Anda di halaman 1dari 48

Pertolongan Pertama

Pada Kasus Pelukaan


Perdarahan

A. Pengertian
Rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh ruda paksa (trauma)
ataupun penyakit.

B. Derajat Berat Perdarahan


Kehilangan darah sebanyak 1000 cc pada manusia dewasa merupakan hal yang serius,
sedangkan pada anak kehilangan 500 cc darah juga merupakan hal yang serius. Pada
bayi, kehilangan 150 cc darah dapat mengancam nyawa.

C. Penolong
1. Gunakan alat pelindung diri untuk mencegah penularan penyakit melalui kontak
dengan darah.
2. Hindari menyentuh mulut, hidung, mata dan makanan sewaktu menolong penderita
karena dapat menjadikan media penularan penyakit melalui kontak darah.
Perdarahan (Lanjutan)

D. Macam Perdarahan
1. Perdarahan Luar : rusaknya pembuluh darah disertai dengan kerusakan kulit yang memungkinkan
darah keluar dari tubuh.
a) Perdarahan Arteri : pembuluh nadi keluar menyembur sesuai dengan denyut pada nadi dan
darah berwarna merah terang karena darah kaya akan oksigen.
b) Perdarahan Vena : ditandai dengan darah yang keluar dari pembuluh balik (vena) yang
berwarna agak gelap.
c) Perdarahan Rambut (Kapiler) : berasal dari pembuluh rambut (kapiler), dimana darah
merembes keluar perlahan. Darah yang keluar bervariasi antara merah terang ataupun merah
gelap. Umumnya membeku sendiri perlahan.
2. Perdarahan Dalam : penyebab umum perdarahan dalam ialah benturan keras dengan benda tumpul,
terjatuh, ledakan dan sejenisnya. Perdarahan di bawah kulit dan dapat beresiko tinggi.
Tanda-tanda :
o Cedera ataupun memar disertai nyeri dan pembengkakan.
o Muntah darah, batuk darah, berak darah, kencing disertai darah, keluar darah atau cairan dari
hidung atau telinga baik berupa darah segar maupun darah hitam seperti kopi.
Perdarahan (Lanjutan)

Perdarahan Arteri

Perdarahan Vena

Perdarahan Kapiler
Perdarahan (Lanjutan)

E. Penanganan Perdarahan
1. Perdarahan Luar
a) Tekanan Langsung : Menekan bagian yang berdarah tepat di atas luka, umumnya
perdarahan akan berhenti 5 - 15 menit kemudian. Beri pembalut tekan untuk
menghentikan perdarahan.
b) Elevasi : meninggikan daerah luka lebih tinggi dari jantung disertai dengan teknik
penekanan langsung di atas. Berguna untuk memperlambat perdarahan. Untuk luka di
anggota gerak.
c) Titik tekan : menekan pembuluh nadi di atas daerah yang mengalami perdarahan.
Terdapat 2 (dua) titik tekan yaitu nadi brakialis (pembuluh nadi di lengan atas) dan
nadi femoralis (pembuluh nadi di lipat paha).
d) Cara lain :
o Immobilisasi dengan atau tanpa pembidaian.
o Kompres dingin.
o Torniket.
Perdarahan (Selesai)

2. Perdarahan Dalam
a) Baringkan penderita.
b) Jangan memberikan makanan ataupun minuman pada penderita.
c) Berikan oksigen bila ada.
d) Rawat sebagai syok.

Teknik Tekanan Langsung Teknik Elevasi Penanganan Syok


Cedera Sistem Otot dan Rangka

A. Sistem Otot dan Rangka


o Sistem muskuloskeletal (otot-rangka) memungkinkan manusia berdiri tegak dan
bergerak.
o Juga berfungsi untuk melindungi organ dalam tubuh vital.
o Erat kaitannya dengan anggota gerak, setiap cedera ataupun gangguan pada sistem ini
akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara ataupun
selamanya.

B. Macam-Macam Cedera Sistem Otot dan Rangka


1. Patah Tulang.
a) Tanda-tanda : perubahan bentuk anggota badan, nyeri dan kaku pada daerah yang
cedera (patah), suara derik pada daerah patahan karena gesekan antar tulang yang
patah, pembengkakan (robeknya jaringan lunak sekitar daerah patahan), memar
(perubahan warna kulit karena cedera bawah kulit) dan gangguan peredaran darah
dan persyarafan.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

b) Jenis-Jenis Patah Tulang.


o Patah Tulang Terbuka : ditandai dengan adanya luka di permukaan kulit di
atas/dekat bagian tulang yang patah sehingga bagian tulang yang patah
berhubungan langsung dengan udara, akan tetapi patahan tulang tidak selalu
terlihat menonjol keluar. Patah tulang terbuka memerlukan pertolongan lebih
cepat dikarenakan adanya resiko perdarahan serta kemungkinan terjadinya
infeksi lebih besar karena terpapar lingkungan.
o Patah Tulang Tertutup : permukaan kulit di dekat daerah patahan masih utuh
sehingga patahan tulang tidak berhubungan dengan kontak udara luar.
2. Urai/Cerai Sendi (Dislokasi).
Keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi atau keluarnya ujung tulang dari sendinya
yang bisa diakibatkan karena sendi yang teregang melebihi batas normal sehingga
kedua ujung tulang persendian terpisah tidak pada tempatnya. Jaringan ikat sendi
tertarik dan kemungkinan sampai terobek. Tanda-tandanya hampir sama dengan
tanda-tanda patah tulang di atas, namun lokasinya di daerah persendian secara
khusus.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

Patah Tulang Terbuka Patah Tulang Tertutup


Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

3. Terkilir/Keseleo.
a) Terkilir Sendi (Sprain) : robek/putusnya jaringan ikat sekitar sendi karena sendi
teregang melebihi batas normal yang bisa disebabkan karena salah gerakan atau
pun terpeleset. Gejala dan tanda terkilir sendi antara lain : nyeri, bengkak dan
warna kulit merah kebiruan di sekitar persendian.
b) Terkilir Otot (Strain) : robek/putusnya jaringan otot pada bagian tendon (ekor otot)
karena otot teregang melebihi batas normal. Cedera ini umumnya terjadi karena
pembebanan secara tiba-tiba pada otot tertentu. Bisa juga terjadi karena
pembebanan berat tanpa pemanasan otot terlebih dahulu ataupun pemanasan
dengan gerakan yang salah dan teregang melebihi batas normal. Tanda-tanda
terkilir otot antara lain : nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu,
nyri menyebar keluar disertai kejang dan kaku (kaku otot) dan bengkak pada
daerah cedera.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

C. Penanganan Cedera Sistem Otot dan Rangka


1. Lakukan penilaian dini (respon, tanda nafas dan nadi).
2. Lakukan penilaian fisik (perubahan bentuk, luka, nyeri tekan dan bengkak).
3. Stabilkan bagian yang patah.
4. Atasi perdarahan dan luka (bila ada).
5. Persiapkan alat dan bahan untuk pembidaian kemudian lakukan pembidaian.
Sesuaikan ukuran bidai sesuai ukuran daerah cedera dan jangan terlalu kuat sehingga
peredaran darah terganggu.
6. Kurangi rasa sakit dengan kompres dingin, jika bukan cedera patah tulang terbuka.
7. Baringkan penderita pada posisi nyaman.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

Pembidaian Paha dan Tungkai Bawah


Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

D. Macam-Macam Bidai
1. Bidai Keras.
Secara umum terbuat dari bahan yang keras dan kaku. Bahan yang sering dipakai ialah kayu,
aluminium, karton, plastik ataupun bahan lain yang kuat. Contoh : bidai kayu, bidai dan bidai vakum.
2. Bidai yang dapat dibentuk.
Bidai yang dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi sesuai dengan daerah cedera.
Contoh : bidai vakum, bantal, selimut, karton dan kawat.
3. Bidai Traksi.
Bidai bentuk jadi yang bervariasi tergantung dari pembuatannya. Umumnya digunakan oleh tenaga
ahli (khusus) dan dipakai untuk patah tulang paha. Tujuannya ialah untuk menjaga kelurusan dari
tulang yang patah.
4. Bidai Gendongan/Bebat.
Umumnya menggunakan pembalut mitela (pembalut segi tiga). Menggunakan prinsip memanfaatkan
tubuh penderita untuk menghentikan pergerakan pada daerah cedera. Merupakan bidai yang sering
digunakan untuk cedera anggota gerak bagian atas. Contoh : bidai gendongan lengan.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Selesai)

Bidai Lengan Bawah & Gendongan Bidai Pergelangan Kaki Bidai Fleksibel Bidai Kawat

Bidai Kayu Bidai Tiup Bidai Vakum Bidai Karton


Luka Bakar

A. Pengertian
Semua cedera yang terjadi akibat paparan terhadap suhu yang tinggi.

B. Penyebab
1. Thermal (suhu di atas 60 derajat Celcius).
2. Kontak Bahan Kimia (asam kuat).
3. Teraliri Listrik Tegangan/Arus Tinggi.
4. Radiasi.

C. Derajat Luka Bakar


1. Luka Bakar Derajat I (Satu) / Permukaan.
Luka bakar hanya meliputi lapisan kulit paling atas saja. Ditandai dengan kulit
kemerahan, nyeri dan terkadang bengkak pada daerah yang terkena. Contoh : luka
bakar karena sengatan matahari.
Luka Bakar (Lanjutan)

Luka Bakar Derajat I


Luka Bakar (Lanjutan)

2. Luka Bakar Derajat II (Dua).


Luka bakar meliputi lapisan kulit paling luar sehingga lapisan kulit di bawahnya
terganggu. Luka bakar ini termasuk luka bakar yang paling sakit. Ditandai dengan
gelembung pada kulit yang menggelembung berisi cairan, bengkak, kulit kemmerahan
ataupun putih, lembab dan rusak. Contoh : luka bakar terkena minyak panas.

3. Luka Bakar Derajat II (Tiga)


Lapisan yang terkena tidak terbatas. Luka bakar juga bisa sampai ke tulang dan organ
tubuh dalam. Ditandai dengan kulit tampak kering, pucat atau putih dan gosong atau
hitam diikuti dengan mati rasa karena kerusakan syaraf sehingga rasa nyeri hanya
timbul di daerah sekitar luka saja.

- Luka bakar derajat yang lebih tinggi selalu dikelilingi oleh luka bakar derajat lebih
rendah di sekitarnya. -
Luka Bakar (Lanjutan)

Luka Bakar Derajat II Luka Bakar Derajat III


Luka Bakar (Lanjutan)

D. Tingkat Keparahan Luka Bakar


1. Luka Bakar Ringan.
o Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran nafas.
o Luka bakar derajat III (tiga) kurang dari 2% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat II (dua) kurang dari 15% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat I (satu) kurang dari 50% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat II (dua) kurang dari 10% luas permukaan tubuh (bayi/anak).
2. Luka Bakar Sedang.
o Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran nafas.
o Luka bakar derajat III (tiga) 2% - 10% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat II (dua) 15% - 30% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat I (satu) lebih dari 50% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat II (dua) 10% - 20% luas permukaan tubuh (bayi/anak).
Luka Bakar (Lanjutan)

3. Luka Bakar Berat.


o Mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran pernafasan.
o Luka bakar derajat III (tiga) lebih dari 10% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat II (dua) lebih dari 30% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar yang disertai nyeri, bengkak dan perubahan bentuk alat gerak.
o Luka bakar meliputi satu bagian tubuh seperti lengan, tungkai atau dada.
o Luka bakar derajat III (tiga) atau derajat II (dua) lebih besar 20% luas permukaan
tubuh (bayi/anak).
Luka Bakar (Lanjutan)

Hukum Sembilan
Luka Bakar (Lanjutan)

E. Penanganan Luka Bakar


1. Hentikan proses luka bakar, alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila proses
luka bakar dikarenakan bahan kimia, maka alirkan air dingin terus-menerus selama 20
menit.
2. Lepaskan pakaiaan ataupun perhiasan penderita. Gunting pakaian apabila pakaian
penderita lengket pada luka bakar.
3. Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi).
4. Berikan oksigen bila ada.
5. Tentukan derajat dan tingkat keparahn luka bakar penderita.
6. Tutup luka bakar menggunakan penutup (kassa) steril. Jangan pecahkan gelembung
serta jangan gunakan salep, antiseptik maupun es pada luka bakar. Jika luka bakar
mengenai mata, maka pastikan kedua mata ditutup. Jika luka bakar mengenai jari-
jemari, maka balut masing-masing jari secara terpisah.
7. Jaga suhu tubuh penderita dan rawat cedera lain bila ada.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Luka Bakar (Lanjutan)

F. Penanganan Luka Bakar Khusus


1. Luka Bakar Kimia.
o Aliri daerah luka bakar dengan air yang banyak secara terus-menerus selama 20
menit dan jangan menyiram luka bakar dengan dengan air apabila diketahui bahan
kimia tersebut bereaksi kuat apabila berkontak dengan air.
o Bila terkena mata, maka aliri terus luka bakar dengan air yang banyak lebih dari 20
menit dan selama perjalanan menuju fasilitas kesehatan terdekat apabila
diperlukan.
o Posisikan tubuh agak jauh dari tubuh penderita yang terkontaminasi bahan kimia
untuk keselamatan penolong.
o Apabila diketahui bahan kimia berupa serbuk padat, maka sapu daerah luka bakar
dengan sikat halus, kemudian aliri air pada daerah luka bakar selama 20 menit.
o Amankan bekas pakaiaan penderita yang terkontaminasi.
o Tutup luka bakar dengan kasa steril.
o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Luka Bakar (Lanjutan)

Penanganan Luka Bakar Kimia Pada Mata Penanganan Luka Bakar Kimia (Padatan)
Luka Bakar (Lanjutan)

2. Luka Bakar Listrik.


o Matikan sumber listrik dan pindahkan penderita secara hati-hati dari sumber listrik
yang mengalir (gunakan papan dan galah supaya tidak ikut teraliri listrik apabila
aliran listrik masih ada).
o Lakukan penilaian dini (respon, nadi dan nafas).
o Cari luka bakar di daerah yang teraliri listrik dan tutup dengan kasa steril.
o Persiapkan resisutasi jantung paru (RJP) apabila ada resiko henti nafas atau henti
jantung pada penderita.
o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Luka Bakar (Lanjutan)

Pemindahan Penderita Luka Bakar Listrik


Luka Bakar (Selesai)

3. Luka Bakar Inhalasi (Menghirup Uap Panas / Bahan Kimia).


o Pindahkan penderita ke tempat sejuk dan aman.
o Berikan oksigen, jika perlu oksigen yang dilembabkan.
o Jaga jalan nafas dan pernafasan.
o Lakukan nafas buatan bila perlu.
o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Keracunan

A. Istilah Racun
Racun sendiri ialah suatu zat yang apabila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu
dapat menimbulkan reaksi tubuh yang tidak diingikan bahkan kematian. Reaksi kimia yang
terjadi dapat merusak jaringan tubuh ataupun mengganggu fungsi tubuh. Berbeda dengan
penggunaan obat dikarenakan reaksi penggunaan obat umumnya sudah diketahui dan
diinginkan, namun adakalanya juga reaksi obat menimbulkan hal yang tidak diinginkan
seperti gatal, sesak nafas, lemas, mual, dsj.

B. Contoh Zat Racun


1. Insektisida (pembasmi serangga).
2. Sianida (sering ditemui pada singkong beracun).
3. Logam berat (timah hitam pada asap kendaraan bermotor).
4. Bisa binatang (bisa ular, kalajengking, dsj).
5. Bahan kimia yang bersifat korosif (dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh
dalam jika masuk ke dalam tubuh).
Keracunan (Lanjutan)

C. Kejadian Keracunan
1. Sengaja Bunuh Diri.
Penderita sengaja menelan, menghirup ataupun menyuntikkan suatu ibat dalam junlah
melebihi dosis pengobatan atau benda lain yang sebenarnya tidak ditujukan untuk
dikonsumsi dengan cara-cara tersebut di atas. Sering menyebabkan kematian jika tidak
segera mendapat pertolongan. Contoh : minum racun serangga, obat tidur berlebihan,
dsj.
2. Keracunan Tidak Disengaja.
Terjadi akibat terpapar bahan beracun secara tidak sengaja, contoh :
o Mengkonsunsi bahan makanan/minuman yang tercemar oleh kuman ataupun zat
kimia tertentu.
o Salah minum yang biasanya dialami oleh anak-anak atau orang lanjut usia yang
sudah pikun (misal obat kutu anjing disangka susu, dsj).
o Makan singkong yang memiliki kadar sianida tinggi.
o Udara yang tercemar gas beracun, dsj.
Keracunan (Lanjutan)

3. Penyalahgunaan Obat.
Obat yang dikonsumsi selain untuk pengobatan.

D. Jalur Masuk Racun


1. Mulut / Alat Pencernaan.
Umumnya terkait dengan bahan-bahan yang terdapat di rumah tangga.
o Obat-obatan misalnya obat tidur/penenang yang dikonsumsi dalam jumlah banyak
atau diminum dengan bahan lain sehingga menimbulkan keracunan.
o Makanan yang mengandung racun (misal : singkong beracun), makanan kadaluarsa
serta makanan yang tidak dipersiapkan dengan baik/tercemar.
o Obat nyamuk, minyak tanah, dsj.
o Makanan/minuman yang mengandung alkohol (minuman keras).
Keracunan (Lanjutan)

2. Pernafasan.
Umumnya berupa gas, uap dan bahan semprotan.
o Menghirup gas/udara beracun, misal : gas mobil dalam keadaan mobil tertutup, uap
minyak tanah, dsj.
o Kebocoran gas industri, misal : amonia, klorin, dsj.
3. Kulit / Kontak (Absorsi).
Racun yang terserap ada kalanya dapat merusak kulit. Racun yang masuk dari kulit
secara perlahan terserap aliran darah.
o Umumnya zat kimia pertanian seperti insektisida, pestisida maupun zat kimia yang
bersifat korosif.
o Tanaman.
o Tersentuh binatang yang mengandung racun pada kulitnya ataupun bagian
tubuhnya yang lain (umumnya pada binatang yang hidup di air).
Keracunan (Lanjutan)
3. Suntikan / Gigitan.
Zat racun menembus kulit langsung ke dalam tubuh melalui sistem peredaran darah.
o Obat suntik, misal : penyalahgunaan obat dan narkotika.
o Gigitan/sengatan binatang yang mengandung bisa racun, misal : kalajengking, ubur-ubur,
dsj.

E. Gejala Umum Keracunan


1. Penurunan respon, gangguan status mental (gelisah, takut, dsj)
2. Gangguan pernafasan
3. Nyeri kepala, pusing ataupun gangguan pengelihatan.
4. Mual ataupun muntah.
5. Lemas, lumpuh ataupun kesemutan.
6. Pucat ataupun kulit kebiruan.
7. Kejang.
8. Syok.
9. Gangguan irama detak jantung ataupun pernafasan.
Keracunan (Lanjutan)

F. Gejala Khusus Keracunan


1. Mulut / Alat Pencernaan.
o Mual ataupun muntah.
o Nyeri perut.
o Diare.
o Nafas ataupun mulut yang berbau.
o Suara parau, nyeri di saluran cerna (mulut dan kerongkongan).
o Luka bakar atau sisa racun di daerah mulut.
o Produksi air liur yang berlebih ataupun mulut menjadi berbusa.
Keracunan (Lanjutan)

2. Pernafasan.
o Gangguan pernafasan ataupun pernafasan.
o Kulit kebiruan.
o Nafas berbau.
o Batuk ataupun suara parau.
3. Kontak / Kulit (Absorsi).
o Daerah kontak berwarna kemerahan, nyeri, melepuh dan meluas.
o Syok anafilaktik (gejala alergi yang mengancam nyawa yang dapat menyebabkan
penderita tidak sadarkan diri, melebarnya pembuluh darah, naiknya denyut nadi,
menurunnya tekanan darah, menyempitnya saluran nafas, ruam pada kulit, mual dan
anggota gerak yang hangat).
4. Suntikan / Gigitan.
o Luka di daerah suntikan ataupun gigitan berupa luka tusuk atau bekas gigitan.
o Nyeri pada daerah sekitar suntikan ataupun gigitan dan kemerahan.
Keracunan (Lanjutan)

Pada Kasus Gigitan Ular :


o Demam.
o Mual dan muntah.
o Pingsan.
o Lemah.
o Nadi cepat dan lemah.
o Kejang.
o Gangguan pernafasan.
Keracunan (Lanjutan)

G. Penanganan Keracunan Umum


1. Amankan tempat kejadian.
2. Pengamanan penolong dan penderita apabila diketahui zat racun berupa gas.
3. Keluarkan penderita dari daerah yang berbahaya.
4. Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi) dan lakukan resusitasi jantung paru
(RJP) bila perlu.
5. Periksa jalan nafas apabila respon penderita menurun ataupun jika penderita muntah.
6. Berikan oksigen bila ada.
7. Amankan pembungkus, sisa muntahan dan sejenisnya untuk identifikasi jenis racun.
8. Periksa tanda vital secara berkala (nafas dan nadi) dan rujuk ke fasilitas kesehatan
terdekat.
Keracunan (Lanjutan)

H. Penanganan Keracunan Khusus


1. Mulut / Pencernaan.
o Turunkan kadar kekuatan racun dengan pengenceran dengan cara memberi minum
susu ataupun air sebanyak-banyaknya maupun memberi anti racun umum yaitu norit
ataupun putih telur (JANGAN BERIKAN SUSU PADA KERACUNAN YANG
DIKETAHUI KARENA ZAT YANG MENGANDUNG FOSFAT !!!).
o Lakukan rangsangan-rangsangan muntah untuk mengeluarkan racun dari dalam
lambung dimana cara ini hanya efektif 2 (dua) jam pertama saat kejadian. Namun
jangan lakukan rangsangan muntah pada keracunan yang menelan asam/basa kuat,
menelan minyak, penderita kejang ataupun ada riwayat kejang dan penderita yang
tidak sadar atau mengalami gangguan kesadaran.
Keracunan (Selesai)

2. Kontak / Kulit (Absorsi).


o Buka baju penderita yang terkena.
o Siram bagian yang terkena racun dengan air sekurang-kurangnya selama 20 menit
(bila racun berupa serbuk maka sikat dahulu sebelum menyiram dengan air dan
jangan lakukan penyiraman jika diketahui racun bereaksi kuat dengan air). Posisikan
penolong agak jauh dari bagian tubuh penderita yang terkena racun untuk
menghindari kontaminasi.
3. Gigitan Ular.
o Amankan diri penolong dan tempat kejadian.
o Tenangkan penderita.
o Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi).
o Rawat luka serta pasang bidai bila diperlukan.
o Pasang (ikat) pembalut elastis pada daerah gigitan.
o Jika tidak berbahaya bawa ular yag menggigit untuk identifikasi jenis racun.
o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Pemindahan Penderita

A. Pemindahan Darurat
Lakukan pemindahan darurat hanya jika ada bahaya segera terhadap penderita ataupun
penolong dan juga jika penderita menghalangi akses ke penderita lainnya. Tindakan ini
dapat dilakukan tanpa dimulai dengan penilaian dini (respon, nafas dan nadi) mengingat
faktor bahaya dan resiko di tempat kejadian.
Pemindahan ini juga dapat menimbulkan resiko bertambah parahnya cedera penderita
terutama penderita yang mengalami cedera spinal (tulang belakang mulai dari tulang leher
sampai tulang ekor).
Yang dimaksud dengan darurat di sini bukan pada masalah peralatan, namun pada
masalah keadaan dan situasi di tempat kejadian.
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

1. Tarikan Lengan.
Posisikan tubuh penolong di atas kepala penderita. Kemudian masukkan lengan di
bawah ketiak penderita dan pegang lengan bawah penderita. Selanjutnya silangkan
kedua lengan penderita di depan dada dan tarik penderita menuju tempat aman. Hat-
hati terhadap kaki penderita yang mungkin akan membentur benda di sekitar lokasi
kejadian.

Tarikan Lengan
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

2. Tarikan Bahu.
Cara ini berbahaya bagi penderita cedera spinal (tulang belakang dari tulang leher sampai
tulang ekor). Posisikan penolong berlutut di atas kepala penderita. Masukkan kedua lengan
di bawah ketiak penderita kemudian tarik ke belakang.
3. Tarikan Baju.
Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain (pembalut).
Kemudian cengkram baju penderita di daerah bahu dan tarik di bawah kepala penderita
untuk penyokong dan pegangan untuk menarik penderita ke tempat aman.
4. Tarikan Selimut.
Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain (pembalut).
Kemudian cengkram baju penderita di daerah bahu dan tarik di bawah kepala penderita
untuk penyokong dan pegangan untuk menarik penderita ke tempat aman.
5. Tarikan Selimut.
Cara ini umumnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran yaitu dengan
menggendong penderita di belakang punggung penolong dengan cara mengangkat lalu
membopong penderita.
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

Langkah I Langkah II Langkah III

Tarikan Selimut Tarikan Menjulang


Pemindahan Penderita (Lanjutan)

B. Pemindahan Biasa (Tidak Darurat)


Pemindahan biasa (tidak darurat) dapat dilakukan ketika :
 Penilaian awal (penilaian dini dan penilaian fisik) sudah dilakukan.
 Denyut nadi dan pernafasan stabil.
 Perdarahan sudah dikendalikan.
 Tidak ada cedera leher.
 Semua patah tulang sudah diimobilisasi.
1. Teknik Angkat Anggota Gerak (dilakukan 2 orang penolong).
o Masing-masing penolong berjongkok berhadap-hadapan, penolong pertama di ujung
kepala penderita, penolong kedua di antara kaki penderita.
o Penolong pertama mengangkat kedua lengan penderita dengan kedua tangannya.
o Penolong ke dua mengangkat kedua lutut penderita.
o Kedua penolong berdiri secara bersamaan dengan satu aba-aba dan mulai
memindahkan penderita ke tempat aman.
Pemindahan Penderita (Lanjutan)
2. Teknik Angkat Langsung (dilakukan 3 orang penolong terutama jika penderita memiliki berat
badan tinggi dan tidak terdapat tandu di lokasi).
o Ketiga penolong berlutut di sisi penderita yang paling sedikit mengalami cedera.
o Penolong pertama menyisipkan satu lengan di bawah leher dan bahu lengan penderita,
kemudian lengan satunya disisipkan di bawah punggung penderita.
o Penolong ke dua menyisipkan lengannya di bawah punggung dan bokong penderita.
o Penolong ke tiga satu lengan disisipkan di bawah bokong penderita dan lengan satunya
di bawah lutut penderita.
o Penderita siap diangkat dengan satu aba-aba.
o Angkat penderita di atas lutut ketiga penolong secara bersamaan. Jika terdapat tandu,
maka penolong lain menyiapkan tandu di bawah penderita kemudian meletakkan
penderita di atas tandu dengan satu aba-aba.
o Jika tidak terdapat tandu untuk pemindahan penderita, maka miringkan penderita di atas
dada ketiga penolong kemudian ketiga penolong berdiri bersama-sama dengan satu aba-
aba.
o Ketiga penolong memndahkan penderita dengan melangkah bertahap dengan satu aba-
aba.
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

Penderita Siap Diangkat Penderita Diangkat Di Atas Lutut Berdiri Dengan Satu Aba-Aba

Teknik Angkat Langsung


Pemindahan Penderita (Lanjutan)

3. Pemindahan Dengan Tandu (dilakukan 2 orang penolong).


o Kedua penolong berjongkok di masing-masing ujung tandu menghadap ke arah yang
sama (ujung kaki penderita sebagai arah depan).
o Penolong memposisikan kaki pada jarak yang tepat kemudian menggenggam
pegangan tandu dengan erat.
o Punggung lurus, kepala menghadap ke depan dengan posisi netral.
o Kencangkan otot punggung dan perut penolong dan angkat tandu dengan satu aba-
aba.
o Pindahkan penderita ke tempat yang aman dengan satu aba-aba.
o Turunkan penderita secara hati-hati dengan mengulang langkah-langkah di atas
secara mundur (berkebalikan).
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

Tandu Sekop

Tandu Beroda

Matras Vakum

Tandu Kursi Tandu Keranjang Tandu Lipat

Peralatan Pemindahan Penderita


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai