu ditempuh agar misalnya, tindak korupsi
dapat dibatasi atau demokrasi dikembangkan.
• Kutipan:
– Satu pusaka Sosialisme adalah bahwa kebanyakan orang terus
mempercayai bahwa negara mempunyai peran fundamental
dalam meningkatkan pembangunan dan menyelenggarakan
pelayanan sosial.
KRITIK TERHADAP IMF
• Kritik
– Peran dari ketiga lembaga (IMF, BIS, WB) tersebut
telah menimbulkan beberapa kontroversi sejak
berakhirnya Perang Dingin.
– Para pengritik mengklaim bahwa para pembuat
kebijakan (policymakers) IMF dengan sengaja
mendukung diktator militer sayap kanan (right-wing
military dictatorships) yang mempunyai hubungan
baik dengan korporasi-korporasi bisnis Amerika dan
Eropa.
– Para kritikus mengklaim bahwa IMF pada umumnya
memusuhi demokrasi, HAM dan hak-hak buruh.
– Kritik-kritik tersebut telah menimbulkan kontroversi
dan memicu gerakan Anti-Globalisasi.
KRITIK TERHADAP IMF
• Kritik lain :
– IMF tak mempunyai cukup kemampuan untuk
• Mendemokratisasikan kedaulatan negara-negara
maupun tujuan dari negara-negara penghutang.
– Walaupun begitu, IMF tetap mengatakan bahwa
saran-sarannya dimaksudkan untuk memantapkan
stabilitas keuangan, yang pada gilirannya secara tidak
langsung akan menciptakan demokrasi.
• Kekacauan ekonomi jarang sekali bisa menjadi
awal yang bagus untuk demokrasi yang stabil.
• Intervensi IMF malah memperburuk kemiskinan
dan hutang dunia ketiga dan negara-negara
sedang berkembang.
– Bantuan finansial (hutang) selalu disertai "syarat-
syarat", termasuk juga Structural Adjustment
Programmes.
GLOBALISASI
• FENOMENA
– Proses memudar batas antarnegara dalam pergaulan hidup
umat manusia.
– Pengikisan berbagai rintangan dan hambatan antarnegara dalam
semua bidang kehidupan umat manusia.
– Bidang ekonomi
• Makin terjebak dalam hutang luar negeri.
• Makin sulit bagi suatu negara untuk mempertahankan
kebijakan ekonomi yang merdeka, karena secara faktual
kegiatan ekonomi telah menghilangkan batas-batas teritorial
negara.
• Terjadi proses pemiskinan massal.
• Ketidak-berdayaan .
GLOBALISASI
• Fenomena
– Di bidang politik
• Makin berkurang kemampuan negara untuk mengontrol
kepatuhan warganya karena globalisasi bukan saja
mengakibatkan internasionalisasi barang dan jasa melainkan
juga internasionalisasi nilai-nilai demokrasi dan hak asasi
manusia serta meningkatnya intensitas kontak dan
kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam proses
globalisasi.
• Dominasi kepentingan asing.
– Bidang kebudayaan
• Suatu bangsa tidak mungkin lagi menghindarkan diri dari
pengaruh peradaban global karena makin intensifnya
interaksi antar bangsa melalui berbagai media komunikasi
yang makin murah dan tersebar sampai pucuk-pucuk gunung.
• Imperialisme budaya.
GLOBALISASI DAN GLOBALISME
• Globalisasi
– Kemajuan IPTEK, khususnya teknologi informasi yang
didukung teknologi satelit, komunikasi dan komputer
adalah perkembangan evolutif yang tak bisa ditolak.
– Kemajuan teknologi informasi tersebut memang telah
mempercepat berbagai proses dalam kehidupan umat
manusia, menjadikan dunia menjadi semakin kecil
karena saling terhubung melalui jaringan komunikasi
satelit.
– Namun kemajuan Iptek yang tampak alamiah
tersebut telah diboncengi dengan paham yaitu
globalisme.
– Dalam kaitan inilah, proses globalisasi menimbulkan
pro dan kontra.
GLOBALISASI DAN GLOBALISME
• Globalisme
– Suatu faham yang ditengarai sebagai memaksakan
nilai-nilai barat seperti :
• Individualisme,
• Liberalisme perdagangan,
• Pasar-bebas,
• Demokrasi Liberal,
• HAM versi barat.
– Nilai-nilai Barat tersebut diproklamirkan sebagai
“nilai-nilai universal” yang harus dianut oleh seluruh
bangsa di dunia.
GLOBALISASI DAN GLOBALISME
• Kepentingan di balik Globalisme
– AS dan negara-negara barat terus berusaha mempertahankan
superioritas (Iptek, militer) dan kepentingan-kepentingannya
(ekonomi) melalui penyebaran dan penanaman nilai-nilai barat
tersebut memalui berbagai media yang memborbardir
masyarakat dunia.
– Nilai-nilai barat tersebut ditumbuhkan untuk menciptakan
kesadaran palsu pada bangsa-bangsa lain, seakan-akan nilai-
nilai barat yang disebutnya “universal” tersebut adalah
kepentingan masyarakat dunia.
– Dengan demikian, globalisme adalah ideologi yang mewakili
kepentingan AS dan sekutunya untuk mengintegrasikan
kekuatan ekonomi bangsa-bangsa lain ke dalam sistem
kapitalisme global yang didominasi oleh Amerika Serikat.
GLOBALISASI DAN GLOBALISME
• Instrumen pendukung Globalisme
– Memahami globalisme adalah sebuah ideologi yang bertujuan
untuk melakukan hegemoni politik, ekspansi ekonomi,
eksploitasi dan penguasaan SDA dunia, maka lembaga-lembaga
ekonomi, keuangan dan perdagangan dunia kemudian
dipandang sebagai instrumen pendukung globalisme.
• IMF
• WB
• WTO
– Itulah sebabnya apa yang oleh AS dan sekutunya diproklamirkan
sebagai “universalisme”, oleh dunia ketiga yang menjadi
korbannya diterjemahkan sebagai “neo-kolonialisme dan neo-
imperialisme” atau “Nekolim”.
KEPRIHATINAN DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA
DAN BERNEGARA PASCA
PEROMBAKAN UUD 1945
(ASLI)
GLOBALISME DAN HAM
• Pintu masuk - Indonesia
– Maraknya berbagai gerakan HAM yang dimotori berbagai LSM
lokal bersama agen demokrasi barat, yang bermakna sbb :
• Awalnya terlihat berpihak pada kemanusiaan.
• Berperan dalam mendobrak rezim otoriter.
– Dalang dan tujuan sebenarnya :
• Sosialisasi nilai-nilai barat
– Individualisme dan liberalisme
• Tetap dalam kendali agen demokrasi barat
– NDI, IRI, USAID
• Pergantian rezim – demokratisasi model barat
– Otoriter menjadi “Demokratis” model barat
• Liberalisme
– Demokrasi liberal
– Pasar-bebas
• Perombakan konstitusi
– UUD 1945 menjadi UUD 2002 (Hasil perombakan UUD 1945)
KEPRIHATINAN KITA BERSAMA
• Kehidupan berbangsa dan bernegara yang
mengacu pada UUD 2002 hasil perombakan UUD
1945 (Asli) :
– Kehilangan arah dan landasan pijaknya.
– Terombang-ambing diterjang arus derasnya tuntutan
pasar-bebas (Globalisme).
– Kebijakan-kebijakan yang ditempuh :
• Dirasakan semakin meninggalkan keberpihakan
terhadap kepentingan rakyat.
• Lebih berpihak pada kemauan para pelaku pasar-
bebas yang didominasi oleh kaum bermodal besar
dan penguasa-pengusaha.
KEPRIHATINAN KITA BERSAMA
• Kedaulatan Politik
– Tidak berwibawa dan cenderung dilecehkan.
– Tampak semakin lemah.
– Tidak berdaya di forum-forum internasional.
– Tunduk pada kepentingan asing.
• Menghadapi Resiko
– Gerakan separatisme.
– Federalisme (ingat H.J. van Mook).
– Disintegrasi bangsa.
DOKTRIN McArthur-Churchill
McArthur-Churchill
Doctrine Border
Lhok Seumawe
Exxon,
Mobil Oil Bontang
Nasionalisme
Globalisme
Kerakyatan
DPD
HIKMAT
KEBIJAKSANAAN
UTUSAN UTUSAN (GBHN)
DAERAH GOLONGAN
MPR
PRESIDEN/
DPR
Aspirasi Kewilayahan
MANDATARIS
Aspirasi Golongan
Aspirasi Politik
Hak
Fungsional
(Pemilu) Prerogatif
Presiden
PARTAI-PARTAI POLITIK
UUD 1945
MPR = Penjelmaan
seluruh rakyat
MPR (Locus of Power)
Presiden KEKUASAAN
BPK MPR Wakil Presiden KEHAKIMAN
DPR DPD MK MA KY
MK : Mahkamah Konstitusi ; MA : Mahkamah Agung ; KY : Komisi Yudisial
SETELAH PEROMBAKAN UUD 1945 (Asli)
RAKYATNYA DI MANA ?
KEDAULATAN KEDAULATAN
PASAR-BEBAS ? RAKYAT
NKRI
Gerakan
Organisasi Platform Perjuangan Kaum Marhaen
dan Marhaenis
Seazas
Evaluasi
PROGRAM
AGENDA Output
PERJUANGAN
Konsolidasi AKSI
CARANYA ?
• Melawan bentuk-bentuk penindasan.
• Mengembalikan arah perjuangan bangsa sesuai GERAKAN
dengan cita-cita kemerdekaan NKRI, 17/08/1945.
Ideologi
Eksistensi
Konsolidasi Organisasi
Organisasi
Kader
MENCARI SOLUSI
Lantas
Bagaimana ?
Kembali ke Cita-Cita
PROKLAMASI KEMERDEKAAN
• Persatuan dan
17 AGUSTUS 1945
kesatuan
• Konsolidasi
kekuatan Pancasila,
• Ideologi
Pembukaan UUD 1945,
UUD 1945 (Asli)
RELAKAHKAH KITA UNTUK BERJUANG ?
• Dengan meyakini kebenaran Pancasila yang digali oleh Bung Karno
dari akar budaya bangsa dan kondisi sosio-kultural bangsa Indonesia
sendiri, seharusnya Indonesia menjadi suatu bangsa yang
mempunyai arah ke depan yang jelas, dengan kepercayaan diri yang
kuat dan jatidiri yang utuh.
• Dengan memahami bahwa Proklamasi Kemerdekaan 17/08/1945,
Deklarasi Kemerdekaan (Pembukaan UUD 1945) dan UUD 1945
(Asli) sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan, seharusnya kita
mampu dan bisa mengatasi segala tantangan yang ada.
• Ini adalah masalah komitmen, konsistensi dan kesanggupan serta
ketulusan untuk menanggung konsekuensi perjuangan sebuah
bangsa.
• Dan perjuangan ini adalah tanggung jawab kita semua sebagai
bangsa, yang telah diproklamasikan kemerdekaannya oleh Soekarno
dan Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Demikian pengantar diskusi
MERDEKA !!!
Terima Kasih