Anda di halaman 1dari 16

PATOFISIOLOGI

COMBUSTIO
Dosen Pengampu :
apt.Dra. Syilfia Hasti,M.Farm
KELOMPOK 8

1. Hanisa (2101018)
2. Meisy Imelda (2101025)
3. Nanda Felisha Putri (2101029)
4. Rifka Izzah Fadhila (2101038)
5. Rochmad Hasbullah HS (2101040)
6. Siti Aulia Wulyadi (2101046)
COMBUSTIO
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
dapat disebabkan oleh terpapar langsung oleh panas (api,
cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik, kimia. Luka bakar
merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah berbagai
sistem tubuh. Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan
permukaan tubuh dengan dengan benda-benda yang menghasilkan
panas baik kontak secara langsung maupun tidak langsung
(Anggowarsito, 2014).
Epidemiologi
Epidemiologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari
dan menganalisis tentang penyebaran, polam dan penentu kondisi
kesehatan dan penyakit pada populasi tertentu.

Luka bakar dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup (WHO,


2008).
Luka bakar adalah masalah kesehatan yang sangat global. Menurut
WHO, pada tahun 2016 diperkirakan 265.000 kemartian setiap
tahun disebabkan oleh luka bakar, dan hampir setengah kejadian
luka bakar terjadi di Asia Tenggara. Mayoritas kejadian ini terjadi
di negara berpenghasilanrendah sampai menengah

Sedangkan pada negara dengan penghasilan tinggi, angka kemtian


akibat luka bakar sudah menurun setiap tahunnya. Dan tingkat
kematian anak karena luka bakar 7 kali lebih tinggi di negara
berpenghasilan rendah sampai menengah daripada negara dengan
penghasilan tinggi
Global
Data epidemiologi tentang luka bakar di Indonesia masih terbatas.
Menurut data dari WHO Global Burden Disease, pada tahun
2017 diperkirakan 180.000 orang meninggal akibat luka
bakar, dan 30% pasien berusia kurang dari 20 tahun.
Umumnya korban meninggal berasal dari negara berkembang, dan
80% terjadi di rumah.

Indonesia
Di Indonesia sendiri belum ada data epidemiologi untuk luka
bakar secara resmi, namun unit luka bakar di  Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo mencatat 275 pasien luka bakar dalam kurun
waktu 2011-2012. 
ETIOLOGI
 Luka bakar termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab paling
sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu panas
seperti terbakar api secara langsung atau terkena permukaan logam yang
panas.

 Luka bakar kimia


Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan
asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan
yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat
terjadi misalnya karena kontak dengan zat– zat pembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang
industri, pertanian dan militer
 Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh (Rahayuningsih, 2012). Luka bakar listrik
ini biasanya lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan tubuh
(Moenadjat, 2009).

 Luka Bakar Radiasi


Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri
9 atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan
salah satu tipe luka bakar radiasi (Rahayuningsih, 2012).
PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau
radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi
protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan
lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat
mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan
burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi. Kedalaman luka
bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak
dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan suhu
sebesar 56.10℃ mengakibatkan cidera full thickness yang serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang
berat selama awal periode syok luka bakar mencakup
hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder
akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal
sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan
hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian
terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
MANIFESTASI
KLINIK
DERAJAT KEDALAMAN KERUSAKAN KARAKTERISTIK

Derajat Satu Superfisial Epidermis Kulit kering,


hiperemis,nyeri.
Dua dangkal Superfisial Epidermis dan sepertiga Bula nyeri
kedalaman partial bagian superficial dermis.
(partial thickness)
Dua dalam Dalam -kedalaman Kerusakan dua pertiga Seperti marbel,putih
partia (deep partial bagian superficial dermis dan dan keras.
thickness) jaringan dibawahnya.

Tiga Kedalaman penuh Kerusakan seluruh lapisan Luka berbatas tegas,


(full thickness) jaringan (dermis dan tidak ada bulu, warna
epidermis) serta lapisan yang kecoklatan, kasar
lebih dalam. dan tidak nyeri
Empat Superdermal Seluruh lapisan kulit dan Mengenai struktur
sekitarnya seperti lemak sekitarnya
subkutan,fasia , otot dan
tulang
Daftar pustaka
Anggowarsito, J.L,. 2014. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi.
JURNAL WIDYA MEDIKA, 2(2), PP. 115-120.
Dida Gurnida, dr A. and Melisa Lilisari, MK. (2012) Dukungan
Nutrisi Pada Penderita Luka Bakar.
Luz Yolanda Toto Suarez. 2015a. “Kebutuhan Dasar Manusia.” Pp. 1-
27 in
Moenadjat 2009, Luka Bakar, Penatalaksanaan Awal &
Penatalaksanaannya, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, PP. 62- 70.
Rahayuningsi, T., 2012, Penatalaksanaan Luka Bakar
(Combustion), Jurnal Profesi Volume 08/Febuari- September 2012.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai