Anda di halaman 1dari 4

Kebijakan Pemerintah

terhadap

Produksi Sawit
di Indonesia
Latar Belakang:
Pada awal tahun 2022, terjadi kenaikan harga minyak sawit dunia
mengalami kenaikan signifikan yang berdampak pada harga minyak goreng
di Indonesia. Untuk menstabilkan harga, pemerintah telah menerapkan
beberapa kebijakan. Akan tetapi, implementasi dari kebijakan tersebut
justru menimbulkan opportunity loss besar. Penurunan konsumsi minyak
sawit oleh industri pangan, penurunan volume ekspor, dan penurunan
penerimaan pemerintah menjadi beberapa persoalan yang timbul sebagai
akibat dari kebijakan tersebut yang menyebabkan stok CPO domestik
meningkat dan harga TBS turun.

2
3
Kebijakan Pemerintah terhadap Produksi Sawit

Dalam menghadapi gejolak harga minyak nabati dunia, khususnya sejak bulan Januari 2022,
pemerintah mengeluarkan rangkaian kebijakan stabilisasi domestik.
1. Kombinasi kebijakan bea keluar (PMK 13/2017 jo PMK 1/2022) dan pungutan ekspor (PMK
76/2021).
2. Kebijakan Satu Harga yang merupakan kebijakan harga minyak goreng sebesar Rp 14,000 per
liter (Permendag 3/2022) dengan tetap memberlakukan kebijakan bea keluar dan pungutan
ekspor.
3. Kebijakan DMO 20 persen dari volume ekspor dengan DPO sebesar Rp 9,300 per kg untuk CPO
dan Rp 10,300 per liter untuk Olein, dimana kebijakan bea keluar dan pungutan ekspor masih
tetap berlaku.
4. Kebijakan bea keluar dan peningkatan pungutan ekspor baru (PMK 23/2022) dan kebijakan
subsidi minyak goreng curah dengan HET Rp 14,000 per liter.
5. Kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) minyak goreng dan kebijakan bea keluar dan pungutan
ekspor (PMK 23/2022) yang berlaku sejak 1 April 2022.

Anda mungkin juga menyukai