Anda di halaman 1dari 10

MODUL 3

Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Kelompok 2
…………………
Kegiatan Belajar 1
Teknik Penulisan Judul, Penulis, dan Abstrak

A. JUDUL
Judul karya ilmiah adalah bagian dari karya ilmiah yang menginformasikan tentang persoalan
(isi) yang ditulis. Judul tulisan merupakan cerminan dari permasalahan yang ditulis. Ketika
melihat dan membaca judul sebuah karya ilmiah, akan tergambarlah masalah yang ditulis (Gani,
2019).
Penulisan komponen judul karya ilmiah biasanya dilakukan dengan memperhatikan beberapa
hal berikut (Gani, 2019; Rohman, 2018; Sudjana, 2015; Wibowo, 2018).
1. Judul biasanya ditulis menggunakan ukuran hruf yang lebih besar dibandingkan tubuh
tulisan.
2. Judul dapat dirumuskan dalam 2 bentuk, yakni: (1) dalam bentuk judul utama saja, dan (2)
dalam bentuk utama dan subjudul.
3. Terdapat jarak antara judul dan subjudul.
4. Posisi letak judul bisa di bagian tengah atas, lurus kanan, atau lurus kiri.
5. Judul harus mencerminkan topik atau selaras dengan permasalahan yang dibahas.
6. Jika karya ilmiah ditulis berdasarkan hasil suatu penelitian (terutama untuk judul skirpsi,
tesis, dan disertai), maka judul tersebut harus mampu menggambarkan dua hal utama,
yakni:
a. Ruang lingkup permasalahan yang diteliti, dan
b. Ruang lingkup prosedurpelaksanaan penelitian.
7. Judul karya ilmiah harus dirumuskan secara jelas, tegas, dan tuntas.
8. Judul tidak boleh digarisbawahi dan tidak diberi tanda apa – apa diakhirnya (misalnya
tanda baca titik atau tanda tanya, dan sebagainya).
9. Judul dirumuskan dalam bentuk pernyataan-pernyataan.
10. Pernyataan atau rumusan judul tidak boleh dilakukan secara bombastis atau secara berlebih
11. – lebihan.
Perhatikan panjang atau pendeknya judul tulisan, antara delapan sampai dengan dua belas
kata.
Contoh:

PENDEKATAN FUNGSIONAL DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI


BAHASA INGGRIS
B. PENULIS
Identitas penulis dimulai dengan penulisan nama. Penulisan nama ini diikuti oleh hal – hal
yang mengiringinya, antara lain nomor induk mahasiswa atau afiliasi penulis (Gani, 2019).
Penulisan identitas penulis ini biasanya dilakukan dengan memperhatikan hal – hal sebagai
berikut (Gani, 2019).
1. Aspek identitas penulis wajib hukumnya pada setiap karya ilmiah apapun, dapat terdiri atas
beberapa orang (dua orang atau lebih).
2. Sebaiknya, penulisan identitas ini tidak didahului oleh kata “Oleh”.
3. Identitas penulis ditulis di bagian tengah.
4. Pada karya ilmiah dalam bentuk makalah untuk seminar atau artikel untuk jurnah, identitas
(nama) penulis selalu diikuti oleh nama afiliasi penulis (nama istitusi atau lembaga tempat
penulis bekerja ketika makalah tersebut dikirim.
Contoh:

Erizal Gani⁽²⁾
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

⁽²⁾ Penulis adalah Dosen FBS UNP Padang


C. ABSTRAK
Abstrak merupakan bagian karya ilmiah yang memuat saripati atau inti dari karya ilmiah tersebut.
Secara umum abstrak dapat diartikan sebagai versi mini dari sebuah karya ilmiah. Abstrak dapat juga
didefinisikan sebagai rangkuman dari seluruh informasi yang terdapat dalam sebuah dokumen.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan abstrak adalah:
1. Disajian dengan kata – kata dan kalimat – kalimat terpilih dan terolah sedemikian rupa sehingga
seingkat dan padat makna.
2. Abstrak dapat diterbitkan bersamaan dengan naskah aslinya dan dapat juga diterbitkan secara
tersendiri.
3. Abstrak harus menyajikan rangkuman singkat dari tiap bagian penting dalam karya ilmiah, yang
meliputi (1) tujuan utama dan ruang lingkup penelitian, (2) teori dan metode yang digunakan, (3)
hasil dan pembahasan, dan (4) kesimpulan.
4. Abstrak seringkali ditulis terlalu panjang, maka penulis harus membaca kembali abstraknya dengan
cermat kemudia mengurangi hal – hal yang tidak begitu penting.
5. Penulisan abstrak dilakukan dengan memperhatikan penggunaan dan pemilihan kata – kata secara
tepat.
6. Hindari penggunaan singkatan kata.
7. Abstrak tidak memuat kutipan, bibliografi, gambar, atau tabel.
8. Pada karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi, tesis, disertai, atau laporan penelitian panjang abstrak
berkisar antara satu sampai dua halaman.
9. Abstrak harus dituliskan sebagai laporan mengenai penelitian atau kegiatan yang telah dilakukan.
Komponen abstrak selalu diikuti oleh komponen kata kunci, yang berupa kata – kata atau kelompok
10. kata (frasa).
Contoh:

EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS KECERDASAN


MAJEMUK DI SEKOLAH DASAR PERADABAN CILEGON

LUKMAN NULHAKIM
Lukmanulhakim_tp15S3@unj.ac.id

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi program pembelajaran berbasis
kecerdasan majemuk di sekolah dasar peradaban Cilegon yang meliputi antecendents (perencanaan),
transaction (proses) dan outcome (hasil). Metode penelitian yang digunakan yakni menggunakan
metode evaluasi program berdasarkan model Stake dengan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian
ini menggunakan tekhnik penggunaan data melalui observasi (pengamatan), wawancara (interview),
angket (kuesioner) dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian menunjukkan tahapan antecedent
meliputi: landasan formal, peserta didik, tujuan sekolah, kurikulum, sarana prasarana, pendidik,
menunjukkan bahwa secara umum sesuai standar program, walaupun ada yang perlu ditingkatkan lagi
yaitu laboratorium dan kompetensi pendidik. Tahapan transaction meliputi: perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian, sudah menunjukkan sangat sesuai standar program. Untuk
pelaksanaan pembelajaran guru sudah menggunakan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk.
Tahap outcome yaitu hasil pembelajaran sangat baik dengan standar proses pendidikan yang meliputi
penilaian kognitif, afektif dan psikomotor.
Kata kunci: Evaluasi Model Stake, Kecerdasan Majemuk, Program Pembelajaran
Kegiatan Belajar 2
Teknik Penyajian Data
A. TABEL
Tabel yang baik harus dapat menyampaikan ide dan hubungannya secara efektif. Tabel harus diberi
identitas (berupa nomor dan nama tabel) dan ditempatkan di atas tabel. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan perujukan.
Contoh:
Tabel 1. Jumlah Siswa SMP Negeri 223 Jakarta Tahun 2013
No Kelas Jumlah
1. VII-A 34
2. VII-B 37
3. VII-C 38
4. VIII-A 40
5. VIII-B 39
6. VIII-C 36
7. IX-A 39
8. IX-B 38
9. IX-C 40
Jumlah 341
Beberapa pedoman penggunaan tabel dapat dikemukakan sebagai berikut (Gustavii, 2008;
Rifai, 1995).
1. Isi tabel dapat berupa deskriptif atau deklaratif (membawa pesan).
2. Judul deklaratif digunakan untuk menunjukkan tren atau hubungan yang jelas dari
data.
3. Jika data tabel mengarah kepada dua kesimpulan, penulis sebaiknya mencoba
membagi tabel menjadi dua tabel yang lebih kecil.
4. Untuk memudahkan penafsiran, penyajian data dalam kolom harus rapi.
5. Karena bentuk tabel yang ringkas itu dimungkinkanlah untuk sekaligus menyuguhkan
sejumlah besar data dan informasi terinci secara menyeluruh dalam satu halaman.
6. Akan tetapi kalau perencanaan tabel kurang baik, bisa tersuguhkan data mentah yang
banyak tetapi tidak berarti.
7. Permuatan tabel dengan memiringkan halaman juga tidak dianjurkan sebab
menyulitkan pembaca.
8. Setiap tabel harus diacu dalam teks, dengan jalan menyebutkan nomor urut
identifikasinya.
B. GAMBAR
Gambar merupakan alat penyajian visual citra data yang tak dapat digantikan dengan kata – kata. Istilah gambar
mengacu pada foto, grafik, diagram, bagan, dan gambar lainnya (Rifai, 1995; Tanjung & Ardial, 2005).
Beberapa pedoman penggunaan gambar dapat dikemukakan seperti berikut (Mack, 2018; Tanjung & Ardial,
2005).
1. Judul gambar ditempatkan di bawah gambar, bukan di atasnya.
2. Gambar harus sederhana untuk dapat menyampaikan ide dengan jelas dan dapat dipahami tanpa harus disertai
penjelasan tekstual.
3. Gambar harus digunakan dengan hemat. Terlalu banyak gambar dapat mengurangi nilai penyajian data.
4. Gambar yang memakan tempat lebih dari setengah halaman harus ditempatkan pada halaman tersendiri.
5. Penyebutan adanya gambar sebaiknya mendahului gambar.
6. Gambar dinomori dengan menggunakan angka Arab seperti pada penomoran tabel.
7. Gambar diacu dengan menggunakan angka.
8. Gunakan grafik batang (bar chart) hanya ketika kita tidak dapat menemukan opsi yang lebih baik.
9. Batang – batang yang berdampingan umumnya lebih baik untuk perbandingan daripada batang – batang yang
saling bertumpuk karena dapat membuat data menjadi sulit ditafsirkan.
10. Hindari semua efek tiga dimensi (3D).
11. Grafik harus sederhana mungkin, dan grafik seharusnya tidak lebih kompleks dari data yang diwakilinya.
Tha n k y o u !
y qu es ti o ns?
Do you ha v e a n

THA
NK
YOU

Anda mungkin juga menyukai