Anda di halaman 1dari 25

METODE RISET

FORMATIF DALAM
KAMPANYE

SULISTIYAWATI
APA DAN
UNTUK
APA?

METODE FORMATIF ? BAGAIMANA ?


RISET FORMATIF

■ Menurut Synder (Gudykunst, 2002), riset formatif dapat diartikan sebagai riset yang dilakukan
dalam masa perencanaan kampanye yang ditujukan untuk mengontruksi program kampanye yang
lebih baik. Ditandai dengan 5 hal yang tepat:
■ tepat fokus kampanye,
■ tepat khalayak sasaran,
■ tepat pesan,
■ tepat saluran dan
■ tepat agen perubahan.
■ Tepat fokus kampanye dapat diartikan sebagai kemampuan penyelenggara kampanye
(campaign makers) menetapkan tujuan yang rasional, realistis dan spesifik, sesuai dengan
sumber daya yang dimiliki dan karakteristik khalayak yang menjadi sasaran.
■ Identifikasi akurat terhadap karakteristik khalayak perlu dilakukan karena hal tersebut dapat
menciptakan efek tertentu bagi mereka. Tujuannya agar program kampanye tersebut dapat
dipastikan menjangkau khalayak sasaran yang dituju.
■ Dalam menjangkau khalayak biasanya dilakukan proses segmentasi.
■ Cara ini dilakukan agar dapat mengelompokkan khalayak ke dalam segmen-segmen yang
relatif homogen.
TUJUAN RISET FORMATIF

■ Segala upaya identifikatif yang dilakukan di atas dalam istilah Putz (Klingemann dkk, 2002)
disebut sebagai “analisis situasi” yang ditujukan untuk:

1) Membuktikan secara empiris adanya suatu masalah yang perlu ditangani lewat aktivitas
kampanye dan propaganda. Di sini harus dipastikan bahwa kegiatan tersebut betul-betul
bermanfaat untuk dilakukan dan masyarakat membutuhkan informasi mengenai masalah
tersebut. Pengertian masalah dalam konteks ini bisa beragam, bergantung pada persepsi
penyelenggara.
2) Menganalisis tingkat atau kondisi kesadaran, sikap dan perilaku khalayak pada objek. Hal ini
diperlukan untuk merancang strategi secara umum. Pada tahap inilah identifikasi tujuan,
khalayak, saluran, pesan dan pelaku kampanye dan propaganda dilakukan.
3) Menentukan patokan-patokan untuk evaluasi.
METODE-METODE RISET FORMATIF
A, RISET KAMPANYE

■ Menurut Simon (1992) dalam tradisi kampanye umumnya dikenal tiga metode riset formatif
yakni:

metode survei
(survey method),

metode diskusi kelompok terarah


(focus group discussion method)

metode wawancara mendalam


(depth interview method)
Metode Survei (survey method)

■ Wawancara dalam metode survei dilakukan dengan mengacu kepada kuisioner. Metode sampling
yang dilakukan biasanya menggunakan probability sampling sehingga dimungkinkan untuk
menghitung berapa orang yang diperlukan dalam riset tersebut.
TAHAP-TAHAP DALAM METODE SURVEI

■ Menentukan tujuan
■ Menetukan tujuan atau sasaran dapat membantu untuk menentukan ukuran sempel dari riset yang
dilakukan, mempertimbangkan subsempel yang diperlukan, fokus populasi yang diinginkan, poin-
poin yang harus ada dalam kuesioner, hal-hal yang perlu dijadikan titik berat atau perbandingan,
dan bagaimana melaksanakan pengambilan data.
■ Menentukan populasi dan sampel
■ Populasi disebut juga kumpulan objek yang diteliti. Sedangkan sempel adalah bagian yang
diamati dari populasi. Sempel harus mencerminkan semua unsur dalam populasi secara
proporsional.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS SAMPEL

1) Sampling bias (tidak memberikan kesempatan yang sama kepada semua unsur populasi untuk
dipilih),
2) Metode penarikan sampel atau sampling method yaitu prosedur yang digunakan untuk
memilih sampel dari suatu populasi,
3) Ukuran sampel yaitu banyaknya jumlah unsur dari suatu populasi yang diambil menjadi
sampel.
4) Sampling error yaitu adanya penyimpangan dari karkateristik populasi, atau disebut juga
perbedaan antara hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus.
METODE PENARIKAN SAMPEL
■ Merujuk pada Simmon (1990), sampling probabilitas adalah sampling yang memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap unsur populasi untuk dipilih. Sedangkan dalam sampilng
nonprobalitas tidak semua unsur populsasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih.
■ Ada empat rancangan sampel dalam kategori probabilitas, yaitu :
1. Sampling random sederhana, untuk menarik sampel, kita dapat menuliskan semua unsur populasi
atau kerangka sampling dalam secarik kertas, kemudian mengundinya sampai kita peroleh jumlah
yang dikehendaki.
2. Sampling sistematis, yang juga menggunakan kerangka sampling. Di sinilah unsur yang pertama
dipilih secara random. Unsur-unsur lainnya ditarik dengan mengambil jarak tertentu.
3. Sampling berstrata, yang melibatkan pembagian populasi ke dalam kelas, kategori atau kelompok
yang disebut strata. Karakteristik strata boleh kota, jenis kelamin, status, usia, dsb.
4. Sampling klaster, Cara ini dilakukan bila kita tidak mempunyai kerangka sampling, misalnya kita
ingin meneliti mahasiswa FIKOM se-Jawa Barat. Klaster dapat berupa sekolah, kelas, kecamatan
dan sebagainya.
Metode Diskusi Kelompok Terarah

■ Suatu metode yang menggunakan wawancara kelompok kecil dengan orangorang yang
diperkirakan menggambarkan karakteristik dari khalayak yang ditargetkan.
■ Metode ini mudah, relatif cepat dan murah sehingga bisa menjadi alternatif untuk mendapatkan
data yang lebih lengkap.
■ Satu kelompok terdiri dari 10 sampai 14 orang. Jika target khalayak kampanye itu berbeda, maka
harus diwakili oleh masing-masing target khalayak.
■ Proses seleksi dalam metode ini biasanya melalui:
■ Prosedur penyaringan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Individu tidak boleh hanya satu organisasi. Anggota dari kelompok diskusi ini haruslah
mempunyai karakteristik yang homogen, sehingga memungkinkan untuk mengikutsertakan
berbagai kelompok.
b. orang yang sudah pernah berpartisipasi dalam metode ini tidak boleh ikut serta.
c. Partisipan yang ikut tidak boleh mengikuti diskusi kelompok pada proyek yang sama di tempat
lain.
d. Merekrut orang lebih banyak karena ada kemungkinan beberapa orang tidak akan hadir.
e. Orang yang akan mengikuti diskusi ini harus menginformasikan jika akan datang terlambat.
Mereka tidak akan bisa berpartisipasi dengan baik tanpa informasi yang cukup, sebab diskusi
ini dimulai dengan penjelasan di awal.
■ Jumlah kelompok dalam diskusi, setiap segemen yang menjadi target khalayak
harus dapat diwakili oleh kelompok yang terpisah. Diskusi dengan dua atau tiga
kelompok untuk setiap segmen akan lebih baik sehingga bisa mendapatkan
perbandingan dan informasi yang lebih lengkap.
■ Mempersiapkan wawancara, dalam diskusi ini dibutukan keahlian orientasi
psikologis seperti ketrampilan berempati.
Kelebihan dan Kekurangan Metode

Metode ini mempunyai kekurangan, yaitu:


a) Metode ini hanya dapat diperoleh hasil data yang lemah.
b) Tidak dapat dipastikan bahwa orang yang terlibat dalam diskusi tersebut adalah orang yang
representatif sehingga hasilnya tidak bisa digeneralisasi sebagai hasil dari segmen khalayak
yang diharapkan, dan
c) Kelompok kecil tidak dapat digunakan untuk mencoba menafsirkan hasilnya dalam bentuk
statistik, sehingga tidak memungkinkan membuat proyeksi dengan derajat ketepatan yang
tinggi.

Namun, metode ini juga mempunyai kelebihan dalam menganalisis permasalahan kampanye.
Metode ini menarik, cenderung lebih murah dan mudah dan dapat menjadi alternatif dalam
melakukan riset survei.
METODE WAWANCARA MENDALAM

■ Wawancara adalah suatu komunikasi verbal atau percakapan yang memerlukan


kemampuan dalam merumuskan buah pikiran serta perasaan responden dengan
tepat untuk memeroleh informasi.
■ Wawancara merupakan hal yang tidak mudah karena memerlukan ketrampilan
deskriptif yaitu untuk melukiskan suatu keadaan dan juga berfungsi eksploratif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi wawancara

■ Wawancara memerlukan ketrampilan komunikasi verbal, dan keterampilan ini tidak selalu
dimiliki oleh semua orang.
■ Pewawancara harus dapat menangkap maksud orang lain dengan cepat dan sigap dalam
mengajukan pertanyaan lanjutan untuk memperoleh keterangan yang lebih mendalam.
■ Pewawancara harus mampu menyoroti masalah dari berbagai segi dan dengan pertanyaan yang
terarah berusaha untuk memperoleh keterangan tentang aspek-aspek yang diinginkan.
■ Selain itu, penampilan fisik seseorang juga dapat mempengaruhi wawancara, seperti cara
berpakaian dan berbicara, sikap terhadap responden, usia, kedudukan sosial, jenis kelamin dan
lain-lain.
■ Faktor lain juga dapat memengaruhi wawancara adalah responden.
Cara-cara wawancara:

■ Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam wawancara :


1. Pertama adalah wawancara terstruktur.
2. Kedua: adalah wawancara tidak terstruktur.
■ Dalam wawancara terstruktur semua pertanyaan telah dirumuskan sebelumnya dengan
cermat, biasanya secara tertulis.
■ Pewawancara menggunakan daftar pertanyaan tersebut ketika wawancara atau mungkin
menghapalnya agar percakapan menjadi lancar dan wajar.
■ Dengan menggunakan wawancara ini tujuan wawancara lebih jelas dan terpusat pada hal-
hal yang telah ditentukan lebih dahulu sehingga tidak ada kemungkinan percakapan
menyimpang dari tujuan.
■ Jawaban-jawaban mudah dicatat dan diberi kode sehingga data lebih mudah diolah
■ Dalam wawancara tidak terstruktur ini, tidak dipersiapkan daftar pertanyaan sebelumnya.
■ Pewawancara hanya menghadapi satu masalah secara umum, dan ia boleh menanyakan apa
saja yang dianggapnya perlu dalam situasi wawancara itu.
■ Namun, sebaiknya pewawancara mencatat pokok-pokok penting yang akan dibicarakan sesuai
dengan tujuan wawancara.
■ Pada wawancara ini responden secara bebas dapat mengemukakan pendapatnya secara
spontan.
■ Dengan demikian pewawancara memperoleh gambaran yang lebih luas tentang masalah yang
diungkap karena responden bebas meninjau berbagai aspek menurut pendirian dan pikiran
masing-masing.
■ Namun hasil wawancara dengan cara ini sulit untuk diolah.
■ Peneliti perlu membatasi kebebasan dengan mengadakan struktur dalam pertanyaan sehingga
data yang diperoleh dapat disusun menurut sistematika tertentu.
Proses Wawancara

■ Dalam proses wawancara harus diusahakan agar komunikasi antara responden dan
pewawancara berjalan lancar dalam suasana yang kondusif. Peneliti harus
memperhatikan hal-hal yang memudahkan komunikasi seperti soal pakaian, bahasa
dan hal-hal yang disukai atau tidak disukai oleh responden kita. Sebaiknya kita
memakai pakaian rapi dan sopan. Adakalanya bahasa daerah harus digunakan agar
mudah mendekati reponden.
Probing dalam Wawancara

■ Ada suatu ketrampilan yang mutlak dilakukan dalam wawancara, yaitu probing
yang berfungsi untuk mengorek keterangan.
■ Probing dilakukan untuk meminta keterangan lebih lanjut apabila jawaban kurang
jelas atau kurang lengkap.
■ Probing juga dapat dilakukan apabila responden tampaknya tidak sanggup
menjawab, karena tidak tahu atau kurang mengerti.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN WAWANCARA

APA KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN
WAWANCARA ??
KELEBIHAN WAWANCARA

a) Dengan wawancara kita dapat memeroleh keterangan yang sedalamdalamnya tentang suatu
masalah, khususnya yang berkenaan dengan pribadi seseorang.
b) Dengan wawancara kita dapat dengan cepat memeroleh informasi yang diinginkan.
c) Wawancara dapat memastikan bahwa respondenlah yang memberi jawaban langsung. Dalam
angket kepastian tersebut tidak ada.
d) Dalam wawancara dapat diusahakan agar pertanyaan dipahami benar oleh responden.
e) Wawancara memungkinkan fleksibilitas dalam cara bertanya. Bila jawaban tidak memuaskan,
tidak tepat atau tidak lengkap, pewawancara dapat mengajukan dan merumuskan pertanyaan
dengan kata-kata lain. Bila pertanyaan menimbulkan reaksi negatif, maka dapat mengalihkannya
pada topik berikutnya.
f) Pewawancara yang sensitif dapat menilai validitas jawaban berdasarkan bahasa non
verbal responden, seperti gerak-gerik, nada, dan mimik muka.
g) Informasi yang diperoleh melalui wawancara akan lebih dipercayai kebenarannya karena
salah tafsiran dapat diperbaiki sewaktu wawancara dilakukan. Jika perlu pewawancara
dapat mendatangi responden kembali.
h) Dalam wawancara responden lebih bersedia mengungkapkan keteranganketerangan yang
tidak mungkin diberikannya dalam angket tertulis.
KELEMAHAN WAWANCARA

a) Apakah jawaban verbal dapat dipercaya? pendapat yang diucapkan responden belum tentu
pendapat yang sebenarnya. Karena itu, kesangsian tentang validitas jawaban yang diperoleh
melalui wawancara, khususnya bila mengandung unsur-unsur nilai.
b) Pewawancara sendiri tidak konstan keadaannya dalam menghadapi berbaga orang secara
berturut-turut. Keletihan, kurangnya konsentrasi, atau faktorfaktor lain dapat menimbulkan
perubahan pada diri pewawancara sehingga mempengaruhi validitas data yang dikumpulkan.
c) Bila pelaksanaan wawancara ditugaskan kepada beberapa orang, maka akan terdapat perbedaan
pribadi dan ketrampilan para petugas tersebut, yang dapat mempengaruhi data yang
dikumpulkan.
d) Menggunakan sejumlah pewawancara memerlukan untuk memilih, melatih dan mengawasi staf
pekerja lapangan.

Anda mungkin juga menyukai