Anda di halaman 1dari 53

Aspek K3 dalam survei dan pemetaan

KELOMPOK II-B

Muhammad Nur Rivani : F211500311


Renol Lorend Masumbak : F211500318
Yoga Syaputra : F211500309
Intan Pratami Sempa : F211500327
Satriani : F211500333
Survei Topografi
KESELAMATAN DAN KESEHATAN TENAGA KERJA (K3)
K3 Adalah Segala Kegiatan UntuK Menjamin dan Melindungi
Keselamatan Dan Melindungi  Keselamatan  Kecelakaan Kerja Dan
Penyakit Akibat Kerja.

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Adalah Segala Kegiatan Untuk


Menjamin Dan  Melindungi  Keselamatan  Dan  Kesehatan  Tenaga
Kerja Melalui Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat
Kerja.

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Adalah Sebuah Ilmu Untuk


Antisipasi, Rekoginis, Evaluasi Dan Pengendalian Bahaya Yang Muncul
Di Tempat Kerja Yang Dapat Berdampak Pada Kesehatan Dan
Kesejahteraan Pekerja, Serta Dampak Yang Mungkin Bisa Dirasakan
Oleh Komunitas Sekitar Dan Lingkungan Umum.
INDUKSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN (K3)
INDUKSI KESELAMATAN
TATA CARA INDUKSI K3

a f

e
`
`
`
SASARAN KESELAMATAN

Melindungi para pekerja dan orang


lainnya di tempat kerja (formal
maupun informal)

Menjamin setiap material / alat


konstruksi dipakai secara aman dan
efisien

Menjamin proses konstruksi


berjalan lancar
LAMBANG K3

Arti (Makna) Tanda Palang


Bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja
(PAK).

Arti (Makna) Roda Gigi

Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.

Arti (Makna) warna puth


Bersih dan suci

Arti (Makna) warna hijau


Selamat,Sehat dan sejahtera.

Arti (Makna) 11 (sebelas) Gerigi Roda Sebelas


Bab Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
PENGETAHUAN DASAR KESELAMATAN
KONSEP KESELAMATAN
TUJUAN, LAMBANG & PENDEKATAN K3
PENGERTIAN BAHAYA & RISIKO
JENIS-JENIS BAHAYA KESELAMATAN
JENIS-JENIS BAHAYA KESEHATAN
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN
DEFINISI KECELAKAAN KERJA
kecelakaan kerja merupakan insiden atau kejadian di tempat kerja yang
mengakibatkan orang cedera fisik. Di lain hal, tak hanya kecelakaan di
tempat kerja saja yang masuk ke dalam kategori kecelakaan kerja,
namun juga perjalanan dalam menuju tempat kerja. 
ACCIDENT DAN INCIDENT
PENYEBAB KECELAKAAN DAN AKIBAT KERUGIANNYA
SUMBER BAHAYA
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
ALAT PELINDUNG KERJA (APK)
Survei Hidrografi
APD yang dibutuhkan saat di Galangan Kapal

Meskipun sebagai langkah pengendalian terakhir, alat pelindung diri (biasa disingkat APD)
atau Personal Protective Equipment, tetap merupakan sebuah kebutuhan. Seperti halnya bagi
kami yang bekerja di galangan kapal. APD selalu diperlukan dalam banyak pekerjaan kami.
Sebelum melanjutkan pembahasan mengenai jenis APD yang diperlukan saat bekerja di
galangan kapal, ada tiga hal yang perlu kita pahami tentang alat pelindung diri.
Fungsi APD
Dikatakan bahwa alat pelindung diri adalah sebagai pertahanan terakhir terhadap potensi
bahaya yang mengancam. Fungsinya adalah mengurangi dampak dari sebuah insiden atau
paparan bahaya.

Jadi, kegunaan APD bukanlah sebagai pencegah terhadap sebuah insiden. Dengan
memakai alat pelindung diri bukan jaminan bahwa seseorang akan terhindar dari sebuah
kejadian kecelakaan. Namun dengan APD tersebut, diharapkan cedera atau dampak
kecelakaan akan diminimalkan.
Standar APD
Mengenai standar APD, tentunya kita perlu menyesuaikan dengan
kondisi perusahaan. Karena pada umumnya, semakin lengkap standar
yang dipenuhi oleh suatu APD, maka harganya juga akan semakin
tinggi.

Kita jangan memaksakan diri untuk menggunakan APD dengan standar


Eropa, jika memang kondisi perusahaan belum mampu. Standar APD ini
juga biasanya diminta oleh pelanggan atau costumer, sehingga
perusahaan perlu mengikutinya. Namun jika itu tidak dipersyaratkan,
maka Standar Nasional Indonesia (SNI) sudah cukup.
Kebutuhan APD di Galangan Kapal
Ragam aktivitas pekerjaan di galangan kapal dapat menjadi ancaman
potensi bahaya bagi orang yang bekerja atau berada di area kerja.
Seperti yang pernah saya tuliskan mengenai penerapan K3 di galangan
kapal, di mana telah dijelaskan berbagai potensi-potensi bahayanya.
Sebagai langkah terakhir dalam pengontrolan risiko, maka diperlukan
alat pelindung diri. Berikut adalah beberapa APD yang diperlukan
Safety Helmet
• Helm keselamatan atau safety helmet. Fungsinya melindungi kepala
dari benturan, tertimpa benda, tertusuk benda atau permukaan
tajam, terpapar benda panas atau bahan berbahaya lainnya. Karena
kondisi area kerja di galangan, maka helm tetap diperlukan saat anda
memasuki area project atau zona yang ditentukan.
Coverall
• Baju coverall, yakni pakaian yang menutupi seluruh anggota badan,
mulai dari leher, kedua lengan hingga kaki. Melihat kondisi tempat
kerja di galangan kapal, maka penggunaa baju coverall diperlukan
untuk melindungi karyawan dari paparan benda tajam, permukaan
logam panas, percikan api dan lain-lain.
Safety Shoes
• Sepatu keselamatan atau safety shoes. Kaki adalah bagian anggota
tubuh yang selalu terhubung dengan tempat kita berada. Kemana pun
kita pergi, maka kaki yang akan bersentuhan langsung dengan
potensi-potensi bahaya. Perlindungan kaki perlu dimaksimalkan saat
masuk atau beraktivitas di area galangan kapal.
Hand Glove
• Sarung tangan atau safety glove. Selain kaki, yang sering berada di
titik berbahaya adalah tangan. Saat bekerja, tanganlah yang
digunakan menyentuh benda-benda kerja. Saat tangan bersentuhan
dengan benda kerja, maka berbagai potensi bahaya dapat
mengancam. Penggunaan sarung tangan diperlukan untuk
melindungi.
Pelindung Pendengaran
Earplug dan Earmuff, berfungsi sebagai alat untuk melindungi
pendengaran dari bahaya kebisingan yang berlebih. Manusia, pada
normalnya hanya mampu menerima kebisingan 85 desibel selama
delapan jam lamanya. Jika melebihi dari nilai ambang batas, maka
akan menyebabkan kerusakan atau menurunnya daya dengar.
• Pada pekerjaan di dalam tangki atau kompartemen yang sempit,
karyawan disarankan menggunakan ear plug. Hal ini dimaksudkan
agar lebih memudahkan saat bekerja atau berada di tempat-
tempat yang sempit. Sementara untuk karyawan yang bekerja di
ruang genset, atau workshop, jika memang diperlukan dapat
menggunakan earmuff.
Masker dan Respirator
• Perlindungan pernapasan, yakni masker dan respirator. Aktivitas kerja
di galangan seringkali mengharuskan kita berada di area yang
udaranya terkontaminasi. Misalnya pekerjaan sandblasting yang
menimbulkan debu, pekerjaan coating yang menghasilkan uap-uap
berbahaya dari bahan cat dan thinner, atau dari pekerjaan pengelasan
dan cutting.
Safety Glass
• Kaca mata atau safety glass, berfungsi untuk melindungi mata dari
debu dan percikan benda-benda berbahaya. Saat melakukan
pengawasan di tempat-tempat yang terdapat pekerjaan pengelasan,
gerinda, fitting, bubut dan sebagainya, benda melayang atau flying
object sewaktu-waktu dapat mengenai mata, maka perlu
menggunakan pelindung.
Alat Pelindung Jatuh
• Pelindung jatuh, macam-macam jenis pelindung jatuh, antara lain full
body harness, half body harness atau safety belt, work restraint
system dan lain-lain. Digunakan apabila pekerjaan dilakukan pada
permukaan terbuka atau akses kerja terbatas yang mempunyai
potensi bahaya orang terjatuh dari ketinggian.
Pelampung
• Work Vest atau biasa disebut PFD (personal floating device) dan life
jacket, fungsinya sama, yakni untuk melindungi orang dari bahaya
tenggelam. Namun pada penggunaannya dibedakan, yakni work vest
(PFD) diperuntukkan untuk aktivitas atau saat bekerja di permukaan
air, sementara life jacket lebih kepada alat pertolongan saat terjadi
kondisi darurat.
Life Boat
• Tentunya di setiap kapal laut musti disiapkan sekoci / life boat dalam
jumlah yang cukup. Sekoci adalah perahu kecil yang akan
dipergunakan apabila kondisi memburuk dimana kapal akan
tenggelam. Ada beberapa sekoci yang menggunakan mesin atau
motor, juga ada sekoci yang menggunakan dayung.
Life Ring
• Life ring biasanya disediakan untuk menyelamatkan orang yang
berada di air. Cincin pelampung ini cara kerjanya dilempar ke area
terdekat dengan tujuan agar pekerja yang hendak tenggelam dapat
menggapai cincin pelampung tersebut. Biasanya, terdapat tanda
penulisan yang sesuai dengan nama pelabuhan dan nama kapal atas
kepemilikan cincin pelampung tersebut
Life Raft
• Life raft atau rakit ponolong kembung adalah jenis rakit yang perlu
diberikan angin sebelum digunakan. Tentu saja, peniupan angin
tersebut dilakukan dengan menggunakan pompa atau setipenya.
Meski berukuran cukup kecil, namun daya tampungnya mencapai 25
orang. Oleh karena itu, alangkah baiknya di setiap kapal laut agar
dilengkapi dengan rakit penolong kembung ini, karena bentuknya
lebih simpel dan lebih efektif ketimbang sekoci.
Survival Suit
• Sering juga disebut sebagai immersion suit. Kegunaannya bisa
melindungi tubuh dari suhu dingin yang ekstrim. Tentunya, ini sangat
cocok untuk Anda yang bekerja di atas kapal laut dikarenakan udara di
laut cenderung lebih dingin dan berangin terutama di malam hari.
Selain itu, survival suit juga dapat melindungi pekerja ketika tercebur
ke laut, karena sifat penangkal suhu air dingin yang signifikan serta
membantu menghangatkan tubuh.
Thermal Protective Aid
• Pelindung tubuh yang satu ini dalam Bahasa Indonesia sering disebut
sebagai baju pelindung panas. Kebalikan dari sebelumnya, baju ini
digunakan untuk melindungi tubuh dari panas dan api apabila terjadi
kebakaran diatas kapal laut.
Pyrotechnis
• Sering juga disebut sebagai isyarat visual berupa percikan asap yang
berwarna mencolok. Alat ini ada juga yang berbentuk obor, yang
biasanya untuk digunakan di malam hari. Pyrotechnis ini sangat
berguna apabila kapal mengalami mati mesin sehingga terdampar di
tengah-tengah laut. Kegunaannya tentu untuk memberi sinyal atau
pertanda bagi tim yang hendak menolong.
Line Throwing Apparatus
• Alat ini adalah alat pelempar tali roket. Tentunya, dengan tali yang
bisa ditembakkan hingga 230 meter ini, Anda bisa menembak untuk
membentuk jalan tali dari kapal utama yang terkena kecelakaan untuk
menghubungkan dengan perahu sekoci.
Survei Fotogrametri
Berikut Aturan Menerbangkan Drone

Pesawat udara tanpa awak atau lebih dikenal sebagai drone awalnya
digunakan untuk kebutuhan militer. Namun dewasa ini masyarakat sipil pun
turut menggunakan drone, baik untuk sekedar hobi atau bisnis. Kendati
drone boleh digunakan oleh selain insan militer, tetapi masyarakat tak
diperkenankan sembarangan menerbangkan pesawat tanpa awak tersebut.
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan atau permenhub Nomor 37
Tahun 2020, drone dioperasikan oleh orang perseorangan sesuai ketentuan
perundang-undangan. Untuk itu pemerintah telah menerbitkan sejumlah
aturan tentang bagaimana menerbangkan drone. Secara spesifik,
berdasarkan Permenhub tersebut, drone merupakan mesin terbang yang
berfungsi sebagai kendali jarak jauh oleh penerbang atau pilot, yang mampu
mengendalikan dirinya dengan menggunakan hukum aerodinamika.
Adapun aturan pengoperasian drone di ruang udara menurut lampiran
Permenhub Nomor 37 Tahun 2020 adalah pengoperasian pesawat
udara kecil tanpa awak (drone) yang digunakan untuk keperluan hobi
atau rekreasi wajib memenuhi ketentuan CASR Part 107. Beberapa
ketentuan CASR Part 107 di antaranya yaitu mulai persiapan permulaan
terbang hingga ketinggian terbang dan lokasi atau tempat lepas landas
terbang serta lainnya.
Saat persiapan permulaan terbang, inspeksi, dan prosedur
pengoperasian pesawat udara sebelum penerbangan, remote pilot in
command atau pengendali drone harus mengevaluasi lingkungan
pengoperasian dengan mempertimbangkan risiko terhadap orang dan
properti di sekitar secara langsung, baik di permukaan maupun di
udara. Evaluasi meliputi kondisi cuaca lokal, ruang udara, dan setiap
pembatasan terbang, serta lokasi orang, pemukiman dan properti di
permukaan, serta bahaya lain di darat.
• Selain itu, remote pilot in command juga harus memastikan bahwa
semua orang yang berpartisipasi langsung dalam pengoperasian
drone telah mendapatkan informasi tentang kondisi pengoperasian,
prosedur-prosedur darurat, contingency procedure, peran dan
tanggung jawab, serta potensi bahaya. Juga memastikan semua
jaringan kendali antara stasiun kendali darat dan drone bekerja
dengan baik.
• Remote pilot in command juga harus mengetahui batasan
pengoperasian drone, yaitu kecepatan terbang tidak boleh melebihi
87 knot atau 161 ribu kilometer per jam serta ketinggian terbang
tidak boleh dari 120 meter di atas permukaan tanah. Adapun Jarak
pandang terbang minimum, sebagaimana diamati dari lokasi stasiun
kendali darat, harus tidak kurang dari 4,8 kilometer. Sedangkan jarak
drone dari awan tidak kurang dari 150 meter di bawah awan dan 600
meter secara horizontal jauh dari awan.
Penggunaan pesawat tanpa awak (drone) kini banyak dilakukan masyarakat sipil
untuk berbagai aktivitas. Untuk menjaga keselamatan penerbangan, Menteri
Perhubungan mengeluarkan Peraturan Menteri No. 90 Tahun 2015 Tentang
Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak Di Ruang Udara yang
Dilayani Indonesia.

• PM yang diberlakukan sejak 12 Mei 2015 tersebut dalam rangka menjaga


keselamatan operasional penerbangan di ruang udara yang dilayani Indonesia
dari kemungkinan bahaya (hazard) yang ditimbulkan karena pengoperasian
drone.
• PM N0.90 Tahun 2015 mengatur ruang wilayah udara pengoperasian drone
yaitu, drone tidak boleh dioperasikan di kawasan udara terlarang (prohibited
area), kawasan udara terbatas (restricted area) dan kawasan keselamatan
operasi penerbangan (KKOP) suatu bandar udara (bandara). Drone juga tidak
boleh dioperasikan pada ruang udara yang dilayani yaitu, controlled airspace
dan uncontrolled airspace pada ketinggian lebih dari 500 feet atau 150 meter.
“Drone tidak boleh dioperasikan pada uncontrolled airspace pada ketingggian
lebih dari 150 meter,” ungkap Direktur Navigasi Penerbangan Ditjen Perhubungan
Udara Kementerian Perhubungan Novie Riyanto saat sosialisasi PM No.90 Tahun
2015 tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak (Drone) di
Ruang Wilayah Udara yang Dilayani Indonesia di Jakarta, Selasa (4/8).

Namun demikian, kata Novie, untuk kepentingan pemerintah seperti patroli batas
wilayah Negara, patroli wilayah laut negara, pengamatan cuaca, pengamatan
aktivitas hewan dan tumbuhan di taman nasional, survey dan pemetaan, drone
boleh dioperasikan di ketinggian lebih dari 150 meter dengan ijin yang diberikan
dari Dirjen Perhubungan Udara.

• Kegiatan lain yang diperbolehkan menggunakan drone untuk ketinggian di atas


150 meter dengan ijin dari institusi yang berwenang adalah pemotretan
perfilman dan pemetaan.
Izin khusus pengoperasian drone harus dilengkapi persyaratan spesifikasi
teknis airborne system, spesifikasi teknis ground system, maksud dan tujuan
pengoperasian, rencana pengoperasian (flight plan) dan prosedur emergency.

“Izin khusus diberikan oleh Ditjen Perhubungan Udara untuk kepentingan


keselamatan penerbangan. Permohonan izin disampaikan paling lambat
empat belas hari kerja sebelum pelaksanaan pengoperasian drone,”

• Setelah memperoleh notifikasi dari Kementerian Perhubungan, selanjutnya


Kemenhub menyampaikan kepada Perum Lembaga Penyelenggara
Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau Airnav dan Airnav
menyampaikan kepada maskapai penerbangan sipil agar tidak melewati
daerah pelaksanaan operasi. “Di daerah itu kita keluarkan NOTAM, sebagai
daerah berbahaya bagi penerbangan sehingga diawasi.Kemenhub
menyampaikan kepada Airnav dan selanjutnya Airnav menyampaikan hal
itu kepada maskapai,”
• Ditjen Perhubungan Udara, lanjut Muzafar dalam rencana strategis
RPAS, adalah menyiapkan tim khusus menagani RPAS meliputi multi
disiplin yaitu airworthiness, operation, aerodrome, air navigation,
licensing (pilot) dan legal. Pihaknya juga akan berrkordinasi dengan
stakeholder seperti INACA, LAPAN, BPPT, BMKG, Kementerian Luar
Negeri,Kementerian Polhukam,pakar hukum penerbangan dan
akademisi universitas untuk dapat mengintegrasikan penerapan ,
pengaturan dan pengoperasian RAPS di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai