Anda di halaman 1dari 11

POLITIK HUKUM

PERTANAHAN

Nurul Aprianti, S.H., M.H.


HAK PENGUASAAN ATAS TANAH DALAM
UUPA
Pasal 1:
1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari
seluruh rakyat Indonesia, yang telah bersatu sebagai bangsa
Indonesia.
2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dalam wilayah republik
Indonesia sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa, adalah
bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan
kekayaan nasional.
3) Hubungan hukum antara Bangsa Indonesia dan bumi, air dan
ruang angkasa termasud dalam ayat (2) Pasal ini adalah
hubungan yang bersifat pribadi.
UNSUR HAK BANGSA
 Unsur kepunyaan: ada hak milik perorangan atas tanah.
Unsur tugas kewenangan: untuk mengatur penguasaan dan
memimpin penggunaan tanah bersama tersebut pelaksanaanya
dilimpahkan kepada negara.

KONSEP DIKUASAI OLEH NEGARA
Moh. Mahfud: istilah menguasai di sini
bukan berarti menjadi pemilik langsung, melainkan
mengatur bagaimana terjadinya hak milik dan bagaimana
cara mengubah hak milik itu menjadi hak lain bagi pihak lain
atau bagi kepentingan umum atau bagaimana hubungan
hukum antara orang dengan bumi, air, ruang angkasa dan
kekayaan alam.
 Abbrar Salleng: oleh negara tidak sama dengan dimiliki negara. Ini
bertalian dengan atau suatu bentuk reaksi dari sistem atau konsep domein
yang dipergunakan pada masa kolonial Belanda.
Konsep ini lebih dikenal dengan asas domein, mengandung pengertian
kepemilikan (ownership) dan bersifat privaatrechtelijk. Negara adalah
pemilik atas tanah, karena itu memiliki segala kewenangan melakukan
tindakan yang bersifat kepemilikan (eingensdaad).
KONSEP DIKUASAI OLEH NEGARA
Asas-asas hukum tanah nasional digali dari nilainilai atau pandangan
hidup yang mengakar di masyarakat.
Nilai-nilai atau pandangan hidup yang dipraktekkan
berulang dan menjadi kebiasaan masyarakat luas akan
menjadi hukum adat.
Setidaknya ada dua unsur utama di
dalam hukum adat; 1) unsur asli, berupa kebiasaan
sebagai unsur terbesar; dan 2) unsur agama sebagai unsur
terkecil. Dari sini wajar bila adat dijadikan sebagai dasar pembentukan
hukum tanah nasional setelah dicabutnya
peraturan dan keputusan yang dibuat pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda.

POLITIK HUKUM UUPA
Kehadiran UUPA, maka unifikasi
hukum tanah nasional sudah terwujud setelah sebelumnya
hukum yang mengatur soal tanah bermacam-macam,
seperti bersumber dari hukum adat, berkonsepsi komunitas
religius (agama), bersandar pada hukum Perdata Barat
yang individualistik-liberal dan ada pula yang berasal dari
berbagai bekas pemerintahan swapraja yang berkonsepsi
feodal.
POLITIK HUKUM UUPA
Tujuan diundangkannya UUPA :
meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan Hukum Agraria
Nasional, yang akan merupakan alat untuk membawakan
kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi Negara dan
rakyat.
Teoritis: penggunaan UUPA
sebagai sarana pembawa kemakmuran bagi rakyat
merupakan penjabaran dari fungsi hukum sebagai sarana rekayasa sosial
(law as tool of social engineering) yang tidak sekedar merekam kembali
pola-pola tingkah laku yang terdapat dalam masyarakat, melainkan
diusahakan untuk menjadi sarana menyalurkan kebijakankebijakan yang
dengan demikian berarti menciptakan
keadaan-keadaan yang baru atau merubah sesuatu yang
sudah ada.
POLITIK HUKUM UUPA
Proses penyusunannya partisipatif
dan isinya yang aspiratif, UUPA merupakan hukum yang
berkarakter responsif. Sedang dipandang dari nilai sosial
yang mendasarinya, UUPA merupakan tipe hukum
prismatik yang ideal karena mengkombinasikan
(mengambil segi-segi baik) dua ekstrem pilihan nilai sosial,
yaitu nilai sosial paguyuban dan patembayan dengan titik
berat pada nilai kepentingan yang populistik (kemakmuran
bersama) tanpa menghilangkan hak-hak individu. Dengan
kata lain, konsepsi hukum prismatik berusaha memadukan
inti nilai yang baik dari berbagai nilai yang saling bertentangan.
KONSEPSI PRISMATIK TANAH
 Memadukan unsur yang
baik dari paham individualisme dan kolektivisme. Di sini
diakui bahwa manusia sebagai pribadi mempunyai hak dan
kebebasan asasi, namun sekaligus melekat padanya
kewajiban asasi sebagai makhluk Tuhan dan makhluk
sosial.
Mengintegrasikan konsepsi Negara hukum
“Rechtsstaat” yang menekankan pada civil law dan
kepastian hukum serta konsepsi Negara hukum “the Rule
of Law” yang menekankan pada common law dan rasa
keadilan.
KONSEPSI PRISMATIK TANAH

Sebagai
• alat pembaruan masyarakat (law
as tool of social engineering) sekaligus hukum sebagai
cermin rasa keadilan yang hidup di masyarakat (living law).
•Tidak menganut atau dikendalikan satu
agama tertentu (karena Indonesia bukan Negara agama),
tapi juga tidak hampa agama (karena bukan negara
sekuler).

Anda mungkin juga menyukai