Anda di halaman 1dari 49

Hukum Imunisasi, Konsep Aqil Baligh dan

Konsep Anak dalam Pandangan Islam

Samsudin Salim
PRINSIP DASAR
1.Inti ajaran Islam adalah merealisasikan
kemaslahatan (jalb al-mashlahah) dan
mencegah terjadinya kemadaratan (daf'u al-
madlarrah). Bahaya di sini adalah yang
menimpa manusia baik bahaya yang
mengancam fisik maupun psikis.
2.Tujuannya adalah agar manusia dapat
menjalankan tugasnya sebagai hamba sekaligus
khalifah Allah SWT di muka bumi ini dengan
baik.
3.Dengan demikian Islam sangat mendorong
umatnya untuk senantiasa menjaga kesehatan.
1.Menjaga kesehatan dapat dilakukan pada dua
fase; (a) melakukan upaya preventif agar tidak
terkena penyakit; dan (b) berobat manakala
sakit agar diperoleh kesehatan kembali.
2.Salah satu langkah lengkah preventif menjaga
kesehatan adalah mencegah timbulnya
penyakit yang sedang mewabah, salah satunya
melalui vaksinasi.
3.Masalah kemudian muncul ketika diketahui
bahwa dalam proses pembuatan vaksin
menggunakan barang haram/najis atau
berinteraksi dengan barang haram/najis,
seperti porcine (khinzir).
Imunitas dan Kekebalan Tubuh

• Keharusan memberikan air susu yang pertama keluar


(colostrum, al-liba’--‫ ) اللبأ‬kepada anaknya.
• Kaedah fiqihiyyah
‫الدفع أولى من الرفع‬
• Melalui kaidah ini dapat difahami bahwa menolak penyakit
dengan daya kebal dan daya tangkal yang kuat itu lebih
utama, lebih ampuh dan lebih mudah daripada
menyembuhkan penyakit yang sudah terlanjur menempel
pada badan manusia.
• Dalam konteks kesehatan ibu dan anak misalnya, imunisasi
dan pemberian asi serta makanan bergizi harus mendapatkan
perhatian utama dalam upaya menciptakan generasi yang
sehat.
Fikih Pencegahan Penyakit
• Perintah untuk menjaga kesehatan, dengan
sendirinya adalah perintah untuk melakukan
seluruh sarana yang mewujudkan kesehatan,
dan menghindarkan diri hal yang
menyebabkan ketidaksehatan, juga melakukan
langkah preventif untuk mencegah terjadinya
penyakit.
• Salah satu teori hukum Islam yang dipakai
oleh ulama madzhab dalam penetapan hukum
adalah sadd al-dzari'ah, yaitu menutup
peluang terjadinya akibat buruk atau tindakan
preventif atas dampak yang ditimbulkan.
Fikih Pencegahan Penyakit
• Dalam perspektif hukum Islam, pencegahan
penyakit hukumnya wajib untuk merealisaikan
tujuan yang lebih besar, yakni kemaslahatan
dan kesehatan yang paripurna.
• Pencegahan secara dini terhadap terjangkitnya
suatu penyakit, seperti dengan imunisasi
polio, campak, dan juga DPT serta BCG,
termasuk vaksinasi meningitis adalah cermin
perintah untuk menjaga kesehatan secara
preventif.
ASI, Pola hidup sehat

Mencegah Penyakit
Vaksinasi

Menjaga Kesehatan

Berobat pada saat sakit

Vaksin Halal

Vaksin Haram/Najis 
Darurat/Hajat

Sementara Vaksin Halal


Manfaat dan Urgensi
Vaksinasi
Fungsi dan Urgensi
Vaksinasi
Bahaya dan Dampak
Tidak Divaksinasi

Mencegah didahulukan

Alternatif Obat Lain, seperti :


Antibiotik, Multivitamin, dsb

Alternatif-Alternatif Lain
PRINSIP IKHTIAR: MENCEGAH
PENYAKIT DAN BEROBAT JIKA SAKIT
Landasan Normatif
• ‫عن حبيب بن أبي ثابت قال سمعت إبراهيم بن سعد قال سمعت أسامة بن زيد يحدث سعدا عن‬
‫ إذا سمعتم بالطاعون بأرض فال تدخلوها وإذا وقع بأرض وأنتم‬: ‫النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
)‫بها فال تخرجوا منها" (رواه البخاري‬
Dari Habib bin Abi Tsabit ia berkata: Saya mendengar Ibrahim bin Sa'd
berkata: Saya mendengar Usamah bin Zaid berbincang dengan Sa'd
tentang apa yang didengar dari nabi saw bahwa beliau bersabda: "Bila
kalian mendengar ada wabah penyakit di suatu daerah maka jangan
masuk ke daerah wabah tersebut. Dan bila wabah tersebut telah terjadi
di suatu daerah sedang kalian berada di situ, maka jangan keluar dari
daerah tersebut". (HR. Bukhari)

Hadis ini menjelaskan langkah preventif yang defensif;


(i) seruan untuk menjauhi daerah yang terkena wabah penyakit untuk
mencegah terjadinya penularan;
(ii) perihal karantina dan isolasi atas suatu wabah penyakit akan tidak terjadi
penularan meluas, keluar dari daerah pandemic.
Landasan Normatif
• ‫ سمعت رسول هللا صلى هللا عليه‬:‫عن سعد بن أبي وقاص يقول‬
‫ من تصبح بسبع تمرات عجوة ذلك اليوم سم وال سحر‬:‫وسلم يقول‬
)‫(رواه مسلم‬
Dari Sa'd bin Abi Waqqash ra ia berkata: Saya mendengar
rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa makan tujuh butir
kurma Madinah pada pagi hari, ia tidak akan terkena
pengaruh buruk sihir atau racun”. (HR. Muslim)

• Petunjuk nabi saw ini menegaskan mengenai tindakan


preventif secara proaktif, dengan jalan memakan tujuh butir
kurma madinah agar terhindar dari penyakit.
BEROBAT HARUS MENGGUNAKAN
SARANA YANG HALAL
BEROBAT DENGAN YANG HALAL

• Dalam fikih Islam, berobat harus


menggunakan barang yang halal. Ditegaskan,
Allah tidak menjadikan obat pada barang yang
haram.
• Untuk menghasilkan produk halal, di samping
bahannya (dzat) harus halal, proses
produksinya juga terjaga dari kontaminasi
bahan haram dan/atau najis.
Landasan Normatif
‫او ْوا بِ َح َر ٍام (رواه أبو داوود‬ َ ‫إِ َّن هَّللا َ أَ ْن َز َل ال َّدا َء َوال َّد َوا َء َو َج َع َل لِ ُك ِّل َدا ٍء َد َوا ًء فَتَ َدا َو ْوا َواَل تَ َد‬
)‫عن أبي الدرداء‬
• “Allah telah menurunkan penyakit dan obat, serta menjadikan obat
bagi setiap penyakit; maka, berobatlah dan janganlah berobat
dengan benda yang haram.” (HR. Abu Daud dari Abu Darda).”
‫شفَا َء ُك ْم فِي َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ْم‬ِ ‫إِنَّ هَّللا َ لَ ْم يَ ْج َع ْل‬
• “Allah tidakmenjadikan obatmu pada sesuatu yang diharamkan
atasmu”
َ ‫ت فَقَا َل إِ ْن َك‬
‫ان َجا ِم ًدا‬ ْ َ‫ت فِي َس ْم ٍن فَ َمات‬ ْ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ْن فَأْ َر ٍة َوقَ َع‬ َ ِ ‫ُسئِ َل َرسُو ُل هَّللا‬
)‫ان َمائِعًا فَاَل تَأْ ُكلُوهُ (رواه أحمد عن أبي هريرة‬ َ ‫فَ ُخ ُذوهَا َو َما َح ْولَهَا َو ُكلُوا َما بَ ِق َي َوإِ ْن َك‬
• “Rasulullah SAW ditanya tentang tikus yang jatuh ke dalam keju.
Beliau SAW menjawab: ”Jika keju itu keras (padat), buanglah tikus
itu dan keju sekitarnya, dan makanlah (sisa) keju tersebut; namun
jika keju itu cair, maka janganlah kamu memakannya” (HR. Ahmad
dari Abu Hurairah).
‫نهى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن الدواء الخبيث‬
• Rasulullah saw melarang berobat dengan obat yang kotor
Prinsip Pengobatan Halal
• Pada prinsipnya pengobatan harus dilakukan dengan
barang yang halal.
• Penggunaan barang halal tidak terbatas pada
dzatnya, melainkan juga di dalam proses
produksinya.
• Barang yang halal, jika diproduksi dengan melalui
proses yang tidak benar secara fikih, misalnya
menggunakan bahan baku atau bahan penolong yang
haram/najis maka hukumnya tetap haram sepanjang
belum dilakukan penyucian secara syar'i.
• Hal ini berlaku umum, baik bagi makanan, minuman,
maupun obat-obatan yang kepentingannya untuk
dikonsumsi.
FATWA MUI TERKAIT DENGAN
VAKSINASI UNTUK ANAK
Fatwa tentang Makanan dan Minuman yang Bercampur
dengan Barang Haram/Najis (1 Juni 1980)

1. Setiap makanan dan minuman yang jelas


bercampur dengan barang haram/najis hukumnya
haram.
2. Setiap makanan dan minuman yang diragukan
bercampur dengan barang haram/najis hendaknya
ditinggalkan.
3. Adanya makanan dan minuman yang diragukan
bercampur dengan barang haram/najis hendaklah
Majelis Ulama Indonesia meminta kepada instansi
yang bersangkutan memeriksanya di laboratorium
untuk dapat ditentukan hukumnya.
FATWA TENTANG PENGGUNAAN VAKSIN POLIO
KHUSUS (IPV) Tahun 2002

1. Pada dasarnya, penggunaan obat-obatan,


termasuk vaksin, yang berasal dari --atau
mengandung-- benda najis ataupun benda
terkena najis adalah haram.
2. Pemberian vaksin IPV kepada anak-anak yang
menderita immunocompromise, pada saat
ini, dibolehkan, sepanjang belum ada IPV
jenis lain yang suci dan halal.
Rekomendasi
• Pemerintah hendaknya mengkampanyekan agar setiap ibu
memberikan ASI, terutama colostrum (‫) اللبأ‬, secara memadai
(sampai dengan dua tahun).
• Pemerintah hendaknya mengupayakan secara maksimal, serta
melalui WHO dan negara-negara berpenduduk muslim, agar
memperhatikan kepentingan umat Islam dalam hal kebutuhan
akan obat-obatan yang suci dan halal.
FATWA TENTANG PENGGUNAAN VAKSIN POLIO ORAL
(OPV) Tahun 2005

1. Pada dasarnya, penggunaan obat-obatan,


termasuk vaksin, yang berasal dari --atau
mengandung-- benda najis ataupun benda
terkena najis adalah haram.
2. Pemberian vaksin OPV kepada kepada
seluruh balita, pada saat ini, dibolehkan,
sepanjang belum ada OPV jenis lain yang
produksinya menggunakan media dan proses
yang sesuai dengan syariat Islam.
Vaksin
(Produk/Benda) Bahan Baku

Proses Produksi Bahan Penolong

Hasil Akhir
Masalah Fungsi dan Urgensi
Vaksin Vaksinasi

Regulasi/Peraturan dan
Ketentuan Negara
Vaksin Halal: Langkah Strategis Percepatan
Program Imunisasi
• Penyediaan Vaksin Halal adalah salah satu langkah strategis percepatan
program imunisasi
• Penggunaan konsumsi halal, termasuk di dalamnya obat adalah tuntutan
agama yang merupakan hak warga negara dan dilindungi oleh konstitusi
• Ketiadaan Vaksin Halal menjadi dosa sosial ilmuwan.
• Tanggung jawab kolektif:  mewujudkan vaksin halal
• Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat Indonesia
untuk melakukan penelitian yang serius agar menemukan vaksin
meningitis yang halal.
• Para ilmuan dan Ulama harus melalukan ijtihad dan jihad keilmuan untuk
menemukannya.
• Untuk memenuhi kebutuhan umat Islam, maka wajib hukumnya bagi para
ilmuan untuk melakukan penelitian dan penemuan vaksin halal.
Kesimpulan
1. Imunisasi dan Vaksinasi dalam sudut pandang Islam pada dasarnya
dibolehkan, untuk mencegah terjadinya penyakit.
2. Penggunaan vaksin yang mengandung atau bersinggungan dengan
unsur yang diharamkan, maka hukumnya haram. Dengan demikian,
keharamannya bukan pada tindakan vaksinasi, namun karena vaksinasi
dengan vaksin yang diharamkan.
3. Dalam hal tidak (atau lebih tepatnya belum) ditemukannya vaksin yang
halal, vaksin yang haram dapat digunakan terkait dengan adanya
kebutuhan yang mendesak (li al-hajah). Dalam hal ini, kebutuhan untuk
menunaikan kewajiban, yaitu ibadah haji.
4. Dengan demikian esensinya tetap haram, namun dibolehkan.
Kebolehan penggunaan vaksin yang haram tidak merubah esensi
keharamannya.
5. Pembolehan penggunaan vaksin meningitis yang haram bersifat
kondisional (pada kondisi mendesak untuk dibutuhkan) dan temporal
(hingga ditemukan vaksin yang halal). Di luar dua keadaan tersebut,
tidak dibolehkan.
6. Temporalitas pembolehan penggunaan vaksin yang haram, secara
implisit mewajibkan bagi umat Islam, khususnya para peneliti di bidang
vaksin untuk melakukan penelitian dan menemukan vaksin pengganti
yang halal.
Konsep Aqil Baligh
• Akil baligh (Bahasa Arab: 'aqala = berakal,
mengetahui, atau memahami; balagha = sampai).
• Akil baligh adalah seseorang yang sudah sampai
pada usia tertentu untuk dibebani hukum syariat
(taklif) dan mampu mengetahui atau mengerti
hukum tersebut.
• Baligh (kedewasaan fisik biologis) mesti sejalan
dengan Aqil (kedewasaan psikologis, sosial,
syariah).
• Masa akil baligh bagi seorang anak laki-laki
biasanya diawali dengan peristiwa 'mimpi'.
Sedangkan bagi seorang anak perempuan
masa akil baligh dimulai dengan terjadinya
menstruasi.
Secara hukum Islam, seseorang dapat dikatakan baligh apabila :

1. Mengetahui, memahami, dan mampu membedakan


mana yang baik dan mana yang buruk
2. Telah mencapai usia 15 tahun ke atas dan atau sudah
mengalami mimpi basah.(bagi laki-laki)
3. Telah mencapai usia 9 tahun ke atas dan atau sudah
mengalami "menstruasi". (bagi perempuan)
Sayyidah Aisyah menyatakan,
ِ ‫ت ْال َج‬
• ‫اريَةُ تِ ْس َع ِسنِي َْن فَ ِه َي ا ْم َرآَةٌ – رواه الترمذ‬ ِ ‫إِ َذا بَلَ َغ‬
Jika anak gadis telah mencapai umur 9 tahun, maka ia
termasuk perempuan (memasuki umur baligh). (H.R.
Tirmidzi)
Tanda-Tanda Baligh untuk Laki-laki
1) Ihtilam, yaitu keluar air mani baik karena mimpi
atau karena lainnya
2) Tumbuhnya rambut kemaluan
Dari ‘Athiyyah ia berkata : “Kami dihadapkan kepada
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam pada hari
Quraidhah , di situ orang yang sudah tumbuh bulu
kemaluannya dibunuh, sedang orang yang belum
tumbuh dibiarkan. Aku adalah orang yang belum
tumbuh maka aku dibiarkan”(HR. Abu Dawud,
Tirmidzi , Nasa’I , Ibnu Majah dan Ahmad).
• Orang yang akil baligh disebut mukalaf. Akil (orang
yang berakal) adalah lawan dari ma'tuh (bodoh),
majnun (orang gila), dan muskir (orang mabuk).
Sedangkan baligh adalah lawan dari shabiy (anak-
anak).

• Orang yang berakal adalah orang yang sehat


sempurna pikirannya, dapat membedakan baik dan
buruk, benar dan salah, mengetahui kewajiban,
dibolehkan dan yang dilarang, serta yang bermanfaat
dan yang merusak.
• Seseorang yang sudah baligh dibebani hukum syara’
apabila ia berakal dan mengerti hukum tersebut. Orang
bodoh dan orang gila tidak dibebani hukum karena
mereka tidak dapat mengerti hukum dan tidak dapat
membedakan baik dan buruk, maupun benar dan salah.

Rasulullah SAW bersabda, “Diangkatkan pena (tidak


dibebani hukum) atas tiga (kelompok manusia), yaitu
anak-anak hingga baligh, orang tidur hingga bangun,
dan orang gila hingga sembuh." (HR Abu Dawud).
• Orang gila dalam hadis ini menunjukkan orang yang
tidak berakal.
• Secara syariah ketika seorang anak mencapai aqil
baligh, maka berlakulah sinnu taklif yaitu masa-masa
pembebanan syariah. Artinya anak kita yang
mencapai aqil baligh maka kewajiban syariahnya
akan setara dengan kedua orangtuanya.
• Ketika itu anak-anak kita akan setara kewajibannya
dengan kedua orang tuanya dalam shalat, puasa,
zakat, haji, jihad, nafkah dan kewajiban sosial lainnya.
• Mereka telah menjadi manusia dewasa, yang
memikul semua beban kewajiban seorang manusia
dewasa.
• Rasulullah SAW telah memulai pendidikan generasi aqil baligh ini
tentu pada dirinya sendiri lewat bimbingan Allah SWT. Usia 9
tahun, Rasulullah SAW telah magang berdagang ke Syams
bersama pamannya. Lalu kemudian Rasulullah SAW
mempraktekannya kepada sahabat-sahabat muda (sahabat yg
masih anak ketika Rasulullah SAW sudah menjelang senja).

Komparasi 8 th 9 -15 th 17 th 25 th 35 th 40 th

Rasul Gembala Magang ke Pedagang CEO Global Mencari Rasul


kambing Syria, perang (Usaha ke 30 pasar Tuhan
Fijar sendiri) dunia

Kita Tidak Sekolah Kuliah Cari Kerja Mencari Puber ke 2


Dunia
• Jika dikonversi dengan zaman sekarang, usia 20
tahun ke atas hampir sama dengan usia 14 tahun
ketika zaman Rasulullah SAW.
• Zaman kita kurang lebih mundur 6 tahun tingkat
kedewasaannya. Ada upaya melambatkan
terbentuknya generasi aqil baligh ini. Bukan
hanya pada generasi muda Islam, namun seluruh
generasi di abad modern.
• Sebuah Journal Psikologi tahun 2009
menyebutkan bahwa penyebab penyimpangan
perilaku generasi muda adalah karena lambatnya
pengakuan sosial pada kedewasaan mereka.
• Di Amerika, bahkan kecenderungan seorang
dianggap dewasa ketika berusia 26 tahun.
KONSEP ANAK
DALAM PANDANGAN ISLAM
1. ANAK BISA MENJADI HIASAN BELAKA

Harta dan anak-anak adalah perhiasan


kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di
sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan. (Qs. Al-Kahfi 46)
2. ANAK BISA MENJADI MUSUH

  Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara


isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi
musuh bagimu[1479] Maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak
memarahi serta mengampuni (mereka) Maka
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Qs. At-Taghobun 14)
 
• [1479] Maksudnya: kadang-kadang isteri atau anak dapat
menjerumuskan suami atau Ayahnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang tidak dibenarkan agama.
ANAK BISA MENJADI FITNAH

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu


hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-
lah pahala yang besar. (Qs. At-Taghobun 15)
4. ANAK BISA MENJADI PENENANG JIWA
BAGI SEMUA ORANG

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan


Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri
Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang
hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa. (Qs. Al- Furqon
74)
PENGASUHAN ANAK
1. Pendidikan Agama yang mutakamilah
2. Makanan yang tepat
3. Lingkungan yang sesuai
4. Pengalaman Emosional
5. Stimulasi rasional yang tepat
6. Aktivitas fisik yang sesuai
• Kekerasan di sekolah :
menghancurkan mental
dan kepribadian

• Ideologi & agama yang


membahayakan aqidah

• Narkoba,dll
Imam Ibnu Qoyyim berkata
• Betapa banyak orang yang menyengsarakan
anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat
karena ia tidak memperhatikannya, tidak
mendidiknya dan memfasilitasi syahwat
(keinginannya), sementara dia mengira telah
memuliakannya padahal dia telah
merendahkannya. Dia juga mengira telah
menyayanginya padahal dia telah mendzaliminya.
Maka hilanglah bagiannya pada anak itu di dunia
dan akhirat. Jika Anda amati kerusakan pada
anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah.
(Tuhfatul maudud 1/242)
1.Memperhatikan tahapan perkembangan
anak dalam mendidik
• “perintahkan anakmu
untuk melaksanakan
sholat di saat mereka
berusia 7 tahun dan
pukullah mereka karena
sholat-yakni tidak
mengerjakannya-di saat
mereka telah berusia 10
tahun”
Fase perkembangan anak

• Lahir-1 tahun : masa membangun


kepercayaan
• 2-3 tahun : masa membangun
kemandirian
• 4-5 tahun : masa membangun
inisiatif. Aktif dan tegas dalam
mengeksplorasi dunia melalui imajinasi
dan pengalaman
• 6-12 tahun : masa untuk berkarya
tunjukan prestasi. Mengembangkan
bakat dan kemampuan;mencapai
kompetensi.
• Umur 12-18 tahun : Masa
mengembangkan identitas, menerima
diri sendiri, dan mandiri
2.Membangun
hubungan yang
erat dengan anak
melalui bermain
Rasulullah bersabda,“barang siapa
memiliki anak, hendaknya ia
bermain dengannya layaknya
anak”
Kisah rasul dengan cucunya

• Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menjulurkan


lidahnya kepada husain.Husain melihat merahnya
lidahnya dan iapun tersenyum riang karenanya.

• Diriwayatkan dari jabir, ia berkata,”aku menemui


Rasulullah SAW&beliau sedang berjalan dengan 4
kakinya,dan diatas punggungnya ada hasan dan
husain.beliau lalu berkata.”sebaik-baik onta adalah
onta kalian berdua dan sebaik-baik penunggang
adalah kalian berdua”
3.Membangun kemampuan berpikir anak

• Penting bagi anak


memiliki kemampuan
menyelesaikan
masalahnya sendiri karena
sepanjang hidupnya akan
selalu menghadapi
permasalahan dan pilihan
hidup
4.Berinteraksilah dengan lembut kepada
anak
• Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam
bersabda,”sesungguhnya,sikap lembut tidak ada
pada sesuatu kecuali pasti membuatnya indah
dan tidak dicabut dari sesuatu kecuali pasti
mengeruhkannya”

• Perlakuan kasar kepada anak hanya akan


membuat anak bertambah membangkang atau
bahkan membenci orangtuanya. Karenanya
bersikaplah lemah lembut namun tetap tegas
kepada anak.
5.Pujilah anak untuk memotivasinya
• Rasulullah memotivasi Abdullah bin umar
di saat Abdullah masih kecil dengan
ucapan beliau,”sebaik-baik lelaki adalah
Abdullah bila ia sholat di malam hari.
Setelah mendengar ucapan Rasulullah
tersebut, Abdullah tidak tidur malam
kecuali sedikit.
• Pujian yang baik hendaknya ditujukan
kepada perilakunya dan bukan sekedar
memuji orangnya.
6.Menghindari banyak mencaci dan
mencela anak
• Anas Bin Malik
mengungkapkan,”aku telah
melayani Rasulullah selama
sepuluh tahun dan beliau tidak
pernah mengatakan hal buruk
kepadaku atau mengatakan
kepadaku,”mengapa kau
lakukan ini,”atau”mengapa
tidak lakukan ini?”

Anda mungkin juga menyukai