Anda di halaman 1dari 9

PCR sebagai metode autentikasi kehalalan pangan

Nama/NIM Anggota :
1. Firna Rufaida/003
2. Yunisa Salsabila/008
3. Arinda Luh M.M/009
4. Rossydatul Hanifah/011
5. Yulia Farizki S/013
6. Rivandi Dzaki K/014
7. Niken Pinasty M/035
Pengantar

Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan


Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal dari pemerintah
menyatakan bahwa sertifikat halal sebagai pengakuan kehalalan suatu produk, dikeluarkan
oleh badan penyelenggara jaminan produk halal berdasarkan fatwa halal tertulis yang
dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.  Dengan adanya peraturan tersebut, maka
kebutuhan deteksi kandungan halal haram menjadi tinggi. Salah satu deteksi kandungan
halal haram yang sangat dibutuhkan adalah deteksi kandungan babi. Seiring dengan
semakin bervariasinya produk makanan yang beredar di pasaran. Baik produk dalam
negeri maupun impor dari luar negeri satu sisi memberikan kebebasan bagi konsumen
untuk memilih produk makanan sesuai dengan keinginan. Namun, kemajuan teknologi
industri makanan semakin banyak memperkenalkan kerumitan bahan baku dan produk
olahannya di pasaran. Sehingga terdapat kesulitan untuk mengidentifikasi atau melacak
asal bahan suatu produk makanan. Meskipun, pembuatan produk tersebut sudah
menggunakan teknologi modern, tetapi masih memungkinkan adanya pencampuran bahan
baku atau bahan-bahan lain yang berasal dari sumber yang tidak halal seperti babi. Untuk p
angan olahan, teknik deteksi keberadaan babi lebih banyak dilakukan menggunakan teknik
PCR. Teknik PCR menggunakan DNA sebagai target pemeriksaan dan sudah dilaporkan se
bagai teknik yang memiliki sensitifitas dan akurasi yang tinggi. Polymerase Chain Reaction
(PCR) adalah suatu metode enzimatis untuk amplifikasi DNA dengan cara in vitro. Pada
proses PCR diperlukan beberapa komponen utama, yaitu DNA cetakan, Oligonukleotida
primer, Deoksiribonukelotida trifosfat (dNTP), Enzim DNA Polimerase, dan komponen
pendukung lain adalah senyawa buffer. Pada proses PCR menggunakan menggunakan alat
termosiklus. Sebuah mesin yang memiliki kemampuan untuk memanaskan sekaligus
mendinginkan tabung reaksi dan mengatur temperatur untuk tiap tahapan reaksi.

Materi
Sub Materi 1:

Makanan Halal Secara bahasa kata halal berarti terbuka. Sedangkan secara istilah,
menurut al-Jurjani berarti setiap sesuatu yang tidak dikenakan sanksi penggunaannyaa
tau sesuatu perbuatan yang dibebaskan syariat untuk dilakukan(al Jurjânî, 1405: 124)K
emudian dalam penjelasan Imam Syaukani dinyatakan sebagai halal karena telah ter
urainya simpul tali atau ikatan larangan yang mencegah.(al Syaukânî, 2007: 216)Lalu dal
am ensiklopedi hukum Islam definisi halal adalah segala sesuatu yang menyebabk
an seseorang tidak dihukum jika menggunakannya, atau sesuatu yang boleh dikerjak
an menurut syara‟(Dahlan, 1996: 505–506).Pada dasarnya semua makanan yang ada di d
unia ini halal untuk dimakan, kecualiterdapat dalil yang melarang baik itu dari al-Qur
‟an atau hadits. Sesuai dengan kaidah fikih:ْ‫ْىص‬
‫ْص‬‫ْاىىص‬
‫َّالاىص‬
‫َّلىت‬
‫ْت‬ ‫ىاتالص‬‫ْي‬
َّ ْ ‫َّالىص‬
‫ْت‬ ‫ْص‬
‫ص‬

Artinya : “Hukum asal segala sesuatuadalah bolehsampai ada dalil yang melarangny
a (memakruhkannya atau mengharamkannya).”Maksud dari kaidah ini adalah bahwa h
ukum asal segala sesuatu yang diciptakan AllahSWT adalah halal dan mubah, kecuali
terdapat dalil nash yang menunjukkan keharamannya. Dengan kata lain jika tidak terdapat
dalil nash atau tidak tegas penunjukan keharamannya, maka sesuatu itu tetaplahpada
hukum asalnya yaitu mubah. Sandaran dari kaidah tersebut yaituQS. al-Baqarah (2): 29,
َ‫ْيلكوىوتوىس‬ ‫مكاقخيذتاوىمىعاص‬
َّ ‫ِىمص‬
ْ ‫ْف‬
‫ْرص‬‫َضص‬
‫ُىىج‬‫َّث‬
‫ْست‬‫يلص‬ْ‫َّساإَل ىو‬
‫َّوسفاىمت‬
‫َّنىت‬
‫ْبست‬
‫عص‬

Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kam
u dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia
Maha mengetahui segala sesuatu”.Ayat tersebut menjelaskan bahwa segala sesuatu
yang telah diciptakan Allah di muka bumi ini adalah nikmat darinya dan Allah tidak meng
haramkan sesuatu kecuali hanya beberapa bagian saja dan pasti ada hikmah di balik itu ya
ng pada hakikatnya adalah sebuah kemaslahatan pula bagi umat manusia sebab kebai
kan dan manfaat kembali kepada manusia itu sendiri.

Selanjutnya Islam memberikan penjelasan mengenai persoalan-persoalan mana saja yang


halal dan mana saja yang haram. Dalam masalah makanan, misalnya, pada dasarnya Islam
menghalalkan semua jenis makanan dan minuman yang baik dan bergizi (al-thayyibât) dan
mengharamkan semua jenis makanan dan minuman yang menjijikan (al-khabâ’its) (Q.S 7: 1
57). Ketentuan tersebut kemudian diperinci lagi oleh Allah dalam surat al-Baqarah ayat 173.

Ayat tersebut menjelaskan secara tegas mengenai 4 (empat) jenis makanan yang haram d
ikonsumsi yaitu bangkai, darah, babi, dan binatang yang disembelih untuk selain Allah. Se
mentara itu, hanya ada 1 (satu) jenis minuman yang diharamkan, yaitu khamar sperti dijelas
kan oleh Allah Swt dalam surat al-Maidah ayat 90. Di luar itu, hadis-hadis Nabi Saw menam
bahkan beberapa jenis binatang yang haram dikonsumsi seperti biantang buasa yang bertari
ng, berkuku tajamm, binatanh yang hidup di dua alam (darat dan laut), potongan dari binat
ang yang masih hidup, dan sebagainya. (Sabiq, 1983)

2. Tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, dan buah-buahan boleh dimakan kecuali yang mend


atangkan baya atau memabukan baik secara langsung maupun melalui proses. Maka semua
jenis tumbuh-tumbuhan yang mengandung racun atau yang memabukan haram dimakan.

3. Semua jenis minuman adalah halal kecuali minuman yang memabukan seperti arak dan y
ang dicampur dnegan benda-benda najis, baik sedikit maupun banyak.

Titik kritis kehalalan adalah menelusuri asal usul bahan dan proses pembuatannya kemu
dian di konsultasikan dengan kaidah-kaidah hukum Islam yang berkaitan dengan kehalalan
pangan. apabila bersesuaian berarti halal,bila tidak berarti diragukan. Lalu dilakukan verifik
asi terhadap hal yang diragukan tersebut.Penentuan titik kritis dalam proses sertifikasi prod
uk halal berfungsi mencegah terjadinya kesalahan dan penyimpangan dalam proses produk
si halal. Titik kritis ini mengacu pada pedoman halal yang telah dibuat ,yang mencakup bah
an bahan yang digunakan untuk berproduksi ,serta tahapan proses yang mungkin berpenga
ruh terhadap Keharaman produk. untuk menentukan titik titik kendali kritis,harus dibuat d
an di verifikasi bagan alur bahan ,yang selanjutnya diikuti dengan analisa terhadap tahapan
yang berpeluang untuk terkena kontaminasi bahan yang menyebabkan haram.

Produk pangan yang baik dalam Islam di Istilahkan Thayyibb, sedangkan pangan bukan han
ya harus Thayyibb tetapi juga harus halal. Seperti yang tercantum dalam Firman Allah:

“ hai sekalian manusia,makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,dan ja
nganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaiton,karena sesungguhnya syaiton itu adalah
musuh yang nyat bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:168)

Berdasarkan payung (hukum) ayat 168 surah Al-Baqarah ini menunjukkan bahwa tidak
hanya umat Islam ,tetapi juga umat-umat lainnya harus mengkonsumsi pangan yang halal l
agi baik. Setiap manusia ,apapun agama dan keyakinan yang dianutnya, pasti memerlukan
makanan untuk kelangsungan hidupnya. Dan agar selamat dalam kehidupannya secara fisi
k-biologis, sehat secara fisik jasmani, makanan yang dikonsumsi itu haruslah yang halal dan
Thayyibb,karena semua yang halal itu niscaya mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan

Sub Materi 2:

Kasus pengoplosan daging babi dengan daging sapi, daging ayam dan
produk halal lainnya. Pengoplosan dapat terjadi pada produk segar daging babi
dapat dibedakan dari daging sapi, ayam, kerbau dan lainnya, dimana daging babi
mempunyai karakteristik serat daging yang halus, lemak di luar lapisan daging dan
dagingnya berwarna merah muda. Namun, kandungan daging babi pada produk
olahan seperti bakso, nugget, burger, dan sosis menjadi susah karena tidak dapat
dibedakan secara makroskopis.
Adanya substitusi bahan baku atau bahan tambahan lainnya sering tidak
diinformasikan oleh produsen kepada konsumen. Sehingga, perlu dilakukan
verifikasi terhadap produk makanan yang beredar di pasaran apakah terdapat
kontaminasi babi atau tidak. Pengujian ilmiah merupakan sebuah solusi dalam
menjawab permasalahan tersebut. Karena saat ini, bahan baku asal hewan halal dan
non-halal telah benar-benar dimodifikasi sehingga sangat sulit untuk
mengidentifikasi dan mengkonfirmasi apakah suatu produk makanan tersebut halal
atau haram.

Terdapat beberapa metode yang telah dikembangkan untuk mengetahui


adanya kontaminasi kandungan babi pada suatu produk daging olahan. Beberapa
metode telah dikembangan dengan banyak metode menggunakan protein atau
DNA. Analisis dengan protein meliputi immunoassay, elektroforesis dan
kromatografi. Namun, metode ini memiliki kelemahan karena protein akan
kehilangan aktivitas biologisnya setelah hewan mati. Selain itu, sifat protein yang
kurang efektif setelah daging mengalami pemrosesan yang tinggi karena protein
dapat terdenaturasi pada suhu tinggi, dan tekanan tinggi sehingga menghambat
proses analisis.
Dengan demikian ini bertujuan untuk meninjau beberapa teknologi
laboratorium yang dapat digunakan untuk menyelidiki beberapa zat yang telah
diketahui keharamannya maupun yang masih diragukan keharamannya. Zat-zat
tersebut antara lain yaitu babi dan turunannya, gelatin, kolagen, pengemulsi
(monogliserida dan digliserida), lemak dan minyak, serta DNA. Sehingga
diperoleh suatu metode yang efektif dan efisien untuk memverifikasi kehalalan
suatu produk pangan guna memberikan informasi halal yang tepat untuk
keperluan konsumen.

Sub Materi 3:

1.1 Definisi PCR

(Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah suatu metode enzimatis untuk amplifikasi
DNA dengan cara in vitro. Pada proses PCR diperlukan beberapa komponen utama, yaitu D
NA cetakan, Oligonukleotida primer, Deoksiribonukelotida trifosfat (dNTP), Enzim DNA P
olimerase, dan Komponen pendukung lain adalah senyawa buffer. Pada proses PCR mengg
unakan menggunakan alat termosiklus. Sebuah mesin yang memiliki kemampuan untuk me
manaskan sekaligus mendinginkan tabung reaksi dan mengatur temperatur untuk tiap taha
pan reaksi. Ada tiga tahapan penting dalam proses PCR yang selalu terulang dalam 30-40 si
klus dan berlangsung dengn cepat yaitu denaturasi, anneling, dan pemanjangan untai DNA.
Produk PCR dapat diidentifikasi melalui ukurannya dengan menggunakan elektroforesis ge
l agarosa. Teknik PCR dapat dimodifikasi ke dalam beberapa jenis diantaranya : PCR- RFLP,
PCR – RAPD, nested- PCR,Quantitative- PCR, RT- PCR dan inverse – PCR. Keunggulan PC
R dikatakan sangat tinggi. Hal ini didasarkan atas spesifitas, efisiensi dan keakuratannya.

1.2 Komponen PCR

Pada proses PCR diperlukan beberapa komponen utama adalah :

a. DNA cetakan, yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan. DNA cetakan yang d
igunakan sebaiknya berkisar antara 105 – 106 molekul. Dua hal pentingtentang cetakan adal
ah kemurnian dan kuantitas.

b. Oligonukleotida primer, yaitu suatu sekuen oligonukleotida pendek (18 –28 basa nu
kleotida) yang digunakan untuk mengawali sintesis rantai DNA. Dan mempunyai kandung
an G + C sebesar 50 – 60%.

c. Deoksiribonukelotida trifosfat (dNTP), terdiri dari dATP, dCTP, dGTP, dTTP. dNTP
mengikat ion Mg2+ sehingga dapat mengubah konsentrasi efektif ion. Ini yang diperlukan u
ntuk reaksi polimerasi.

d. Enzim DNA Polimerase, yaitu enzim yang melakukan katalisis reaksi sintesis rantai
DNA. Enzim ini diperoleh dari Eubacterium yang disebut Thermus aquaticus, spesies ini dii
solasi dari taman Yellowstone pada tahun 1969. Enzim polimerase taq tahan terhadap pema
nasan berulang-ulang yang akan membantu melepaskan ikatan primer yang tidak tepat dan
meluruskan wilayah yang mempunyai struktur sekunder.
e. Komponen pendukung lain adalah senyawa buffer. Larutan buffer PCR umumnya
mengandung 10 – 50mM Tris-HCl pH 8,3-8,8 (suhu 20o C); 50 mM KCl; 0,1% gelatin atau BS
A (Bovine Serum Albumin); Tween 20 sebanyak 0,01% atau dapat diganti dengan Triton X-1
00 sebanyak 0,1%; disamping itu perlu ditambahkan 1,5 mM MgCl2.

Pada proses PCR menggunakan menggunakan alat termosiklus. Sebuahmesin yang memilik
i kemampuan untuk memanaskan sekaligus mendinginkan tabung reaksi dan mengatur tem
peratur untuk tiap tahapan reaksi.

1.3 Tahapan PCR

Ada tiga tahapan penting dalam proses PCR yang selalu terulang dalam 30- 40 siklus dan be
rlangsung dengan cepat :

1. Denaturasi

Di dalam proses PCR, denaturasi awal dilakukan sebelum enzim taq polimerase ditambahk
an ke dalam tabung reaksi. Denaturasi DNA merupakan proses pembukaan DNA untai gan
da menjadi DNA untai tunggal. Ini biasanya berlangsung sekitar 3 menit, untuk meyakinka
n bahwa molekul DNA terdenaturasi menjadi DNA untai tunggal. Denaturasi yang tidak le
ngkap mengakibatkan DNA mengalami renaturasi (membentuk DNA untai ganda lagi) seca
ra cepat, dan ini mengakibatkan gagalnya proses PCR. Adapun waktu denaturasi yang terla
lu lama dapat mengurangi aktifitas enzim Taq polymerase. Aktifitas enzim tersebut mempu
nyai waktu paruh lebih dari 2 jam, 40 menit, 5 menit masing-masing pada suhu 92,5; 95 dan
97,5oC.

2. Annealing (penempelan primer)

Kriteria yang umum digunakan untuk merancang primer yang baik adalah bahwa primer se
baiknya berukuran 18 – 25 basa, mengandung 50 – 60 % G+C dan untuk kedua primer terse
but sebaiknya sama. Sekuens DNA dalam masing-masing primer itu sendiri juga sebaiknya
tidak saling berkomplemen, karena hal ini akan mengakibatkan terbentuknya struktur seku
nder pada primer tersebut dan mengurangi efisiensi PCR.Waktu annealing yang biasa digu
nakan dalam PCR adalah 30 – 45 detik. Semakin panjang ukuran primer, semakin tinggi tem
peraturnya. Kisaran temperatur penempelan yang digunakan adalah antara 36oC sampai de
ngan 72oC, namun suhu yang biasa dilakukan itu adalah antara 50 – 60oC.

3.Pemanjangan Primer (Extention)

Selama tahap ini Taq polymerase memulai aktivitasnya memperpanjang DNA primer dari u
jung 3’. Kecepatan penyusunan nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu 72oC diperkiraka
n 35 – 100 nukleotida/detik, bergantung pada buffer, pH, konsentrasi garam dan molekul D
NA target. Dengan demikian untuk produk PCR dengan panjang 2000 pasang basa, waktu 1
menit sudah lebih dari cukup untuk tahap perpanjangan primer ini. Biasanya di akhir siklus
PCR waktu yang digunakanuntuk tahap ini diperpanjang sampai 5 menit sehingga seluruh
produk PCR diharapkan terbentuk DNA untai ganda.

1.4 Jenis Metode PCR

Teknik PCR dapat dimodifikasi ke dalam beberapa jenis diantaranya:

1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP); metode ini digunakan untuk membe
dakan organisme berdasarkan analisis model derifat dari perbedaanDNA.
2. Inverse-PCR, metode ini digunakan ketika hanya satu sekuen internal yang diketahui. Te
mplate didigesti dengan enzim restriksi yang memotong bagian luar daerah yang akan dia
mplifikasi, fragmen restriksi yang dihasilkan ditempelkan dengan ligasi dan diamplifikasi d
engan menggunakan sekuen primer yang memiliki titik ujung yang memiliki jarak yang jau
h satu sama lain dengan segmen eksternal yang telah tergabung. Metode ini khusus digunak
an untuk mengidentifikasi ”sekuen antara” dari beragam gen.

3. Nested-PCR, proses ini memungkinkan untuk mengurangi kontaminasi pada produk sela
ma amplifikasi dari penyatuan primer yang tidak diperlukan. Dua set primer digunakan unt
uk mendukung metode ini, set kedua mengamplifikasi target kedua selama proses pertama
berlangsung. Sekuens DNA target dari satu set primer yang disebut primer inner disimpan
di antara sekuens target set kedua dari primer yang disebut sebagai outer primer. Pada prak
teknya, reaksi pertama dari PCR menggunakan outer primer, lalu reaksi PCR kedua dilakuk
an dengan inner primer atau nested primer menggunakan hasil dari produk reaksi yang per
tama sebagai target amplifikasi. Nested primer akan menyatu dengan produk PCR yang per
tama dan menghasilkan produk yang lebih pendek daripada produk yang pertama.

4. Quantitative-PCR; digunakan untuk pengukuran berulang dari hasil produk PCR. Metod
e ini secara tidak langsung digunakan untuk mengukur kuantitas, dimulai dari jumlah DNA,
cDNA, atau RNA. Hasil dari metode ini juga menampilkan copy dari sampel

5. Reverse Transcriptase (RT-PCR); metode ini digunakan untuk amplifikasi, isolasi atau ide
ntifikasi sekuen dari sel atau jaringan RNA. Metode ini dibantu oleh reverse transcriptase
(mengubah RNA menjadi cDNA), mencakup pemetaan, menggambarkan kapan dan diman
a gen diekspresikan.

6. Random Amplified Polymorphic DNA ( RAPD ) bertujuan untuk mendeteksi polimorfism


e pada tingkat DNA. Metode ini dikembangkan oleh Welsh and Mc Clelland (1990) dengan
cara mengkombinasikan teknik PCR menggunakan primer – primer dengan sequens acak u
ntuk keperluan amplifikasi lokus acak dari genom.

Sub Materi 4:

Autentifikasi dan verifikasi kehalalan menjadid tantangan dalam analisis proses


makanan. Metode analisis kehalalan pangan yang cepat, sensitifm reliable sangat
dibutuhkan. Salah satu metode autentifikasi kehalalan pangan yang digunakan yaitu
Polymerase Chain Reactin (PCR). Isolasi DNA pada masa sekarang banyak dilakukan
dengan menggunakan Kit isolasi DNA dengan tujuan mendapatkan hasil yang memiliki
kualitas optimum dan cepat. Salah satunya yaitu DNeasy Mericon Food dari QIAGEN dapat
digunakan untuk isolasi DNA dari produk makanan. Penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya umumya menggunakan jenis kit ini untuk mengidentifikasi DNA
pada makanan. Salah satu penelitian yang telah melakukannya yaitu Servusova et al (2019)
yang menyatakan bahwa dalam penelitian ini membandingkan hasil dua kit isolasi DNA
untuk ekstraksi DNA tuna kaleng menunjukkan hasil kit DNeasy Mericon Food
menunjukkan hasil yang lebih optimal dari beberapa kit yang telah digunakan. Dalam
melakukan amplifikasi DNA dengan metode PCR pasti membutuhkan adanya buffer dan
primer spesifik. Mericon juga menyediakan kit untuk amplifikasi DNA dalam mendeteksi
DNA babi. Produk dari Mericon memiliki nama QIAGEN Mericon Pig Kit. Kit ini
merupakan kit realtime PCR yang dapat digunakan untuk identifikasi spesies babi hutan,
karena jenis babi tersebut sering digunakan dalam pencampuran bahan makanan berbasis
daging. Penelitian sebuah jurnal dari Cahyaningsari et al (2019) yang didapatkan hasil
bahwa Mericon Pig Kit berhasil mendeteksi adanya campuran daging babi ternak dan babi
hutan dari bakso. Penelitian lainnya pada jurnal Hertanto et al (2017) menyatakan bahwa
dengan menggunakan gen Cyt-b dengan analisis duplex-PCR bahwa enam sampel yang
digunakan dengan konsentrasi cemaran daging babi berbeda-beda pada daging ayam tetap
dapat terdeteksi hingga pada cemaran yang hanya terdapat 1% . Sehingga dalam penerapan
Duplex-PCR dapat mendeteksi kontaminasi daging babi pada daging ayam maupun produk
olahan pangan berbasis daging pada semua tingkat kontaminasi.

Penutup

Metode dasar menjadi bagian yang mendasar terkait dengan keahlian dan kefektifan w
aktu yang diperlukan untuk suatu analisis. Teknologi yang baik memiliki kemampuan yang
non-destruktif, cepat, efisien, kinerja tinggi, analisis yang lebih tepat, praktis dan andal. Pen
elitian dan kemajuan berkelanjutan dalam suatu metode sangat penting dalam masalah keas
lian dan verifikasi produk halal suatu ma- kanan. Verifikasi makanan halal adalah langkah
penting untuk melindungi dan mengidentifikasi kasus-kasus kesalahan deskripsi produk m
akanan serta untuk menjaga kehalalan suatu produk pangan sesuai dengan syariat islam. Se
tiap metode dan peraatan yang digunakan memilki kelebihan yang mana menunjukkan info
rmasi spesifik untuk konfirmasi status halal suatu sampel yang diekstrak dari produk maka
nan. Sistem deteksi dan kuantifikasi PCR cocok digunakan untuk kontrol kualitas dan analis
is rutin produk daging. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan untuk pengembangan metode
penelitian untuk mendeteksi kandungan babi pada produk olahan pangan yang lebih efektif
dan efisien di masa yang akan datang.

Daftar Pertanyaan  terkait materi yang telah diuraikan (minimal 5 soal)


1.

2.

3.

4.

5.

Rujukan

Andriyani, E., Fais, N. L., & Muarifah, S. (2019). Perkembangan Penelitian Metode Deteksi
Kandungan Babi untuk Menjamin Kehalalan Produk Pangan Olahan. Journal of Islamic
Studies and Humanities. 4(1): 104-126.

Cahyaningsari, D. H., E, L., & Sudarnika. (2019). Identifikasi Penambahan Daging Babi Pada
Pangan Berbahan Dasar Daging Sapi Menggunakan ELISA dan qPCR. Indonesian Jour
nal of Halal Research, 1(2): 31-34.

Campbell, N. A., Jane, B. R., & Lawrence, G. M. 2000. Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga

Habibah, N. 2009. Beberapa tipe teknik PCR. [diakses 28 Desember 2022]. Tersedia dari:
https://biotek.lipi.go.id/2020/11/05/teknologi-realtime-pcr-untuk-deteksi-halal-
haram-pangan- olahan-dengan-biaya-ekonomis/

Hetanto, B. S., Fitra, R. A., Kartikasari, L. R., & Cahyadi, M. (2017). Authentification Of Raw
Chicken Meat From Pork Contamination Using Gene Cyt-B With Duplex-Polymerase
Chain Reaction Analysis. Bulletin of Animal Science, 41(2): 102-121.
KN,Sofyan,H.(2014).KEPASTIAN HUKUM SERTIFIKASI DAN LABELISASI HALAL
PRODUK PANGAN.Jurnal Dinamika Hukum,14(2),227-238

Mahardika, I.G. Ngurah K. (2005). Polymerase Chain Reaction. Jurnal Veteriner. 4 (1): 45-53

Muladno. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.

Mordechai, E., 1999. Application of PC The methodologies in Molecular Diagnostic. USA:

Burlington Country.

Nasir, M., 2002. Bioteknologi Potensi Dan Keberhasilannya Dalam Bidang Pertanian. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada

Newton, S.M.C, Jacob, C.O. and Stocker, B.A.D. 1989, Science, 244; 70-72. Stlawu education.
2007. Nested PCR. http://it.stlawu.edu/ ~mtem/genetics/NestedPCR.pdf, [diakses
28 Desember 2022]. \

Panji Adam,A,P.(2017).KEDUDUKAN SERTIFIKASI HALAL DALAM SISTEM HUKUM


NASIONAL SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM HUKUM
ISLAM.Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah,1(1),150-165

Sevusosa, E., Babak, V., Pistaka, P., & Komar. (2019). A Quantitative Comparison of Two Kit
s for DNA Extraction from Canned Tuna. ACTA VET.BRNO, 88: 315-322.

Wikipedia. 2006. Elektroforesis. http://en.wikipedia.org/wiki/elektroforesis, [diakses 28

Desember 2022]

Yuwono dan Tribowo, 2006. Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction, Panduan Ekspe
rimen PC untuk Memecahkan Masalah Biologi Terkini. Yogyakarta: Andi

Anda mungkin juga menyukai