Anda di halaman 1dari 3

https://tarjih.or.

id/hukum-vaksin-2/

HUKUM VAKSIN
(disidangkan pada Jum’at, 5 Jumadats-Tsaniyah 1430 H / 11 Juni 2009)

Pertanyaan dari Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup, tentang status

hukum vaksin, khususnya untuk imunisasi polio yang dicurigai memanfaatkan enzim dari babi.

Jawaban:

Dasar Pemikiran
1. Virus polio adalah virus yang masuk ke tubuh manusia melalui mulut, yang jika tidak ditanggulangi
akan menyebabkan cacat fisik (kaki pincang) atau kelumpuhan pada mereka yang menderitanya.
2. Terdapat sejumlah anak balita yang menderita kelainan sistem kekebalan tubuh yang memerlukan
vaksin khusus yang diberikan secara injeksi (IPV). Jika anak-anak yang menderita kelainan sistem
kekebalan tubuh tersebut tidak diimunisasi, mereka akan menderita penyakit polio serta sangat
dikhawatirkan pula mereka akan menjadi sumber penyebaran virus polio.
3. Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang terbuat dari virus yang telah dimatikan atau dilemahkan
Pada dasarnya vaksin berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan (imunitas) pada tubuh terhadap
virus, yang biasanya dilakukan pada bayi, balita, dan ibu hamil. Adapun usaha memberikan vaksin ke
dalam tubuh untuk menghasilkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit/virus disebut vaksinasi. Di
Indonesia praktik vaksinasi yang dilakukan terutama pada bayi dan balita adalah hepatitis B, BCG,
polio, dan DPT.
4. Banyak jenis vaksin yang bersumber dari bahan-bahan yang diharamkan, terutama enzim tripsin yang
berasal dari pangkreas babi. Menurut keterangan Prof. Dr. H. Jurnalis Uddin, bahwa dalam proses
pembuatan vaksin polio diperlukan bahan dari babi yang disebut enzim tripsin. Tanpa enzim
tripsin tersebut tidak mungkin vaksin polio dapat dibuat. Enzim tripsin babi bukanlah bahan baku

1
vaksin, namun hanya dipakai sebagai enzim katalisator pemisah sel (catatan: Sehingga tidak akan
ditemukan dalam produk akhir)
5. Tidak digunakannya enzim tripsin sapi atau domba, menurut PT. Biofarma perusahaan yang
memproduksi vaksin di Indonesia, karena memerlukan waktu penelitian yang cukup lama dan dana
yang besar. Belum ada satu pun perusahaan farmasi di dunia yang memakai enzim tripsin selain babi.
Artinya tidak ada pilihan lain, sementara untuk membentengi anak-anak dari serangan virus polio
merupakan satu keharusan. Jika tidak, akan terjadi malapetaka yang akan diderita seumur hidup.

Dalil-dalil

Beberapa ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw yang dapat dijadikan sandaran

untuk menghukumi masalah vaksin polio ini adalah sebagai berikut:

[195 :2 ،‫َو َال ُت ْل ُقوا ِب َأ ْي ِد ُيك ْم ِإ َلى َّالت ْه ُل َك ِة [البقرة‬


Artinya: “…dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, …” [QS. al-Baqarah

(2): 195]

‫الد ِاء َب َ َرا‬ َ ‫َّللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َا َّن ُه َق َأل ِل ُك ِل َداءٍ َد َو ٌاء َف ِإ َذا ُا ِص‬
َّ ‫يب َد َو ُاء‬ ُ َّ ‫َّللا َص َّلى‬
ِ َّ ‫ول‬ ْ َ ْ
ِ ‫ َعن جأ ِب ٍر َعن َر ُس‬.
ْ
)‫َّللا (رواه مسلم واحمد والنسأئي واللفظ لمسلم‬ ِ َّ ‫ِب ِإذ ِن‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Jabir, dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda: Setiap penyakit

ada obatnya, maka apabila penyakit telah dikenai obat, semoga sembuh dengan izin Allah.” [HR. Muslim,

Ahmad dan an-Nasai]

‫الد َو َاء َو َج َع َل ِل ُك ِل‬


َّ ‫الد َاء َو‬ َ ‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم ِإ َّن‬
َّ ‫هللا َا ْن َز َل‬ ُ ‫هللا َص َّلى‬
ِ ‫الد ْر َد ِاء َق َأل َق َأل َر ُس ُول‬
َّ ‫َع ْن َابي‬
ِ
)‫َداءٍ َد َو ًاء َف َت َد َاو ْوا َو َال َت َد َاو ْوا ِب َح َر ٍام (رواه ابو داوود‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Darda’, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah telah

menurunkan penyakit dan obat. dan menjadikan bagi setiap penyakit akan obatnya. Maka hendaklah kamu

berobat, tetapi janganlah kamu berobat dengan sesuatu yang haram.” [HR. Abu Dawud]

2
Analisis hukum

Mencermati dalil-dalil di atas, dapat diambil pengertian bahwa manusia harus senantiasa menjaga diri agar

tidak terkena penyakit yang bisa merusak tubuhnya, dan sudah seharusnya berobat jika menderita sakit,

sepanjang tidak berobat dengan sesuatu yang haram.

Dalam kasus polio, penyakit ini cukup berbahaya bagi manusia. Di sisi lain, vaksin yang merupakan sarana

untuk menghindarkan diri dari penyakit yang berbahaya ini, mengandung unsur babi, – yang jelas haram

dimakan dagingnya, – meskipun bukan merupakan bahan baku, melainkan sekedar alat (perantara) untuk

memisah sel.

Dalam kajian hukum, menghindarkan diri dari penyakit polio merupakan hajah (kebutuhan), meskipun

harus menggunakan vaksin yang memanfaatkan enzim tripsin dari babi. Hal ini sesuai dengan kaidah

fiqhiyah yang berbunyi:


َّ ‫أج ُة َت ْنز ُل َم ْنزَل َة‬
‫الض ُر َور ِة‬ َ ‫الح‬
َ
ِ ِ
Artinya: “Kebutuhan itu menduduki tempat darurat.”

Demikian pula, babi adalah mafsadah, polio juga mafsadah. Menghadapi dua hal yang sama-

sama mafsadah ini, harus dipertimbangkan mana yang lebih besar madlaratnya dengan memilih yang lebih

ringan madlaratnya. Oleh karena itu, dalam rangka membentengi dari penyakit polio dibolehkan

menggunakan vaksin tersebut. Hal ini sesuai dengan kaidah:

.‫أب َا َخ ِف ِه َمأ‬‫ك‬َ ‫إ َذا َت َع َأر َض َت َم ْف َس َد َتأن ُرع َي َا ْع َظ ُم ُه َمأ َض َر ًرا ب ْأرِت‬


ِ ِ ِ ِ ِ
Artinya: “Apabila bertentangan dua mafsadah, maka perhatikan mana yang lebih besar madlaratnya

dengan dikerjakan yang lebih ringan mafsadahnya.”

Sebagai kesimpulan, dapatlah dimengerti bahwa vaksinasi polio yang memanfaatkan enzim tripsin dari

babi hukumnya adalah mubah atau boleh, sepanjang belum ditemukan vaksin lain yang bebas dari enzim

itu. Sehubungan dengan itu, kami menganjurkan kepada pihak-pihak yang berwenang dan berkompeten

agar melakukan penelitian-penelitian terkait dengan penggunaan enzim dari binatang selain babi yang

tidak diharamkan memakannya. Sehingga suatu saat nanti dapat ditemukan vaksin yang benar-benar bebas

dari barang-barang yang hukum asalnya adalah haram.

Wallahu a’lam bish-shawab. *fz)

Anda mungkin juga menyukai