Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Ambillah koran secara acak dan Anda akan dengan mudah


menemukan gambar atau berita serta ulasan yang secara gamblang dan
subtil menyampaikan pesan-pesan seksual. Beberapa contoh dapat kita
angkat. Misalnya, berita pemerkosaan anak kandung oleh orang tuanya
sendiri, penangkapan pasangan kumpul kebo, perkosaan bergilir yang
dilakukan oleh beberapa pemuda pada gadis usia 16 tahun, jumlah bayi
hubungan gelap yang terbujur kaku di dalam selokan, dan terakhir
pemerkosaan disertai perampokan yang dilakukan oleh tiga orang
pemuda yang menyamar menjadi sopir taksi yang juga membuat heboh
pers Indonesia.
Lalu tataplah pula dari balik jendela mobil, berapa banyaknya tabloid
yang mengumbar paha mulus dan puncak buah dada. Yang senantiasa
memberikan gambaran tentang aduhai dan indahnya tubuh wanita.
Lihatlah iklan produk perawatan tubuh wanita di televisi yang juga tak
tanggung-tangung menjejal gambar setengah atau dua pertiga telanjang,
juga berapa banyak tayangan-tayangnan di televisi tentang gaya hidup
seks bebas, sebut saja Underground X misalnya, dimana disitu
diceritakan tangtang kehidupan seks bebas dikalangn remaja ABG,
ataupun tentang kehidupan Mahasiswi yang melacurkan diri dengan
alasan-alasan klasik; permasalahan ekonomi, juga Silet yang mana
waktu penayangannya adalah pada saat anak-anak sekolah sudah
berada dirumah sepulang dari sekolah, dan masih banyak lagi tayangn
tayangan serupa dimana semua ini dapat dilihat oleh siapapun baik tua

1
maupun muda bahkan anak-anak sekalipun dapat dengan mudahnya
melihat tayanga-tayangn tersebut, tanpa perlu mengeluarkan biaya. Dan
bacalah rubrik seksologi dimajalah Popular, Kosmopolitan, ataupun koran
Lampu Merah, yang oleh beberapa kalangan dinilai ulasan Soft
Pornograhhy yang vulgar tapi terbungkus konsultasi. Apa sebenarnya
dibalik semua ini?.
Dari sini mudah betul bagi kita untuk mengatakan bahwa berita dan
informasi sesksualitas sedang naik daun dan mendapat porsi besar dalam
media massa akhir-akhir ini. Mengapa demikian, banyak jawaban bisa
diberikan berhubungan dengan pertanyaan ini. Yang paling mudah
menurut saya asalah karena seks itu menyangkut hajat hidup seluruh
hidup manusia. Bukankah dalam ilmu Budaya Dasar juga disebutkan
bahwa salah satu kebutuhan pokok manusia itu adalah melakukan
hubungan seks.
Sungguhpun seks merupakan hal yang sangat universal sifatnya, di
hampir semua peradaban dan budaya, sekssualitas itu sangat privasy,
tertutup dan diatur serta dilambangkan dalam aturan agama dan negara
yang ketat. Hampir semua agama memberikan memberikan batasan pada
kegiatan yang berhubungan dengan seks. Lalu mengapa tiba-tiba terasa
sekali –di era yang disebut orang era informasi--berita, ulasan, dan kajian
seks seolah diumbar dengan murahnya, dan mengapa pula informasi
sesksual seolah berjalan seiring dengan berita sadistik. Kita akan
membahas lebih jauh lagi pada pembahasan identifikasi masalah.

B. Identifikasi Masalah

Dalam masyarakat Indonesia sekarang ini telah terjadi semacam


“ketidak sadaran massal” akan terjadinya tranformasi, akan
berllangsungnya “pembentukkan kembali diri” dan perumusan kembali

2
“makna kehidupan” sebagai akibat menjelmanya dunia “realitas semu”.
Sadarkah, misalnya seorang gadis di desa yang tengah asik menonton
tayangan sinetron di televisi yang diselingi oleh serangkaian iklan-iklan,
Jika kita menyitir syair lagu Surti Tejo-nya Jamrud mungkin tergambar
jelas betapa kehidupan Permisif sudah menjalar hingga kedesa-desa.atau
seorang Mahasiswa yang penuh gairah mengikuti mengalirnya model-
model pakaian di calt walk, dimana untuk memnuhi keinginan tersebut
dapat dengan mudahnya hanya dengan menjual diri, bahwa mereka
tengah memasuki pintu gerbang dunia realitas semu ini.
Berdasarkan latar belakang diatas dan hubungannya dengan
masyarakat, maka kita lihat permasalahan-permasalahan apa saja yang
ada . diantara pertanyaan-pertanyaan yang timbul, maka maka identifikasi
masalah penelitian ini adalah:
1. Seberapa besarkah dampak tayangn terhadap perilaku
kehidupan masyarakat teruatam kaum muda dan anak-anak remaja
(ABG)
2. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap tayangan yang
mengundang syahwat, rubrik seksploitasi yang terbungkus konsultasi
seks.
3. Bagaiman peran serta masyarakat, terutama orang tua dalam
menanggulangi permasalahan ini

C. Batasan Masalah

Dari beberapa identifikasi permasalahan diatas, maka untuk


mempermudah dan memperjelas masalah maka penulis akan membatasi
penelitian ini pada “Dampaknya Terhadap Masyarakat Pada Umumnya
dan Kaum Muda pada Khususnya Sebagai Generasi Penerus Bangsa”.

3
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan


pembatasan masalah maka dirumuskan masalah penelitian, yaitu :
“Bagaimana Dampaknya Terhadap Masyarakat Pada Umumnya dan
Kaum Muda pada Khususnya Sebagai Generasi Penerus Bangsa ? ”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui adakah


korelasi positif dari tayangan-tayangn ataupun rubrik tentang seksploitasi
yang begitu gencarnya di tampilkan bahkan menjadi Icon tersendiri bagi
media tersebut, bagi masyarakat selaku konsumen?.

F. Kegunaaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diantaranya sebagai berikut: :


1. Sebagai proses belajar dalam penulisan skripsi.
2. Sebagai sarana menambah pengetahuan penulis.
3. Sebagai masukan kepada masyarakat, terutama orang tua agar lebih
memperhatikan kehidupan anak-anaknya diluar rumah dandan
sebagai bahan renungan untuk generasi muda.
4. Sebagai masukan kepada Almamater bahwa jangan sampai
permasalahan ini merambah dilingkungan kampus.

4
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEP

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau bahasa inggris Communication berasal
dari bahasa latin bersumber pada kata Communis yang berarti sama,
sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang
terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan maka
komunikasi akan terjadi selama ada kesamaan makna mengenai apa
yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam
percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan
kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang
dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi
dapat dikatakan komunikatif apabila keduanya, selain bahasa yang
digunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dibicarakan.
Pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas sifatnya
dasariyah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus
mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat.
Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif,
yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu
agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan,
melalukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. Pentingnya
komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik
sudah didasari oleh para cendikiawan sejak Aristotes hanya berkisar
pada retorika dalam lingkungan kecil. Baru pada abad ke-20 ketika

5
dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi indrustri dan revolusi
teknologi elektronik, setelah ditemukan pesawat terbang, kapal api,
listrik, telepon, surat kabar, film, radio, televisi dan sebagainya maka
para cendikiawan pada abad sekarang menyadiri pentingnya
komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan (knowleage) menjadi ilmu
(Sciance).
Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada
orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain
seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu,
didasari atau tidak didasari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika
sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.

2. Pengertian Komunikasi Masa


Menurut Onong Uchyana Efendi dalam bukunya ‘”Dinamika
Komunikasi” mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
merubah sikap, pendapat atau prilaku baik secara lisan maupun tak
langsung melalui media (Efendi, 1986 : 6).
Definisi komunikasi masa menurut Joseph A Defito dalam
bukunya “Communicologi : An intriduction to the study of
communication” yakni sebagai berikut :
Pertama : komunikasi massa adalah komunikasi yang
ditunjukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa
banyaknya ini tidak bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau
semua orang membaca atau semua orang menonton televisi, agaknya
ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar
untuk didefinisikan.
Kedua : komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan
oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa

6
barang kali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut
bukunya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita
(Efendy, 1984 : 26).

3. Budaya Media dan Interaksinya

Budaya media adalah suatu kondisi proses kebudayaan di


mana dialektika dari berbagai unsur budaya dalam membentuk sosok
mapan sementara dari suatu kebudayaan melibatkan banuak interaksi
media. Bahkan mungkin keterlibatan tersebut nyaris merupakan
peristiwa utama dari interaksi dialogis atar media.
Televisi sebagai salah satu contoh dari media massa adalah
merupakan paduan radio (Broadcart) dan film (Moving Picture). Para
penonton dirumah tidak mungkin menangkap siaran televisi, kalau
tidak ada unsur radio, dan tidak mungkin dapat melihat gambar-
gambar yang bergerak pada layar televisi jika tidak ada unsur film.
Media massa televisi dikenal pertama kalinya pada tahun 1939
oleh masyarakat Amerika Serikat dan menyebar secara cepat
keseluruh dunia termasuk Indonesia. Tersebarnya media televisi
karena media ini mampu menampilkan pesan yang lebih menarik dan
jelas.
Interaksi budaya media negara indrustri dengan negara yang
sedang berkembang merupakan interaksi yang menarik. Pada waktu
negara berkembang sedang mengelindingkan dealektika budayanya
secara linear dalam tahap media informasi yang seni pertunjukannya,
ritualnya, dan lisannya berproses indrustri elektronika dari negara
indrustri maju telah menodong kita untuk menjadikan radio, televisi
dan komputer menjadi bagian dari kehidupan. Dan secara tidak

7
langsung maka budaya yang tertranformasi dari budaya negara maju
secara perlahan akan mempengruhi budaya dinegara berkembang.
B. KERANGKA KONSEP

Mengapa porsi sex menarik rupa-rupa jawaban dapat


menjawap pertanyaan sekitar mengapa sex menjadi primadona
pemberitaan di media masa.
Pertama, dinegara yang relatif stabil berita politik cenderung
tidak terlalu menarik. Indonesia saat ini boleh dikatakan cukup stabil
secara politik. Berita-berita yang sifatnya politis boleh dikatakan sangat
hambar, kering, dan biasa-biasa. Di Amerika kecenderungan
pemberitaan tentang skandal sex juga akhir-akhir ini mencuat.
Sehingga jika dulu wasingthon post mendapat reputasi dunia dan
nasional dengan investigatif reporting yang dilakukan secara
memukau oleh Carl Bernstein dengan Bob Wood – Ward yang
kemudian terkenal dengan kariayanya All The Presidens Men dan
Final Days tersebut. Maka The Miami Herald mendapatkan nama
dengan mengintip-intip kencan Donna Rice dengan Gerry Hard.
Kedua, ditempat yang kreativitas wartawannya terpasung oleh
serenceng perangkat aturan penguasa dalam menurunkan
pemberitaan politik dan ekomomi dengan ancaman pembredelan.
Ketiga, boleh jadi berita tentang kasus penyimpangan sexsual
meningkat karena kasus sesungguhnya memang kian meninggi. Data
ini berdasarkan laporan yang masuk. Diperkirakan lebih banyak lagi
yang tidak melapor.

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitan ini dimaksudkan untuk mendefkripsikan sujumlah
variabel yang berkenaan dengan masalah yang sedang diteliti, maka
penulis akan menggunakan metode desktiptif yaitu metode yang
melukiskan secara sistematis fakta atau karekteristik populasi dan
situasi tertentu (memaparkan situasi dan peristiwa) dan tidak mencari
hubungan, tidak menguji hipotesis atau tidak membuat prediksi. Dalam
penelitian ini penulis mengembangkan konsep yang menghimpun fakta.
Tipe pendekatan yang digunakan adalah wawancara yaitu metode
penelitian yang di dalam melakukan pengumpulan datanya Quesioner
atau daftar pertanyaan tertulis yang diajukan kepada kelompok orang
atau sampel dan sebagain orang yang diuji mewakili populasi,
kesimpulan hasil analisis. Dengan metode penelitian survei
digambarkan karakteristik tertentu dari sesuatu populasi, apakah
berkenaan dengan sikap, tingkah laku ataukah aspek sosial lainnya.

B. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah sebagian masyarakat diwilayah
Rw. 06, Kelurahan Sudimara Barat Ciledug Tangerang yang berjumlah
seratus orang.
2. Sampel

9
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling
purposive. Sampling Pusposive adalah pemilihan kelompok subjek
didasarkan atas subjek yang dipandang mempunyai sangkut paut
dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 35 orang,
terdiri dari 20 orang bersetatus pemuda dan mahasiswa 10 orang
pelajar dan 5 orang dewasa (orang tua).

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Angket, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan


Quisioner atau data pertanyaan yang disampaikan secara langsung
untuk dijawab. Penggunaan teknik ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan data mengenai pendapat dan pandangan dari
responden.
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan
komunikasi langsung antara peneliti dengan objek yang diteliti,
dengan maksud mencari data yang representatif karena itu dengan
interview pribadi, data-data yang diperlukan akan lebih cepat
didapat, dan tidak terjadi salah pengertian.

D. OPERATIONALISASI

Komunikasi, bila orang atau lebih terlibat dalam suatu komunikasi


maka keadaan tersebut akan terus berlangsung selama adanya
kesamaan makna mengenai apa yang diharapkan.
Dampak, pengaruh kuat yang tiba pada waktu yang akan datang
baik negatif maupun positif.

10
Masyarakat, sejumlah manusia dalam arti yang seluas-luasnya dan
terikat dalam suatu kebudayaan yang mereka anggap sama
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, Jalaludin, Drs, M.Sc, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya


Bandung, 1993
Ectasy Gaya Hidup (Kebudayaan Pop Dalam Komuditas Indonesia), Mizan
Pustaka, 1997
Rahmat, Jalaludin, Drs, M.Sc, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja
Rosdakarya Bandung, 2001
Sofyan Efendy, Metode penelitian Surveri, LP3ES, 1989

11

Anda mungkin juga menyukai