Anda di halaman 1dari 23

Gambar Struktur Bangunan

Part VI : Regulation
How does
the project work?
Parties Involved

Konsultan Manajemen
Owner/Developer Pelaksana Proyek
Perencana Konstruksi (MK)

Membiayai proyek hingga Meriview desian dari Membangun proyek sesuai


selesai. Mendesain proyek. perencana. dengan spesifikasi yang
disetujui.
Memutuskan spesifikasi yang Menghitung kebutuhan Memeriksa estimasi biaya Menyediakan kebutuhan
akan digunakan di gedung. proyek. proyek. owner saat dilapangan.
Melakukan supervise
Melakukan perizinan untuk Mencari material yang
pembangunan proyek. dibutuhkan untuk proyek. terhadap proyek hingga Mengatur pekerja dilapangan
selesai.
Melaksanakan administrasi Menghitung estimasi biaya Membuat laporan berkala Memastikan proyek tepat
yang berhubungan dengan proyek. mengenai progress waktu, tepat mutu, dan tepat
proyek. dilapangan. biaya.
Project Timeline
Part 1 Part 2 Part 3 Part 4 Part 5 Part 6

Perencana Lelang Proyek Dimulai


Perencana yang Setelah review desain Proyek mulai
sudah terpilih selesai dilakukan dibangun oleh
melakukan pelelangan untuk pelaksana dan di
Owner perencanaan proyek. Manajemen memutuskan tim Pelaksana supervise oleh MK
Konstruksi (MK) pelaksana Pelaksana yang sampai proyek
Pihak owner
memenangkan proses selesai.
mengadakan Pihak MK akan
lelang/penunjukan melakukan review lelang akan bertanda
perencana untuk desain. tangan kontrak kerja
mendesain proyek dan mulai bekerja.
mereka.
PBG
Persetujuan Bangunan Gedung
Menurut PP No. 16 Tahun 2021 klasifikasi bangunan dalam
PBG sebagai berikut:
Fungsi Hunian
01 Meliputi Rumah, Kost, Kontrakan, Apartemen,
Rumah susun, dsb.

Fungsi Keagamaan
02 Meliputi Masjid, Gereja, Vihara, Kuil, dsb .

Fungsi Usaha
03 Meliputi Toko, Ruko, Kantor, Pabrik, Klinik, Rumah
Sakit, dsb.

Fungsi Sosial Budaya


04 Meliputi Rumah Adat, Cagar Budaya, dsb.

Fungsi Bangunan 05 Fungsi Khusus


Persyaratan Surat Kepemilikan
• KTP
Pengajuan • NPWP

Keterangan Rencana Kota


PBG: • Keterangan Rencana Kota (KRK)
• Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT)

Data Lingkungan
• Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)
• Upaya Pengolahan Lingkungan Hidup (UPL)

Persetujuan tetangga sekitar site.

Surat pernyataan dari penyedia jasa konstruksi bersertifikat.

Masterplan Proyek (Jika dibutuhkan)

Laporan Uji Sondir Tanah


• Untuk bangunan lebih dari atau sama dengan 2 lantai.

Gambar Kerja
• Gambar Arsitektur
• Gambar Struktur
• Gambar Elektrikal
• Gambar Plumbing
Perda No. 07 Tahun 2010
RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun sengaja ditanam.

RTH (Ruang Terbuka Hijau)


Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau Privat
adalah ruang terbuka hijau yang kepemilikan dan
pemeliharaannya menjadi tanggung jawab Ruang Terbuka Hijau Publik
pihak/lembaga swasta, perorangan dan masyarakat adalah ruang terbuka hijau yang dimiliki dan
yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang dikelola oleh pemerintah yang digunakan untuk
oleh pemerintah daerah. kepentingan masyarakat
secara umum.

Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


Garis Sempadan Jalan (GSJ)
Koefisien Dasar Hijau (KDH)
Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

Penataan RTH
Penataan RTH adalah kegiatan yang meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, dan
pengendalian ruang terbuka hijau (RTH).
Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah perbandingan
antara luas lantai dasar bangunan terhadap luas persil/kavling/ blok peruntukkan.
Koefisien Dasar Hijau (KDH)
Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah perbandingan antara ruang
terbuka hijau pada setiap persil/kavling/blok peruntukkan terhadap luas persil/kavling/blok
peruntukan.
Perda No.7 Tahun 2010 Pasal 160

RTH Halaman /
Pekarangan
Perumahan ditentukan
berdasarkan Koefisien
Dasar Hijau (KDH) yang
diperhitungkan dari
besaran Koefisien
Dasar Bangunan (KDB)
sesuai dengan rencana
tata ruang yang
ditetapkan sebagai
berikut : A B C
Kawasan dengan Kawasan dengan Kawasan dengan
KDB 60%, besaran KDB 40%, besaran KDB 20%, besaran
KDH ditentukan 20%; KDH ditentukan 30%; KDH ditentukan 50%.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka persentase
perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai bangunan yang dapat dibangun dengan luas
lahan yang tersedia.
Penetapan KLB
Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 2004 Pasal 33

KLB Jalan Arteri Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal


Primer Sekunder Sekunder Sekunder
Perumahan 1,8 1,8 1,8 1,2
Perkantoran 5,0 5,0 3,6 1,8
Supermarket 4,0 4,0 3,6 1,8
Minimarket 3,0 3,0 3,0 1,8
Hotel 4,0 4,0 3,6 1,8
Pertokoan 2,4 2,4 2,4 1,2
Pasar 1,8 1,8 1,8 1,2
Pendidikan 3,0 3,0 3,0 1,5
Peribadatan 1,8 1,8 1,8 1,5
Kesehatan 4,2 4,2 3,6 1,0
Bangunan 1,8 1,8 1,8 1,0
Pelayanan Umum
Contoh: Bangunan dengan luas
lahan 200 m2 dengan KDB 60%
dan KLB 1,2. Berarti
perhitungannya adalah:
KDB = 60% x 200 = 120 m2
KLB = 200 x 1,2 = 240 m2
Maka total lantai yang boleh
dibangun adalah
KLB : KDB = 240 : 120 = 2 Lantai

Perhitungan KDB &


KLB
Garis Sempadan Jalan (GSJ)
Garis Sempadan Jalan adalah garis yang merupakan batas ruang milik jalan.
Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis Sempadan Bangunan adalah batas persil yang tidak boleh didirikan bangunan, diukur
dari dinding terluar bangunan terhadap as-jalan.
GSJ & GSB
Klasifikasi Fungsi Jalan
Berdasarkan Perwal No. 24 Tahun 2011 Pasal 3

Jalan Arteri Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah


Primer 60 km/jam dan lebar badan jalan paling sedikit 11 meter.

Jalan Arteri Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah


Sekunder 30 km/jam dan lebar badan jalan sedikit 11 meter.

Jalan Kolektor Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah


Primer 40 km/jam dan lebar badan jalan sedikit 9 meter.

Jalan Kolektor Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah


Sekunder 20 km/jam dan lebar badan jalan sedikit 9 meter.
Klasifikasi Fungsi Jalan
Berdasarkan Perwal No. 24 Tahun 2011 Pasal 3

Jalan Lokal Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20


Primer km/jam dan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter.

Jalan Lokal Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10


Sekunder km/jam dan lebar badan jalan sedikit 7,5 meter.

Jalan Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15


Lingkungan I km/jam dan lebar badan jalan sedikit 6,5 meter.

Jalan Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10


Lingkungan II km/jam dan lebar badan jalan sedikit 3,5 meter.
Penetapan GSJ
Berdasarkan Perwal No. 24 Tahun 2011 Pasal 6

Ayat 1 Ayat 2 Ayat 3

Penetapan GSJ untuk Penetapan GSJ untuk Penetapan GSJ,


Jalan Likungan I pada Jalan Likungan I pada bangunan, kawasan
kawasan perkotaan kawasan perkotaan cagar budaya
yang sudah yang sudah ditetapkan tersendriri
terbangun, dapat terbangun, dapat dalam pengaturan,
ditetapkan kurang dari ditetapkan kurang dari bangunan, dan
8 meter dengan tetap 6 meter dengan tetap bangunan kawasan
memperhatikan factor memperhatikan factor cagar budaya.
keamanan, keamanan,
keselamatan dan keselamatan dan
kenyamanan dan kenyamanan dan
paling sedikit 5 meter. paling sedikit 3 meter.
Penetapan GSB
Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 2004 Pasal 36

GSB Jalan Arteri Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal


Primer Sekunder Sekunder Sekunder
Perumahan 32 m 29 m 23 m 17 m
Perkantoran 32 m 29 m 23 m 17 m
Perdagangan 32 m 29 m 23 m 17 m
Supermarket 32 m 29 m 23 m 17 m
Minimarket 32 m 29 m 23 m 17 m
Hotel 32 m 29 m 23 m 17 m
Pertokoan 32 m 29 m 23 m 17 m
Pasar 32 m 29 m 23 m 17 m
Pendidikan 32 m 29 m 23 m 17 m
Peribadatan 32 m 29 m 23 m 17 m
Kesehatan 32 m 29 m 23 m 17 m
Bangunan 32 m 29 m 23 m 17 m
Pelayanan Umum
Thank You

Anda mungkin juga menyukai