Psikolinguistik Kel. 8
Psikolinguistik Kel. 8
• 1. Makna leksikal yakni makna kata berdasarkan kamus. Makna ini terdapat
pada kata- kata yang belum mengalami proses perubahan bentuk.
• Di dalam studi semantik yang menyangkut makna leksikal terdapat beberapa
kasus makna, yaitu:
• a. Kasus Kesinoniman ini bisa menjadi masalah dalam meresepsi makna
dalam suatu ujaran, karena seperti kata Verhaar (1978, Chaer, 1990) dua buah
kata yang bersinonim maknanya hanya kurang lebih sama, tetapi tidak persis
sama. Contoh kata “Ayah” dan “Bapak” Dua buah ujaran yang bersinonim
maknanya tidak akan persis sama, walaupun perbedaannya hanya sedikit, hal itu
terjadi karena beberapa faktor: Faktor Waktu (temporal), Faktor tempat, Faktor
sosial, Faktor bidang kegiatan, Faktor nuansa makna (fitur semantik).
• b. Kasus Keantoniman, Antonim artinya keadaan dua buah kata atau leksem
yang maknanya bertentangan, berkebalikan, atau berkontras. Contoh baik dan
buruk, penjual dan pembeli dan sebagainya. Dilihat dari sifat hubungannya, maka
antonim itu dapat dibedakan beberapa jenis, antara lain:
e. Kasus Kepoliseman, artinya apabila sebuah kata atau leksem memiliki lebih
dari satu makna. Contoh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “kepala”
mempunyai arti : (1) bagian tubuh di atas leher; (2) bagian di atas leher tempat
tumbuhnya rambut; (3) bagian benda sebelah atas ; (4) bagian yang terutama; (5)
pemimpin, ketua.
• Memahami makna leksikal dan gramatikal saja belum cukup untuk dapat
memahami makna suatu ujaran, sebab untuk memahami makna suatu ujaran harus
pula diketahui konteks intrakalimat, antarkalimat, bidang ujaran atau situasi ujaran.
• b. Konteks Antarkalimat, Ujaran dalam bentuk kalimat yang baru bisa di pahami
maknanya berdasarkan hubungan dengan makna kalimat sebelum atau sesudahnya.
• c. Konteks Situasi, Maksudnya ialah kapan, dimana, dan suasana apa ujaran itu di
ucapkan. Contoh: “sudah hampir pukul dua belas”. Akan berbeda makna bila
diucapkan oleh ibu asrama putri pada malam hari yang ditujukan pada seorang
pemuda yang masih bertamu dengan yang diucapkan oleh seorang ustad pondok
pesantren pada siang hari pada santrinya.