Samsudin Salim
PRINSIP DASAR
1.Inti ajaran Islam adalah merealisasikan
kemaslahatan (jalb al-mashlahah) dan
mencegah terjadinya kemadaratan (daf'u al-
madlarrah). Bahaya di sini adalah yang
menimpa manusia baik bahaya yang
mengancam fisik maupun psikis.
2.Tujuannya adalah agar manusia dapat
menjalankan tugasnya sebagai hamba sekaligus
khalifah Allah SWT di muka bumi ini dengan
baik.
3.Dengan demikian Islam sangat mendorong
umatnya untuk senantiasa menjaga kesehatan.
1.Menjaga kesehatan dapat dilakukan pada dua
fase; (a) melakukan upaya preventif agar tidak
terkena penyakit; dan (b) berobat manakala
sakit agar diperoleh kesehatan kembali.
2.Salah satu langkah lengkah preventif menjaga
kesehatan adalah mencegah timbulnya
penyakit yang sedang mewabah, salah satunya
melalui vaksinasi.
3.Masalah kemudian muncul ketika diketahui
bahwa dalam proses pembuatan vaksin
menggunakan barang haram/najis atau
berinteraksi dengan barang haram/najis,
seperti porcine (khinzir).
Imunitas dan Kekebalan Tubuh
Mencegah Penyakit
Vaksinasi
Menjaga Kesehatan
Vaksin Halal
Vaksin Haram/Najis
Darurat/Hajat
Mencegah didahulukan
Alternatif-Alternatif Lain
PRINSIP IKHTIAR: MENCEGAH
PENYAKIT DAN BEROBAT JIKA SAKIT
Landasan Normatif
• عن حبيب بن أبي ثابت قال سمعت إبراهيم بن سعد قال سمعت أسامة بن زيد يحدث سعدا عن
إذا سمعتم بالطاعون بأرض فال تدخلوها وإذا وقع بأرض وأنتم: النبي صلى هللا عليه وسلم قال
)بها فال تخرجوا منها" (رواه البخاري
Dari Habib bin Abi Tsabit ia berkata: Saya mendengar Ibrahim bin Sa'd
berkata: Saya mendengar Usamah bin Zaid berbincang dengan Sa'd
tentang apa yang didengar dari nabi saw bahwa beliau bersabda: "Bila
kalian mendengar ada wabah penyakit di suatu daerah maka jangan
masuk ke daerah wabah tersebut. Dan bila wabah tersebut telah terjadi
di suatu daerah sedang kalian berada di situ, maka jangan keluar dari
daerah tersebut". (HR. Bukhari)
Hasil Akhir
Masalah Fungsi dan Urgensi
Vaksin Vaksinasi
Regulasi/Peraturan dan
Ketentuan Negara
Vaksin Halal: Langkah Strategis Percepatan
Program Imunisasi
• Penyediaan Vaksin Halal adalah salah satu langkah strategis percepatan
program imunisasi
• Penggunaan konsumsi halal, termasuk di dalamnya obat adalah tuntutan
agama yang merupakan hak warga negara dan dilindungi oleh konstitusi
• Ketiadaan Vaksin Halal menjadi dosa sosial ilmuwan.
• Tanggung jawab kolektif: mewujudkan vaksin halal
• Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat Indonesia
untuk melakukan penelitian yang serius agar menemukan vaksin
meningitis yang halal.
• Para ilmuan dan Ulama harus melalukan ijtihad dan jihad keilmuan untuk
menemukannya.
• Untuk memenuhi kebutuhan umat Islam, maka wajib hukumnya bagi para
ilmuan untuk melakukan penelitian dan penemuan vaksin halal.
Kesimpulan
1. Imunisasi dan Vaksinasi dalam sudut pandang Islam pada dasarnya
dibolehkan, untuk mencegah terjadinya penyakit.
2. Penggunaan vaksin yang mengandung atau bersinggungan dengan
unsur yang diharamkan, maka hukumnya haram. Dengan demikian,
keharamannya bukan pada tindakan vaksinasi, namun karena vaksinasi
dengan vaksin yang diharamkan.
3. Dalam hal tidak (atau lebih tepatnya belum) ditemukannya vaksin yang
halal, vaksin yang haram dapat digunakan terkait dengan adanya
kebutuhan yang mendesak (li al-hajah). Dalam hal ini, kebutuhan untuk
menunaikan kewajiban, yaitu ibadah haji.
4. Dengan demikian esensinya tetap haram, namun dibolehkan.
Kebolehan penggunaan vaksin yang haram tidak merubah esensi
keharamannya.
5. Pembolehan penggunaan vaksin meningitis yang haram bersifat
kondisional (pada kondisi mendesak untuk dibutuhkan) dan temporal
(hingga ditemukan vaksin yang halal). Di luar dua keadaan tersebut,
tidak dibolehkan.
6. Temporalitas pembolehan penggunaan vaksin yang haram, secara
implisit mewajibkan bagi umat Islam, khususnya para peneliti di bidang
vaksin untuk melakukan penelitian dan menemukan vaksin pengganti
yang halal.
Konsep Aqil Baligh
• Akil baligh (Bahasa Arab: 'aqala = berakal,
mengetahui, atau memahami; balagha = sampai).
• Akil baligh adalah seseorang yang sudah sampai
pada usia tertentu untuk dibebani hukum syariat
(taklif) dan mampu mengetahui atau mengerti
hukum tersebut.
• Baligh (kedewasaan fisik biologis) mesti sejalan
dengan Aqil (kedewasaan psikologis, sosial,
syariah).
• Masa akil baligh bagi seorang anak laki-laki
biasanya diawali dengan peristiwa 'mimpi'.
Sedangkan bagi seorang anak perempuan
masa akil baligh dimulai dengan terjadinya
menstruasi.
Secara hukum Islam, seseorang dapat dikatakan baligh apabila :
Komparasi 8 th 9 -15 th 17 th 25 th 35 th 40 th
• Narkoba,dll
Imam Ibnu Qoyyim berkata
• Betapa banyak orang yang menyengsarakan
anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat
karena ia tidak memperhatikannya, tidak
mendidiknya dan memfasilitasi syahwat
(keinginannya), sementara dia mengira telah
memuliakannya padahal dia telah
merendahkannya. Dia juga mengira telah
menyayanginya padahal dia telah mendzaliminya.
Maka hilanglah bagiannya pada anak itu di dunia
dan akhirat. Jika Anda amati kerusakan pada
anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah.
(Tuhfatul maudud 1/242)
1.Memperhatikan tahapan perkembangan
anak dalam mendidik
• “perintahkan anakmu
untuk melaksanakan
sholat di saat mereka
berusia 7 tahun dan
pukullah mereka karena
sholat-yakni tidak
mengerjakannya-di saat
mereka telah berusia 10
tahun”
Fase perkembangan anak