Anda di halaman 1dari 25

RAGAM METODE PENELITIAN

LAPANGAN
CIRI-CIRI PENELITIAN SOSIAL
• Penelitian pada hakikatnya merupakan salah
satu rangkaian kegiatan ilmiah baik untuk
keperluan mengumpulkan data, menarik
kesimpulan atas gejala-gejala tertentu dalam
gejala empirik.
• Penelitian sosial cenderung bersifat thick
description dengan mengandalakn analisis
yang bersifat holistik.
• Sumber data bersifat ilmiah, artinya peneliti
harus berusaha memahami fenomena sosial
secara langsung dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat;
• Peneliti sendiri merupakan instrumen
penelitian yang paling penting di dalam
pengumpulan data dan penginterpretasian
data;
• Penelitian kualitatif bersifat pemberian
(deskriptif), artinya mencatat secara teliti segala
gejala (fenomena) yang dilihat dan didengar
serta dibacanya (via wawancara atau bukan,
catatan lapangan, foto, video tape, dokumen
pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi
atau bukan, dan lain-lain). Dan peneliti harus
membanding-bandingkan, mengombinasikan,
mengabstraksikan, dan menarik kesimpulan;
• Penelitian harus digunakan untuk memahami bentuk-bentuk
tertentu (shaping), atau kasus (studi kasus);
• Analisis bersifat induktif;
• Di lapangan peneliti harus berprilaku seperti masyarakat yang
ditelitinya;
• Data dan informan harus berasal dari tangan pertama;
• Kebenaran data harus dicek dengan data lain (data lisan dicek
dengan data tulisan);
• Orang (atau sesuatu) yang dijadikan subjek penelitian tersebut
partisipan (buku dapat dianggap sebagai partisipan) dan
konsultan serta teman juga dianggap sebagai partisipan;
• Titik berat perhatian utama harus pada emik,
artinya peneliti harus menaruh perhatian pada
“masalah penting yang diteliti dari orang yang
diteliti”, dan bukan dari etik (dari kacamata
peneliti);
• Dalam pengumpulan data menggunakan
pusposive samplin, dan bukan probabilistik
statistik;
METODE PENGUMPULAN DATA
• Atas dasar uraian di atas, penelitian sosial
dapat menggunakan berbagai metode
pengumpulan data yang biasa digunakan oleh
para sosiolog, di antaranya:
• Metode pengamatan;
• Metode wawancara;
• Metode analisis life history;
• Metode analisis folklor;
A. Metode Pengamatan dan Pengamatan
Terlibat
• Atas dasar sifat interaksinya, orang membedakan antara
pengamatan biasa dengan pengamatan terlibat. Pembedaan
tersebut terletak pada ada atau tidak adanya interaksi peneliti
dengan informan. Pada pengamatan terlibat terjadi interaksi
antara peneliti dengan informan.
• Dalam pelaksanaan pengamatan terlibat, peneliti harus
memupuk terlebih dahulu hubungan baik dan mendalam
dengan informan. Ada rasa saling mempercayai anatara peneliti
dengan informan.
• Sikap saling percaya dikenal dengan istilah rapport. Jika rappaort
telah terbina, informan tidak mencurigai peneliti sebagai orang
yang hendak mencelakainya.
8 Syarat Pengamatan
• (1) ruang dan waktu; (2) pelaku; (3) kegiatan; (4) benda-
benda atau alat-alat; (5) waktu; (6) peristiwa; (7) tujuan;
(8) perasaan.
• Kedelapan hal tersebut saling berkaitan, sehingga
perhatian peneliti harus total pada apa yang sedang
diamati.
• Pengamatan terlibat kemungkinan tidak hanya dilakukan
sekali atau dua kali dalam waktu satu jam atau dua jam.
Melainkan secara intensif dalam waktu yang tak terbatas.
Misalnya mengamati budaya pernikahan dengan tahapan-
tahapannya.
• Penelitian yang memanfaatkan metode
pengamatan perlu alat bantu karena pengamatan
manusia pada hakikatnya sangat terbatas.
• Alat bantu yang diperlukan di antaranya alat
pemotretan, teropong alat jauh atau keker, kamera,
juga alat perekam suara.
• Bekal pengetahuan yang diperlukan bukan hanya
mengambil foto atau gambar, melainkan juga objek-
objek apa yang relevan dengan tema yang diteliti.
• Kesimpulan: Pengamatan terlibat bisa dilakukan peneliti
apabila telah terbina rapport antara peneliti dan
informan.
• Pengamatan terlibat diartikan sebagai bentuk
pengamatan yang dibarengi interaksi antara peneliti dan
informan.
• Dalam pengamatan terlibat, peneliti hidup bersama-
sama—ditengah-tengah—masyarakat yang ditelitinya.
• Dalam kegiatan pengamatan si peneliti ikut mengerjakan
apa yang dikerjakan oleh pelakunya, agar peneliti dapat
memahami dan merasakan—menginternalisasikan—
kegiatan yang menjadi objek penelitian.
B. Metode Wawancara Terbuka
• Wawancara dimaksudkan mengisi lowongan dalam
data yang tidak dapat dicatat dari observasi.
• Dua macam wawancara yaitu (1) wawancara
berencana atau standardized interview; (2)
wawancara tak berencana atau unstandardized
interview.
• Perbedaan terletak pada perlu tidaknya peneliti
menyusun daftar pertanyaan yang dipergunakan
sebagai pedoman untuk mewancarai informan.
• Sementara itu, jika dipandang dari sudut bentuk
pertanyaannya, dibedakan (1) wawancara
tertutup atau close interview dam (2)
wawancara terbuka atau open interview.
• Perbedaannya adalah apabila jawaban yang
dikehendaki terbatas maka wawancara tersebut
tertutup.
• Jika jawaban yang dikehendaki tidak terbatas,
maka termasuk wawancara terbuka.
• Dalam penelitian lapangan, peneliti sosial dapat
menggunakan metode wawancara mendalam
yang bersifat terbuka.
• Pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau
dua kali, melainkan berulang-ulang dengan
intensitas yang tinggi.
• Peneliti tidak hanya “percaya begitu saja” pada
informan, tetapi perlu mengecek kenyataannya
melalui pengamatan.
• Informan Kunci:
• Menentukan informan kunci melalui beberapa
pertimbangan: (1) orang yang bersangkutan
memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan
permasalahan yang diteliti; (2) usia dewasa; (3)
sehat jasmani dan rohani’ (4) yang bersangkutan
bersifat netral, tidak ada kepentingan pribadi untuk
menjelekkan orang lain; (5) memiliki pengetahuan
yang luas mengenai permasalahan yang diteliti.
• Persiapan dan perubahan di lapangan:
• Sebelum ke lapangan dengan menggunakan metode
wawancara, peneliti sebaiknya menyusun daftar pertanyaan
atau interview guide.
• Pedoman wawancara dapat digunakan untuk menghindari
peneliti “kehabisan pertanyaan”.
• Namun daftar pertanyaan bukanlah sesuatu yang bersifat ketat,
tetapi dapat mengalami perubahan sesuai kondisi lapangan.
• Teori dan konsep pun dapat berubah, karena itu peneliti
dipandang sebagai instrumen, karena gejala empiris dapat
muncul di masyarakat.
• Syarat Penting dalam Wawancara:
• (1) peneliti menghindari kata-kata yang mempunyai dua arti atau
banyak arti. (2) menghindari pertanyaan yang panjang.
Pertanyaan dipecah dan ditanyakan secara bertahap. (3)
membuat pertanyaan sekonkrit mungkin dengan penunjuk waktu
dan lokasi yang konkrit. (4) pertanyaan terkait pengalaman
konkrit informan. (5) menyebut semua alternatif yang dapat
diberikan informan atas pertanyaan, atau jangan menyebut suatu
alternatif. (6) membuat pertanyaan yang netral dan halus, jangan
membat malu atau canggung informan. (7) pertanyaan
dinetralkan seolah-olah mengalihkan kesalahannya kepada
keadaan. (8) gaya bertanya yang tidak menyangkutkan informan
dengan masalahnya. (9) gaya pertanyaan tegas dijawab secara
positif atau diingkari dengan tegas. (10) jika informan harus
menilai orang ketiga, sebaiknya peneliti menyanyakan sifat positif
maupun yang negatf dari orang ketiga.
• Pencatatan Data Wawancara
• Pencatatan data wawancara merupakan aspek
utama yang amat penting, karena data dapat
hilang.
• Pencatatan dapat dilakukan (1) pencatatan
langsung (2) pencatatan dari ingatan (3)
pencatatan dengan alat recording (4)
pencatatan dengan field rating (5) pencatatan
dengan field coding.
• Pencatatan langsung dapat digunakan untuk mengumpulkan
data mengenai sistem kekerabatan atau data psikologis. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman dalam
penafsiran data.
• Pencatatan dari ingatan dapat digunakan untuk mengumpulkan
data mengenai gejala sosial budaya. Dan setelah pulang segera
dicatat, karena daya ingat peneliti terbatas.
• Field rating adalah pencatatan dengan angka-angka atau kata-
kata yang menilai. Ini lebih banyak digunakan para peneliti
sosiologi. Berbekal kuesioner atau formulir pengisian, peneliti
mewancarai informan dalam jumlah besar. Responden tidak
hanya dituntut untuk memberikan jawaban “ya” atau “tidak”
melainkan mengandung penilaian.
C. Metode Analisis Riwayat Hidup
• Metode wawancara mendalam dalam penelitian sosial dapat
dikembangkan menjadi metode analisis life history apabila
peneliti hendak memperoleh pandangan dari dalam: Melalui
reaksi, tanggapan, interpretasi, dan penglihatan para warga
terhadap masyarakat yang bersangkutan.
• Data pengalaman individu adalah keterangan mengenai apa
yang dialami oleh individu-individu dari warga masyarakat yang
sedang menjadi objek penelitian.
• Data individu disebut oleh ilmu psikologi sebagai personal
document, ilmu sejarah dan sosiologi menyebut human
document, dan ilmu antropologi budaya menyebut dengan
istilah life history untuk data tersebut.
• Fungsi Data Pengalaman Individu
• (1) untuk memperoleh pandangan dari dalam mengenai gejala-
gejala sosial dalam suatu masyarakat, melalui pandangan dari
warga sebagai partisipan dari masyarakat yang bersangutan; (2)
untuk mencapai pegertian mengenai masalah individu warga
masyarakat yang suka berkelakuan lain dari yang biasa, dan
mengenai masalah peranan deviant individual seperti itu sebagai
pendorong gagasan baru dan perubahan dalam masyarakat dan
kebudayaan; (3) untuk memperoleh pengertian mendalan tentang
hal-hal psikologi yang tidak mudah diobservasi dan diwawancarai
karena sudah ada pengaruh lingkungan kebudyaan. (4) data
pengalaman individu penting bagi peneliti untuk mendapat
gambaran yang lebih mendalam mengenai hal yang detil yang tidak
mudah diceritakan dengan interview berdasarkan pertanyaan
langsung. Misalnya terkait cara hidup gelandangan, wanita tuna
susila, diskriminasi ras di kota besar dst.
Metode Analisis Folklore
(Cerita Rakyat)
• Folklore adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan
diwariskan secara turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja,
secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan
maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pengingat.
• Bagian dari budaya yang disebut folklore itu dapat berupa bahasa rakyat,
ungkapan tradisional (pribahasa dan lain-lain), legenda, dongeng,
nyanyian rakyat, arsitektur rakyat, seni rupa, musik rakyat, gerak isyarat.
• Folklore dapat dijadikan bahan analisis untuk mengetahui tata kelakuan
kolektif atau suku bangsa yang bersangkutan.
• Folklore mengungkapkan kepada kita secara terselubung (seperti pada
dongeng) atau secara gamblang (seperti pada pribahasa) bagaimana
folklorenya berpikir.
• Contoh Folklore: “Wani Ngalah Luhur Wekasane”
Ciri-ciri Folklore
• Penyebaran dan pewarisannya melalui lisan atau dengan contoh yang
disertai gerak isyarat dan alat pembantu pengingat dari generasi ke
generasi berikutnya.
• Folklore bersifat tradisional, penyebaran dilakukan di antara kolektif
tertentu dalam waktu yang cukup lama.
• Folklore bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri tidak sesuai
dengan logika umum.
• Folklore bersifat polos dan lugu sehingga sering kali kelihatan kasar,
terlalu spontan.
• Folklore merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur
manifestasinya.
• Folklore bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui
orang lagi.
Fungsi Folklore
• Folklore dapat digunakan untuk menganalisis tata
kelakuan kolektif pendukungnya karena:
– Sebagai sistem proyeksi
– Sebagai alat pengesahan kebudayaan
– Sebagai alat pendidikan
– Sebagai alat pemaksa berlakukan norma-norma sosial serta
alat pengendali sosial.
– Sebagai alat untuk memprotes ketidakadilan
– Memberikan cara pelarian yang menyenangkan dari dunia
nyata, sehingga dapat mengubah pekerjaan yang
membosankan menjadi permainan yang menyenangkan.
Tiga Tahap Penelitian Folklore
1. Tahap penelitian di tempat
2. Tahap penelitian di tempat yang
sesungguhnya
3. Cara pembuatan naskah folklore bagi
pengarsipan.

Anda mungkin juga menyukai