Anda di halaman 1dari 30

TBM 3 : Obat dengan Berbagai Bentuk Sediaan dan

Dosis, Kadar, dan Konsentrasi Obat dari 1 Jenis Zat


Berkhasiat / Zat Aktif Obat

Oleh:
Joao C.H.A Barreto
(2265050092)

Kepaniteraan Ilmu Farmakologi dan Terapi


Periode 3 Juli – 5 Agustus 2023
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Jakarta
2023
DOSIS AWAL :
Dosis Awal yang dibutuhkan guna tercapainya
konsentrasi obat yang diinginkan di dalam
darah
LOADING DOSIS : dosis yang lebih
besar dari dosis awal guna memastikan DOSIS MINIMAL :
respon terapeutik yang cepat. Biasanya Dosis terkecil yang sudah dapat memberikan
diberikan sebelum dilanjutkan dengan efek terapi
dosis pemeliharaan yang lebih rendah

DOSIS TERAPI : Sejumlah dosis yang


digunakan untuk terapi karena memberikan
DOSIS MAKSIMAL :
Jumlah terbesar dari obat yang dapat
DOSIS efek terapetik dalam keadaan biasa pada
pasien yang sakit.
diberikan 1 Kali dan 1 hari atau dalam waktu
24 jam tanpa menimbulkan gejala keracunan

DOSIS TOKSIK : Takaran dosis yang apabila


diberikan dalam keadaan biasa dapat
DOSIS PENCEGAHAN : Takaran dosis menimbulkan keracunan pada pasien.
yang dibutuhkan untuk melindungi agar
pasien tidak terkena penyakit DOSIS PEMELIHARAAN :
sejumlah obat yang diperlukan untuk DOSIS LETALIS :
memelihara kadar obat dalam darah Takaran dosis yang melebihi dosis toksik
sesuai yang diperlukan dan dapat mematikan bila dikonsumsi.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Bahan Ajar Rekam Medis dan


Informasi Kesehatan (RMIK) Farmakologi. 2017. Jakarta: KEMENKES RI
DOSIS
Dokter dapat menulis dosis diatas dosis
maksimal pada pasien yang berulang
yang telah mencapai toleransi diatas
maksimal

Pada resep di bagian dosis Artinya : dengan sadar memberikan dosis


diberikan tanda ”!” diatas maksimal karena kondisi tertentu
pasien dan pasien berada dalam pengawasan
dokter

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK) Farmakologi. 2017. Jakarta: KEMENKES RI
DOSIS OBAT

● Dosis obat harus tepat sesuai dengan tingkat keparahan dan kondisi pasien, jika dosis berlebihan efek yang
ditimbulkan obat akan berubah menjadi efek toksik, sedangkan jika dosis terlalu kecil, obat tidak akan efektif
● Dokter bisa menulis dosis maksimal pada pasien yang berulang yang telah mencapai toleransi diatas maksimal
● Pada penulisan resep, di bagian belakang dosis diberikan tanda “!” yang artinya dengan sadar mau memberikan
dosis diatas maksimal, benar-benar dibawah pantauan dokter

Kementerian Kesehatan RI. Bahan Ajar Rekam Medis dan Ilmu Kesehatan: Farmakologi. 2017
PENGHITUNGAN DOSIS OBAT

PENGHITUNGAN DOSIS OBAT

Dosis Berdasarkan Luas Permukaan


Dosis Berdasarkan Usia Dosis Berdasarkan Berat Badan
Tubuh

Kementerian Kesehatan RI. Bahan Ajar Rekam Medis dan Ilmu Kesehatan: Farmakologi. 2017
DOSIS BERDASARKAN
USIA
PENGHITUNGAN DOSIS ANAK

RUMUS FRIED RUMUS CLARK

Anak usia <2 tahun Anak usia >2 tahun


Dosis Anak (DA) = Dosis Anak (DA) =

Kementerian Kesehatan RI. Bahan Ajar Rekam Medis dan Ilmu Kesehatan: Farmakologi. 2017
PENGHITUNGAN DOSIS ANAK

RUMUS YOUNG RUMUS DILLING

Anak usia <8 tahun Anak usia ≥8 tahun


Dosis Anak (DA) = Dosis Anak (DA) =

Kementerian Kesehatan RI. Bahan Ajar Rekam Medis dan Ilmu Kesehatan: Farmakologi. 2017
PERHITUNGAN DOSIS BERDASARKAN USIA

DOSIS DEWASA
• Dosis dewasa mulai digunakan dari usia 20 tahun

DOSIS LANSIA
• Pasien lansia adalah pasien dengan usia >65 tahun
• Usia 65-74 tahun  90% dosis biasa
• Usia 75-84 tahun  80% dosis biasa
• Usia 85 tahun keatas  70% dari dosis biasa
• Selain penurunan dosis, pemberian obat pada lansia juga dapat dibatasi dengan
hanya memberikan bila benar-benar perlu

Kementerian Kesehatan RI. Bahan Ajar Rekam Medis dan Ilmu Kesehatan: Farmakologi. 2017
HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN SAAT HITUNG DOSIS LANSIA

● Tingkat sensitivitas tubuh dan organ pada lansia lebih meningkat dibanding pasien usia dewasa, dikarenakan
menurunnya kualitas dan fungsi sirkulasi darah pasien lansia
● Menunurunnya jumlah albumin dalam darah
● Menurunnya fungsi hati dan ginjal sehingga sisa obat yang bersifat toksik tidak bisa tersaring dengan baik di hati
● Kecepatan eliminasi obat menurun  memungkinkan residu obat terendap di tubuh
● Penggunaan banyak obat dapat menyebabkan interaksi obat
● Umumnya lansia memiliki berbagai penyakit

Kementerian Kesehatan RI. Bahan Ajar Rekam Medis dan Ilmu Kesehatan: Farmakologi. 2017
DOSIS BERDASARKAN LUAS
PERMUKAAN TUBUH/BODY
SURFACE AREA (BSA)
PERHITUNGAN DOSIS BERDASARKAN BODY SURFACE AREA

BSA =
● Dianggap sebagai yang paling tepat dalam menghitung dosis untuk bayi, anak-anak, orang lanjut usia,
dan berat badan rendah
● Bila luas permukaan tubuh pasien tidak diketahui, tetapi TB dan BB diketahui, selain dengan rumus
diatas, luas permukaan tubuh juga dapat ditentukan dengan bantuan nomogram

Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI


NOMOGRAM DEWASA
BSA orang dewasa (Tn. D)
(BB: 75kg, TB: 175cm)
1. Tarik garis lurus pada jalur BB = 75kg
2. Hubungkan pada titik 175cm pada jalur TB
Maka dapat ditentukan BSA pasien yang dapat dilihat pada jalur
surface area pada gambar, yaitu titik 1,90
Jadi BSA Tn. H = 1,90m2
BSA = = = 1,90m2

Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI


NOMOGRAM ANAK

BSA anak (An. x)


(BB: 6kg, TB: 80cm)
1. Tarik garis lurus pada jalur BB = 6kg
2. Hubungkan pada titik 80cm pada jalur TB
Maka dapat ditentukan BSA pasien yang dapat dilihat pada jalur
surface area pada gambar, yaitu titik 0,36
Jadi BSA An. B = 0,36m2
BSA = = = 0,36m2

Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI


RUMUS MENGHITUNG DOSIS ANAK BERDASARKAN
BSA

DOSIS BERDASARKAN BSA =


Luas permukaan tubuh (m2)/1,73m2 x DD

Keterangan: 1,73m2 = luas permukaan tubuh orang dewasa rata-rata

Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI


RUMUS MENGHITUNG VOLUME SEDIAAN YANG DIBUTUHKAN BERDASARKAN BSA

Jumlah ml yang digunakan =


x sediaan (ml)

Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI


DOSIS
BERDASARKAN
BERAT BADAN
PERHITUNGAN DOSIS BERDASARKAN BERAT BADAN

Cara paling ideal karena sesuai dengan kondisi pasien sebenarnya dibandingkan dengan perhitungan
berdasarkan umur yang tidak sesuai dengan berat badan pasien

Dosis Obat = BB Pasien x

Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI


KADAR OBAT

● Merupakan jumlah obat yang berada di dalam tubuh


● Obat dapat memberikan efek terapi jika kadar obat dalam tubuh memenuhi kebutuhan terapi yang diperlukan. Kadar
obat memiliki hubungan dengan efek farmakologis
● Kadar obat puncak: konsentrasi plasma tertinggi dari sebuah obat pada waktu tertentu dan menunjukkan kecepatan
absorbsi suatu obat
● Kadar terendah: konsentrasi plasma terendah dari sebuah obat dan menunjukkan kecepatan eliminasi obat. Jika kadar
terendah terlalu tinggi, maka toksisitas akan terjadi rendah

Kementerian Kesehatan RI. Bahan Ajar Rekam Medis dan Ilmu Kesehatan: Farmakologi. 2017
KONSENTRASI OBAT

● Ukuran yang menggambarkan konsentrasi zat/obat di dalam suatu campuran dengan satuan tertentu
● Satuan yang digunakan:

Bobot dalam bobot Jumlah zat terlarut (g) Sediaan obat padat
(b/b) dalam 100g dan semipadat
campuran/larutan
Bobot dalam volume Jumlah zat terlarut (g) Paracetamol
(b/v) dalam 100ml larutan

Volume dalam volume Jumlah zat terlarut (ml) Bisolvon, Actifed


(v/v) dalam 100ml larutan (Sediaan obat cair)
Setiap 5ml mengandung 120mg
Paracetamol (b/v)
Sumber:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK) Farmakologi. 2017. Jakarta: KEMENKES RI
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Farmakope Indonesia V. ed. V. 2014. Jakarta: KEMENKES RI
Bobot dalam bobot (b/b) volume dalam volume (v/v)
Salep deksametason dinyatakan 2,5% b/b artinya terdapat 2,5 gram Ethanol 6,93% v/v
deksametason dalam 100 gram parafin lunak Tiap 6,93 ml Ethanol terdapat 100 ml larutan
PEMBERIAN BENTUK SEDIAN OBAT PADAT DAN CAIR

X=
X = Jumlah obat yang harus diberikan
D = Dosis obat yang diberikan atau diminta
T = Sediaan yang ada

Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI


BAHAN SEDIAAN OBAT PADAT

Tn. R harus mengkonsumsi amoxicillin dengan dosis 3 x 500mg. Sediaan yang tersedia adalah 250mg

D = 500mg
T = 250mg
X = 500/250 = 2 tablet

Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI


BAHAN SEDIAAN OBAT CAIR

Ny.B harus mengkonsumsi sucralfate dengan dosis 4 x 1000mg. Sediaan yang tersedia adalah 500mg/5ml

D = 1000mg
T = 500mg
X = 1000/500 x 5ml = 2 x 5ml = 10ml (2 sendok teh)

Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI


ZAT BERKHASIAT OBAT
Paracetamol
● Kandungan = Asetominofen
● Khasiat = Antipiretik dan analgetik ringan dan sedang
● Efek Samping = Erithema, Flushing, Pruritus
● T ½ = 6 – 8 jam
 Bentuk sediaan: Tablet Kompresi
 Komposisi: 500mg PCT
 Golongan: Obat Bebas
 Kemasan: 1 strip 10 tablet

 Bentuk sediaan: Sirup


 Komposisi: 120mg PCT/5ml
 Golongan: Obat Bebas
 Kemasan: 60ml

Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI


ZAT BERKHASIAT OBAT

● Zat aktif: Amoxicillin


● Cara kerja: Bersifat bakteriolitik, bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
memutus rantai polimer peptidoglikan sehingga tidak terbentuk
● Fungsi/khasiat: Antibakteri
● ESO: diare, mual muntah, sakit perut, syok anafilaktik
 Bentuk sediaan: Kapul
 Komposisi: 500mg
 Golongan: Obat Keras
 Kemasan: 1 strip 10 tablet

Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI


ZAT BERKHASIAT OBAT
Cetirizine

 Bentuk sediaan: Tablet Salut Selaput ● Kandungan = Cetirizine hydrochloride (HCl)


 Komposisi: 10mg ● Khasiat = Antihistamin
 Golongan: Obat Keras ● Indikasi = Kondisi alergi
 Kemasan: 1 strip 10 tablet ● Efek Samping = Mulut kering, takikardi, malaise
● T ½ = 8 jam

Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI


ZAT BERKHASIAT OBAT
Ambroxol

● Kandungan = Ambroxol Hidroklorida


● Khasiat = Mukolitik
● Indikasi = Kondisi gangguan pernapasan
● Efek Samping = Mual dan muntah, ruam merah pada kulit
● T ½ = 8jam

 Bentuk sediaan: Tablet Kompresi


 Komposisi: 30mg
 Golongan: Obat Keras
 Kemasan: 1 strip 10 tablet

 Bentuk sediaan: Sirup


 Komposisi: 30mg/5ml
 Golongan: Obat Keras
 Kemasan: 60ml
Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI
ZAT BERKHASIAT OBAT

● Zat aktif: Asam Retinoat


 Bentuk sediaan: Krim
● Cara kerja: Mengaktifkan reseptor asam retinoat, lalu meningkatkan
 Komposisi: 0,1% Krim
mitosis dan pergantian sel epidermal serta menekan sintesis keratin
 Golongan: Obat Keras
● Fungsi/khasiat: Anti acne
 Kemasan: 10g/tube
● ESO: rasa terbakar, iritasi, kulit kering

Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai