Anda di halaman 1dari 12

AT THE ISLAMIC

BOARDING SCHOOL AL
IMAN MUNTILAN,
MAGELANG, CENTRAL
JAVA
Susan Sa’adah 47
A Student of Doctoral Program at Faculty of Education, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta
A. Latar Belakang Masalah

 Agama Islam di Indonesia banyak mempengaruhi perkembangan masyarakat, pengaruh tersebut terutama dalam
Pendidikan dan kebudayaan.
 Penyebaran Islam di Indonesia pada mulanya hanya di daerah-daerah pesisir saja, hal ini dikarenakan masyarakat
daerah pantai pada umumnya mempunyai sikap yang jauh lebih terbuka dari pada masyarakat di
pedesaan/pedalaman.
 Begitu juga yang terjadi pada suku Asmat.Suku Asmat mendiami daerah dataran rendah yang berawa-rawa dan
berlumpur serta ditutupi hujan tropis. Hidup mereka di pesisir pantai selatan barat daya propinsi Irian Jaya tinggal
diwilayah kecamatan Sawa, Ema, Agats dan pirimapun. Termasuk Kabupaten Dati, II Merauke. Suku Asmat berdiam
didaerah-daerah yang sangat terpencil dan msih merupakan alam ganas.1 Mereka mepakan masyarakat pedalaman.
Dari salah satu fakktor yang menyebabkan sikapnya lebih tertutup oleh masuknya pengaruh dunia luar yaitu karena
adat dan istiadat serta budaya mereka yang sangat kuat. Seiring dengan perkembangan jaman serta mulainya program
pemerintah tentang transmigrasi, maka pada tahun 70an penyebaran agama Islam dilingkungan Irian Jaya lambat laun
mulai meluas. Walaupun pada awalnya hanya sebatas pengenalan tentang apa dan bagaimana Islam itu semata.
 Agama Kristen dan Katolik yang di bawa missionaris mampu mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka mulai
mengenal pakaian, kebersihan dan lain-laian, walalupun masih sangat minim, Namun ritual adat orang Asmat seakan
tidak tersentuh. Orang Asmat sebagian masih terlihat “mendua” dalam hal pemujaan terhadap sang pencipta. Mitos
Fumeripits kadang masih kuat dibanding iman terhadap Tuhan Yang Maha Esa.2
 Setahap demi setahap, para tokoh agama Islam yang ada di irian Jaya (para
pendatang),maupun yang diluar Irian Jaya, mulai menggalakkan dakwah Islam dengan
mengintensifkan pengajaran-pengajaran ibadah.Di antara langkah yang ditempuh yaitu
memberi kesempatan belajar lebih luas tentang Islam dengan mengirim para muallaf ke
daerah di luar Irian jaya,seperti Sulawesi, Maluku, Jawa dan lain-lain. Salah satu daerah di
pulau Jawa yang menerima Muallaf Irian Jaya adalah Pesantren Islam Al Iman Muntilan
Magelang Jawa Tengah.
 Pesantren Islam Al Iman yang terletak di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Propinsi
jawa tengah telah merintis upaya pembinaan agama Islam dari berbagai daerah sejak tahun
1986. Para Muallaf tersebut berasal dari berbagai daerah suku di irian Jaya. Tujuannya
yaitu membantu pemerintah dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional yaitu
membetuk manusia yang bertaqwa.3
 Kalau kita melihat latar belakang suku Asmat itu sendiri, akan merasa heran jika kemudian
mereka menjadi seorang muslim, dengan alasan letak geografis, keterbelakangan budaya
dan keterasingannya dari suku-suku lain.
 Dan melaui kajian ini penulis bermaksud meneliti lebih jauh tentang sikap
keberagamaan suku Asmat untuk mengukur pengamalan kegamaan mereka,
khususnya yang tinggal di Pesantren Islam Al-Iman, sekaligus factor-factor
yang mempengaruhi sikap keberagamaan mereka. Di satu sisi sangat berguna
bagi penulis, yang tidak mustahil pada suatu saat penulis bertindak selalu
penyiar di padalaman suku Asmat, dimana sepengatahuan penulis sampai
saat ini, hanya sedikit yang mau memasuki dearah pedalaman untuk
menyiarkan agama Allah :agama Islam”.
B. Rumusan Masalah

 Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka permasalahan yang


penulis rumuskan, adalah sebagai berikut:

 1, Bagaimana keberagaman santri suku Asmat di Pesantren Islam Al Iman


Muntilan.
 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap keberagamaan santri suku
Asmat di Pesantren Islam Al Iman Muntilan
Telaah Pustaka

 1. Masalah Keberagamaan
 Dalam kajian keagamaan, Jalaluddin Rahmat menyebutkan ada dua kajian agama, yaitu ajaran dan
keberagamaan, Ajaran adalah teks lisan aau tulisan yang sakral dan menjadi sumber rujukan bagi
suatu pemeluk agama. Sedang keberagamaan adalah perilaku yang bersumber lansung atau tidak
langsung kepada ajaran agama.13
 Sedangkan Psikolog R.Stark dan C.Y Glock dalam karyanya tentang Dimensi-dimensi Keberagamaan
yang dikutip oleh A. Fedyani Syaefuddin, keberagamaan berarti ketaatan atau komitmen kepada
agama yang meliputi banyak unsur yaitu keanggotaan Gereja, keyakinan terhadap doktrin agama,
dan banyak lagi tingkatan yang menunjukkan pada agama. Diantara yang mendasari pengertian
keagamaan adalah adanya dimensi-dimensi keberagamaan, yaitu: a. Dimensi Keyakinan Agama, b.
Dimensi Praktek agama, c. Dimensi Pengalaman agama, d. Dimensi Pengetahuan Agama, e. Dimensi
Konsekuensi agama
 2. Faktor-factor Yang mempengaruhi Keberagamaan
 A. Faktor Intern: Hereditas, Tingkat Usia, Kepribadian
 B. Faktor Ekstern: Lingkungan Kelurga, Lingkungan Institusional, Lingkungan Masyarakat
Penutup

 1. Fakor keberagamaan
 Berdasarkan teori lima dimensi keberagamaan Glock dan Stark adalah: Dimensi keyakinan 95%, berarti dari segi
aqidah merka sudah matang. Hal ini karena di dukung bimbingan pihak pesantren yang sangat intens. Adapun
dimensi praktek agama mencapai 70% , berarti mereka sudah baik dalam melaksanakan praktek agama, terutama
ibadah pokok (fardhu). Dan mengenai dimensi perasaan agama prosentase yang dicapai 87,5%, ini berarti rasa
tanggung jawab mereka terhadap agamanya sudah baik. Dan mengenai dimensi pengetahuan agama telah
mencapai 82,5%. Angka ini menunjukkan bahwa wawasan mereka tentang pengetahan agama sudah baik,
terutama mengenai hukum. Dan yang terakhir mengenai dimensi konsekuensi agama mencapai 57,5%,angka ini
termasuk rendah, dalam arti mereka masih kurang dari segi sosial. Hal ini karena mereka terikat oleh disiplin
pesantren,sehingga mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat setempat.
 2. Faktor-factor yang mempengaruhi keberagamaan santri suku Asmat di Pesantren Islam Al Iman Muntilan.
 A. Fakor Intern, 1. Hereditas, mengenai factor hereditas ini tidak mendukung keberagamaan santri Asmat di
Pesantren, karena secara umum masyarakat Asmat kurang memperhatikan agama, 2. Tingkat Usia, kurang
mendukung karena kebanyakan mereka usia remaja, sehingga mereka masih rawan dan kurang matang dalam
beagama. 3. Kepribadian, karena usia mereka masih remaja, secara tidak langsung kepribadian mereka masih
labil. Kadang-kadang masih terbawa oleh kebiasaan buruk sebelum di pesantren. 4. Dari segi kepribadian mereka
masih labil, sehingga mereka mudah terkena gangguan kejiwaan, Misalnya: ketiakpercayaan dengan agama yang
dianut, kadang-kadang malas dan kadang-kadang rajin dalam menjalankan ibadah dan lain-lain
 B. Faktor Ekstern
 1. Lingkungan keluarga, Linkungan keluarga terbagi menjadi dua: yaitu mereka yang orang
tuanya taat beribadah,menjadi taat pula, walaupun keluarganya berbeda agama.
Sedangkan mereka yang orang tuanya tidak taat beribadah ternyata juga berpengaruh
pada diri mereka. Sehingga mereka juga jarang-jarang menjalankan ibadah. Keluarga
sangat mempengaruhi perkembangan jiwa keberagaman mereka.
 2. Lingkungan Intitusional
 Lingkungan institusional bagi santri Asmat adalah Pesantren Islam Al Iman. Melalui
pendidikan agama Islam khusus bagi santri Asmat, beserta pembinaan yang intens, maka
mereka sudah cukup matang dalam beragama.
 3. Lingkungn Masyarakat Bagi santri Asmat lingkungan masyarakat tentunya masyarakat
sekitar pesantren.Santri Asmat kurang bersosialissi dengan lingkungan setempat,
disebabkan terikat oleh disiplin pesantren. Sehingga pengaruh luar sedikit yang
mempengaruhi perkembangan keberagamaan santri Asmat di Pesantren Islam al Iman
ola Pendidikan Pesantren Islam Al Iman
Dalam mendidik Suku Asmat
 Dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
 A. Pendidikan santri Asmat generasi pertama yaitu terdiri dari orang-orang yang berusia
dewasa antara 30-50 th, dan merupakan penyebar Islam pertama di lembah Asmat
 B. Pendidikan santri Asmat generasi baru (penerus), generasi sekarang yaitu santri suku
Asmat yang rata-rata mereka duduk d SD, MTs, dan MA. Mereka datang ke Pesantren Islam
Al Iman setelah mendapat ajaran Islam dan Pendidikan formal di daerah Asmat, jumlahnya
sudah cukup banyak

 Kurikulum atau pola-pola Pendidikan yang diterapkan dalam suku Asmat generasi awal ini
sangat berkaitan erat dengan Pendidikan kemanusiaan (humanistic), karena sebagaimana
dijelaskan diatas, latar belakang santri Asmat periode awal ini berlatar belakang budaya
yang masih sangat terbelakang, sehingga perlu adanya pembinaan -pembinaan yang
sifatnya kemanusiaan untuk menyesuaikan dengan lingkungan baru yang lebih brbudaya,
oleh karena itu perlu adanya Pendidikan humanistik
 Pendidikan humanistic adalah suatu pendekatan Pendidikan yang beorientasi pada penembangan manusia, tujuan
utama pedidikan adalah kemanusiaan yang bersifat normative dan yang berkepribadian.
 Santri Asmat generasi pertama yaitu Yusuf Bandar, kurikulum dalam membina orang Asmat ini langkah pertamanya
adalah memberikan wawasan kebudayaan, kemanusiaan yang beradab, sebab seperti yang kita dengar dan saksikan
banyak mayarakat suku terasing yang masih hanya menggunakan koteka. Kemudian Pendidikan selanjutnya adalah
mengenai Islam itu sendiri yang tekanannya pada tauhid, ibadah praktis, akhlaqul karimah, perbedaan antara Islam
dan orang yang bukan Islam, sebagaimana bahwa tujuan Pendidikan Islam yaitu mencapai akhlak yang sempurna,
tetapi tidak melupakan Pendidikan jasmani dan akal.

 Pola Pendidikan yang diterapkan bagi santri Asmat generasi baru (penerus) berbedadengan pola Pendidikan santri
Asmat generasi perintis( periode awa), hal ini dikarenakan perbedaan latar sbelakang Pendidikan, pengetahuan,
umur, pemahaman ke-Islaman dan sebagainya.
 Dari latarbelakang tersebut maka Pendidikan santri Asmat disesuaikan dengan kemampuannya dan tingkat
Pendidikan yang pernah diikuti di daerah Asmat, misalnya tingkat SD, setaraf dengan madrasah Ibtidaiyah yang
nantinya langsung bisa masuk ke tingkat Tsnawiyah (MTs)
 Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dari santri Asmat generasi baru (40 santri) yang ada di pesantren
Islam Al Iman, karena generasi terdahulutelah kembali pulang ke lembah Asmat dan sebagian sudah ada yang
meninggal.
Latar Belakang Masuknya Suku Asmat di
Pesantren Islam Al Iman
 Perkembangan Islam di pedalaman suku Asmat tidak hanya sebatas perjalanan, keyakinan dan
antusiasme masyarakat Asmat terhadap Islam menyebabkan ajaran islam masuk ke pedalaman
Asmat, sehingga suatu ketika wartawan dari majalah Amanah yang bernama Mu’in ahmad singgah
ke pedalaman Asmat bertemu dengan Yusuf bandar, orang pertama Asmat yang masuk Islam.
Menurut riwayat, Yusuf bandar ini sebelumnya beragama Katholik dengan nama Tedius dan konon
ia pernah mendengar suara adzan sewaktu merantau, kemudian ia tertarik.
 Salah satu factor kertarikan Yusuf bandar untuk masuk islam adalah karena islam mengajarkan
tentang persamaan derajat Islam memandang semua manusia adalah sama, Dan ini tidak
dirasakan dalam budaya Asmat selama ini yang membedakan adanya golongan atas dan golongan
bawah. Sehingga ia merasa Islam lebih menghargai kebebasan hidup seseorang.
 Selain itu alasan utama ketertarikannya, karena ternyata Pesantren Islam al Iman termasuk
pesantren yang memiliki sikap toleran terhadap masalah kesenian, bahkan menjadi salah satu
kegiatan ekstrakurikuler bagi para santrinya. Dan ini sesuai dengan budaya daerahnya yang
terbiasa dengan kesenian, terutama music, nyanyian dan tari-tarian.Dan ini membuat ia merasa
Islam memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dapat menjadi alternatif untuk mengembangkan
dakwah Islam sehingga Islam dapat dirasakah lebih mudah.

Anda mungkin juga menyukai