Nama/NIM Anggota :
1. Firna Rufaida/003
2. Yunisa Salsabila/008
3. Arinda Luh M.M/009
4. Rossydatul Hanifah/011
5. Yulia Farizki S/013
6. Rivandi Dzaki K/014
7. Niken Pinasty M/035
Pengantar
Materi
Sub Materi 1:
Makanan Halal Secara bahasa kata halal berarti terbuka. Sedangkan secara istilah,
menurut al-Jurjani berarti setiap sesuatu yang tidak dikenakan sanksi penggunaannyaa
tau sesuatu perbuatan yang dibebaskan syariat untuk dilakukan(al Jurjânî, 1405: 124)K
emudian dalam penjelasan Imam Syaukani dinyatakan sebagai halal karena telah ter
urainya simpul tali atau ikatan larangan yang mencegah.(al Syaukânî, 2007: 216)Lalu dal
am ensiklopedi hukum Islam definisi halal adalah segala sesuatu yang menyebabk
an seseorang tidak dihukum jika menggunakannya, atau sesuatu yang boleh dikerjak
an menurut syara‟(Dahlan, 1996: 505–506).Pada dasarnya semua makanan yang ada di d
unia ini halal untuk dimakan, kecualiterdapat dalil yang melarang baik itu dari al-Qur
‟an atau hadits. Sesuai dengan kaidah fikih:ْْىص
ْصْاىىص
َّالاىص
َّلىت
ْت ىاتالصْي
َّ ْ َّالىص
ْت ْص
ص
Artinya : “Hukum asal segala sesuatuadalah bolehsampai ada dalil yang melarangny
a (memakruhkannya atau mengharamkannya).”Maksud dari kaidah ini adalah bahwa h
ukum asal segala sesuatu yang diciptakan AllahSWT adalah halal dan mubah, kecuali
terdapat dalil nash yang menunjukkan keharamannya. Dengan kata lain jika tidak terdapat
dalil nash atau tidak tegas penunjukan keharamannya, maka sesuatu itu tetaplahpada
hukum asalnya yaitu mubah. Sandaran dari kaidah tersebut yaituQS. al-Baqarah (2): 29,
َْيلكوىوتوىس مكاقخيذتاوىمىعاص
َّ ِىمص
ْ ْف
ْرصَضص
ُىىجَّث
ْستيلصَّْساإَل ىو
َّوسفاىمت
َّنىت
ْبست
عص
Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kam
u dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia
Maha mengetahui segala sesuatu”.Ayat tersebut menjelaskan bahwa segala sesuatu
yang telah diciptakan Allah di muka bumi ini adalah nikmat darinya dan Allah tidak meng
haramkan sesuatu kecuali hanya beberapa bagian saja dan pasti ada hikmah di balik itu ya
ng pada hakikatnya adalah sebuah kemaslahatan pula bagi umat manusia sebab kebai
kan dan manfaat kembali kepada manusia itu sendiri.
Ayat tersebut menjelaskan secara tegas mengenai 4 (empat) jenis makanan yang haram d
ikonsumsi yaitu bangkai, darah, babi, dan binatang yang disembelih untuk selain Allah. Se
mentara itu, hanya ada 1 (satu) jenis minuman yang diharamkan, yaitu khamar sperti dijelas
kan oleh Allah Swt dalam surat al-Maidah ayat 90. Di luar itu, hadis-hadis Nabi Saw menam
bahkan beberapa jenis binatang yang haram dikonsumsi seperti biantang buasa yang bertari
ng, berkuku tajamm, binatanh yang hidup di dua alam (darat dan laut), potongan dari binat
ang yang masih hidup, dan sebagainya. (Sabiq, 1983)
3. Semua jenis minuman adalah halal kecuali minuman yang memabukan seperti arak dan y
ang dicampur dnegan benda-benda najis, baik sedikit maupun banyak.
Titik kritis kehalalan adalah menelusuri asal usul bahan dan proses pembuatannya kemu
dian di konsultasikan dengan kaidah-kaidah hukum Islam yang berkaitan dengan kehalalan
pangan. apabila bersesuaian berarti halal,bila tidak berarti diragukan. Lalu dilakukan verifik
asi terhadap hal yang diragukan tersebut.Penentuan titik kritis dalam proses sertifikasi prod
uk halal berfungsi mencegah terjadinya kesalahan dan penyimpangan dalam proses produk
si halal. Titik kritis ini mengacu pada pedoman halal yang telah dibuat ,yang mencakup bah
an bahan yang digunakan untuk berproduksi ,serta tahapan proses yang mungkin berpenga
ruh terhadap Keharaman produk. untuk menentukan titik titik kendali kritis,harus dibuat d
an di verifikasi bagan alur bahan ,yang selanjutnya diikuti dengan analisa terhadap tahapan
yang berpeluang untuk terkena kontaminasi bahan yang menyebabkan haram.
Produk pangan yang baik dalam Islam di Istilahkan Thayyibb, sedangkan pangan bukan han
ya harus Thayyibb tetapi juga harus halal. Seperti yang tercantum dalam Firman Allah:
“ hai sekalian manusia,makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,dan ja
nganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaiton,karena sesungguhnya syaiton itu adalah
musuh yang nyat bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:168)
Berdasarkan payung (hukum) ayat 168 surah Al-Baqarah ini menunjukkan bahwa tidak
hanya umat Islam ,tetapi juga umat-umat lainnya harus mengkonsumsi pangan yang halal l
agi baik. Setiap manusia ,apapun agama dan keyakinan yang dianutnya, pasti memerlukan
makanan untuk kelangsungan hidupnya. Dan agar selamat dalam kehidupannya secara fisi
k-biologis, sehat secara fisik jasmani, makanan yang dikonsumsi itu haruslah yang halal dan
Thayyibb,karena semua yang halal itu niscaya mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan
Sub Materi 2:
Kasus pengoplosan daging babi dengan daging sapi, daging ayam dan
produk halal lainnya. Pengoplosan dapat terjadi pada produk segar daging babi
dapat dibedakan dari daging sapi, ayam, kerbau dan lainnya, dimana daging babi
mempunyai karakteristik serat daging yang halus, lemak di luar lapisan daging dan
dagingnya berwarna merah muda. Namun, kandungan daging babi pada produk
olahan seperti bakso, nugget, burger, dan sosis menjadi susah karena tidak dapat
dibedakan secara makroskopis.
Adanya substitusi bahan baku atau bahan tambahan lainnya sering tidak
diinformasikan oleh produsen kepada konsumen. Sehingga, perlu dilakukan
verifikasi terhadap produk makanan yang beredar di pasaran apakah terdapat
kontaminasi babi atau tidak. Pengujian ilmiah merupakan sebuah solusi dalam
menjawab permasalahan tersebut. Karena saat ini, bahan baku asal hewan halal dan
non-halal telah benar-benar dimodifikasi sehingga sangat sulit untuk
mengidentifikasi dan mengkonfirmasi apakah suatu produk makanan tersebut halal
atau haram.
Sub Materi 3:
(Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah suatu metode enzimatis untuk amplifikasi
DNA dengan cara in vitro. Pada proses PCR diperlukan beberapa komponen utama, yaitu D
NA cetakan, Oligonukleotida primer, Deoksiribonukelotida trifosfat (dNTP), Enzim DNA P
olimerase, dan Komponen pendukung lain adalah senyawa buffer. Pada proses PCR mengg
unakan menggunakan alat termosiklus. Sebuah mesin yang memiliki kemampuan untuk me
manaskan sekaligus mendinginkan tabung reaksi dan mengatur temperatur untuk tiap taha
pan reaksi. Ada tiga tahapan penting dalam proses PCR yang selalu terulang dalam 30-40 si
klus dan berlangsung dengn cepat yaitu denaturasi, anneling, dan pemanjangan untai DNA.
Produk PCR dapat diidentifikasi melalui ukurannya dengan menggunakan elektroforesis ge
l agarosa. Teknik PCR dapat dimodifikasi ke dalam beberapa jenis diantaranya : PCR- RFLP,
PCR – RAPD, nested- PCR,Quantitative- PCR, RT- PCR dan inverse – PCR. Keunggulan PC
R dikatakan sangat tinggi. Hal ini didasarkan atas spesifitas, efisiensi dan keakuratannya.
a. DNA cetakan, yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan. DNA cetakan yang d
igunakan sebaiknya berkisar antara 105 – 106 molekul. Dua hal pentingtentang cetakan adal
ah kemurnian dan kuantitas.
b. Oligonukleotida primer, yaitu suatu sekuen oligonukleotida pendek (18 –28 basa nu
kleotida) yang digunakan untuk mengawali sintesis rantai DNA. Dan mempunyai kandung
an G + C sebesar 50 – 60%.
c. Deoksiribonukelotida trifosfat (dNTP), terdiri dari dATP, dCTP, dGTP, dTTP. dNTP
mengikat ion Mg2+ sehingga dapat mengubah konsentrasi efektif ion. Ini yang diperlukan u
ntuk reaksi polimerasi.
d. Enzim DNA Polimerase, yaitu enzim yang melakukan katalisis reaksi sintesis rantai
DNA. Enzim ini diperoleh dari Eubacterium yang disebut Thermus aquaticus, spesies ini dii
solasi dari taman Yellowstone pada tahun 1969. Enzim polimerase taq tahan terhadap pema
nasan berulang-ulang yang akan membantu melepaskan ikatan primer yang tidak tepat dan
meluruskan wilayah yang mempunyai struktur sekunder.
e. Komponen pendukung lain adalah senyawa buffer. Larutan buffer PCR umumnya
mengandung 10 – 50mM Tris-HCl pH 8,3-8,8 (suhu 20o C); 50 mM KCl; 0,1% gelatin atau BS
A (Bovine Serum Albumin); Tween 20 sebanyak 0,01% atau dapat diganti dengan Triton X-1
00 sebanyak 0,1%; disamping itu perlu ditambahkan 1,5 mM MgCl2.
Pada proses PCR menggunakan menggunakan alat termosiklus. Sebuahmesin yang memilik
i kemampuan untuk memanaskan sekaligus mendinginkan tabung reaksi dan mengatur tem
peratur untuk tiap tahapan reaksi.
Ada tiga tahapan penting dalam proses PCR yang selalu terulang dalam 30- 40 siklus dan be
rlangsung dengan cepat :
1. Denaturasi
Di dalam proses PCR, denaturasi awal dilakukan sebelum enzim taq polimerase ditambahk
an ke dalam tabung reaksi. Denaturasi DNA merupakan proses pembukaan DNA untai gan
da menjadi DNA untai tunggal. Ini biasanya berlangsung sekitar 3 menit, untuk meyakinka
n bahwa molekul DNA terdenaturasi menjadi DNA untai tunggal. Denaturasi yang tidak le
ngkap mengakibatkan DNA mengalami renaturasi (membentuk DNA untai ganda lagi) seca
ra cepat, dan ini mengakibatkan gagalnya proses PCR. Adapun waktu denaturasi yang terla
lu lama dapat mengurangi aktifitas enzim Taq polymerase. Aktifitas enzim tersebut mempu
nyai waktu paruh lebih dari 2 jam, 40 menit, 5 menit masing-masing pada suhu 92,5; 95 dan
97,5oC.
Kriteria yang umum digunakan untuk merancang primer yang baik adalah bahwa primer se
baiknya berukuran 18 – 25 basa, mengandung 50 – 60 % G+C dan untuk kedua primer terse
but sebaiknya sama. Sekuens DNA dalam masing-masing primer itu sendiri juga sebaiknya
tidak saling berkomplemen, karena hal ini akan mengakibatkan terbentuknya struktur seku
nder pada primer tersebut dan mengurangi efisiensi PCR.Waktu annealing yang biasa digu
nakan dalam PCR adalah 30 – 45 detik. Semakin panjang ukuran primer, semakin tinggi tem
peraturnya. Kisaran temperatur penempelan yang digunakan adalah antara 36oC sampai de
ngan 72oC, namun suhu yang biasa dilakukan itu adalah antara 50 – 60oC.
Selama tahap ini Taq polymerase memulai aktivitasnya memperpanjang DNA primer dari u
jung 3’. Kecepatan penyusunan nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu 72oC diperkiraka
n 35 – 100 nukleotida/detik, bergantung pada buffer, pH, konsentrasi garam dan molekul D
NA target. Dengan demikian untuk produk PCR dengan panjang 2000 pasang basa, waktu 1
menit sudah lebih dari cukup untuk tahap perpanjangan primer ini. Biasanya di akhir siklus
PCR waktu yang digunakanuntuk tahap ini diperpanjang sampai 5 menit sehingga seluruh
produk PCR diharapkan terbentuk DNA untai ganda.
1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP); metode ini digunakan untuk membe
dakan organisme berdasarkan analisis model derifat dari perbedaanDNA.
2. Inverse-PCR, metode ini digunakan ketika hanya satu sekuen internal yang diketahui. Te
mplate didigesti dengan enzim restriksi yang memotong bagian luar daerah yang akan dia
mplifikasi, fragmen restriksi yang dihasilkan ditempelkan dengan ligasi dan diamplifikasi d
engan menggunakan sekuen primer yang memiliki titik ujung yang memiliki jarak yang jau
h satu sama lain dengan segmen eksternal yang telah tergabung. Metode ini khusus digunak
an untuk mengidentifikasi ”sekuen antara” dari beragam gen.
3. Nested-PCR, proses ini memungkinkan untuk mengurangi kontaminasi pada produk sela
ma amplifikasi dari penyatuan primer yang tidak diperlukan. Dua set primer digunakan unt
uk mendukung metode ini, set kedua mengamplifikasi target kedua selama proses pertama
berlangsung. Sekuens DNA target dari satu set primer yang disebut primer inner disimpan
di antara sekuens target set kedua dari primer yang disebut sebagai outer primer. Pada prak
teknya, reaksi pertama dari PCR menggunakan outer primer, lalu reaksi PCR kedua dilakuk
an dengan inner primer atau nested primer menggunakan hasil dari produk reaksi yang per
tama sebagai target amplifikasi. Nested primer akan menyatu dengan produk PCR yang per
tama dan menghasilkan produk yang lebih pendek daripada produk yang pertama.
4. Quantitative-PCR; digunakan untuk pengukuran berulang dari hasil produk PCR. Metod
e ini secara tidak langsung digunakan untuk mengukur kuantitas, dimulai dari jumlah DNA,
cDNA, atau RNA. Hasil dari metode ini juga menampilkan copy dari sampel
5. Reverse Transcriptase (RT-PCR); metode ini digunakan untuk amplifikasi, isolasi atau ide
ntifikasi sekuen dari sel atau jaringan RNA. Metode ini dibantu oleh reverse transcriptase
(mengubah RNA menjadi cDNA), mencakup pemetaan, menggambarkan kapan dan diman
a gen diekspresikan.
Sub Materi 4:
Penutup
Metode dasar menjadi bagian yang mendasar terkait dengan keahlian dan kefektifan w
aktu yang diperlukan untuk suatu analisis. Teknologi yang baik memiliki kemampuan yang
non-destruktif, cepat, efisien, kinerja tinggi, analisis yang lebih tepat, praktis dan andal. Pen
elitian dan kemajuan berkelanjutan dalam suatu metode sangat penting dalam masalah keas
lian dan verifikasi produk halal suatu ma- kanan. Verifikasi makanan halal adalah langkah
penting untuk melindungi dan mengidentifikasi kasus-kasus kesalahan deskripsi produk m
akanan serta untuk menjaga kehalalan suatu produk pangan sesuai dengan syariat islam. Se
tiap metode dan peraatan yang digunakan memilki kelebihan yang mana menunjukkan info
rmasi spesifik untuk konfirmasi status halal suatu sampel yang diekstrak dari produk maka
nan. Sistem deteksi dan kuantifikasi PCR cocok digunakan untuk kontrol kualitas dan analis
is rutin produk daging. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan untuk pengembangan metode
penelitian untuk mendeteksi kandungan babi pada produk olahan pangan yang lebih efektif
dan efisien di masa yang akan datang.
2.
3.
4.
5.
Rujukan
Andriyani, E., Fais, N. L., & Muarifah, S. (2019). Perkembangan Penelitian Metode Deteksi
Kandungan Babi untuk Menjamin Kehalalan Produk Pangan Olahan. Journal of Islamic
Studies and Humanities. 4(1): 104-126.
Cahyaningsari, D. H., E, L., & Sudarnika. (2019). Identifikasi Penambahan Daging Babi Pada
Pangan Berbahan Dasar Daging Sapi Menggunakan ELISA dan qPCR. Indonesian Jour
nal of Halal Research, 1(2): 31-34.
Campbell, N. A., Jane, B. R., & Lawrence, G. M. 2000. Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga
Habibah, N. 2009. Beberapa tipe teknik PCR. [diakses 28 Desember 2022]. Tersedia dari:
https://biotek.lipi.go.id/2020/11/05/teknologi-realtime-pcr-untuk-deteksi-halal-
haram-pangan- olahan-dengan-biaya-ekonomis/
Hetanto, B. S., Fitra, R. A., Kartikasari, L. R., & Cahyadi, M. (2017). Authentification Of Raw
Chicken Meat From Pork Contamination Using Gene Cyt-B With Duplex-Polymerase
Chain Reaction Analysis. Bulletin of Animal Science, 41(2): 102-121.
KN,Sofyan,H.(2014).KEPASTIAN HUKUM SERTIFIKASI DAN LABELISASI HALAL
PRODUK PANGAN.Jurnal Dinamika Hukum,14(2),227-238
Mahardika, I.G. Ngurah K. (2005). Polymerase Chain Reaction. Jurnal Veteriner. 4 (1): 45-53
Muladno. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
Burlington Country.
Nasir, M., 2002. Bioteknologi Potensi Dan Keberhasilannya Dalam Bidang Pertanian. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Newton, S.M.C, Jacob, C.O. and Stocker, B.A.D. 1989, Science, 244; 70-72. Stlawu education.
2007. Nested PCR. http://it.stlawu.edu/ ~mtem/genetics/NestedPCR.pdf, [diakses
28 Desember 2022]. \
Sevusosa, E., Babak, V., Pistaka, P., & Komar. (2019). A Quantitative Comparison of Two Kit
s for DNA Extraction from Canned Tuna. ACTA VET.BRNO, 88: 315-322.
Desember 2022]
Yuwono dan Tribowo, 2006. Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction, Panduan Ekspe
rimen PC untuk Memecahkan Masalah Biologi Terkini. Yogyakarta: Andi