Anda di halaman 1dari 16

Maslahah

Mursalah
Oleh Kelompok 6
Anggota Kelompok

M. Fatir Al - Nanang
01 Jawwad Srg 02 Nurhakim

03 Nazwa Awlia 04 Khairul Falah


Pembahasan
Pengertian
1 Menjelaskan Pengertian secara etimologi maupun
istilah.

2 Pembagian
Menjelaskan apa saja syarat-syarat maslahah
mursalah

3 Pendapat Ulama
Ulama yang memperbolehkan dan tidak
memperbolehkan.

4 Aplikasi
Contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
01 PENGERTIAN
Pengertian Maslahah Mursalah
Pengertian
Secara etimologi, maslahah sama dengan
manfaat, baik dari segi lafal maupun makna.
Maslahah juga berarti manfaat atau suatu
pekerjaan yang mengandung manfaat. Secara
terminologi, terdapat beberapa definisi
maslahah yang dikemukakan oleh ulama
ushul fikih, tetapi seluruh definisi tersebut
mengandung esensi yang sama.
Macam-macam
02 Maslahah & Syarat
Maslahah terbagi 3 yaitu :
Maslahah Mu’tabarah
Sesuatu yang membawa manfaat, sekaligus didukung oleh
syariat (ayat Al-Qur’an atau hadits).

Maslahah Mulghah
Sesuatu yang mendatangkan manfaat, namun ditolak dan dibatalkan
oleh syariat (ayat Al-Qur’an atau hadits.

Maslahah Mursalah
Sesuatu yang mendatangkan manfaat, namun tidak ada aturannya dalam
syariat. Tidak didukung, juga tidak ditolak.
Syarat orang yang bermaslahah mursalah
Jelas & Pasti
bukan hanya berdasarkan anggapan atau perkiraan. Yang
dimaksud, penetapan hukum itu benar-benar membawa manfaat
atau menolak madharat.

Bersifat Umum
bukan untuk kepentingan pribadi. Penetapan hukum
itu memberi manfaat kepada manusia terbanyak atau menolak madharat dari
mereka, bukan untuk kepentingan individu seseorang.

Tidak Bertentangan
Hukum yang ditetapkan berdasarkan maslahah ini tidak
bertentangan dengan hukum atau prinsip yang telah ditetapkan
dengan nash atau ijma’
Ulama yang
03 Memperbolehkan dan
yang Tidak
Ulama Yang Memperbolehkan
● Imam Malik beserta penganut mazhab
Maliki adalah kelompok yang secara jelas
menggunakan Maslahah Mursalah sebagai
metode ijtihad. Imam Muhammad Abu
Zahra bahkan menyebutkan bahwa Imam
Malik dan pengikutnya merupakan
mazhab yang mencanangkan dan
menyuarakan Maslahah Mursalah sebagai
dalil hukum dan hujjah syar'iyyah.
Ulama Yang Tidak Memperbolehkan
● Sedangkan Ulama yang menentang adalah
Mazab Zahiri, Al-Amidi dari Mazhab Syafi’I,
Ibn Hajib dari Mazhab Malik. Mereka Beralasan
bahwa maslihul mursalah dapat disalahgunakan
oleh penguasa penguasa yang zalim, apabila
masalihul mursalah yang masih bersifat asumtif.
Di antara ulama yang menolak maslahah
mursalah sebagai salah satu sumber dalam
menetapkan hukum adalah Imam Syafi'i. Imam
Syafi'i menganggap bahwa ketetapan syariat
telah cukup, baik ketetapan itu berupa nash
Alquran dan Hadis, maupun berupa ketetapan
hukum lainnya seperti ijma' dan qiyas.
04 Pengaplikasian
Maslahah
— Maslahah Mu’tabarah
Aplikasi dari maslahah mu’tabarah ini biasanya kita temui dalam masalah qiyas. Misalnya ketika syari’at
mengharamkan khamer, Contohnya seperti dalam kasus peminum khamr, hukuman atas orang yang
meminum minuman keras (arak dan semisalnya) dalam hadis Nabi dipahami secara berlainan oleh para
ulama fiqh, disebabkan perbedaan alat pemukul yang digunakan oleh Rasulullah SAW., ‫ َّن‬Dَ‫ل ٍك رضا‬DD‫ا‬ ِ ‫ن‬Dَ‫ا‬
ِ ‫ ِن َم‬DDD‫َس ْب‬
13 :8‫لبخارى‬DD‫ْن ا‬ . َ ‫ ْك ٍر اَرْ بَ ِعي‬DDD‫ب ُْو َب‬Dَ‫ل َو َجلَ َد ا‬DD‫ ِا‬D‫لنّ َع‬DD‫ل َج ِر ْي ِد َو ا‬DD‫ ْا‬DDD‫لخَ ْم ِر ِب‬DD‫ ى ْا‬DDD‫ف‬Dِ ‫ َر َب‬D ‫ض‬َ ‫يص‬Dَّ ِ‫لنَّب‬DD‫ا‬Dari Anas bin Malik RA, sesungguhnya
Nabi SAW pernah memukul orang karena minum khamr dengan pelepah kurma dan sandal. Dan Abu
Bakar menghukum dengan 40 kali dera. [HR. Bukhari juz 8, hal. 13]‫ ِر َب‬D ‫ ْد َش‬DD‫ َرج ٍُل َق‬DDD‫ُتِ َي ِب‬D‫يص ا‬Dَِّ‫لنَّب‬DD‫نا‬DَّDَ‫ل ٍك ا‬DD‫ا‬ ِ ‫ ِن َم‬DDD‫َس ْب‬ ِ ‫ن‬Dَ‫َع ْنا‬
‫ا َ َم َر‬DDD‫ َمانِي َْن َف‬DDD‫ل ُح ُدوْ ِد َث‬DD‫فا‬ْ Dَّ‫ َخ‬Dَ‫ ا‬:‫من‬
ِ ْ‫لرَّح‬DD‫لعَ ْب ُد ا‬DD‫قَ َا‬DDD‫اس َف‬ َ َّ‫لن‬DD‫ار ا‬ َ ‫ْس تَ َش‬D D‫ َان ُع َم ُر ا‬D‫ا َك‬D‫لَ َّم‬DDD‫ َف‬.‫ ْك ٍر‬DDD‫بُوْ َب‬Dَ‫ُ ا‬D‫ َعلَه‬DDD‫ل َو َف‬DD‫ َا‬DD‫ َق‬،‫حْ َو اَرْ بَ ِعي َْن‬D َ‫ َج ِر ْي َدتَي ِْنن‬DDD‫ ِب‬Dُ‫ َجلَدَه‬DDD‫ل َخ ْم َر َف‬DD‫ْا‬
1330 :3 D‫ مسلم‬.ُ‫ ُع َمر‬D‫ ِه‬DDD‫ ِب‬Dari Anas bin Malik, sesungguhnya pernah dihadapkan kepada Nabi SAW seorang
laki-laki yang telah minum khamr. Lalu orang tersebut dipukul dengan dua pelepah kurma sebanyak 40
kali. Anas berkata, "Cara seperti itu dilakukan juga oleh Abu Bakar". Tetapi (di zaman 'Umar) setelah
'Umar minta pendapat para shahabat yang lain, maka 'Abdur Rahman (bin 'Auf) berkata, "Hukumlah
(hukuman) yang paling ringan ialah 80 kali. Lalu 'Umar pun memerintahkan untuk hukuman peminum
khamr supaya didera 80 kali". [HR. Muslim juz 3, hal. 1330
— Maslahah Mursalah
Adapun maslahah mursalah, maka tak ada dalil dalam syari’at yang secara tegas
memperhitungkan maupun membatalkannya. Singkatnya, maslahah mursalah adalah
maslahat-maslahat yang terabaikan –alias tidak ada dalil khusus yang menetapkan atau
menolaknya,– namun ia sesuai dengan tujuan-tujuan syari’at.

Ada pula contoh mengenai peraturan perundang-undangan tentang batasan umur menikah.
Seperti halnya pencatatan nikah, Islam juga tidak mengatur secara harfiyah batasan umur untuk
boleh melakukan pernikahan, namun demi kemaslahatan keluarga dan rumah tangga yang
bahagia, pernikahan boleh dilakukan oleh orang-orang yang sudah mencapai umur dewasa yaitu
19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita yang secara lahiriyah mereka itu sudah matang
jiwa dan raganya. Ketentuan ini jelas kemaslahatan yang besar bagi umat manusia.
— Maslahah Mulghah
Syara’ menetukan bahwa orang yang melakukan hubungan seksual di siang hari bulan ramadan
dikenakan hukuman dengan memerdekakan budak, atau puasa dua bulan berturut-turut, atau
memberi makan 60 orang fakir miskin (H.R. Bukhari dan Muslim).Terkait dengan kasus ini al-Laits Ibnu
Sa’ad langsung menetapkan dengan hukuman berupa puasa dua bulan berturut-turut bagi seorang
penguasa yang melakukan hubungan seksual di siang hari bulan Ramadlan. Dalam kasus ini, para
ulama memandang putusan hukum yang diberikan oleh al-Laits tadi bertentangan dengan Hadits
Rasullah di atas, karena bentuk-bentuk hukum itu menurut mereka harus diterapkan secara berurutan.
Oleh sebab itu ulama ushul al-fiqh memandang mendahulukan puasa dua bulan berturut-turut
daripada memerdekakan seorang budak dengan dalil kemaslahatan hukum, merupakan kemaslahatan
yang bertentangan dengan kehendak syarak, sehingga dengan sendirinya putusan itu menjadi batal.
Kemaslahatan semacam ini, menurut kesepakatan mereka disebut Maslahah al Mulghah dan tidak bisa
dijadikan sebagai landasan dalam memproduk hukum.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai