Anda di halaman 1dari 34

DEHIDRASI

Abdan Syakura Danil


Tutorial Minggu 1 GIS
Kasus : Marasmus disertai diare dan dehidrasi
CAIRAN TUBUH
.
Larutan yang terdiri
Cairan Tubuh dari air dan zat
terlarut.

Elektrolit

Zat terlarut
Nonelektrolit
DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH

Intraselular
Cairan tubuh
(total body water,
(40%)
TBW) (60%) Interstitial
LK: 60% (15%)
Pr: 50% Ekstraselular
(20%)
Plasma
Darah (5%)
Jumlah volume cairan tubuh tergantung:
 kandungan lemak badan,
 usia

Lemak sangat sedikit menyimpan lemak pada


Pr > Lk
cairan

semakin tua usia semakin sedikit


kandungan airnya
Elektrolit merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan
menghantarkan arus listrik.

ion positif (kation)


ion negatif (anion)

 Kation utama dalam cairan


ekstraselular: Natrium (Na+)
 Kation utama dalam cairan
intraselular: Kalium (K+).

 Anion utama dalam cairan


ekstraselular: klorida (Cl-) dan bikarbonat
(HCO3-)
 Anion utama dalam cairan intraselular:
ion fosfat (HPO43-)
(mEg/l) Plasma Cairan Interstitial Cairan Intracellular
(mEq/L) (mEq/L) (mEq/L)

Kation Na 142 145 15

K 4 4 150
Ca 5 2,5 2
Mg 3 1,5 27
Total 154 152 194
Anion Cl 103 114 1

HCO3 27 30 10

HPO4 2 2 100
SO4 1 1 20
Asam Organik 5 5 0

Protein 16 0 63

Total 154 152 194


NON ELEKTROLIT

Zat terlarut yang tidak terurai dalam


larutan dan tidak bermutan listrik.

Non elektrolit : protein, urea, glukosa,


oksigen, karbon dioksida dan asam-
asam organik.

Zat lainnya termasuk penting kreatinin


dan bilirubin.
Perpindahan air dan zat terlarut

Mekanisme transpor pasif Tekanan osmotik : tekanan yang


Difusi dibutuhkan untuk mencegah
Osmosis perembesan (difusi) cairan
melalui membran semipermiabel
ke dalam cairan lain yang
konsentrasinya lebih tinggi.

Mekanisme transpor Difusi : gerakan molekul yang


aktif berhubungan terus-menerus di antara molekul
dengan pompa Na-K yang satu dengan yang lainnya
dalam cairan, maupun dalam gas.

Pompa natrium-kalium : suatu proses transpor yang


memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan
pada saat yang bersamaan memompa ion kalium dari
luar ke dalam.
FUNGSI CAIRAN
Fungsi cairan bagi tubuh:

a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan


temperatur tubuh

b. Transpor nutrien ke sel

c. Transpor hasil sisa metabolisme

d. Transpor hormon

e. Pelumas antar-organ

f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem


kardiovaskuler.
KESEIMBANGAN CAIRAN
Keseimbangan cairan keseimbangan antara intake
(pemasukan) cairan dan output (pengeluaran) cairan

Kebutuhan air normal setiap hari (bayi / seorang dewasa


sehat) : sekitar 1500 ml/m2 luas permukaan badan atau
sekitar 1.800-2.500 ml/hari.

Pemasukan cairan:
 Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman
 1.000 ml dari makanan
1. Ginjal
Dalam bentuk urine P
Produksi urine : 1 ml/kg/jam
E
Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1500 ml/hari.
N
G
E
2. Kulit L
Hilangnya cairan melalui kulit : Isensible Water Loss (IWL), U
yaitu sekitar 15-20 ml/24 jam.
A
R
A
N
3. Paru-paru
Paru-paru menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari.
C
A
4. Gastrointestinal I
Melalui feses setiap hari sekitar 100-200 ml. R
Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg A
BB/24 jam, N
dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1
derajat celsius.
Pengaturan Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit
Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
Aldosteron
1. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin → angiotensin II →
merangsang hipotalamus → melepaskan substrat neural → sensasi haus
2. Osmoreseptor di hipotalamus → mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf → sensasi rasa dahaga

Anti-diuretik hormon (ADH)


Stimuli utama untuk sekresi ADH → peningkatan osmolaritas dan penurunan
cairan ekstrasel → meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentes →
menghemat air

Pelepasan aldosteron → sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia


(dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum dan sistem
angiotensin renin )
Perubahan Cairan Tubuh
1. Perubahan volume
 Defisit volume
 Kelebihan volume
2. Perubahan konsentrasi
Hiponatremia
Hipernatremia
Hipokalemia
Hiperkalemia
3. Perubahan komposisi
 Asidosis respiratorik
 Alkalosis respiratorik
 Asidosis metabolik
DEFISIT
VOLUME DEHIDRASI

Merupakan kondisi ketika tubuh


Dehidrasi sering dikategorikan
kehilangan lebih banyak cairan dari
sesuai dengan kadar konsentrasi pada yang didapatkan, sehingga
serum dari natrium : keseimbangan zat gula dan garam
 Isonatremik (130-150 mEq/L) menjadi terganggu, akibatnya tubuh
Hiponatremik (<139 mEq/L) tidak dapat berfungsi secara normal.
 Hipernatremik (>150
mEq/L). Pada dehidrasi terjadi keseimbangan
negatif cairan tubuh akibat penurunan
Dehidrasi isonatremik (80%), asupan cairan dan meningkatnya
Dehidrasi hipernatremik atau jumlah air yang keluar (lewat ginjal,
hiponatremik (5-10%) saluran cerna atau insensible water
loss/IWL) atau karena adanya
perpindahan cairan dalam tubuh.
Derajat dehidrasi

Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang berlebihan mengenai
derajat keparahannya pada anak dengan gizi buruk. Hal ini disebabkan oleh sulitnya menentukan
status dehidrasi secara tepat pada anak dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala
klinis saja. Anak gizi buruk dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas, anggap dehidrasi
ringan.
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita
adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung
oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi
bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki
kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare
dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara
untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah


Zink diberikan selama 10 hari
Teruskan pemberian ASI dan makanan
Antibiotika selektif
Nasihat kepada orang tua/pengasuh
FLUID REPLETION
Diberi ORS atau dengan nasogastric tube
Pada kasus severe seperti keadaan hipovolemik parah,
harus di beri secara IV 1-2 L larutan isotonic kristaloid
DIETERY ADJUSTMENTS
Klasifikasi cairan
Cairan Hipotonik
osmolaritas << serum
Cairan Isotonik
osmolaritas – serum (tetap berada di pembuluh darah)
Cairan Hipertonik
osmolaritas >> serum
Kristaloid
Solution Glukosa Sodium Chloride Potassium Kalsium Laktat mOsmol/
(mg/dl) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) L

Dextrose 5000 253


5% in
water

D5 ½ NS 5000 77 77 406

D5 NS 5000 154 154 561

0,9% 154 154 308


NaCl
Ringer 130 109 4.0 3.0 28 273
laktat

D5 RL 5000 130 109 4.0 3.0 28 525

5% NaCl 855 855 1171


Kristaloid
 larutan dengan air yang terdiri dari molekul-molekul
kecil, dapat menembus membrane kapiler dengan
mudah. (dari kompartmen intravaskuler ke
kompartmen interstisial, kemudian didistribusikan ke
semua kompartmen ekstra vaskuler)
Bersifat isotonik. efektif dalam mengisi sejumlah
cairan ke dalam pembuluh darah dengan segera dan
efektif untuk pasien yang membutuhkan cairan segera.
 Contoh cairan kristaloid adalah Ringer laktat,
Normal saline, Dekstrosa, Ringer asetat.
Koloid
Plasma expander
mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas
osmotik  cairan ini cenderung bertahan agak lama
dalam ruang intravaskuler.
terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit
menembus membrane kapiler, digunakan untuk
mengganti cairan intravaskuler.
Koloid
Cenderung tidak keluar dari membrane kapiler dan tetap
berada dalam pembuluh darah, bersifat hipertonik dan
dapat menarik cairan dari pembuluh darah.
penggunaannya membutuhkan volume yang sama
dengan volume plasma yang hilang. Digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma.

Contoh cairan koloid adalah


Albumin, HES (Hidroxyetyl
Starches), Dekstran, dan
Gelatin.
Kristaloid vs Koloid
Kristaloid Koloid
Keunggulan 1. Lebih mudah tersedia dan murah 1. Ekspansi volume plasma tanpa
2. Komposisi sama dengan plasma (Ringer ekspansi interstisial
Laktat /Ringer Asetat) 2. Ekspansi volume lebih besar
3. Bisa disimpan di suhu kamar 3. Durasi lebih lama
4. Bebas dari reaksi analfilaktik 4. Oksigenasi jaringan lebih baik
5. Komplikasi minimal 5. Insiden edema paru dan/atau
edema sistemik lebih rendah

Kekurangan 1. Edema bisa mengurangi ekspansibilitas 1. Analfilaksis


dinding dada 2. Koagulopati
2. Oksigenasi jaringan terganggu karena 3. Albumin bisa memperberat
bertambahnya jarak kapiler dan sel depresi miokard pada pasien
3. Memerlukan volume 4 kali lebih banyak syok
Ringer Laktat Meylon

NaCl 0,9% Manitol

Asering Otsu RL

KA-EN 3A-3B Otsu NS

KA-EN MG3 KAEN 4B

KAEN 1B KAEN 4A
Tatalaksana dehidrasi
REHIDRASI

Derajat ringan : defisit 3-5%


Derajat sedang : defisit 6-9%
Derajat berat : defisit > 10%
Terapi Cairan

Resusitasi Maintenance

Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi


Tatalaksana pasien dehidrasi di rumah : ibu harus paham
prinsip rehidrasi , dan mampu menjalankannya
Tatalaksana paseien dehidrasi di klinik/RS

4 aturan perawatan diare di


rumah.
Beri cairan tambahan
Lanjutkan pemberian makan
Jelaskan kapan pasien harus
kembali ke klinik
Pemberian tablet Zinc, tidak
diberikan kepada bayi muda
Rehidrasi pada anak gizi buruk
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada
kasus dehidrasi berat dengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan
lebih lambat dibanding jika melakukan rehidrasi pada
anak dengan gizi baik
Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam 
Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare.
Untuk usia < 1 th: 50-100 ml setiap buang air besar,
usia ≥ 1 th: 100-200 ml setiap buang air besar.
Mineral mix digunakan sebagai bahan tambahan untuk membuat
Rehydration Solution for Malnutrition (ReSoMal) dan Formula
WHO.

1. ReSoMal adalah cairan yang diberikan kepada anak penderita gizi


buruk yang mengalami diare dan/atau dehidrasi.
2. Formula WHO adalah formula yang diberikan pada anak penderita
gizi buruk yang berupa Formula 75 (F75) dan Formula 100

Anda mungkin juga menyukai