PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2021 • Konsep penyakit paru stadium akhir menunjukkan kesamaan akhir perjalanan untuk sebagian besar penyakit parenkim paru difus. • Pemeriksaan computed tomographic (CT) sekuensial
Abstrak diperoleh dari pasien dengan penyakit paru difus kronis
yang berkembang dari waktu ke waktu menunjukkan berbagai pola penyakit paru lanjutan selain sarang lebah (honey comb), termasuk mikrokistik, makrokistik, campuran, dan gabungan emfisema dan honey comb. Penyakit paru parenkim difus/Diffuse Parenchymal Lung Disease (DPLD)
• Penyakit paru parenkim difus (DPLD) dapat
menyebabkan gangguan anatomi total, suatu kondisi disebut sebagai penyakit paru stadium akhir • Ditandai dengan ruang kistik dan luas pada paru yang disebabkan rusaknya septum alveolar, bronkiektasis, dan obstruktif emfisema • Yang paling penting manifestasi radiologis pada paru adalah sarang madu/ honeycomb yang luas. Lesi Paru Kistik yang Berkelompok - Definisi Fleischner Society dari honey comb adalah, “kistik yang berkerumunan seperti ruang yang berisi udara, biasanya dengan diameter 3–10 mm, tapi kadang-kadang sebesar 2,5 cm. Honeycomb biasanya subpleural dan dinding yang tegas “ - Pola UIP (usual interstitial pneumonia) pada CT resolusi tinggi (HRCT) dada dapat ditemukan pada pasien cedera paru disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kolagen (CVD), penyakit paru akibat kerja, fibrosis paru, hipersensitivitas pneumonitis, dan penyakit paru terkait obat fibrosis Gambar 1. Skema beberapa pola Honey comb Gambar 2. Seorang wanita 58 tahun dengan pneumonia interstisial terkait rematoid artritis. Pemindaian HRCT ditemukan honey comb makrokistik, terutama tersebar di subpleural Gambar 3. Seorang pria berusia 61 tahun dengan sarkoidosis.
(A) Pemindaian HRCT menunjukkan pola
honey comb dengan ruang udara kistik yang bergerombol dengan dinding yang tegas. (B) CT koronal , gambar menunjukkan traksi bronkiektasis dalam kelompok kistik. Nonspesifik Pneumonitis interstesial (NSIP) • Gambaran pencitraan HRCT yang mendukung diagnosis NSIP yaitu GGO yang sangat luas, bentuk retikuler yang lebih halus, keterlibatan paru yang homogen, dan lesi distribusi bronkovaskular • Pada NSIP lama, bentuk honey comb terlihat, tetapi tidak dominan. Lesi kistik pada NSIP fibrotik terutama traksi bronkiektasis dan biasanya ukurannya teratur (angka 8) Gambar 4. Seorang pria 60 tahun dengan pneumonia interstitial nonspesifik. Pemindaian dengan HRCT menunjukkan bronkiolus melebar yang terhubung dengan cabang paling perifer dari traksi bronkiektasis di bagian kotak. Gambar 7. Seorang pria 57 tahun dengan pneumonia interstitial fibrotik nonspesifik. A. Awal tomographic (CT) scan dari paru kiri bawah menunjukkan area yang tidak rata dari ground-glass dengan retikulasi dan traksi bronkiektasis. B. CT scan follow up yang diperoleh 60 bulan kemudian menunjukkan penurunan opasitas ground glass dan peningkatan retikulasi dan traksi bronkiektasis. Gambar 8. Seorang wanita 43 tahun dengan pneumonia interstitial fibrotik nonspesifik. A. Inisial computed tomographic scan (CT) scan menunjukkan pelemahan dan konsolidasi ground-glass traksi bronkiektasis, dengan distribusi yang didominasi subpleural B. CT scan tindak lanjut diperoleh 107 bulan kemudian menunjukkan lesi kistik halus yang seragam, menunjukkan bronkiektasis traksi •Karakteristiknya yaitu fibrosis padat yang menyebabkan perubahan bentuk paru, dengan adanya honey comb menunjukkan telah terjadi fibrosis dan keterlibatan paru yang tidak merata. •Biasanya, CT menunjukkan pola UIP yang pasti Fibrosis Paru idiopatik
pada honey comb, tidak ada atau ada GGO
(glass ground opacity) yang dominasi kelainan di basal dan perifer Gambar 5. Seorang pria 59 tahun dengan fibrosis paru idiopatik. (A – C) Pemindaian tomografi terkomputasi resolusi tinggi (HRCT) yang berurutan pada tingkat yang sama di pasien yang sama menunjukkan bahwa GGO (ground glass opacity) dengan kekeruhan retikuler berkembang menjadi sarang lebah selama 3 tahun ini. Gambar 6. Seorang pria 59 tahun dengan fibrosis paru idiopatik. (A) Awal computed tomographic (CT) scan menunjukkan kekeruhan retikuler dan traksi bronkiolektasis di daerah subpleural. (B) pada pemindaian CT yang diperoleh 43 bulan kemudian menunjukkan perkembangan sarang lebah, menciptakan ruang udara kistik yang lebih besar •Temuan HRCT pada Deskuamatif Pneumonitis Interstitial (DIP) termasuk GGO terutama di zona paru bagian bawah, seringkali dengan distribusi ke perifer Deskuamatif Pneumonitis Interstisial •Dalam DIP, kistik kecil dapat berkembang di dalam area GGO, tapi honeycomb jarang terjadi. Pada pasien lama, DIP dapat berkembang menjadi fibrosis paru dengan sarang lebah pada hasil HRCT, meskipun dengan terapi Gambar 9. Seorang pria 48 tahun dengan pneumonitis interstitial deskuamatif. (A) Resolusi tinggi awal Pemindaian computed tomographic (HRCT) menunjukkan area ground-glass dengan kistik kecil ruang di wilayah subpleural. (B) Pemindaian HRCT yang diperoleh pada 19 tahun kemudian menunjukkan peningkatan lesi kistik dan penurunan area atenuasi ground- glass. Beberapa kista menjadi lebih besar, dan beberapa tidak memiliki dinding yang tegas, menyerupai lesi kistik emfisematosa. • Dalam CPFE (Combined Pulmonary Fibrosis and Emphysema) dengan gambaran honeycomb, kekeruhan retikuler, dan traksi bronkiektasis adalah yang paling banyak ditemukan pada pencitraan HRCT paru bagian bawah, sedangkan paru bagian atas menunjukkan Fibrosis Paru Gabungan dan Emfis ema
emfisema paraseptal dan sentrilobular.
• Kombinasi lesi fibrotik dengan emfisema dapat dilihat di lobus atas dan lesi emfisematosa dengan sarang lebah di lobus bawah. Gambar 10. Seorang pria 66 tahun dengan gabungan fibrosis paru dan emfisema. (A) Pemindaian tomografi awal (CT) menunjukkan retikulasi dan ruang kistik emfisematosa kecil. (B) CT resolusi tinggi (HRCT) diperoleh 1,5 tahun kemudian. (C) HRCT diperoleh 3 tahun kemudian. CT scan serial menunjukkan hal itu ruang emfisematosa telah berkembang dan menjadi lebih besar Gambar 11. Seorang wanita 39 tahun dengan pneumonitis hipersensitivitas. Pasien ini telah mengalami episode akut atau subakut yang berulang. A. Pemindaian tomografi terkomputasi (CT) resolusi tinggi awal menunjukkan nodul sentrilobular yang terdistribusi secara difus. B. CT tindak lanjut scan yang diperoleh 5 tahun kemudian menunjukkan perkembangan perubahan parenkim yang mengakibatkan atenuasi lobular rendah, bronkiektasis traksi, dan kista besar. • Pada asbestosis, honey comb jarang terlihat pada HRCT dibandingkan IPF. Honeycomb dapat ditemukan pada sekitar 30% pasien dengan asbestosis. Dilaporkan bahwa kista pada asbestosis jarang Asbestosis
melebihi diameter 3 mm dan banyaknya
kista yang besar atau honey comb makrokistik tidak termasuk asbestosis Gambar 12. Seorang pria 56 tahun dengan sarkoidosis. A. computed tomographic resolusi tinggi awal (HRCT) B. HRCT diperoleh pada follow up 12 tahun. konsolidasi pada CT scan awal menunjukkan evolusi menjadi sarang lebah. Kista sarang lebah lebih besar dari pada pneumonia interstitial biasanya • DPLD dapat berkembang ke fibrotik dan kistik yang relatif seragam sehingga terjadi gangguan paru pada akhirnya tahap. • Dalam artikel ini, diperoleh scan HRCT secara berurutan yang menunjukkan berbagai perubahan khas di tahap lanjutan dari berbagai DPLD. Kesimpulan
• Perbedaan dalam distribusi dan munculnya
perubahan kistik dapat membantu dokter membedakan IPF, NSIP, dan DPLD lain dari satu sama lain, bahkan stadium lanjut dari gangguan paru. TERIMA KASIH