Anda di halaman 1dari 21

CHRONIC VENOUS INSUFFICIENCY

Silvi Willia Marsyida


41221396100058

Pembimbing : dr. Witra Irfan, Sp.B(K)V


KEPANITERAAN KLINIK BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERIODE 15 MEI-21 JULI 2023
ANATOMI TUNGKAI
ANATOMI TUNGKAI
DEFINISI

Chronic venous insufficiency (CVI) adalah kelainan dengan hipertensi vena akibat adanya
disfungsi katup-katup vena yang menyebabkan aliran darah vena terganggu, sehingga
terjadi refluks/aliran balik vena, dan dapat terjadi pada vena-vena superfisialis maupun
profunda.

White, J. V. (2005). Chronic Venous


Insufficiency. Perspectives in Vascular Surgery
and Endovascular Therapy
EPIDEMIOLOGI

Prevalensi CVI diperkirakan antara 5-30%


populasi dewasa
Perempuan : Laki-laki -> 3:1
Meningkat seiring bertambahnya usia
Di AS, diperkirakan 2,5 juta
orang menderita CVI dan
20%-nya berkembang
menjadi ulkus vena
Prevalensi kejadian CVI lebih tinggi pada negara
berkembang/industrial

Eberhardt, R. T., & Raffetto, J. D. (2014). Chronic Venous Insufficiency.


FAKTOR RESIKO
Berdiri dalam jangka waktu lama (>6
Sedentary life style jam/hari)

Usia lanjut Riwayat DVT

Riwayat kehamilan
Jenis kelamin, perempuan
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala:
• Bengkak di kaki atau pergelangan kaki
• Kaki terasa berat atau pegal, panas dan gatal
• Nyeri saat berjalan yang berhenti saat istirahat
• Perubahan warna kulit
• Varises
• Ulkus kaki
Riwayat varises, deep vein thrombosis (DVT), flebitis, atau trauma tungkai bawah
Faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, serta aktivitas fisik; lama berdiri atau duduk,
keterbatasan anggota gerak bawah, dan gaya hidup sedenter
Adanya riwayat kehamilan multipel, obesitas, atau hipertensi
Riwayat insufisiensi vena atau varises pada keluarga
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
• Inspeksi tungkai bawah dalam posisi berdiri dilakukan untuk menilai adanya
dilatasi vena superfisial, telangiektasis, varises, serta edema tungkai bawah
(umumnya pitting dan tidak mengenai kaki depan atau forefoot).
• Inspeksi kulit dilakukan untuk menilai adanya hiperpigmentasi, dermatitis stasis,
atrophie blanche, dan lipodermatosclerosis. Atrophie blanche adalah penyembuhan luka
berupa skar putih pada kulit karena kurangnya suplai darah.
• Deskripsikan ulkus: lokasi, ukuran, karakteristik, banyaknya, dan tipe eksudat yang
ada, adanya nyeri dan skalanya, serta dasar ulkus.

Palpasi
• Palpasi konsistensi otot betis dan pengukuran diameternya, dibandingkan dengan sisi
tungkai yang sehat.
• Palpasi adanya nyeri tekan sepanjang vena yang terdilatasi
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
- Tes Trendelenburg : untuk membedakan inkompetensi atau refluks vena terjadi superfisial
atau profunda
- pengukuran ankle brachial index (ABI) : untuk menyingkirkan kemungkinan ulkus akibat
etiologi arteri (peripheral arterial disease / PAD)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
- Tes Trendelenburg : untuk membedakan inkompetensi atau refluks vena terjadi superfisial
atau profunda
- pengukuran ankle brachial index (ABI) : untuk menyingkirkan kemungkinan ulkus akibat
etiologi arteri (peripheral arterial disease / PAD)
MANIFESTASI KLINIS

Derajat 0 : Tidak terlihat atau teraba


tanda gangguan vena
Derajat 1 : Telangiektasis, Vena
retrikuler
Derajat 2 : Varises Vena
Derajat 3 : Edem tanpa perubahan kulit
Derajat 4 : Perubahan kulit akibat
gangguan vena.
A: pigmentasi dan/atau ekzema.
B: lipodermatosklerosis dan/atau
atrophie blanche
Derajat 5 : Perubahan kulit dengan
ulkus yang sudah sembuh
Derajat 6 : Perubahan kulit dengan
ulkus aktif
MANIFESTASI KLINIS
E: Etiological Classification
• Ec: congenital
• Ep: primary (undeterminate cause)
• Es: secondary (e.g. post thrombotic)
• En: no venous cause identified

A: Anatomical Classification
• As: superficial veins
• Ap: perforator veins
• Ad: deep veins
• An: no venous location identified
 
P: Pathophysiological Classification
• Pr: reflux
• Po: obstruction
• Pr,o: reflux and obstruction
• Pn: no venous pathophysiology identifiable
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Venous Duplex Ultrasonography: Untuk meilai pembuluh darah, aliran darah
serta struktur vena-vena kaki

Eberhardt, R. T., & Raffetto, J. D. (2014). Chronic Venous


Insufficiency.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Venogram : Dilakukan dengan menggunakan x-ray dan intravena (IV) pewarna
kontras. Bertujuan untuk memvisualisasikan pembuluh darah.

Eberhardt, R. T., & Raffetto, J. D. (2014). Chronic Venous


Insufficiency.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Magnetic Resonance Venography (MRV) : alat yang paling sensitive dan spesifik untuk
mengevaluasi gangguan sistem superfisial dan profunda pada ekstremitas inferior dan pelvis
serta dapat mendeteksi penyebab non-vaskuler nyeri dan edema pada kaki.
Ambulatory venous pressure (AVP) : baku emas dalam menilai hemodinamik dari
insufisiensi vena kronik. Pemeriksaan AVP dilakukan dengan memasang jarum yang
terhubung ke pengukur tekanan ke vena dorsalis pedis. AVP bermanfaat dalam mengevaluasi
derajat dan luaran klinis insufisiensi vena kronik, terutama melalui parameter mean AVP dan
refill time. Akan tetapi, teknik ini dianggap tidak mampu merefleksikan tekanan vena dalam
secara akurat. AVP mulai ditinggalkan karena invasif dan tidak praktis, apalagi setelah adanya
USG duplex.
TATALAKSANA
Ablative therapy with
Stocking Skleroterapi endovenous
radiofrequency and
laser
Kaos kaki kompresi membantu Menyuntikkan substansi sklerotan
memperbaiki gejala dan keadaan kedalam pembuluh darah yang
hemodinamik pasien dengan varises abnormal sehingga terjadi destruksi Terapi dengan energi termal
vena dan mengilangkan edema endotel yang diikuti dengan yang berasal dari
pembentukan jaringan fibrotik radiofrekuensi atau laser
untuk obliterasi vena.
Energi panas memicu injuri
termal pada dinding vena
yang kemudian terjadi
trombosis dan
fibrosis
TATALAKSANA

Pembedahan
Ligasi : mengikat vena yang rusak, sehingga aliran darah tidak melewati vena tersebut.
Stripping : pengambilan seluruh atau sebagian batang utama vena safena (besar/panjang atau
lebih kecil/pendek).
Surgical repair (Valve reconstruction) : memperbaiki katup vena yang rusak dengan cara
operasi
Vein Transplant : mengganti pembuluh darah yang rusak dengan pembuluh darah dari tempat
lain
Subfascial Endoscopic Perforator Surgery (SEPS) : memotong vena perforator dan diikat
sehingga memungkinkan darah mengalir ke pembuluh darah yang sehat dan
meningkatkan penyembuhan ulkus.
KOMPLIKASI

5%-7% kasus mengalami cedera pada nervus cutaneus, keadaan ini sering
bersifat sementara namun dapat bersifat permanen

PROGNOSIS

Prognosis kesembuhan ulkus dan inflamasi cukup bagus tanpa adanya


penyakit penyerta yang mengganggu kesembuhan.
KESIMPULAN
- CVI adalah suatu kelainan pada pembuluh darah vena tahap lanjut yang
dapat mengakibatkan aliran darah dari seluruh tubuh tidak dapat
kembali menuju ke jantung oleh karena disfungsi katup Vena.
- Pembuluh darah vena dipengaruhi oleh: tekanan hidrostatik,
hemodinamik, katup vena dan pompa otot.
- Tanda-tanda CVI: pigmentasi, lipodermatosklerotik, edema, dan
dermatitis.Gejala CVI: nyeri, bengkak, betis terasa tertekan, kaki terasa
berat saat aktivitas dan membaik saat diistirahatkan.
- Ultrasonografi vaskuler merupakan pemeriksaan yang tepat untuk
mendiagnosa CVI Dengan spektrum doppler dan color pada
pemeriksaan duplex sonografi femoralis dapat diketahui derajat
severitas pada CVI
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai