Anda di halaman 1dari 17

FILSAFAT ISLAM:

ALKINDI DAN
ALFARABI
OLEH
ABU BAKAR KHAZALI
Al-Kindi ( 185-260 H / 801-873M )
• Nama Lengkapnya Abu Yusuf bin Ishak, anak seorang gubernur Kufah dan
mempunyai keturunan langsung kepada Yaqub bin Qathan nenek pertama suku
Arabia Selatan. Karena itulah beliau digelar dengan Filosof Arab, karena
beliaulah satu-satunya Filosoft muslim yang berasal dari keturunan Arab.
Lainya keurunan ras lain, seperti Persia dan Turki.

• Al-Kindi lahir tahun 185 H/801M dan wafat tahun 260 H bertepatan dengan
tahun 873 M. Al-kindi hidup dalam kecemerlangan dunia Islam dalam fase
dinasti Abbasiah. Perestasi intelektualnya  bermula ketika dia diangkat sebagai
guru  pribadi Ahmad, Putra Al-Mu’tashim, salah seorang khalifah Abbasiah.
Sayangnya   tidak semua senang dengan prestasi ini.  Musa dan Ahmad, putra
Ibnu Syakir, dengan licik mempengruhi Khalifah al-Mutawakkil agar memusuhi
Al-Kindi. Sang Khalifah terpengaruh, sehingga karya-karyanya di sita dan
di  kucilkan[. Namun sebagai ilmuwan, ia tetap mengembangkan kajian
Filasafat hingga ia Wafat.
KARYA-KARYANYA

Al-Kindi merupakan filsuf yang produktif, terbukti dengan
banyaknya karya beliau. Paling tidak terdapat 270 buah karya Al-
Kindi[5] yang di kelompokan pada 17 kelompok, yaitu mengenai
filsafat, logika, Ilmu Hitung, globular, musik, astronomi, geometri,
sperikal, Antrologi, dialektika, kriptologi, psikologi politik,
meteorologi, dimensi, benda-benda pertama  dan spesies tertentu
logam dan kimia.
• Sayngnya tidak semua karya-karya itu di  temukan. Pelacakan
terakhir menemukan 25 Risalah Al-Kindi yang tersebar di turki oleh
Ritter, temuan ini  mendorong para Ahli menyunting tulisan-tulisan
beliau M.Guini dan R Wazler, menyunting karya-karya Al-Kindi dan
menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin.
PEMIKIRANNYA
 Hubungan Agama dengan Filsafat
• Problema pertama yang di hadapi para filsuf muslim ialah “Bagaimana
memadukan kebenaran Agama yang bersumber dari kitab suci dengan
kebenaran filsafat  yang bersumber dari manusia yang sebagian
ajarannya di pandang bertentangan dengan ajaran Agama Islam”. Untuk
menghindari pertentangan ini Al-Kindi mengadakan  pemaduan dari
memposisikan filsafat. Menurut Al-Kindi Filsafat adalah “ Ilmu tentang
segala sesuatu yang di pelajari orang menurut kadar kemampuannya.’
• Al-Kindi menyebutkan bidang ketuhanan  sebagai Filsafat pertama (al-
falsafah al-ula), merupakan bidang yang paling utama, karena
membicarakan kebenaran yang pertama (Al-Haqq Al-Awal), yaitu
Tuhan. Oleh karena Filsafat membicarakan tentang tuhan, maka di
antara agama dan filsafat tidak terdapat pertentangan.
• Menurut Al-Kindi, keselarasan agama dengan filsafat di
dasarkan pada tiga alasan, yaitu Ilmu agama merupakan bagian
dari filsafat, kebenaran wahyu yang di turunkan kepada Nabi
dan kebenaran filsafat saling bersesuaian, dan menuntut ilmu,
secara logika , di anjurkan oleh agama.
• Dengan demikian orang yang menolak filsafat  sama dengan
menolak kebenaran,
• Metafisika
• Pemikiran Al-Kindi tentang ketuhanan termaktub dalam karyanya
yang berjudul Fi Falsafah Al-Ultaa. Dalam karyanya ini, Al-Kindi
mengatakan : Allah adalah wujud  yang haqq, yang tidak ada
ketiadaan selama-lamanya yang senantiasa dan akan seslalu
demikian wujudnya secara abadi.  keberadaan tuhan tersebut
bersifat Esa dalam bilangan dan Esa dalam zat. Esensinya tidak
mengndung kejamakan, karena Allah tidak mempunyai materi tidak
sebagai rangkaian, tidak jenis dan macam (species and diffrentia).
• Dengan demikian Tuhan adalah wujud yang paling murni, sebagai
penyebab pertama (first cause), yang ada dengan  sendirinya, bukan
karena wujud lain, zatnya menciptakan bukan di ciptakan.
• Al-Kindi membagi hakikat segala yang ada kepada hakikat
partikular yang di sebutnya dengan Aniah, dengan hakikat yang
universal (kulli) yang di sebut dengan mahiyah dalam
bentuk genus dan spesies. Tuhan bersifat Esa, karena dia
bukan Aniyah dan mahiyah.
• Untuk membuktikan Adanya Tuhan, Al-Kindi menggunakan tiga
Argumen, sebagai berikut :
• 1.      Barunya Alam
• 2.      Keseragaman dan kesatuan
• 3.      Pengendalian
• Dengan demikian keberadaan Tuhan rasional adanya secara akali
dan empiris.
Al-Farabi ( 258-339 H/870-950 M )

• Nama lengkapnya ialah Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin


Tharkhan, lahir di wasij, distrik Farab, Turkestan dari seorang Ayah Persia
dan Ibu Turki. Karena itu, berbeda dengan Al-Kindi, Al-Farabi bukan
keturunan Arab, melainkan  keturunan Persia-Turki. Beliau di kenal juga
dengan nama Abu Nasher, atau Avempes dalam literatur Barat.
• Sebagai Anak pejabat Al-Farabi memperoleh pendidikan berbagai disiplin
ilmu, yaitu bahasa, sastra, logika, filsafat kepada Guru-guru terkenal,
Seperti Abu Bakar Al-Saraj, bisyh Mattius bin Yunus, Yuhana Ibn Hailam
dll. Awal karirnya bermula ia berkenalan dengan sultan dinasti Hamadan
di Aleppo, yaitu Syaifud Daulah al-Hamdani. Perkenalan ini
membawanya sebagai ulama Istana, Di sinilah ia mengembangkan
aktivitas filsafanya. Namun karena pertentangan politik ia keluar dari
istana samapi ai  wafat dalam usia 80 Tahun.
KARYA-KARYANYA
• Beliau adalah Filsuf besar muslim yang banyak menyusun karya Filsafat,
bahkan memadukan beberapa kejanggalan-kejanggalan, terutama antara Plato
dan Aristoteles. Pemikiran ini di tulis dalam buku Al-Jam’u Bayna R’yay al-
ahakimayn; Aflaton wa Aristo. Ulasannya yang mendalam terhadap karya
Aristoteles menyebabkan ia di gelar sebagai Aristoteles ke dua (Aristo Al-
tsaniy).
• Selain karya di atas, karya penting lainnya ialah :
• a.       Ara’u Ahl Madinah al-fadhilah, kajian tentang politik.
• b.      Maqalat fi Ma’ani al-Aql, berisi ulasan tentang Akal
• c.       Al-Ibanah’An Ghadhi Aristo fi Kitabi Ma Ba’da al-Thabi’ah. Berisikan
tentang ulasan mengenai Metafisika Aristoteles.
• d.      Al-Masa’il al- Falsafiyah wa Ajiwibah’Anha, berisikan tentang kajian
Filsafat.
• e.       Dan Lain-lain.
PEMIKIRANNYA
• Kesatuan Filsafat
• Menurut Al-Farabi,  pemikiran para filsuf Yunani (khususnya
Plato dan Aristoteles) pada hakikatnya merupakan suatu
ksatuan yang sistematik, sehingga tidak terdapat pertentangan
di antara kedua tokoh tersebut. Pemikiran ini di tuangkan
kedalam karyanya, Al-jam’u Bayna Ra’yay al-Hakimyn :
Afalton wa Aristo.
• Ketuhanan
• Membicaarakan ketuhanan Al-Farabi mengtakan : “Allah
adalah wujud yang tidak mempunyai hole (benda) dan tidak
mempunyai form (bentuk) yang sifatnya asli dan tanpa
permulaan, serta selalu ada tiada akhir. Untuk membuktikan
kesempurnaan wujud tuhan, Al-Farabi membagi wujud dalam
dua tingkatan yaitu :
• ·  Wujud yang ada atau mungkin ada karena/ di sebabkan yang
lainnya,(al-wujud bighairi)
• ·   Wujud yang mengada dengan sendirinya,( al-wujud
binafsihi).
• Penciptaan  Alam (Emanasi)
• Permasalahan yang muncul di dalam kajian penciptaan Alam
ialah, Apakah alam muncul langsung dari tuhan atau tidak,
kemudian Apakah Alam di ciptakan dari tiada atau dari suatu
yang ada. Al-Farabi menyatakan bahwa Alam berasal dari
Tuhan, namun melalui beberapa tahapan, karena alam berasal
dari tuhan, maka Alam di ciptakan bukan dari tiada  melainkan
dari suatu potensi (esensi) yang sudah ada, langsung dari
tuhan.
• Rumusan itu tertuang dalam teori Emanasi atau teori Urutan-
urutan wujud.
• Tuhan (akal murni), memikirkan dirinya = Akal Pertama
• Akal ke 1,        memikirkan Tuhan      = Akal ke 2 (Wujud ke-1)
• memikikan dirinya      =Langit Pertama
•             Akal ke 2         memikirkan Akal ke 2 = Akal ke 3 (Wujud ke 2)
•                                     Memikirkan dirinya     = Bintang-bntang
•             Akal ke 3         memikirkan Akal ke 2 = Akal ke 4 (Wujud ke 3)
•                                     Memikirkan dirinya     =  Saturnus
•             Akal ke 4         memikirkan Akal ke 3 = Akal ke 5 ( Wujud ke 4)
•                                     Memikirkan dirinya     = Jupiter
•             Akal ke 5         memikirkan Akal ke 4 = Akal ke 6 ( Wujud ke 5)
•                                     Memikirkan dirinya     = Mars
•             Akal ke 6         memikirkan Akal ke 5 = Akal ke 7 (Wujud ke 6)
•                                     Memikirkan dirinya     = Matahari
• Akal ke 7         memikirkan Akal ke 6 = Akal ke 8 (Wujud ke 7)
•                         Memikirkan dirinya     = Venus
• Akal ke 8         memikirkan Akal ke 7 = Akal ke 9 (Wujud ke 8)
•                         Memikirkan dirinya     =Merkurius
• Akal ke 9         memikirkan Akal ke 8 = Akal ke 10 (Wujud ke 9)
•                         Memikirkan dirinya     = Bulan
• Akal ke 10       memikirkan Akal ke 9 = tidak memikirkan akal lain
•                         Memikirkan dirinya     = Bumi, Api, air, udara dan tanah.
• Dari teori di atas  terdapat sembilan akal dan  sepuluh wujud
yang membatasi tuhan dengan alam semesta, melalui teori ini
ada dua hal yang ingin di tampilkan Al-Farabi.
• a.    Al-Farabi menyatakan bahwa di antara tuhan dengan
manusia terdapat jarak yang sangat jauh. dengan adanya jarak
ini keesaan tuhan tetap utuh. Al-Farabi tetap berpegang pada
asa bahwa dari yang satu pasti satu yang muncul.
• b.    Melalui teori ini pula, Al-Farabi berupaya sejalan dengan
ajaran islam tentang adanya permulaan ciptaan.
• Negara Ideal  (al-Madinah al-Fadhilah)
• Sebagai pemikir Universal, kajian mengenai negara tidak luput
dari pemikiran Al-Farabi, menurutnya, negara sama saja
dengan tubuh manusia yang mempunyai kepala, badan, tangan,
kaki, jantung, dan lain-lain. Dari semua unsur yang paling
penting ialah kepala yang di ibaratkan Al-Farabi sebagai kepala
negara yang  ideal ialah yang di perinatah oleh kepala negara
yang memiliki aneka kualifikasi yaitu cerdas, memiliki ingatan
yang baik, pikiran yang tajam, mencintai pengetahuan,
mencintai kejujuran, murah hati, sederhana, mencintai
keadilan, pemberani, sehat jasmani, dan pandai berbicara.
• Semua karakter ini ada pada Nabi, namun karena nabi sudah
tida, posisinya di gantikan oleh filsuf. Oleh karena itu, jabatan
kepala negara ideal harus di pegang oleh Filsuf. Menurut Al-
Farabi, selain negara ideal di atas terdapat empat bentuk negara
lainnya, yaitu :
• a.       Negara Jahil          (  ‫ا**لمد ي**نة ا*هلة‬ ).
• b.      Negara Fasik         ( ‫ا**لمد ي**نة ا**لفا س**قة‬ ).        
• c.       Negara Sesat         ( ‫ا**لمد ي**نة ا**لضا ل**ة‬ ).
• d.      Negara yang Berubah        ( ‫ا**لمد ي**نة ا**لمتبد ل**ة‬ ).
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai