Anda di halaman 1dari 11

METOPEN

PERBEDAAN ANTARA PERANCANGAN DAN


PENELITIAN

Dikerjakan Oleh:
SUGIANTO PONTOH
304170006
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GORONTALO
2021/2022
A. PENELITIAN
a. Pengertian Penelitian
Penelitian merupakan kegiatan pengembangan pengetahuan
tentang persoalan spesifik tertentu. Fenomena tertentu diurai menjadi
persoalan-persoalan kecil, karakteristik persoalan tersebut diidentifikasi, ciri-
khas yang dimiliki dan pattern (ilmu) yang tersembunyi di dalamnya diungkap
menggunakan metode-metode analisis. Analisis (mengurai)
merupakan core kegiatan penelitian.

1. Enam sekuens kegiatan dalam


Enam tahapan tersebut dalam pelaksanaan
penelitian, mengadopsi Creswell
penelitian dikerjakan secara berurutan, tidak
(2011) :
dapat dibalik. Kajian pustaka harus dikerjakan
 identifikasi persoalan sebelum tujuan penelitian diputuskan. Kajian
 kajian pustaka pustaka yang komprehensif, akan membantu
 spesifikasi tujuan penelitian pengambilan keputusan tujuan penelitian yang
 pengumpulan data tepat, menghindari pengulangan penelitian yang
 analisis data telah dikerjakan oleh orang lain, menjamin
 laporan dan evaluasi penelitian kebaruan temuan penelitian dan menjamin
kontribusi penelitian pada pengembangan ilmu
pengetahuan atau pemahaman terhadap
permasalahan yang sedang dihadapi.
b. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menggambarkan penelitian yang akan


dikerjakan bersifat deskriptif (naratif, fenomenologi,
etnografi), eksploratif (grounded-theory, studi-kasus) atau
eksplanatori (korelasional, kuasi eksperimental,
eksperimental), (Creswell, 2007, Groat & Wang, 2002).
Rumusan dari tujuan penelitian, memiliki implikasi
langsung pada metode pengumpulan data, apakah akan
bersifat open-ended atau close-ended, kualitatif atau
kuantitatif. Rumusan tujuan, jika tujuan dirumuskan
dengan baik, juga secara implisit menggambarkan
pengetahuan yang akan diungkap atau teori yang akan
disusun, yang strukturnya tergantung pada metode
analisis yang digunakan1. Sehingga, secara praktis dapat
dipahami bahwa tujuan, pengumpulan data dan analisis
data merupakan tahapan yang berurutan yang
sekuensnya tidak dapat ditukar-tempat.
c. Maksud Penelitian

adalah mendapatkan pengetahuan baru. Penelitian akan sia-sia


jika setelah rangkaian kegiatan yang dikerjakan, tidak
didapatkan pengetahuan baru yang berkontribusi pada
pengembangan ilmu pengetahuan atau secara langsung
meningkatkan pemahaman terhadap permasalahan lokal yang
ada di lingkungan sekitar. Mendapatkan pengetahuan baru
merupakan klimaks, dari enam tahapan kegiatan penelitian
yang sekuens-nya berurutan.

Ketiadaan salah satu dari enam kegiatan yang tersebut di atas, akan
membuat rangkaian kegiatan yang terjadi tidak dapat disebut
penelitian. Penelitian selalu ditandai dengan keberadaan persoalan
yang spesifik. Tanpa kajian pustaka penelitian akan tidak berarti. Tanpa
tujuan, apa yang dicapai tidak akan jelas dan kontribusi pada
pengetahuan akan kabur. Bukan penelitian jika rangkaian kegiatan
dikerjakan tanpa pengumpulan data. Data yang terkumpul akan
percuma tanpa dianalisis. Tanpa analisis pengetahuan baru tidak akan
didapatkan, yang didapatkan mungkin hanyalah opini pribadi. Yang
terakhir, penelitian hanya dikatakan berhasil jika
diperoleh pengetahuan baru.
d. Ciri-Khas Penelitian
Penelitian dikerjakan untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang persoalan
tertentu yang spesifik. Satu penelitian tertentu tidak mungkin dapat mengungkap
segala macam pengetahuan secara utuh tentang permasalahan atau persoalan
tertentu yang sedang dihadapi. Pengetahuan yang utuh hanya dapat diperoleh
melalui rangkaian kegiatan penelitian yang dikerjakan oleh peneliti tertentu secara
berkelanjutan atau oleh komunitas pengembangan keilmuan secara kolektif (banyak
orang tanpa kesepakatan formal) atau kolaboratif (bersama-sama dengan
kesepakatan formal).

Di antara sekian banyak persoalan di dalam perencanaan ataupun perancangan


arsitektur, penelitian memperdalam dan mengembangkan pemahaman terhadap
permasalahan spesifik dari persoalan tertentu. Penelitian tentang persoalan kekuatan
struktur misalnya dapat fokus hanya pada permasalahan kekuatan bambu sebagai
material batang tarik, tidak membahas permasalahan yang lain. Penelitian tentang
tempat favorit, misalnya dapat  fokus hanya pada pilihan tempat favorit dewasa
muda, karakteristik fisik tempat dan kegiatan-kegiatan yang terjadi dan tidak
memperhatikan misalnya persoalan keselamatan, keamanan, keberlanjutan dll dari
tempat favorit, meskipun persoalan-persoalan tersebut juga merupakan persoalan
penting lain di dalam ranah pengetahuan arsitektur. Penelitian fokus pada usaha
untuk memahami karakteristik/pattern (dibantu analisis) dari komponen tertentu dari
pengetahuan arsitektur.
B. PERANCANGAN
a. Pengertian Perancangan
perancangan merupakan kegiatan merangkai berbagai persoalan menjadi
satu kesatuan yang utuh. Berbagai persoalan dipahami dan dirangkai menjadi
satu kesatuan ruang dan bentuk. Sintesis (merangkai)
merupakan core kegiatan perancangan.

1. Enam sekuens tahapan kegiatan


perancangan, mengadopsi dari Sewajarnya fakta (tapak, konteks dan
Duerk (1993): pengguna) diidentifikasi dan dipahami dengan
baik, di awal rangkaian kegiatan perancangan.
 identifikasi fakta
Karya perancangan selalu berada
 memilih persoalan prioritas
di tapak yang memiliki karakteristik yang khas,
 memutuskan tujuan
dikelilingi konteks yang khas dan pengguna
 menetapkan kriteria
yang mungkin juga sangat berbeda dengan
 memilih konsep
karya perancangan lainnya. Perancangan tidak
 presentasi
mungkin dimulai tanpa memahami ‘lokalitas’
fakta perancangan. Karena itu, identifikasi
fakta merupakan kegiatan pertama yang
seharusnya dikerjakan oleh arsitek sebelum
mulai berimajinasi ruang dan bentuk yang
akan dirancang.
b. Kriteria Perancangan

Kriteria merupakan standar yang digunakan untuk menilai ketercapaian


tujuan perancangan. Jika tujuan yang ingin dicapai keselarasan dengan
lingkungan permukiman sekitar, maka kriterianya misalnya, tingkat
kemiripan langgam kulit bangunan, kemiripan dimensi atau proporsi
bangunan, kemiripan konfigurasi ruang, dll. Kriteria ditetapkan setelah
tujuan diputuskan. Selanjutnya pada setiap kriteria perancangan, dapat
dipilih beberapa konsep perancangan (cara arsitektural untuk mencapai
tujuan dan memenuhi kriteria perancangan). Misalnya untuk memenuhi
kriteria kemiripan langgam kulit bangunan, dipilih konsep langgam dinding
yang memiliki tipologi bentuk yang mirip dengan bangunan di lingkungan
sekitar tetapi menggunakan warna analogic (warna-warna yang
berdekatan), dan bentuk, dimensi, proporsi bukaan yang sama persis tetapi
dengan warna komplementer (posisi pada diagram warna berlawanan).
Konsep perancangan mengikuti kriteria, dan kriteria ditetapkan
berdasarkan tujuan.
c. Tujuan Perancangan

Sekuens tujuan, kriteria dan konsep tidak dapat ditukar-tempat. Seharusnya


tujuan tidak dicari-cari atau dipas-paskan dengan konsep yang terbayangkan
sejak awal. Seandainya konsep datang lebih dulu daripada tujuan dan
kriteria, kemungkinan sang arsitek ‘nyontek’ solusi desain yang telah
dirancang oleh orang lain, hanya copy-paste yang pernah dilihat di media
atau di lapangan. Arsitek peniru yang seperti ini tidak akan menjadi arsitek
besar. Seandainya tujuan lebih dulu diputuskan, lalu kriteria dirumuskan,
dan kemudian konsep dipikirkan, mungkin konsep-konsep yang tak
terbayangkan sebelumnya akan bermunculan, karena kemunculan konsep
dipandu oleh tujuan dan kriteria bukan oleh imajinasi hasil melihat karya
orang lain.
Enam tahapan kegiatan perancangan seperti di atas sangat masuk akal dan mudah
untuk dipahami. Enam tahapan tersebut mengorganisasikan dan menata kegiatan
perancangan mengikuti sekuens waktu. Yang lebih dulu dan menjadi sebab
didahulukan. Yang datang kemudian dan menjadi akibat dikerjakan kemudian.
Hubungan sebab-akibat antar kegiatan tertata dengan benar. Penataan seperti ini,
dapat diperkirakan akan menghasilkan proses perancangan yang efisien (hemat
waktu, tenaga dan biaya) dan efekftif (memberikan hasil seperti klien puas, reputasi
baik, bagi mahasiswa lulus tugas akhir dst).
c. Ciri-Khas Perancangan

Perancangan dikerjakan untuk mendapatkan perwujudan karya


arsitektur dalam berbagai skala, seperti bangunan, lanskap, kota,
kawasan dst. Di dalam perancangan, tapak dan konteks direspon,
kebutuhan pengguna diwadahi, komponen yang tangible (atap,
dinding, lantai, kolom, pondasi dll) dan yang untangible (ruang)
 dirangkai menjadi satu. Perancangan merupakan kegiatan
merangkai berbagai macam komponen pengetahuan/persoalan
menjadi satu keutuhan. Karena itu, perancangan disebut juga
sebagai kegiatan sintesis (merangkai).
C. PERBEDAAN PENELITIAN DAN PERANCANGAN
 Penelitian merupakan kegiatan Kegiatan penelitian dan perancangan
pengembangan pengetahuan memiliki karakter yang berbeda. Penelitian
tentang persoalan spesifik tertentu. berusaha memahami persoalan tertentu,
Fenomena tertentu diurai menjadi perancangan menerapkan pemahaman
persoalan-persoalan kecil, karakteristik semua persoalan, yang terkait
persoalan tersebut diidentifikasi, ciri- perancangan. Penelitian cenderung
khas yang dimiliki dan pattern (ilmu) bersifat dekomposisi, konvergen, fokus,
yang tersembunyi di dalamnya rasional dan ilmiah, sehingga prosedur
diungkap menggunakan metode- pengerjaannya harus benar (valid) dan
metode analisis. Analisis (mengurai) dapat dipercaya (reliable). Perancangan
merupakan core kegiatan penelitian.  cenderung bersifat rekomposisi, divergen,
keutuhan, intuitif dan tidak harus ilmiah,
 Sebaliknya, perancangan merupakan sehingga prosedur pengerjaannya tidak
kegiatan merangkai berbagai persoalan baku dan tidak harus (tidak perlu) valid.
menjadi satu kesatuan yang utuh. Akurasi analisis sangat penting dalam
Berbagai persoalan dipahami dan penelitian. Kreativitas sintesis sangat
dirangkai menjadi satu kesatuan ruang penting dalam perancangan, karena
dan bentuk. Sintesis (merangkai) alternatif dan variasi kemungkinan
merupakan core kegiatan perancangan. kombinasi/rangkaian berbagai persoalan
tidak terbatas (infinite).
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai