Tahap 1. Mengamati
Tahap 2. Diskusi
Tahap 3. Eksplorasi (di luar kelas)
Tahap 4. Presentasi
Tahapan di atas diadaptasi dari tahapan pendekatan sain
(saintific approach) yang didesain awal oleh John Dewey
(1933) dan ahli Psikologi Kognitif Jerome Bruner (1966) dan
dipublikasikan oleh Santrok (2011), untuk selanjutnya telah
dikembangkan secara meluas dalam pembelajaran di berbagai
level dan jenjang pendidikan. Selanjutnya tahapan pendekatan
saintifik ini peneliti intergrasikan dengan teori yang
dikembangkan oleh Isjoni, dkk mengenai pembelajaran di
luar kelas. Dengan demikian, pembelajaran di luar kelas yang
dikembangkan dalam penelitian ini berbasis pada pendekatan
ilmiah (saintific approach).
KERANGKA BERPIKIR
HIPOTESIS TINDAKAN
Hasil belajar IPA pada siswa kelas XI SLB N 1
Bantul Yogyakarta dapat ditingkatkan dengan
Metode Outdoor Learning.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian (PTK/ Action research)
Desain Penelitian (Model Kurt Lewin). Tahapan siklus:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
refleksi.
Prosedur Tindakan: Penelitian ini menggunakan 2
siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua
pertemuan.
Lokasi dan Karakteristik Subjek Penelitian: SLB N 1
Bantul, Kelas XI Tunanetra TP 2014/ 2105.
Waktu Penelitian: Agustus s/d Oktober 215
Teknik Pengumpulan Data (Test, Observasi,
Wawancara)
Instrumen Penelitian (Lembar Soal,
pedoman observasi, pedoman wawancara)
Uji Validasi (validitas isi)
Analisis Data (deskriptif kuantitatif)
Kriteria Pencapaian Indikator (tiga aspek:
pengetahuan, sikap dan keterampilan)
HASIL PENELITIAN
Menceritakan kondisi pra siklus dan pasca siklus.
Kondisi pra siklus:
Metode diskusi dan informasi terbukti tidak efektif, siswa
masih mengalami hambatan dalam pembelajaran. Materi
masih dianggap abstrak, sehingga siswa kesulitan memahami
informasi guru, akibatnya pada waktu dilakukan tagihan soal
siwa kesulitan menjawab. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
nilai ulangan harian pada Kompetensi Dasar 5.3
Mendeskripsikan alat-alat optik dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari, masih berada di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM)
PRA SIKLUS
KONDISI PASCA SIKLUS I
Refleksi
Secara keseluruhan terjadi peningkatan hasil belajar
siswa pasca siklus I, tetapi belum mencapai kriteria
pencapaian indikator yang ditetapkan sehingga perlu
dilanjutkan siklus berikutnya.
Kelemahan pada siklus I: (1) waktu kurang karena tersita
untuk membaca teks, (2) siswa kesulitan menemukan
lapang pandang objek melalui diafragma model kamera
karena ukuran diafragma terlalu sempit, (3) kurang
menunjukkan minat saat mempratikkan model diafragam
secara individual.
Rencana perbaikan siklus II:
Teks dibuat bertema, disajikan dalam media audio
untuk efisiensi waktu.
Dilakukan asesemen ulang untuk penyesuaian
ukuran diafragma mengacu sampai siswa mampu
menemukan lapang pandang objek.
Perubahan ukuran model diafragma.
Kerja tim/ berpasangan.
KONDISI PASCA SIKLUS II
PEMBAHASAN
Hasil belajar meningkat (mencapai KKM), disertai penguatan sikap (percaya diri,
tanggung jawab) dan peningkatan kompetensi keterampilan (kemampuan berkomunikasi).
Hasil belajar meningkat: otak bekerja lebih efektif dalam situasi tanpa tekanan, belajar di
alam bebas berinteraksi dengan lingkungan dengan berdiskusi dengan teman. Silberman
(2008), kegiatan yang mendukung otak untuk mengolah informasi secara efektif antara lain
apabila siswa berdiskusi dan mengajukan pertanyaan terkait materi diskusi
Hasil belajar meningkat: saat berinteraksi dengan lingkungan pengetahuan bertambah.
Didukung teori Vigotsky, Pengetahuan itu tidak berdiri sendiri, tetapi situated dan
colaborated (terintegrasi dengan lingkungannya)
Sikap percaya diri, tanggung jawab, kepedulian meningkat: sebab dalam OL siswa tidak
bekerja individual, tetapi bekerja sama dengan teman dan guru, berdiskusi dengan teman
dan guru, saling membantu.
Kemampuan berkomunikasi meningkat: ada tahapan presentasi dalam CL, siswa dilatih
berkomunikasi secara efektif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
Hasil belajar IPA siswa tunanetra kelas XI di SLB N 1 Bantul dapat ditingkatkan dengan Metode
Out Door Learning.
Hasil belajar pada siklus I sebesar 60%, sedangkan siklus II diperoleh sebesar 80 %, terjadi
peningkatan 20%. Target capaian belajar tercapai yaitu nilai rata-rata mencapai KKM.
Peningkatan hasil belajar pada siklus I terjadi karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
IPA dengan Metode Outdoor Learning.
Peningkatan hasil belajar pada siklus II terjadi karena perbaikan tindakan untuk mengoreksi
kelemahan-kelemahan pada siklus I.
Saran:
Metode Outdoor Learning dapat dijadikan alternatif dalam membelajarkan Materi IPA pada
lingkup kajian yang lebih luas.
Pemanfaatan Metode Outdoor Learning tidak terbatas pada Mata Pelajaran IPA Kelas XI tetapi
dapat digunakan pada Mata Pelajaran dan jenjang lainnya.
Bagi guru jika ingin melakukan jenis penelitian yang sama sebaiknya dilaksanakan lebih dari
dua siklus agar tercapai hasil belajar yang lebih maksimal.