Anda di halaman 1dari 57

Penguatan Pendidikan

Karakter Berbasis
Budaya dan
Spiritualitas
Rancangan Implementasi Nilai-nilai Inti
Bruder FIC Provinsi Indonesia untuk YPL
Kurikulum sebagai
Ungkapan IDENTITAS
Sekolah Katolik
identitas/iden·ti·tas/ /idéntitas/ n ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri.

Etimologi

Identitas: "kesamaan, kesatuan, keadaan menjadi sama," dari identité Prancis


(14c.), dari identitatem Latin Abad Pertengahan (nominatif identitas) "kesamaan,"
akhirnya dari idem (netral) Latin "sama" (lihat idem). Bentuk awal kata dalam
bahasa Inggris adalah idemptitie (1560-an), dari bahasa Latin Abad Pertengahan:
idemptitas.
Mendidik untuk Dialog Antarbudaya di Sekolah-sekolah
Art. 64 Katolik
A Art.64
Kurikulum adalah cara komunitas sekolah menjelaskan
tujuan dan sasarannya, isi pengajarannya dan sarana-sarana
penyampaiannya secara efektif.

Dalam kurikulum, identitas kultural dan pedagogis sekolah


ditunjukkan.
Mengembangkan (bahkan mendesain.red) kurikulum merupakan salah satu

tugas sekolah yang paling mendesak karena di sinilah dijelaskan nilai-

nilai acuan, prioritas-prioritas mata pelajaran


dan pilihan praktis sekolah.
Uu 20, 2003, Sisdiknas, BAB 1, Pasal 1
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Art.65
Bagi sekolah Katolik, menguji kurikulumnya berarti memperkuat apa
yang khas menurut sifatnya.
Ini berarti memperkuat cara khususnya dalam melayani individu-individu,
dengan menggunakan alat-alat yang ditawarkan oleh budaya.
Maka, program sekolah dapat diselaraskan secara efektif dengan misi
awal sekolah.
Orang tidak boleh puas hanya dengan tawaran pendidikan yang selalu baru yang semata-mata
menanggapi tuntutan-tuntutan yang datang dari situasi ekonomi yang selalu berubah.
Sekolah-sekolah Katolik memikirkan kurikulum-kurikulum mereka untuk
berpusat pada individu-individu dan pencarian mereka akan makna.
Ini adalah nilai acuan, mengingat bahwa berbagai disiplin
akademis adalah sumber daya penting dan menerima nilai yang
BSKAP, KEPMENDIKBUDRISTEK,
Panduan Pengembangan Kurikulum
Operasional di Satuan Pendidikan,
2022, 6.
KeKHASan
SEKOLAH BRUDER GURU
DOKUMEN REGULA-
KONSTITUSI
1. Pendidikan sebagai wujud karya belas kasih demi keselamatan jiwa-
jiwa (Regula 1846, art 9; Konstiusi 1936 Art 139, 140, Konstitusi
1992 art 7,8; Konstitusi 1992 Art. 16)

2. Membimbing kaum muda dalam hukum dan ajaran Katolik serta


mengajarkan moral Kristiani dan pengetahuan Umum (Konstitusi
1936 art 1, 143, 144; Konstitusi 1976 “Penentuan Tujuan
Kongregasi”, Konstitusi 1992 Refleksi Dasar, art 9, 10)
3. Lebih memperhatikan anak-anak miskin dan berkekurangan (Konstitusi
1936, art 1; Konstitusi 1992 art.9)
4. Kewajiban menjadi pendidik sebagai teladan bertingkah laku bagi para
murid (Konstitutusi 1936, art 141; Konstitusi 1992 art 57)
5. Menanamkan budaya baca (Konstitusi 1936 art 148, 149; Konstitusi 1992
art. 21)
6. Menghindari kekerasan baik fisik maupun verbal (Konstitusi 1936 art 150,
151)
7. Menyelami dan menumbuhkembangkan kearifan budaya lokal (Konstitusi
1976 “Seusai dengan Semangat Pendiri,” “Usaha untuk Membentuk dan
Mengembangkan Pribadi Kita, Konstitusi 1992 art 10, 53)
8. Sambung dengan realitas lokal dan zaman (Konstitusi 1992, Reflesi Dasar
Konstitusi 1992, art. 10, 18, 21)
PENDALAMAN KARAKTER
KEUTAMAAN
01 NILAI-NILAI INTI
BRUDER FIC PROVINSI
INDONESIA
02 BRUDER BERNARDUS,
MGR. RUTTEN, WARISAN
AGUNG KONGREGASI FIC,
PELINDUNG SEKOLAH

03 KEARIFAN LOKAL
BUDAYA SETEMPAT 04 PROFIL PELAJAR
PANCASILA
PENDIDIKAN KARAKTER

KISAH PAK AKA…


• “Karakter” berasal dari karasso (Yunani) yang artinya cetak biru, format,
dasar, dan sidik jari. Karakter bisa terjadi sebagai anugerah/pemberiaan
maupun dikehendaki. Karakter memuat penghayatan pelbagai macam
niai-nilai kebajikan yang mendorong orang berbuat seperti norma yang
berlaku demi kebaikan dan kehidupan bersama (Dony Koesoema,
2007).

• Thomas Lickona (2007) menandaskan bahwa sekolah merupakan


rumah pembinaan yang menyemaikan kebaikan moral agar setiap
pribadi pemelajar mengetahui, mencintai, dan melakukan kebaikan
(knowing, desiring, dan doing).
• Misi hadirnya Bruder FIC: Menyelamatkan jiwa-jiwa melalui
pengajaran iman dan pendidikan formal untuk anak, remaja dan
kaum muda (Kees Kappe, 1990).
• Cikal bakalnya ialah pengajaran katekismus oleh Pastor Rutten
di Serambi Gereja St. Servatius Maastricht agar anak dan remaja
makin peduli dengan kehidupan beragama.
• Kekhasan pendidikan yang ingin dikedepankan ialah
kedisiplinan dan kasih.
• Anak-anak miskin dibantu dan diberdayakan agar mereka
cakap, terampil serta berbudi baik. Mereka pun diharapkan agar
menjadi pribadi beriman mendalam dan teguh hati (Antherus,
2004)
1. Nilai-nilai Inti
• Sifat-sifat mendasar yang penting atau berguna bagi kemanusiaan; sesuatu yang menyempurnakan
manusia sesuai pada hakikatnya (KBBI)
• Menunjukkan alasan dasar “cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu” yang dipilih. Nilai memuat
elemen pertimbangan yang membawa ide-ide individu mengenai hal-hal benar, baik ataupun yang
diinginkan (Robbins dan Stephen, 2007).
• Suatu Komponen yang paling mendasar dari budaya kelompok dan mengidentifikasikan nilai-nilai
merupakan simbol dari kelompok dan keanggotaannya (Smolicz, 1981).
• Prinsip dari Perusahaan, Komunitas, atau Keluarga. Menjadi fokus dalam menjaga kualitas serta
mengantar masing-masing pribadi melalukan hal yang benar (Rick Tocquiny, 2012)
• Nilai tidak dapat diamati secara langsung tapi diketahui karena merupakan manifestasi dari perilaku
seseorang (Hofstede, 1985).
• Nilai mengandung tujuan lintas situasi yang diinginkan dan menjadi panduan dalam hidup seseorang
atau kelompok sosial (Schwartz, 1994).
1. Enam Nilai Inti Bruder FIC Provinsi Indonesia yakni 1)
Allah adalah Kasih, 2) Devosi Kuat pada Bunda Maria,
3) Persaudaraan sebagai Ratu Kongregasi, 4) Berpihak
pada yang Miskin, 5) Kepemimpinan yang melayani, 6)
Totalitas dan Profesionalitas Karya.
2. Kompetensi dasar untuk meraih nilai tersebut ialah
10 Keutaaan Bruder Bernardus, Keutamaan Mgr.
Rutten, Warisan Kongregasi, Dokumen-dokumen
Kogregasi dan Gereja.
2. Santo-santa Pelindung
1. Sekolah menampakkan dimensi keselamatan jiwa-jiwa untuk menggapai kekudusan
dengan menghidupi nilai-nilai Kristiani. Kekudusan merupakan panggilan dan di dalamnya
terdapat Perawan Maria serta santo-santa yang menjadi model dan perantara (Dokumen
Sekolah Katolik Art.56 j.o. Kompendium KGK art 165)

2. Santo-santa Pelindung ialah mereka yang berkat rahmat Allah dipersatukan dengan Kristus
yang mati dan Bangkit (Kompendium KGK art 195).

3. Mereka yang telah “tidur dalam damai Kristus” karena memperjuangkan iman dalam Gereja
(KGK 955).

4. Doa-doa mereka dibutuhkan bagi kita yang berziarah sebab mereka bersatu dengan
Kristus. Terus-menerus menjadi perantara doa (KGK 956)

5. Kita meneladani keutamaan mereka supaya makin bersatu dengan Kristus (KGK 957).
3. KEARIFAN BUDAYA LOKAL
Kita akan menggali pendidikan berbasis masyarakat. Artinya,
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial
budaya, aspirasi dan potensi masyarakat sebagai perwujudan
pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat
(UU RI, NO 20 TAHUN 2003, TENTANG SISDIKNAS)

Dasar Pendidikan Nasional Indonesia adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman (UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1.1)

Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan
yang berbasis keunggulan lokal.
(UU NO 20, 2003, SISDIKNAS, PASAL 50.5)
Budaya
• Budaya merupakan hasil pikiran dan akal budi. Akarnya berasal dari
bahasa Sansekerta Buddhayah. Kata ini merujuk pada bentuk jamak
dari buddhi.
• Orang Inggris menyebut sebagai Culture atau Cultuur dalam bahasa
Belanda. Kata ini diambil dari bahasa Latin Colere yang artinya
mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan tanah
untuk lahan pertanian.
• Jika kita merefleksikan budaya dalam cara pandang yang lebih luas,
kata budaya sebenarnya mejuruk pada upaya manusia untuk bertahan
hidup di tanah mereka.
• Sekolah-sekolah Katolik mengemban misi melakukan penerusan pesan (transmisi) budaya
yang kritis dan sistematis dalam terang iman. Harapannya terjalin integrasi budaya dengan
iman yang hidup dalam masyakat sehingga melahirkan kekuatan kebijaksanaan kristiani.
Cara pandang ini mesti disadari bahwa tidak hanya berasal dari kelas-kelas agama semata
melainkan seluruh peluang pendidikan
• (Sekolah Katolik, Art. 49, 50).
• Sekolah-sekolah Katolik hadir dalam semangat keterbukaan. Kita ialah para pewarta Kabar
Gembira dengan “mempribumikan” iman, mengajarkan toleransi serta sikap menghargai,
serta memupuk pengertian antarumat beragama. Sekolah Katolik merambah kesetaraan
gender, merengkuh para minoritas, rakyat miskin dan terbelakang. Pendidikan Katolik
harus diperjelas lagi bahwa kehadirannya diarahkan bagi kemajuan manusiawi dengan
menyediakan unsur-unsur formal pendidikan bagi pembinaan manusiawi yang didasarkan
oleh nilai-nilai Kristiani.
• (Yohanes Paulus II, Gereja di Asia, Dokpen KWI, Jakarta 1999, Art 37)
SD PL Timotius Surakarta, membuat film
pendek berdurasi kurang lebih 12 menit.
Menggambarkan nilai gotong royong untuk
memberantas virus Corona yang dihadirkan
melalui tokoh-tokoh Anime dan pewayangan
yang diwakili oleh Gatot Kaca. Pembelajaran
masuk dalam dimensi antropologi kontekstual
dan kekinian para peserta didik. Melihat media
pembelajaran demikian, para siswa akan
senang terlebih dahulu sebab tersentuh dimensi
afeksi mereka.
SMP PL Tanjung. Sekolah membuka posko
Layanan Konsultasi Pembelajaran di setiap dusun.
Guru-guru mesti turne berjalan puluhan kilometer
untuk menjumpai para siswa sebab di sana tidak
ada sinyal internet. Ada 13 stasi/posko yang dilawati
para guru seminggu sekali dengan metode “belajar
kelompok”. Ketika kecamatan Jelai Hulu terterjang
banjir, guru-guru rela berenang bersama bahan
ajarnya yang coba mereka selamatkan dengan
plastik kresek. Sudah dalam perjuangan titik nadir
demikian, sampai di tempat anak-anak mereka
“hilang” lantaran bekerja di ladang bersama orang
tua. Para guru pun harus mencari dan
menyelamatkan pendidikan mereka.
REFLEKSI
1. KISAHKANLAH PENGALAMAAN BRUDER, BAPAK-IBU
DALAM MENDIDIK ANAK-ANAK SESUAI DENGAN SITUASI
DAN KONDISI UNIT SEKOLAH?
2. BAGAIMANA ANDA MENGUPAYAKAN PENDIDIKAN
SECARA KONTEKSTUAL DAN PERSONAL SESUAI DENGAN
KEGELISAHAN PENDIDIKAN DI UNIT SEKOLAH DENGAN
BERBAGAI MACAM LATAR BELAKANG?
3. BUAH-BUAH ROH APA SAJA YANG BISA ANDA SYUKURI
DARI PENGALAMAN MENDIDIK DAN MEMBINA ANAK-
ANAK TERMASUK JUGA RELASI DENGAN PARA
GURU/KASEK
Rancang Bangun Budaya Sekolah
• Gereja mendorong iklim belajar mengajar yang dibentuk oleh para siswa dan guru.
• Iklim ini tidak hanya diungkapkan melalui nilai-nilai. Lebih dari itu, soal penghayatan nilai
yang membentuk kualitas pendidikan melalui hubungan antarpribadi dalam masyarakat
sekolah termasuk melayani kebutuhan masyarakat setempat.
• Kesaksian hidup nyata merupakan pondasinya.
(Kongregasi untuk Pendidikan Katolik, Instrumentum Laboris, 14-15)

• Sekolah-sekolah Katolik merupakan lingkungan yang hidup.


• Kita diharapkan mampu menyediakan pendampingan integral agar terjadi kesinambungan
antara iman, profesionalisme, ilmu pengetahuan, kepekaan menanggapi tanda-tanda
zaman dan menjunjung tinggi martabat manusia
(Instrumentum Laboris, 21)
• Menitik beratkan pada budaya keunggulan (culture orf excellence),
menekankan perubahan pada pikiran, kata-kata, sikap dan tindakan,
sikap dan perubahan dari hati setiap warga sekolah.
• Inti pemikiran budaya sekolah: BAGAIMANA MELIHAT “SESUATU”
YANG DIMILIKI OLEH ORGANISASI SEBAGAI DAYA DORONG.
• Bentuknya: semacam SOFTWARE OF THE MIND yang membedakan
diri, kelompok, dengan yang lain.
• Sekali lagi ditandaskan bahwa kebudayaan itu ibarat software. Ia dapat
dimengerti sebagai sistem untuk menciptakan, mengirim, menyimpan
dan memproses informasi.
• Budaya merupakan hasil cipta komunikasi. Budaya muncul dan
dipertahankan oleh tindakan-tindakan komunikasi dari semua anggota
dan bukan hanya strategi dorongan dari para manajer atasan.
• Budaya terdiri dari asumsi-asumsi yang diandaikan, makna yang
dihayati bersama dan nilai-nilainya. Budaya mendasari pemecahan
masalah-masalah kritis, pengambilan keputusan, pengendalian,
komunikasi antarwarga, komitmen, persepsi, dan pembenaran
tindakan.
• Budaya menggejala dalam rutinitas sehari hari dalam pembentukan
identitas organisasi sebagai kumpulan organismeEKOSISTEM
SEKOLAH.
• Keterlibatan stakeholder: Yayasan, orang tua, masyakarat, pemerintah.
TEKNIS
PENUGASAN
1. MEMBUAT KAJIAN AKADEMIS
LANGKAH AWAL MENDESAIN KURIKULUM.

Sekolah-sekolah dapat menggali secara detail kekayaan sekolah dengan


mempertimbangkan:

1. Kehidupan nyata sekolah: sadar akan tempat di mana sekolah berada, letak
geografis, penentuan input siswa, dinamika orang tua siswa, harapan-harapan
masyarakat. Apa masalah aktual dan kontekstual yang dihadapi?
2. Nilai-nilai inti dan keutamaan-keutamaan Santo Santa Pelindung dan Pendiri
Kongregasi.
3. Dasar-dasar yuridis dan Profil Pelajar Pancasila
4. Dinamika masyakarat: kajian antropologis, sosiologis, etnografi dan pemetaan
sistem budaya dominan dalam masyarakat (bisa menggunakan teori 7 unsur
kebudayaan Koentjaraningrat), kearifan-kearifan lokal.
5. Bersumber pada kebutuhan kontekstual dan personal peserta didik: Pembelajaran
Abad 21 (Communication, Collaboration, Critical Thinking dan Creativity).
6. Refleksi dan evaluasi dari Kurikulum sebelumnya, Sekolah hendak
mengembangkan atau mendesain kurikulumnya masing-masing.
2. Buku Santo-santa Pelindung
Narasikanlah:
1. Sejarah Santo/Santa
2. Pokok pemikiran/gagasan dan motto
hidup/panggilan (KOGNITIF)
3. Pengolahan batin, rasa perasaan
memecahkan persoalan hidupnya,
masyarakat, dan Gereja (AFEKTIF).
4. Tindakan konkrit yang bisa diteladani
(PSIKOMOTORIK)
3. Buku Budaya
MENARASIKAN, MENDESKRIPSIKAN,
MEREKLEKSIKAN kearifan budaya
dan/atau keberagaman budaya yang ada
dalam masyarakat di sekitar sekolah.
a. Sistem Religi
1. Getaran jiwa masyarakat setempat menyikapi fenomena alam
semesta.
2. Sistem keyakinan adat setempat dalam upacara kelahiran,
inisiasi kelompok, panen, pernikahan, perkabungan, dan lain-
lain.
3. Cerita, dongeng, mitologi yang berkembang.
4. Tempat dan benda-benda yang dikeramatkan.
5. Praktik kegamaan masyarakat tertentu.
6. Upacara makan bersama yang didahului oleh doa-doa, misalnya
kenduri.
b. Organisasi Sosial
1. Aturan-aturan adat istiadat setempat.
2. Sistem kekerabatan mulai dari keluarga, marga, dan
kampung.
3. Aktivitas kerja bersama (gotong royong)
4. Strata kepemimpinan adat.
5. Lapisan-lapisan masyarakat yang berpengaruh dalam
mengambil keputusan secara adat.
c. Sistem Pengetahuan
1. Kedekatan dengan semesta dan mampu merefleksikan pengalaman
dengan alam semesta.
2. Memahami tata musim dan memanfaatkannya bagi kehidupan sehari-
hari.
3. Pembuatan alat-alat untuk memperlancar kehidupan.
4. Peracikan obat-obatan dan ilmu menyembuhkan.
5. Memproduksi sesuatu dari alam semesta, misalnya semen, rumah,
jamu, racun, tembikar, tas, perhiasan, dan lain sebagainya.
6. Ilmu tentang aksara, hitung dan waktu.
7. Mengekspresikan dalam bentuk tulisan dan suara.
d. Bahasa
1. Sistem komunikasi lisan dan tulisan menggunakan
bahasa daerah.
2. Mampu menerapkan variasi bahasa dengan lincah.
3. Mempunyai budaya literasi dan sastra daerah.
4. Mampu berdialog dan menjadi relasi dengan pribadi
dengan luar daerah.
5. Mempunyai potensi untuk menerapkan bahasa asing
secara kontiny dan berkelanjutan.
e. Kesenian
1. Ekspresi yang mengungkapkan keindahan dan
kebaikan.
2. Berupa tari, lagu daerah, ukir, hiasan, ornamen,
kesusastraan, pantun, puisi, dan lain-lain.
3. Mempunyai kepekaan ruang untuk arsitektur rumah
dan kampung.
4. Terdapat acara-acara adat untuk secara khusus
mengekspresikan kesenian.
f. Mata Pencaharian
1. Mempunyai sistem produksi, distribusi, dan konsumsi.
2. Mempunyai budaya menabung baik uang maupun dalam lumbung.
3. Memanfaatkan Sumber Daya Alam untuk bertani, berternak,
menangkap ikan, dan berladang.
4. Mempunyai teknologi pengolahan setelah panen.
5. Mampu mengatasi masalah teknologi sederhana misanya pengairan,
pembagian petak, pemilihan bibit unggul, cara menanam dan lain
sebagainya.
6. Mempunyai sistem pengolahan barang mentah menjadi bahan jadi.
g. Sistem Teknologi
1. Mampu menciptakan sarana-prasarana untuk
mendukung kehidupan.
2. Pempunyai cara pembuatan rumah, pakaian,
makanan senjata tradisional, dan sarana transportasi,
dan lain-lain.
3. Kepiawaian menggunakan alat-alat tradisional
menunjang kehiduapn.
4. Keterbukaan dan mampu beradaptasi menggunakan
tawaran teknologi baru.
1. Deskripsikanlah kehidupan sosial di masyarakat sekitar sekolah dengan memilih
beberapa unsur masyarakat yang dominan misalnya kesenian (tari, musik, lagu,
sastra, rajah, arsitektur), tata masyarakat misal upacara adat buah galau, dan
lain-lain.
2. Jika di unit sekolah berada dalam masyarakat heterogen dengan berbagai suku
bangsa dan adat istiadat dapat mendekripsikan beberapa unsur budaya dari
ragam etnis atau menggunakan pendekatan silang budaya misalnya SMP PL
Albertus yang juga meniliti tentang Imlek dan Ceng Beng atau SMP PL Bintang
Laut yang merumuskan Grebeg Sudiro sebagai persilangan Jawa-Tionghoa yang
ada di Solo.
3. Refleksikanlah makna terdalam di balik upacara, kesenian, tradisional, masakan,
dan lain sebagainya yang telah dipilih. Kearifan/kebijaksanaan apa yang muncul
serta dapat digunakan untuk pembelajaran baik proyek maupun karakter.

Link:
Membangun Sinergi
KEUTAMAAN
PRAKSIS
NILAI-NILAI INTI PROFIL PELAJAR MORAL/INDIKATOR
SPIRITUALITAS KEARIFAN LOKAL PANCASILA
Allah adalah Kasih 10 Keutamaan Bruder Pemetaan kebijaksanaan- Berkebinekaan Global Dapat diisi menggunakan kata
Bernardus kebijaksanaan kerja operasional dengan
Devosi Kuat Pada Kharisma dan Hidup Mgr. masyarakat setempat di Gotong Royong taksonomi Bloom, Anderson,
Bunda Maria Rutten tiap unit dan Krathwohl

Persaudaraan Ratu Warisan-warisan Makna terdalam dari seni Kreatif


Kongregasi Kongregasi dan budaya yang
Berpihak pada Yang Nama Santo dan Santa mengatur perilaku Bernalar Kritis  
Miskin Pelindung Sekolah masyarakat.

Kepemimpinan sebagai   Adat-Istiadat Mandiri  


Pelayan
Totalitas dan     Beriman, bertakwa  
Profesionalitas Karya kepada Tuhan YME dan
berakhlak mulia
Satuan pendidikan menambahkan muatan lokal yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan
karakteristik daerah. Satuan pendidikan dapat
menambahkan muatan tambahan sesuai karakteristik
satuan pendidikan secara fleksibel, melalui 3 (tiga)
pilihan sebagai berikut:
1. mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain;
2. mengintegrasikan ke dalam tema projek penguatan
profil pelajar Pancasila; dan/atau
3. mengembangkan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
SALINAN LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
NOMOR 262/M/2022 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN,
KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI NOMOR 56/M/2022 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN
KURIKULUM DALAM RANGKA PEMULIHAN PEMBELAJARAN, 2-3.
IMPLIKASI
Berguru pada nasihat orang yang
Bertindak secara tepat lebih tua
INDIKATOR Ketepatan berpikir dan bicara
CAPAIAN-CAPAIAN RASIONAL
Mengolah informasi untuk
(PRAKSIS MORAL)
mencari solusi
RASIONAL/
HABONARON DO
BONA Menyimpan perkara dalam hati
merefleksikan
pengalaman belajar
Sopan-santun
…… ADAPTIF
PANTUN
…………
HANGOLUAN, TOIS
INDIKATOR

NALAR
HAMAGOAN
CAPAIAN-CAPAIAN
ADAPTIF (PRAKSIS
MORAL)

Satu bulan sekali pemelajar membuat tulisan Tiap proyek terdiri dari 8
KERJA SAMA/
baik fiksi maupun ilmiah GOTONG ROYONG/
MARSIADAPARI/
pemelajar/ 8 kelompok
KREATIF MANGARUMPA
…… SIWALUH JABU
Menerapkan horja bius
(KARO) (musyawarah untuk mufakat)

INDIKATOR
…… CAPAIAN-CAPAIAN
GOTONG ROYONG (PRAKSIS MORAL))
Dalam semangat doa harian, memohon rahmat untuk …….
peduli dan melayani sesama.
Memilih dan mengilhami ‘ayat emas’ dalam Menghayati pluralisme cinta kasih dengan …, …, …
…….
Kitab Suci dan dipraktikkan selama satu
minggu.
SITOU Menciptakan proyek kepedulian terhadap sesama
TIMOU yang sakit dan berkabung.
Mempraktikkan misi bulanan untuk
TUMOU
memperhatikan sesama teman, guru, dan TOU
lingkungan Memutuskan memberi perhatian kepada masyarakat sekitar
sekolah dengan …., ....
BAKU
Menganalisis masalah sosial PEMBAWA SAYANG
terkait radikalisme dan terorisme. DAMAI
Mendonasikan uang jajan dengan kolekte harian
Mengidentifikasi diri sebagai
tentara cinta. …….
NILAI INTI untuk menolong teman yang tidak mampu
membayar SPP

……
Menunjukkan “melucu”/berselera
KARITAS Menciptakan proyek untuk membantu orang tua

humor
Berani menjadi pengajar bagi sesama.
BAKU
KREATIF BANTU

Menciptakan naskah dan mementaskan


teater bertajuk cinta kasih
…….. ……

…….
Memiliki kesatuan pikiran, hati, dan perbuatan (Galatia 2: 11) Mempraktikkan semangat pertobatan, meminta
……. maaf dan menyelesaikan konflik.
Menciptakan roh “kemuridan”/kedisiplinan
dalam kehidupan

INTEGRITAS
Menunjukkan semangat berterima kasih dan
mensyukuri anugerah pengalamaan hidup
dengan refleksi harian/buku diary.
Membudayakan 5 S
…………
APRESIATIF
Mempraktikkan memuji prestasi dan
…… keunggulan sesama.

MISIONER …….

Melibatkan diri dalam Rambu Solo,


Melayani sesama, hewan, dan alam semesta GOTONG Rambu Tuka, dll
(filosofi rumah Tongkonan). BERWAWASAN ROYONG
LINGKUNGAN
BELA Memahami dan mempraktikkan keteladanan
RASA tari Pa’ Gellu’
Membudidayakan tanaman obat di halaman Melibatkan
sekolah dengan rekayasa genetika.
BERKEBI- ……. kegiatan adat masyarakat dan
NEKAAN merefleksikan perjumpaan dengan kearifan budaya
GLOBAL setempat.

Melakukan Londe (berbalas pantun dengan Mengusung semangat toleransi melalui kegiatan
Bahasa Inggris, Toraja, Flores, Manado, dll) gelar budaya Nusantara.
Melibatkan diri dalam kegiatan masyarakat (desa/karmpung)
Sebagai sekolah terbuka, menciptakan proyek cinta
lingkungan. Menciptakan ruang-waktu untuk kerja
bakti di sekolah
Menciptakan pagelaran ketoprak dan tampil saat
Menciptakan ruang hijau di depan kelas.
kegiatan desa sampai kabupaten.
MERTI KALI
BERWAWASAN
Menyaring perkataan sebelum diucapkan
LINGKUNGAN

Menunjukkan kemampuan menjadi


MENCINTAI Angelus (mentor) dalam setiap proyek
…………
SESAMA sekolah.
…… Mempraktikkan bersopan santun dan
menerapkan unggah-ungguh.
PERSAUDARAAN Pemelajar mempunyai semangat
RATU KONGREGASI handarbeni dengan…….

Melibatkan diri dalam kegiatan


GOTONG ruwah rasul dan sadranan di tiap-
ROYONG tiap desa.
Pemelajar tulus di setiap proyek pembelajaran
Mengusung semangat toleransi dengan dalam
KESATRIA
Praktik Kerja Lapangan……...

Ing ngarsa sung Menciptakan suasana damai dengan berterima


tuladha kasih dan meminta maaf.
INDIKATOR Menyaring informasi dan mempraktikkan pengalaman belajar dalam
hidup
CAPAIAN-CAPAIAN BERNALAR
KRITIS Memilih dan menata pemelajaran
(PRAKSIS MORAL) INDIKATOR
CAPAIAN-CAPAIAN
BERNALAR
KRITIS/ TELADAN BAIK
KNOWLEDGE/
Mengolah masalah sosial untuk mencari
SUMBUT-
SEMBADA solusi (MENYIMPAN PERKARA DALAM
HATI)
………… TELADAN Merefleksikan pengalaman belajar
BAIK
……
TOTALITAS Mempraktikkan semangat
tangguh dalam menghadapi
PROFESIONALITAS KARYA banyaknya tugas dan kegiatan
Membuat genting, tembikar dan sekolah
kerajinan tanah liat lainnya SKILL MANDIRI INDIKATOR
“AD MAIORA
NATUS SUM”
BATIK
KAWUNG CAPAIAN-CAPAIAN
MANDIRI (PRAKSIS
Menunjukkan
kemampuan
MORAL)
KREATIF Menentukan kebutuhan
berbisnis tekstil
pembelajaran,
Membuat tulisan baik fiksi maupun ilmiah mengupayakan pembelajaran
Menciptakan pola batik sesuai imajinasi terbuka dan bertanggung
mandiri jawab
Menciptakan robot
Konkretisasi
Buat Tujuan Afektif
PONDASI PEMBELAJARAN REFLEKTIF
K- KOMPETENSI
AFEKTIF

P- PERKEMBANGAN
SIKAP
KUDA-KUDA

CAPAIAN
LIHAT CERMATI
CAPAIAN NILAI SINERGIKAN
PEMBELAJARAN SEKOLAH CP DENGAN CN
(CP)
LIHAT(CN)
CPTENTUKAN
STRUKTUR Praktikkan rumus KPR
MATERI
TELADAN (Sinergi 4 untuk TUJUAN
ESENSIALTUJUAN
Pilar Pendidikan AFEKTIF
PEMBELAJARAN
Sekolah Katolik)
(KKV)ATP
CP
●Pada akhir fase D: peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam
mempraktikkan hasil analisis keterampilan gerak spesifik berupa permainan dan
olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan
olahraga air (kondisional). ”

MATERI ESENSIAL
PERMAINAN BOLA BESAR SEDERHANA
(FUTSAL, VOLI, BASKET)

TUJUAN PEMBELAJARAN
MEMAHAMI DAN MEMPRAKTIKKAN GERAK TANGAN,
KAKI, DAN ANGGOTA TUBUH LAIN DALAM
PERMAINAN FUTSAL, VOLI, DAN BASKET DENGAN
MEMBANDINGKAN TUTORIAL DI YOUTUBE,
INSTRUKSI GURU DAN PRAKTIK LAPANGAN DISERTAI
PROSEDUR ATURAN OLAH RAGA TERKAIT.
STRUKTUR TELADAN DALAM
RACIKAN TUJUAN AFEKTIF
CORE KEARIFAN
VALUE LOKAL
PERSAUDARAAN Tari SADA-SABAI:
(Ratu Kongregasi) KEKELUARGAAN.

Profil Pelajar
KEUTAMAAN Pancasila
Bruder Bernardus Hoecken Gotong-Royong
(Ko-Pendiri FIC): Elemen
Semangat dan Keteguhan KOLABORASI,
Hati subelemen KERJA
SAMA
melalui PERMAINAN BOLA BESAR (MATERI
AJAR) untuk merenungkan KEKELUARGAAN
(KEARIFAN LOKAL), SEMANGAT DAN
KETEGUHAN HATI (KEUTAMAAN BR.
BERNARDUS) yang ditampakkan dengan
MENYELARASKAN TINDAKAN SENDIRI DENGAN
TINDAKAN ORANG LAIN UNTUK
MELAKSANAKAN KEGIATAN DAN MENCAPAI
TUJUAN KELOMPOK DI LINGKUNGAN SEKITAR,
SERTA MEMBERI SEMANGAT KEPADA ORANG
LAIN UNTUK BEKERJA EFEKTIF DAN MENCAPAI
TUJUAN BERSAMA (P3; Gotong royong;
TUJUAN AFEKTIF
PERTANYAAN REFLEKTIF
1. Mengapa permainan bola-bola besar dimainkan dalam
TIM?
2. Tanda-tanda apa yang Anda temukan dan lakukan untuk
menunjukkan KEKELUARGAAN dalam TIM maupun
Lawan TIM?
3. Apa yang Anda lakukan untuk memberi SEMANGAT DAN
KETEGUHAN HATI kepada rekan satu TIM untuk menuju
kemenangan?
4. Bayangkanlah, apa yang terjadi pada TIM Anda bila ada
anggota yang bertindak tidak SELARAS dengan aturan
maupun kesepakatan dalam TIM?
6. Dari permainan ini, menurut Anda, Apakah yang dimaksud
dengan PERSAUDARAAN?
Tugas Latihan:
● BUATLAH TUJUAN AFEKTIF DARI SALAH
SATU MATERI PEMBELAJARAN ANDA!
● BUATLAH PERTANYAAN REFLEKSI UNTUK
MENEGASKAN PEMAHAMAN BERMAKNA
YANG MENGACU PADA TUJUAN
PEMBELAJARAN UNTUK MENDIDIK
KARAKTER ANAK-ANAK DIDIK!
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai