Anda di halaman 1dari 48

KETIMPANGAN

PEMBANGUNAN ANTAR
DAERAH
Jamzani Sodik
PENDAHULUAN
 Ketimpangan antar daerah merupakan
fenomena umum yang terjadi dalam proses
pembangunan ekonomi suatu daerah.
 Fenomena ini tidak saja terjadi pada negara
berkembang, tetapi juga pada negara maju
walaupun dengan tingkat ketimpangan yang
berbeda.
 Terjadinya ketimpangan antar daerah ini
selanjutnya membawa implikasi terhadap
proses pembangunan daerah serta serta
tingkat kesejahteraan masyarakat pada
daerah yang bersangkutan.
 Biasanya implikasi yang ditimbulkan adalah
ketidakpuasan masyarakat.
 Ketimpangan ekonomi antar daerah berbeda
dengan ketimpangan distribusi pendapatan
(income distribution), antar kelompok
masyarakat.
 Ketimpangan ekonomi antar daerah adalah
perbedaan pendapatan (PDRB) antar daerah.
 Sedangkan ketimpangan distribusi
pendapatan adalah perbedaan antara
kelompok penduduk kaya dan miskin yang
diukur dengan nilai pendapatan rumah
tangga rata2 pada masing2 kelompok
KONSENTRASI KEGIATAN
EKONOMI
 Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole)
memberikan konfirmasi bahwa distribusi
kegiatan ekonomi antar tempat akan sangat
bervariasi, tergantung pada keuntungan
lokasi yang dimiliki oleh daerah yang
bersangkutan.
 Konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup
cepat akan cenderung terjadi pada daerah2
yang mempunyai keuntungan lokasi yang
cukup tinggi.
 Konsentrasi kegiatan ekonomi antar lokasi
dan daerah pada suatu negara adalah sangat
bervariasi tergantung pada kondisi geografis,
kandungan sumber daya alam serta distribusi
penduduk antar daerah. Disamping itu
kemudahan dalam melakukan kegiatan
produksi dan transportasi pada lokasi
tertentu.
 Konsentrasi kegiatan ekonomi pada lokasi-
lokasi tertentu tersebut cenderung menjadi
semakin meningkat karena sebagaimana
diungkapkan oleh Hirscman (1958) bahwa
pertumbuhan ekonomi antar daerah
umumnya adalah tidak berjalan secara
seimbang (unbalanced), adanya daerah
tertentu yang bertumbuh sangat cepat, dan
ada pula yg bertumbuh sangat lambat.
UKURAN KONSENTRASI
KEGIATAN EKONOMI
Konsentrasi kegiatan ekonomi dapat diukur
dengan :
1. Indeks LQ
SiR
SR
LQ 
SiN
SN
HIPOTESIS NEO KLASIK
 Dalam teori tersebut dimunculkan sebuah
prediksi tentang hubungan antara tingkat
pembangunan ekonomi nasional suatu negara
dengan ketimpangan pembangunan daerah
antar daerah. Hipotesis ini kemudian lazim
dikenal sebagai Hipotesis Neo Klasik yang
menarik perhatian para ekonom dan
perencana pembangunan daerah.
 Menurut hipotesis ini pada permulaan proses
pembangunan suatu negara, ketimpangan
pembangunan antar daerah cenderung
meningkat. Proses ini terjadi sampai pada
titik puncak, setelah itu proses pembangunan
terus berlanjut maka secara berangsur-
angsur ketimpangan pembangunan antar
daerah tersebut akan menurun.
 Dengan kata lain, Kurva ketimpangan
pembangunan antar daerah adalah berbentuk
huruf “U” terbalik
 Berdasarkan hipotesis tersebut maka pada
negara sedang berkembang, ketimpangan
ekonomi antar daerah cenderung tinggi dan
meningkat (divergensi). Akan tetapi semakin
maju pembangunan suatu negara maka akan
terjadi proses penurunan tingkat
ketimpangan ekonomi antar daerah
(konvergensi)
 Kebenaran Hipotesis Neo-Klasik ini kemudian
diuji kebenarannya oleh Jefrey G. Williamson
pada tahun 1966 melalui studi tentang
ketimpangan pembangunan antar daerah di
Negara maju dan negara berkembang dengan
menggunakan data time series dan cross
section.
 Hasil penelitian tersebut menunjukkanbahwa
hipoteisis tersebut terbukti benar secara
empirik.
 ketimpangan pembangunan antar daerah
 Ini artinya bahwa proses pembangunan suatu
negara tidak otomatis dapat menurunkan
ketimpangan pembangunan antar daerah,
tetapi pada tahap permulaan justru terjadi
hal yang sebaliknya.
UKURAN KETIMPANGAN
 Ukuran ketimpangan pembangunan antar
daerah yang digunakan adalah
1. Williamson Indeks
Dengan rumus :
 Dimana :
Yi : PDRB per kapita di kabupaten/kota i,
Y : PDRB per kapita rata-rata Propinsi
fi : Jumlah penduduk di Kabupaten/kota i
n : merupakan Jumlah penduduk Propinsi

IW mendekati 1 berarti sangat timpang


IW mendekati 0 berarti sangat merata
BAGAIMANA
KETIMPANGAN DI DIY
PERMASALAHAN
PEMICU KETIMPANGAN WILAYAH DIY
(INDEKS WILLIAMSON 2017 : 0,4662)

1. Belum meratanya konektivitas yang menghubungkan


antar pusat-pusat pertumbuhan kegiatan ekonomi
2. Belum meratanya kuantitas maupun kualitas infrastruktur.
3. Adanya Ketimpangan angka rata-rata investasi antar
daerah Kabupaten/kota, terutama pada sektor tersier dan
sekunder.
4. Terakumulasinya modal/investasi di kawasan perkotaan.
5. Jumlah kunjungan wisata lebih dominan ke area perkotaan
6. Perbedaan kualitas SDM antar kabupaten/kota (adanya
Gap IPM)
PDRB KABUPATEN/KOTA DIY 2017

 Nilai PDRB didominasi oleh Kota Yogyakarta


dan Kabupaten Sleman, yaitu sebesar 60% .
 Nilai PDRB Kabupaten Kulon Progo dan
Gunungkidul sebesar 21%.
 Nilai PDRB Kabupaten Bantul sebesar 19 %.
 Kabupaten Kulon Progo dan Gunungkidul belum
ada pusat kegiatan ekonomi yang besar. Kondisi
ini menyebabkan pertumbuhan ekonominya jauh
tertinggal dari kabupaten/kota lainnya
 Indeks Williamson DIY pada periode 2017 -2022
ditargetkan menurun sebesar 0,0173 , yaitu dari 0,4662
(Tahun 2017 ) menjadi 0,4489 (Tahun 2017).
 Gini Rasio DIY pada periode 2017 -2022 ditargetkan
menurun sebesar 0,0563 , yaitu dari 0, 4198 (Tahun 2017 )
menjadi 0,3635 (Tahun 2022).
ARAH KEBIJAKAN
PENURUNAN KETIMPANGAN WILAYAH DIY

1. Memprioritaskan pembangunan untuk peningkatan akses


pada wilayah terpencil, terisolasi dan marginal.
2. Membuka pusat-pusat pertumbuhan kegiatan ekonomi baru
(kota satelit/kota baru mandiri tematik)
3. Merevitalisasi pembangunan kawasan Industri
4. Pengembangan infrastruktur pada kawasan distinasi wisata
5. Pengelolaan dan konservasi Cagar Alam Geologi
6. Peningkatan konektifitas antar wilayah sebagai pengerak
perekonomian (berbasis koridor)
7. Memprioritaskan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dari
pada laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
8. Pengembangan sektor pariwisata di kawasan prioritas yang
terintegrasi dengan sektor lainnya
9. Pemenuhan target universal akses 100-0-100 pada 2019
STRATEGI PELAKSANAAN
KEBIJAKAN

• Mengintegrasikan Program Strategis


Penurunan Ketimpangan Wilayah Dalam
Dokumen RPJMD DIY 2017 - 2022
• Mengintegrasikan Rencana Kegiatan Prioritas
Penurunan Ketimpangan Wilayah Dalam
Dokumen RKPD DIY dan RENSTRA OPD
PROGRAM MENURUNKAN KETIMPANGAN
WILAYAH
PRIORITAS KEGIATAN PEMBANGUNAN DIY
No Kegiatan

1 Pembangunan Jalur Jalan Lingkar Selatan (JJLS)

2 Pembangunan Jogjakarta Outer Ring Road (JORR)

3 Pembangunan Akses Kawasan Industri Piyungan Bantul

4 Pembangunan Underpass Gejayan, Monjali dan Kentungan

5 Pengembangan Jalan Selokan Mataran

6 Pembangunan Bendung Kamijoro untuk Penyediaan Air Baku

7 SPAM Regional : Pembangunan Jaringan Distribusi Air Baku, Jaringan


Distribusi Air Bersih dan Jaringan Distribusi Utama
No Kegiatan

8 Pembangunan Sisi Udara dan Sisi Darat AERO CITY

9 Pembangunan Stasiun Interchange Pengembangan Stasiun KA


Palbapang, Stasiun Kedundang dan Stasiun Pathukan

10 Pembangunan Terminal Angkutan Barang

11 Pengembangan Pengelolaan Sampah Pengembangan TPA


Piyungan

12 Pengembangan Jalan Bebas Hambatan Pembangunan jalan tol


Jogjakarta – Solo dan Jogjakarta – Cilacap
PENGEMBANGAN WILAYAH
TERTINGGAL
1. PENGEMBANGAN KABUPATEN KULON PROGO

1 PEMBANGUNAN NYIA
DAN AEROTROPOLIS
OPERASIONALISASI
2 PELABUHAN IKAN
TANJUNG ADIKARTO

3 OPERASIONALISASI
PERTAMBANGAN
PASIR BESI JMI
4 KAWASAN INDUSTRI
SENTOLO
1
2
3 5 4
KAWASAN INDUSTRI
5
PERIKANAN

41
PELABUHAN TANJUNG ADIKARTO
DIUPAYAKAN SEGERA BEROPERASI

42
MULTIPLIER EFFECTS OPERASIONAL
PELABUHAN TANJUNG ADIKARTO

1. Estimasi Produksi Ikan sebesar 32.500 ton per tahun


2. Nilai Produksi mencapai 456 Milyar/ per tahun
3. Memabuka peluang kerja bagi 6.000 tenaga kerja
4. Peluang kegiatan usaha Cold storage
5. Peluang kegiatan usaha Pengolahan ikan
6. Peluang kegiatan usaha industri Maritime
7. Peluang kegiatan usaha di bidang Jasa (services)
8. Peluang kegiatan Usaha Restaurant
9. Peluang kegiatan Usaha Pergudangan
10. Peluang kegiatan Usaha Perbankan
2. PENGEMBANGAN KABUPATEN
GUNUNGKIDUL

a. Pengembangan Pariwisata Baron- Sundak


b. Pengembangan Pariwisata Siung- Wediombo –
Sadeng
c. Pengembangan Pariwisata Bobung - Putat
d. Pengembangan Geopark Gunung sewu
e. Pembangunan Jalan dan Jembatan Jalur Pansela
f. Pembangunan Jaringan Air Bersih dan Jaringan
Distribusi Utama dan Pembangunan SPAM Regional
UKURAN KETIMPANGAN
2. Theil Indeks
UKURAN KETIMPANGAN
3. Indeks Bonet :

Dimana :
PCGDP I,t = pendapatan propinsi per kapita
PCGDP Nal,t = pendapatan nasional per kapita
PENYEBAB KETIMPANGAN
EKONOMI ANTAR DAERAH
1. Perbedaan kandungan SDA
2. Perbedaan kondisi Demografis
3. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa
4. Konsentrasi kegiatan ekonomi daerah
5. Alokasi dana pembangunan daerah
PENANGGULANGAN
KETIMPANGAN
1. Penyebaran pembangunan prasarana
perhubungan
2. Mendorong transmigrasi dan migrasi
3. Pengembangan pendidikan antar daerah
4. Perkembangan pusat pertumbuhan
5. Pemantapan pelaksanaan otonomi daerah

Anda mungkin juga menyukai