Anda di halaman 1dari 13

HUKUM

IMUNISASI
By: Kelompok 4 (Kelas Kebumen)
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Kelompok 4:
1. Agus Istikmal
2. Agustina Handayani
3. Kasiyanto
4. Marleni
5. Muhamad Noer
6. Nur Ngaisah
7. Purwaning Rahmawati
8. Rindy Eki Prawita
9. Robertus Eka Wardoyo
10. Sigit Bahariawan
11. Sri Lestariningsih
12. Yuyun Ika S
IMUNISASI DALAM ISLAM
1. Pendahuluan
Imunisasi diartikan pemberian vaksin untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu
Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan
dan dapat merangsang antibodi yang berfungsi
melindungi terhadap penyakit
Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh
lebih besar daripada efek samping yang mungkin
timbul
2. Dasar Hukum Imunisasi

Perintah Rasulullah Ajaran islam menganut


SAW: “jaga dan 85% 35% 65% 45%
asas lebih baik mencegah
perhatikanlah lima hal dari pada mengobati,
sebelum datang lima dengan demikian hukum
hal yang lainnya, hidup pencegahan terhadap
sebelum ajal, sehat suatu penyakit atau
sebelum sakit, muda penularannya melalui
sebelum tua, lapang imunisasi hukumnya wajib
seblum sempit, kaya karena termasuk
sebelum miskin” memelihara jiwa
• Imunisasi pertama pada anak adalah air susu ibu (ASI), pada ASI terkandung zat –
zat yang dibutuhkan anak untuk kekebalan tubuhnya
• Berdasarkan sabda Rasulullah, “ barang siapa makan tujuh butir kurma Madinah
pada pagi hari, ia tidak akan terkena pengaruh buruk sihir atau racun” ini termasuk
tindakan menghindari penyakit sebelum terjadi.
• Demikian juga jika dikhawatirkan timbulnya suatu penyakit dan dilakukan
immunisasi untuk melawan penyakit yang muncul di suatu penyakit yang muncul di
suatu tempat atau dimana saja maka hal itu tidak masalah, karena termasuk
tindakan pencegahan, sebagaimana penyakit yang datang diobati, demikian juga
penyakit yang dikhawatirkan kemunculannya
3. Ketaatan Terhadap Kebijakan Pemerintah/waliyul ‘amr
• Pemerintah berupaya melakukan pembasmian
penyakit....Dalam An Nisa’:59 yang artinya: “
Hai orang – orang yang beriman, taatilah Allah,
Rasul (Nya) dan Ulil Amri diantara kamu”

• Kita wajib taat kepada pemerintah baik dalam


hal yang sesuai dengan syariat maupun yang
mubah, jika tidak, maka kita berdosa.

• Di Saudi Arabia sendiri untuk pendaftaran haji


melalui hamlah (travel) diwajibkan bagi setiap
penduduk asli maupun pendatang untuk
memenuhi syarat tath’im (vaksinasi) karena
banyaknya wabah yang tersebar saat haji
nantinya.
4. Masalah Istihalah
Adalah berubahnya suatu benda yang najis atau haram menjadi benda lain yang
berbeda nama sifatnya, seperti khamr berubah menjadi cuka, bai menjadi garam,
minyak menjadi sabun dsb. dalil – dalil yang bersangkutan:

A
kesepakatan ahli ilmu B
bahwa khamr apabila Pendapat mayoritas
berubah menjadi cuka ulama bahwa kulit
menjadi suci bangkai bisa suci dengan
C disamak, berdasarkan
Benda – benda baru tersebut sabda Nabi “kulit bangkai
setelah perubahan hukum asalnya jika disamak maka ia
adalah suci dan halal, tidak ada menjadi suci”
dalil yang menajiskan dan
mengharamkannya
5. Masalah Istihlak Yaitu percampuran benda najis atau haram dengan benda suci,
sehingga mengalahkan sifat najisnya, baik rasa, warna dan
baunya

• Vaksin halal untuk dimasukkan ke dalam tubuh, meskipun dalam


proses pembuatan vaksin sempat bersinggungan dengan enzim
tripsin yang dihasilkan dari pankreas babi. Namun dengan
teknologi modern, vaksin tersebut dicuci sehingga tidak lagi
mengandung unsur babi.
• Dari vaksin yang banyak itu, diperlukan enzim tripsin babi
sebagai pemisah, filterisasi, jika tidak ada unsur itu, vaksinnya
tidak jasi, dengan pencucian kimiawi, tidak ada unsur babi lagi,
sehingga bersih dan halal untuk dipakai
• Vaksin merupakan upaya pencegahan atau pengobatan dari
wabah penyakit yang bisa saja menular, sementara berobat untuk
sehat wajib bagi sebagian ulama
• Di Indonesia sendiri pembuatan vaksin sudah dilakukan PT
Biofarma Bandung, sudah digunakan 120 negara lain, 36
diantaranya negara dengan mayoritas penduduk muslim
6. Darurat dalam berobat
Dharurah (darurat) adalah suatu keadaan
terdesak untuk menerjang keharaman, yaitu
ketika seorang memiliki keyakinan bahwa
apabila dirinya tidak menerjang larangan
tersebut niscaya akan binasa atau
mendapatkan bahaya besar pada badannya,
hartanya atau kehormatannya

Namun kaidah ini harus memenuhi 2 persyaratan:


• Tidak ada pengganti lainnya yang boleh
(mubah/halal)
• Mencukupkan sekadar untuk kebutuhan
saja
d. Hukum berobat dengan sesuatu yang haram
QS Al An’am: 119 ...”sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa
yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya”

Kondisi darurat, yaitu apabila penyakit dan obatnya memenuhi kriteria:

Penyakit tersebut harus diobat

Yakin bahwa obat ini bisa mencegah dan mengobati penyakit tersebut

Tidak ada pengganti lainnya yang mubah


7. Mengambil 8. Islam bukan agama
hukum yang ringan yang menghendaki
madharatnya kesuliatan
• Berdasarkan pada kaidah • Agama islam adalah
fiqhiyah, “ jika ada dua agama yang mudah
madharat (bahaya) saling dan tidak kaku, Allah
berhadapan maka diambil tidak menghendaki
yang paling ringan”. kesulitan kepada
hambanya.
• Dan Maha Benar Allah
yang menciptakan • Dalam QS Al-
penyakit namun pasti ada Hajj:78 ...”Dia sekali –
obatnya. Kalau tidak ada kali tidak menjadikan
obatnya sekarang, maka untuk kamu agama
hanya karena manusia suatu kesempitan”
belum menemukannya.
Kesimpulan
Imunisasi untuk kepentingan kesehatan
0
sangat dianjurkan, bahkan dapat dikatakan
wajib jika berpegang pada sadudzdzari’ah.

Imunisasi dengan dugaan adanya campuran


bahan haram, dan vaksin tersebut sudah dicuci
dengan bahan kimiawi, maka hukumnya
menjadi halal (suci) dengan dasar istihlak
Jika ada indikasi keharaman, maka hukumnya
tetap boleh dengan alasan: darurat, dan
mengambil madharat yang lebih ringan
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai