Anda di halaman 1dari 39

MANAJEMEN PENGAMBILAN

KEPUTUSAN, KEWENANGAN, DAN


KAITANNYA DENGAN
MALPRAKTEK DAN KELALAIAN

KELOMPOK 2B
1. MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Kemampuan dan ketrampilan dalam membuat


keputusan, terutama dalam masalah kedaruratan merupakan
hal yang sangat penting. Dalam konseling, pengambilan
keputusan mutlak ada di tangan klien, sedangkan DOKTER
DAN PERAWAT membantu klien supaya keputusan yang
diambil merupakan suatu keputusan yang tepat.
1. TEORI PENGAMBILAN
KEPUTUSAN

Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi


meliputi:
(1) Penilaian situasi (Situational Approach):
untuk menghadapi pertanyaan “apa yg
terjadi?”.
(2) Analisis persoalan (Problem Analysis): dari
pola pikir sebab-akibat.
(3) Analisis keputusan (Decision Analysis):
didasarkan pada pola berpikir mengambil
pilihan.
(4) Analisis persoalan potensial (Potential
Problem Analysis): didasarkan pada perhatian
peristiwa masa depan, yang mungkin & dapat
terjadi.
INTI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the


best alternative). Pengambilan keputusan terletak
dlm perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai
dengan yang sedang dalam perhatian & dalam
pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan
keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi/
penilaian mengenai efektifitasnya dlm mencapai
tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan.

Lingkungan Situasi Keputusan


Lingkungan eksternal meliputi aspek sosial, budaya,
ekonomi, politik, alam dan pembatasan-pembatasan suatu
negara berupa “quota”. Sedangkan lingkungan internal
meliputi mutu rendah, kurangnya promosi, pelayanan
konsumen tidak memuaskan dan sales/ agen tidak
bergairah.
Upaya-Upaya Pengambilan
(1)
Keputusan u klien
Membant

(2) meninjau
Membant kemungk 3)
inan
u klien
pilihanny
Memba
dalam ntu
memperti a
mbangka klien
n mengev
keputusa(4) aluasi
n pilihan;
Memba pilihan;
ntu
klien
menyus
un
rencana
kerja
JENIS-JENIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN

(1) Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan:


memberikan kajian berlalu, tanpa berbuat apa-apa.
(2) Pengambilan keputusan intuitif bersifat segera, terasa sebagai
keputusan yang paling tepat dalam langsung diputuskan.
(3) Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis:
sesuatu yang harus segera dilaksanakan.
(4) Pengambilan keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan
hal itu untuk saya, karenanya saya akan melakukan itu
untukmu” sering kali dilakukan dalam situasi marah atau
tergesa-gesa.
(5) Pengambilan keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada
orang lain, memberikan orang lain yang bertanggung jawab.
(6) Pengambilan keputusan secara berhati-hati: dipikirkan baik-
baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.
ELEMEN-ELEMEN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

 Menetapkan tujuan
 Mengidentifikasi permasalahan
 Mengembangkan sejumlah alternatif
 Penilaian dan pemilihan alternatif
 Melaksanakan keputusan
 Evaluasi dan pengendalian
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAGI KELUARGA

Banyak pasien tidak kompeten dalam membuat keputusan untuk


mereka sendiri. Contohnya:
a. anak-anak
b. orang dengan kondisi neurologi atau psikiatri tertentu
c. pasien yang tidak sadar sementara atau kondisi koma.

Pasien-pasien tersebut membutuhkan pengambil keputusan


pengganti, bisa dokter atau orang lain. Masalah etis muncul
dalam menentukan siapa yang berhak mewakili pasien dalam
mengambil keputusan dan dalam memilih kriteria keputusan
berdasarkan kepentingan pasien yang tidak kompeten tersebut.
4 strategi yang dapat membantu klien dalam pengambilan
keputusan

1. Membantu klien kemungkinan meninjau pilihannya.


Beri kesempatan klien untuk meninjau kembali beberapa
alternatif pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa
terhadap pilihannya.
2. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan
pilihan.
Melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan
kerugiannya atau konsekwensi negatif.
3. Membantu klien mengevaluasi pilihan.
Setelah klien menetapkan pilihannya, bantu klien untuk
mencermati pilihannya.
4. Membantu klien menyusun rencana kerja untuk
menyelesaikan masalahnya.
Pengambilan keputusan menggunakan 3K yaitu
mempertimbangkan kondisi, kehendak dan konsekuensinya.

•1. identifikasi kondisi


yang dihadapi oleh klien

•2. susunlah daftar kehendak /


pilihan keputusan

•3. untuk setiap pilihan,


buatlah daftar konsekuensinya
baik yang positif maupun yang
negatif
Jika paternalisme medis berlaku, dokter dianggap
sebagai pengambil keputusan yang tepat bagi pasien
yang tidak kompeten. Dokter sebaiknya berkonsultasi
dengan anggota keluarga mengenai pilihan tindakan
yang ada, walaupun keputusan final ada di tangan
dokter. Dokter secara gradual mulai kehilangan
kewenangan ini di banyak negara, karena pasien
diberi hak untuk memilih sendiri siapa yang dapat
mewakilinya dalam mengambil keputusan jika
memang tidak kompeten lagi.
Dan di beberapa negara bagian, secara khusus
menentukan siapa yang berhak menjadi wakil pasien
dalam mengambil keputusan dalam urutan ke bawah
yaitu: suami atau istri, anak dewasa, kakak atau adik
dan seterusnya. Dalam hal ini dokter membuat
keputusan untuk pasien jika pengganti yang sudah
ditentukan tidak dapat ditemukan, yang sering terjadi
dalam keadaan darurat.
Jika pasien tidak sadarkan diri atau tidak
dapat menyatakan keinginannya, sedapat
mungkin harus tetap mendapatkan ijin dari
wakil yang secara hukum sah dan relevan.
Jika wakil yang sah secara hukum tidak ada,
namun tindakan medis harus segera
dilakukan, ijin dari pasien mungkin dapat
dianggap sudah ada, kecuali jika jelas dan
tidak ada keraguan berdasarkan ekspresi
atau keyakinan yang jelas dari pasien
sebelumnya bahwa dia akan menolak
tindakan yang akan dilakukan dalam keadaan
tersebut.
Prinsip-prinsip dan prosedur ijin berdasarkan
pengetahuan dan pemahaman (informed
consent) yang telah dibahas hanya dapat diterapkan
kepada wakil sebagaimana kepada pasien yang membuat
keputusan sendiri. Dokter mempunyai tugas yang sama
untuk memberikan semua informasi yang diperlukan untuk
mengambil keputusan. Hal ini juga termasuk menerangkan
diagnosis, prognosis, dan regimen terapi yang kompleks
dengan bahasa sederhana, sehingga yakin bahwa wakil
yang ditunjuk paham dengan berbagai pilihan tindakan
yang ada, termasuk baik buruknya tindakan tersebut,
menjawab pertanyaan yang diajukan, dan memahami
apapun keputusan yang diambil dan jika mungkin juga
alasannya.
Kriteria prinsip yang digunakan dalam
mengambil keputusan tindakan apa yang
terbaik bagi pasien yang tidak kompeten
adalah apa yang mungkin pasien inginkan jika
memang diketahui. Keinginan pasien dapat
diketahui dari permintaan atau dapat juga telah
dikomunikaiskan kepada wakil yang ditunjuk,
dokter, atau anggota lain dalam tim perawatan
kesehatan.
Jika keinginan tersebut tidak dapat diketahui tindakan
yang diambil haruslah sepenuhnya hanya untuk
kepentingan terbaik pasien dengan
mempertimbangkan:
(a) diagnosis dan prognosis pasien;
(b) nilai-nilai yang diketahui;
(c) informasi dari orang-orang penting dalam
kehidupan pasien dan siapa yang dapat membantu
mengetahui keinginan terbaik pasien.
(d) (d) aspek budaya dan agama pasien yang mungkin
mempengaruhi keputusan yang akan diambil.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAGI DOKTER
Dalam situasi yang pertama dokter dapat bertindak
sbagai mediator, namun jika tetap tidak terjadi
kesepakatan, dapat dipecahkan dengan jalan lain seperti
voting atau menyerahkan kepada anggota keluarga yang
paling tua. Dalam hal terjadi perdebatan antara wakil
pasien dengan dokter. Declaration on the Rights of the
Patients menawarkan saran sebagai berikut:
“Jika wakil pasien yang sah secara hukum atau orang
yang telah ditunjuk pasien melarang suatu tindakan
untuk dilakukan sedangkan berdasarkan pendapat dokter
adalah untuk kepentingan terbaik pasien sendiri, dokter
harus menolak keputusan tersebut di dalam institusi
hukum yang relevan atau melalui institusi lain”.
Keputusan bisa berada di tangan
dokter jika kondisi klien dalam keadaan
gawat darurat yang membutuhkan
tindakan penyelamatan jiwa buat klien
sendiri walaupun saat itu tidak ada
anggota keluarga yang menemani klien
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAGI PERAWAT
 Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan
keahliannya berpikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum
mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi
pasien, pemberian perawatan dan mengevaluasi hasil, perawat
menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan
terbaik bagi tiap klien. Perawat membuat keputusan itu sendiri
atau berkolaborasi dengan klien, keluarga dan berkonsultasi
dengan profesi kesehatan yang lainnya (Potter dan Perry, 2005
hal:286)
 Pada kasus Tugas perawat adalah tetap memberikan asuhan
keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien

 Kewajiban perawat seperti kasus adalah tetap menerapkan


asuhan keperawatan sebagai berikut: memenuhi kebutuhan
dasar klien sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia,
mengupayakan suport sistem yang optimal bagi klien seperti
keluarga, teman terdekat, dan peer group. Selain itu perawat
tetap harus menginformasikan setiap perkembangan dan
tindakan yang dilakukan sesuai dengan kewenangan perawat.
Perawat tetap mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim
kesehatan yang terlibat dalam perawatan klien
PEMBAHASAN
Dalam kasus diatas pengambilan keputusan yang tepat
berada di tangan klien. Karena klien berada dalam
keadaan yang tidak kompeten (anak-anak) maka
pengambilan keputusan untuk tindakan medis dilakukan
oleh orangtua. Sebelum tindakan orangtua sudah
mendapatkan informasi yang jelas dari dokter mengenai,
berikut:
 Penyakit yang diderita klien
 Tindakan terapi yang membantu penyembuhan klien
 Memberikan gambaran tentang prosedur tindakan
 Memberikan gambaran tingkat keberhasilan
 Memberikan gambaran efek samping yang bisa terjadi
bagi An.a, An.b
 Jika orangtua tetap menginginkan transplantasi organ,
maka tim dokter boleh melakukan tindakan tersebut
dengan SAP yang benar.
 Perawat dapat berperan sebagai caregiver bagi klien,
Konselor bagi keluarga, dan memberikan informasi
kesehatan sehubungan dengan keadaan biopsikososio
dari klien.
KELALAIAN
 Arrest Hoge Raad (3 Februari 1913)
merumuskan kelalaian sebagai :
Suatu sifat yang kurang hati-hati,
kurang waspada, ketidak sengajaan
atau kelalaian tingkat kasar yang
dilakukan tenaga kesehatan kepada
kliennya tanpa ada maksud lain.
MALPRAKTEK
 Menurut Hoekema, 1981 malpraktik adalah setiap
kesalahan yang diperbuat oleh TENAGA
kESEHATAN karena melakukan pekerjaan
kesehatanya dibawah standar dan kode etik
profesional yang sebenarnya secara rata-rata dan
masuk akal, dapat dilakukan oleh setiap nakes
dalam situasi atau tempat yang sama
dengan merugikan pasiennya untuk kepentingan
NAKES itu sendiri.
PEMBAHASAN

Tidak ada kelalaian dan malpraktek


yang dilakukan oleh NAKES dalam
ilustrasi kasus 2.
PENGERTIAN

Kewenangan :

Hak dan otonomi untuk melaksanakan asuhan


keperawatan berdasarkan kemampuan,tingkat
pendidikan, dan posisi yg dimiliki
KEWENANGAN
PERAWAT
Perawat sbg tenaga profesional ber T.J dan
berwenang memberikan pelayanan keperawatan
secara mandiri dan berkolaborasi dg tenaga kes lain
sesuai dg kewenangannya, terutama terkait dg
lingkup praktek dan wewenang perawat. Utk
melindungi perawat akan adanya tuntutan dari klien
perlu ditetapkan dg jelas apa hak, kewajiban serta
kewenangan perawat agar tidk terjadi kesalahan
dalm melakukan tugasnya serta memberikan suatu
kepastian hukum, perlindungan bgi tenaga perawat.
KEWENANGAN DALAM
MELAKSANAKAN PRAKTEK
KEPERAWATAN DLM KASUS INI
ADALAH:
1. Melaksanakan pengkajian dasar kpd
An.A, An.B, dan orangtua
2. Pengkjian lanjutan kpd kpd An.A, An.B,
dan orangtua
3. Melaksanakan analisa data :adl utk
merumuskan kpd kpd An.A, An.B, dan
orangtua
4. dx.kep lanjutan Merencanakan tindakan
6. Melakukan penyuluhan kesehatan
7. Melakukan kegiatan konseling kes.kpd An.A, An.B,
dan orangtua
8. Melaksanakan tindakan medis sebagai pendelegasian
wewenang/ tugas limpah berdasarkan kemampuannya
9. Melakukan tindakan diluar kewenangan dlm kondisi
gawat darurat yg mengancam nyawa sesuai ketentuan
yg berlaku disarana kes
10. Dalam kondisi tertentu, dimana tidak ada tenaga yg
kompeten perawat berwenang melaksanakan tindakan
kes. Diluar keweangannya
11. Melakukan evaluasi keperawatan
Kompetensi berdasarkan kewenangan
melakukan praktek kep :

1. Kompetensi mandiri, yaitu kemampuan perawat


profesional melakukan praktek kep profesional sesuai dg
tingk kemampuan yg dimiliki
2. Kompetensi Delegasi,yaitu: kemampuan yg didelegasikan
dari perawat profesional kpd perawat vokasional dan
kemampuan yg didelegasikan dari tenaga medis kerpada
perawat
3. Kompetensi diperluas, yaitu ; kemampuan perawat
profesional utk melakukan tindakan tertentu stlh yg
bersangkutan mendapatkan pelatihan dan pengalaman
khusus.
KEWENANGAN DOKTER

 Pada dunia kedokteran adanya


kewenangan medis (medical
authority), yaitu kewenangan yang
melekat di-profesi dokter/dokter
gigi/dokter hewan dalam
menjalankan tugas kewenangan
medis yang tidak dapat dikerjakan
oleh mereka yang tidak memiliki
 Didalam kasus dokter disini berwenang dalam
pelaksanaan tindakan transplantasi sum-sum
tulang harus melakukan tindakan tersebut sesuai
dengan etika kedokteran yang seharusnya dan
berkolaborasi dengan tim medis lainnya.
 Berwenang memberikan informasi yang sejelas-
jelasnya kepada keluarga mapun klien.
ALASAN PENDELEGASIAN :

Ada beberapa alasan mengapa pendelegasian


diperlukan.
1. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat mencapai hasil
yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
2. Agar organisasi berjalan lebih efisien.

3. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat


memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih
penting.
4. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh
dan berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan
informasi untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan.
 
TEKNIK PENDELEGASIAN

 
 Manajer perawat/bidan pada seluruh tingkatan dapat
menyiapkan tugas-tugas yang dapat didelegasikan dari
eksekutif perawat sampai eksekutif departemen atau
kepala unit, dan dari kepala unit sampai perawat/bidan
klinis. Delegasi mencakup kewenangan untuk
persetujuan, rekomendasi atau pelaksanaan. Tugas-tugas
seharusnya dirangking dengan waktu yang diperlukan
untuk melaksanakannya dan sebaiknya satu kewajiban
didelegasikan pada satu waktu.
HAMBATAN - HAMBATAN PENDELEGASIAN

Hambatan hambatan pada delegator


1. Kemampuan yang diragukan oleh dirinya sendiri
2. Meyakini bahwa seseorang “mengetahui semua rincian”
3. “Saya dapat melakukannya lebih baik oleh diri saya sendiri” buah pikiran
yang keliru.
4. Kurangnya pengalaman dalam pekerjaan atau dalam mendelegasikan
5. Rasa tidak aman
6. Takut tidak disukai
7. Penolakan untuk mengakui kesalahan
8. Kurangnya kepercayaan pada bawahan
9. Kesempurnaan, menyebabkan kontrol yang berlebihan
10.Kurangnya ketrampilan organisasional dalam menyeimbangkan beban kerja
11.Kegagalan untuk mendelegasikan kewenangan yang sepadan dengan
tanggung jawab.
12.Keseganan untuk mengembangkan bawahan
13.Kegagalan untuk menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang efektif.
HAMBATAN HAMBATAN PADA PERAWAT YANG DIBERI DELEGASI

 
1.Kurangnya pengalaman
2.Kurangnya kompetensi
3.Menghindari tanggung jawab
4.Sangat tergantung dengan boss
5.Kekacauan [disorganization]
6.Kelebihan beban kerja
7.Terlalu memperhatikan hal hal yang
kurang bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai