Anda di halaman 1dari 23

Radiographic Differentiation of Advanced

Fibrocystic Lung Diseases

Pembimbing : dr. Masna Dewi Abdullah, Sp.Rad (K)


Presentan : dr. Henny Rahmawati

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS – I


PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
• Konsep penyakit paru stadium akhir menunjukkan
kesamaan akhir perjalanan untuk sebagian besar
penyakit parenkim paru difus.
• Pemeriksaan computed tomographic (CT) sekuensial

Abstrak diperoleh dari pasien dengan penyakit paru difus kronis


yang berkembang dari waktu ke waktu menunjukkan
berbagai pola penyakit paru lanjutan selain sarang
lebah (honey comb), termasuk mikrokistik, makrokistik,
campuran, dan gabungan emfisema dan honey comb.
Penyakit paru parenkim difus/Diffuse Parenchymal Lung Disease
(DPLD)

• Penyakit paru parenkim difus (DPLD) dapat


menyebabkan gangguan anatomi total, suatu kondisi
disebut sebagai penyakit paru stadium akhir
• Ditandai dengan ruang kistik dan luas pada paru yang
disebabkan rusaknya septum alveolar, bronkiektasis, dan
obstruktif emfisema
• Yang paling penting manifestasi radiologis pada paru
adalah sarang madu/ honeycomb yang luas.
Lesi Paru Kistik yang Berkelompok
- Definisi Fleischner Society dari honey comb adalah, “kistik yang
berkerumunan seperti ruang yang berisi udara, biasanya dengan
diameter 3–10 mm, tapi kadang-kadang sebesar 2,5 cm.
Honeycomb biasanya subpleural dan dinding yang tegas “
- Pola UIP (usual interstitial pneumonia) pada CT resolusi tinggi
(HRCT) dada dapat ditemukan pada pasien cedera paru
disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kolagen (CVD),
penyakit paru akibat kerja, fibrosis paru, hipersensitivitas
pneumonitis, dan penyakit paru terkait obat fibrosis
Gambar 1. Skema beberapa pola Honey comb
Gambar 2. Seorang wanita
58 tahun dengan
pneumonia interstisial
terkait rematoid artritis.
Pemindaian HRCT
ditemukan honey comb
makrokistik, terutama
tersebar di subpleural
Gambar 3. Seorang pria berusia 61
tahun dengan sarkoidosis.

(A) Pemindaian HRCT menunjukkan pola


honey comb dengan ruang udara
kistik yang bergerombol dengan
dinding yang tegas.
(B) CT koronal , gambar menunjukkan
traksi bronkiektasis dalam kelompok
kistik.
Nonspesifik Pneumonitis interstesial (NSIP)
• Gambaran pencitraan HRCT yang mendukung diagnosis
NSIP yaitu GGO yang sangat luas, bentuk retikuler yang
lebih halus, keterlibatan paru yang homogen, dan lesi
distribusi bronkovaskular
• Pada NSIP lama, bentuk honey comb terlihat, tetapi tidak
dominan. Lesi kistik pada NSIP fibrotik terutama traksi
bronkiektasis dan biasanya ukurannya teratur (angka 8)
Gambar 4. Seorang pria 60
tahun dengan pneumonia
interstitial nonspesifik.
Pemindaian dengan HRCT
menunjukkan bronkiolus melebar
yang terhubung dengan cabang
paling perifer dari traksi
bronkiektasis di bagian kotak.
Gambar 7. Seorang pria 57 tahun
dengan pneumonia interstitial fibrotik
nonspesifik.
A. Awal tomographic (CT) scan dari
paru kiri bawah menunjukkan area
yang tidak rata dari ground-glass
dengan retikulasi dan traksi
bronkiektasis.
B. CT scan follow up yang diperoleh
60 bulan kemudian menunjukkan
penurunan opasitas ground glass dan
peningkatan retikulasi dan traksi
bronkiektasis.
Gambar 8. Seorang wanita 43
tahun dengan pneumonia
interstitial fibrotik nonspesifik.
A. Inisial computed tomographic
scan (CT) scan menunjukkan
pelemahan dan konsolidasi
ground-glass traksi bronkiektasis,
dengan distribusi yang
didominasi subpleural
B. CT scan tindak lanjut diperoleh
107 bulan kemudian
menunjukkan lesi kistik halus
yang seragam, menunjukkan
bronkiektasis traksi
•Karakteristiknya yaitu fibrosis padat yang
menyebabkan perubahan bentuk paru, dengan
adanya honey comb menunjukkan telah terjadi
fibrosis dan keterlibatan paru yang tidak merata.
•Biasanya, CT menunjukkan pola UIP yang pasti
Fibrosis Paru idiopatik

pada honey comb, tidak ada atau ada GGO


(glass ground opacity) yang dominasi kelainan di
basal dan perifer
Gambar 5. Seorang pria 59
tahun dengan fibrosis paru
idiopatik.
(A – C) Pemindaian tomografi
terkomputasi resolusi tinggi
(HRCT) yang berurutan pada
tingkat yang sama di pasien
yang sama menunjukkan bahwa
GGO (ground glass opacity)
dengan kekeruhan retikuler
berkembang menjadi sarang
lebah selama 3 tahun ini.
Gambar 6. Seorang pria 59
tahun dengan fibrosis paru
idiopatik.
(A) Awal computed tomographic
(CT) scan menunjukkan
kekeruhan retikuler dan traksi
bronkiolektasis di daerah
subpleural.
(B) pada pemindaian CT yang
diperoleh 43 bulan kemudian
menunjukkan perkembangan
sarang lebah, menciptakan ruang
udara kistik yang lebih besar
•Temuan HRCT pada Deskuamatif Pneumonitis
Interstitial (DIP) termasuk GGO terutama di zona
paru bagian bawah, seringkali dengan distribusi
ke perifer
Deskuamatif Pneumonitis Interstisial
•Dalam DIP, kistik kecil dapat berkembang di
dalam area GGO, tapi honeycomb jarang
terjadi. Pada pasien lama, DIP dapat
berkembang menjadi fibrosis paru dengan
sarang lebah pada hasil HRCT, meskipun
dengan terapi
Gambar 9. Seorang pria 48 tahun
dengan pneumonitis interstitial
deskuamatif.
(A) Resolusi tinggi awal Pemindaian
computed tomographic (HRCT)
menunjukkan area ground-glass
dengan kistik kecil ruang di wilayah
subpleural.
(B) Pemindaian HRCT yang diperoleh
pada 19 tahun kemudian
menunjukkan peningkatan lesi kistik
dan penurunan area atenuasi ground-
glass. Beberapa kista menjadi lebih
besar, dan beberapa tidak memiliki
dinding yang tegas, menyerupai lesi
kistik emfisematosa.
• Dalam CPFE (Combined Pulmonary
Fibrosis and Emphysema) dengan
gambaran honeycomb, kekeruhan
retikuler, dan traksi bronkiektasis adalah
yang paling banyak ditemukan pada
pencitraan HRCT paru bagian bawah,
sedangkan paru bagian atas menunjukkan
Fibrosis Paru Gabungan dan Emfis ema

emfisema paraseptal dan sentrilobular.


• Kombinasi lesi fibrotik dengan emfisema
dapat dilihat di lobus atas dan lesi
emfisematosa dengan sarang lebah di
lobus bawah.
Gambar 10. Seorang pria 66 tahun
dengan gabungan fibrosis paru dan
emfisema.
(A) Pemindaian tomografi awal (CT)
menunjukkan retikulasi dan ruang
kistik emfisematosa kecil.
(B) CT resolusi tinggi (HRCT)
diperoleh 1,5 tahun kemudian.
(C) HRCT diperoleh 3 tahun
kemudian. CT scan serial
menunjukkan hal itu ruang
emfisematosa telah berkembang dan
menjadi lebih besar
Gambar 11. Seorang wanita 39
tahun dengan pneumonitis
hipersensitivitas. Pasien ini telah
mengalami episode akut atau
subakut yang berulang.
A. Pemindaian tomografi
terkomputasi (CT) resolusi tinggi awal
menunjukkan nodul sentrilobular
yang terdistribusi secara difus.
B. CT tindak lanjut scan yang
diperoleh 5 tahun kemudian
menunjukkan perkembangan
perubahan parenkim yang
mengakibatkan atenuasi lobular
rendah, bronkiektasis traksi, dan kista
besar.
• Pada asbestosis, honey comb jarang
terlihat pada HRCT dibandingkan IPF.
Honeycomb dapat ditemukan pada sekitar
30% pasien dengan asbestosis. Dilaporkan
bahwa kista pada asbestosis jarang
Asbestosis

melebihi diameter 3 mm dan banyaknya


kista yang besar atau honey comb
makrokistik tidak termasuk asbestosis
Gambar 12. Seorang pria 56 tahun
dengan sarkoidosis.
A. computed tomographic resolusi
tinggi awal (HRCT)
B. HRCT diperoleh pada follow up 12
tahun. konsolidasi pada CT scan
awal menunjukkan evolusi menjadi
sarang lebah. Kista sarang lebah
lebih besar dari pada pneumonia
interstitial biasanya
• DPLD dapat berkembang ke fibrotik dan
kistik yang relatif seragam sehingga terjadi
gangguan paru pada akhirnya tahap.
• Dalam artikel ini, diperoleh scan HRCT
secara berurutan yang menunjukkan
berbagai perubahan khas di tahap lanjutan
dari berbagai DPLD.
Kesimpulan

• Perbedaan dalam distribusi dan munculnya


perubahan kistik dapat membantu dokter
membedakan IPF, NSIP, dan DPLD lain
dari satu sama lain, bahkan stadium lanjut
dari gangguan paru.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai