Fiqh Kontemporer

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

Pengobatan Dengan Barang


Najis
Disususn Oleh :
Imas Nuraena
Syari patul Alia
Resti Azhari
Pengertian Halalan Thayyiban
• Dalam ajaran Islam, halalan thayyiban merupakan konsep
yang harus terpenuhi dalam setiap makanan yang akan
dikonsumsi. Halal sendiri bermakna benda, dalam hal ini
makanan, yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. sedangkan
makna thayyib yaitu tidak mengandung keburukan dan juga
tidak membahayakan tubuh jika dikonsumsi. Sayangnya
masih ada pandangan yang menyatakan konsumsi benda najis
dibolehkan selama ada alasan yang kuat

Presentation title 2
Benda Najis Yang Dipakai Dalam Pengobatan

Alkohol adalah sebutan


organik digunakan dalam
dunia medis sebagai obat
kumur, pencuci kuman
pada luka dan alat-alat
pembedahan.

Urine, Para ahli mengatakan bahwa urine diperlukan untuk .     Ad-damn, yang berarti darah adalah suatu cairan
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostatis cairan berwarna merah yang mengalir pada jasad hewan dan
tubuh. manusia.

Bangkai dalam bahasa arab disebur Al-


Mayyitah yang berarti sesuatu yang mati
tanpa disembelih
Presentation title 3

Hukum Pengobatan Dengan Barang Najis.
Terkait hukum berobat dengan benda haram sendiri, ada pendapat yang mengharamkan,
seperti Ibnu Qayyim AlJauyziyyah. Ada yang membolehkan seperti ulama Hanafiyah. Ada


yang membolehkan dalam keadaan darurat, seperti Yusuf Al-Qaradhawi. Dan ada pula yang
memakruhkannya. Di sini dicukupkan dengan menjelaskan pendapat yang rajih (kuat), yakni
yang menyatakan bahwa berobat memanfaatkan benda najis dan haram hukumnya makruh,
bukan haram
Pendapat Ulama tentang pengobatan
barang Najis
para ulama mazhab empat bersepakat akan keharaman berobat dengan benda najis dalam keadaan
normal. Namun, mereka berbeda pendapat tentang hukum berobat dengan benda najis dalam keadaan
darurat. Ulama mazhab Maliki, ulama mazhab Hanbali, dan mayoritas ulama mazhab Hanafi
mengharamkannya, sedangkan ulama mazhab Syafi’i, dan sebagian ulama mazhab Hanafi
membolehkannya. Dari pendapat di atas, tampaknya pendapat yang membolehkan berobat dengan
benda najis dalam keadaan darurat merupakan pendapat yang kuat. Pendapat ini sejalan dengan firman
Allah subhanahu wata’ala:

‫اغ َواَل َعا ٍد َفاَل ِإ ْث َم َعلَ ْي ِه‬


ٍ ‫ب‬
َ ‫ْر‬
َ ‫ي‬ َ
‫غ‬ َّ‫ر‬ ُ ْ‫َف َم ِن اض‬
‫ط‬
“Barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya
dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya” (QS Al-Baqarah: 173).
 

Presentation title 5
Thank you

Anda mungkin juga menyukai