Anda di halaman 1dari 41

REHABILITASI

AMPUTASI AGA
Pembimbing: dr. I Putu Alit Pawana, Sp. KFR-K

Oleh: ARA
PENYEBAB AMPUTASI

Penyakit vaskuler
Trauma
Infeksi
Keganasan
Anomali kongenital
2
Regional risk factors

• Thermal injury Systemic risk factors


• Chemical injury
• Callous
• Foot deformities Ulcers • Neurologic
• Poor foot hygiene Failed healing • Vascular
• Trimming toenails • Nutrition
Chronic infection
• Poor shoe fit
• Gangrene
Dry, cracked feet

Reduced blood flow


Increase tissue pressure

Tissue breakdown Amputation Ischemic changes


LEVELS OF AMPUTATION

Braddom,2011 4
GENERAL CONSIDERATION

Cardiopulmonary

Musculoskeletal

Neorologic system
• Vision
• Cognitive Function
5
FASE DARI
REHABILITASI
PASCA
AMPUTASI
(ESQUENANZI, 2004)

6
PRE-AMPUTASI

• Rehabilitasi amputasi secara team jika memungkinkan dimulai sejak fase


preamputasi

Supportin
Team
Team g
rehabilitas Pasien Keluarga
bedah counselor
i
s

7
• Diskusi tentang surgical outcome dan postsurgical period:

Nyeri yang muncul

Komplikasi yang mungkin


timbul

Functional outcome yg dapat


dicapai
Sensation
RESIDUAL LIMB EVALUATION
• Gangguan sensibilitas dpt sbbkn skin
irritation dan breakdown.
Overall shape
Panjang residual limb • Ideal: cylindrical, slightly conical.
• Diukur dari bone end dan skin end ROM
• Diukur dari fixed proximal skeletal • aktif & pasif
landmark
• komplikasi yg sering: kontraktur
Tingkat penyembuhan luka
Joint ligament stability
Soft tissue coverage • Prosthesis meningkatkan beban
penekanan pd sendi proximal residual
• Soft tissue yg sedikit sebabkan limb dan extremitas kontralaeral ada
penonjolan tulang  nyeri saat pakai joint ligament laxity sebabkan
prosthesis instabilitas dan nyeri saat ambulasi
Skin integrity Strength
• Prosthesis digunakan jika keadaan kulit • Kelemahan pd sisi kontralateral
intak sebabkan ambulasi tdk stabil
GOAL POST-AMPUTASI AKUT
Penyembuhan luka
Kontrol nyeri
Kontrol edema
Mencegah kontraktur
Inisiasi remobilisasi dan training pre-prothesa
Konseling supportive → managemen harapan pasien
Edukasi tahap lanjut (orientasi komponen protesa)
PENYEMBUHAN LUKA

Nyeri dan edema yg meningkat cek: surgical site infection.

Infeksi ditangani lebih awal, pemakaian prostetik dapat dimulai


lebih awal.

Penggunaan prostetik sedini mungkin “diperkenalkan” setelah


amputasi.
11
PERAWATAN KULIT STUMP
Tujuan: penyembuhan luka, cegah perlekatan, desensitisasi,
cegah komplikasi

Metode:
• Desensitisasi dilakukan ketika tidak mengenakan soft compression
dressing. Dilakukan 2-3 menit dua kali sehari.
• Friction massage  melepaskan perlekatan jar parut, massage ini
sebaiknya dilakukan ± 5 menit 3 – 4 kali sehari (Maat et al, 2017).
• Tapping sebaiknya dilakukan 1-2 menit 3-4 kali sehari (Maat et al, 2017)
• Cuci dg sabun lembut dan air hangat , kulit dikeringkan dg ditekan lembut
(tdk boleh digosok)  jaga higienitas
• Edukasi
12
Residual limb pain
• Nyeri pada daerah sisa amputasi (stump)
• Sumber nyeri: soft tissue, komponen
NYERI
muskuloskeletal

Phantom limb pain


Peripheral nerve pain
• Nyeri pd ekstremitas yg telah di
• Terutama pd malam hari amputasi
• Karakteristik: burning, stabbing, buzzing • Temporer, menghilang dlm bbrp
minggu sd 1 thn
• Akibat hilangnya inhibisi yg scr
normal diinisiasi mll impuls
Phantom sensations eferen dr alat gerak ke pusat
• Sering dihubungkan dg
• Tjd pada 70% kasus amputasi Gangguan emosi
• Tdk perlu terapi kecuali ada nyeri&sangat • Dpt dipresipitasi dg kontak thd
mengganggu stump
• Tjd krn msh ada persepsi di otak
13
KONTROL NYERI
• Nyeri harus dikontrol secara konsisten  mempengaruhi program
rehabilitasi.
• Ditanyakan: deskripsi nyeri, timing, kualitas nyeri.
• Terapi:
 Medikamentosa: NSAID, non-opiate pain relievers, antidepressant
(jika perlu)
 Modalitas: transcutaneous nerve stimulation, heat, cold.

Teknik Desensitisasi
• Dipakai untuk management hypersensitivity to touch
• Cara: kompresi, tapping, penggunaan berbagai macam tekstur.
• Dilakukan 20-30 menit, 3 kali sehari (sesuai toleransi kulit & scar)
KONTROL EDEMA
• Bila tidak ada kontraindikasi dpt diberi IPORD (immediate post operative rigid
dressing)
• Kontrol edema baik  wound healing lebih cepat, pain control lebih baik
• Rigid dressing dilepas setelah 5-7 hari
• Pada keadaan dimana immediate postoperative dressing (large tissue
defect,burns,wound contamination ec complex infection) tidak dapat diberikan 
diberikan soft compressive dressing, untuk kontrol edema dan initiate shaping.
• Dressing memanjang sampai ke sendi proximal untuk memaksimalkan suspensi
dan meningkatkan kontrol thd edema.
• Penempatan dressing yg tdk benar akan menimbulkan akumulasi edema pd
bagian distal, kerusakan kulit, dan shaping yg abnormal (dumbbell)
• Setelah kulit menutup sempurna, dressing diganti dgn shrinker
15
Shrinker

IPORD Rigid dressing

Elastic stockinet 16
17
18
MENCEGAH KONTRAKTUR

Positioning: hindari fleksi elbow dan adduksi shoulder

Latihan:
• Latihan LGS segera paska op
• Latihan isometrik otot
• Latihan penguatan bertahap

19
REMOBILISASI
Remobilisasi dilakukan sedini mungkin
Remobilisasi sulit pada:
• Uncontrolled pain
• Burns
• Fractures
• Brain or spinal cord injuries
• Spasticity
• Systemic illness
PREPROSTHETIC
TRAINING
• Pembuatan prostetik dan fitting ideal
dilakukan 4-8 minggu post op.
• Stabilitas dari protesa tergantung kemampuan
otot dari residual limb.
• Amputasi menyebabkan simetris dari tubuh
hilang (gangguan balance)  terjadi elevasi
shoulder & rotasi scapula
• Rebalancing dimulai dgn koreksi postur
statik di depan cermin
• Isometric exercise perlu utk membentuk
massa otot utk stabilisasi protesa
• Latihan disesuaikan dgn level amputasi. 21
INTRODUCTION TO UPPER LIMB
PROSTHETHIC

CATEGORIES:
• Passive System
• Body-powered System
• Externally Powered System
• Hybrid System
22
JENIS PROSTESIS
JENIS PROSTESIS
JENIS PROSTESIS
KOMPONEN UTAMA PROSTESIS
TERMINAL DEVICE
• Terminal Device: berkontribusi pada fungsi
dan harga diri pemakai. Jenis perangkat
terminal adalah tangan dan pengait (hook)
(May, 2002).
• Protesa Tangan  aktif dan pasif
• Tangan aktif komersial memiliki mekanisme
three jaw chuck (penampang benda lebih
kecil dari 10 cm)
• Hook / kait  voluntary opening atau
voluntary closing device.
28
PROSTHETIC INTERFACE / SOKET

• Prosthetic interface dapat dibuat dari


bahan termoplastik yang fleksibel, dan gel.
• Terdapat sistem penguncian pin atau lanyard
diujung distal
• Soket dapat dilepas dari bingkai, seperti
yang terlihat pada gambar, tetapi kadang-
kadang menjadi satu kesatuan.
SISTEM SUSPENSI
• Ada dua, yaitu: dengan menggunakan
harness dan self suspension.
• Harness suspended interfaces sangat cocok
untuk protesa yang dimaksudkan untuk
penggunaan yang lebih berat.
• Standar harness yang digunakan untuk
menahan prostesis unilateral, body powered
adalah dengan desain figure of eight.
• Desain harness lain yang dapat digunakan
adalah desain tali dada dan sadel bahu.
SISTEM SUSPENSI, (continue)

• Self Suspension tidak memerlukan harness


untuk menyangga dan menjaga prostesis
tetap menempel pada tubuh pasien 
Soket ditempelkan pada kontur tubuh yang
tersisa.
• Digunakan pada prostesis untuk pekerjaan
atau kegiatan yang ringan (Murphy, 2014).
Self suspension prosthesis (Murphy,
2014).
PROSTESIS
BERDASARKAN
LEVEL AMPUTASI
PELATIHAN PEMAKAIAN
PROSTESIS
• Pengetahuan Operasional
• Perawatan Diri dan Perawatan Prostesis serta Komponennya
• Toleransi/Perawatan Anggota Tubuh Sisa
• Prostesis Donning / Doffing
o Prostesis mioelektrik, digunakan Reduced Friction Donning System
o Body powered prosthesis, klien diinstruksikan dalam metode pullover
o Harness yang pemasangannya melalui kepala atau metode jaket.
• Pelatihan Kontrol  Mencakup benda-benda dari berbagai bentuk, tekstur,
kerapatan dan berat
PELATIHAN UNTUK PENGGUNAAN
FUNGSIONAL
• Pasien dipandu untuk menggunakan prostesis untuk membantu tangan yang
sehat dalam mengerjakan kegiatan bimanual.

LATIHAN VOKASIONAL
• Penting untuk mengeksplorasi panggilan pekerjaan yang dapat dikejar dengan
atau tanpa prostesis.
Amputation is not a failure but rather
reconstructive surgery that creates improved
functional possibilities and resumption of one’s
life.
Braddom, 2011

37
TERIMAKASIH

38
TEORI-TEORI PLP
• Saraf pada sisa limb masih menghasilkan impuls yang mengalir
melalui spinal cord dan thalamus ke area somatosensori pada kortex
• Phantom timbul dari excesif, spontaneous firing dari neuron pada
spinal cord, yang kehilangan input sensori normal dari bagian yang
hilang.
• Disebabkan oleh perubahan aliran sinyal yang melalui sirkuit
somatosensorik pada otak.

39
• Fungsi: kosmetik (primer), stabilizer
Passive system • Diberikan jk tdk ada cukup kekuatan/ gerakan untuk kontrol protesa
atau hanya untuk kosmetik
• Anak: dipakai pd awal utk balance&crawling

• Menggunakan kekuatan dan ROM dari residual limb untuk kontrol


prostesis
Body-powered • buka&tutup terminal device
system • Gerak elbow
• Gerak shoulder

Externally • Menggunakan sumber tenaga dari luar untuk


powered system gerakan protesa 🡪 battery

• Memakai kekuatan otot pasien dan sumber dari luar


Hybrid system • Contoh: gerakan elbow dgn body-powered, gerak utk terminal
device dgn externally powered
• Cable controlled
Body- • Body movement  cable  joint &
powered terminal device movement
• More durable, less expensive, lighter
prostheses than myoelectric prostheses

• Electrically powered
Externally • Use muscle contraction or manual
switches
powered • Electrical activity from select residual
prostheses muscles is detected by surface electrodes
used to control electric motors

Anda mungkin juga menyukai