Anda di halaman 1dari 29

Batasan Pengobatan Sendiri

Dari Segi Penyakit


 Mengatasi penyakit ringan.
Penyakit yang mempunyai durasi terbatas (self-limitting rate)/ dapat
sembuh dengan sendirinya dan tidak mengancam bagi diri pasein.
(Depkes RI, 2006; Supardi, 2005)
Perawatan simptomatik minor, seperti rasa tidak enak badan dan
cidera ringan
Profilaksis/pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan
 Penyakit kronis yang sebelumnya sudah pernah
didiagnosis dokter atau tenaga medis profesional lainnya,
seperti asma dan artritis.

“Harus mampu menilai kondisi yang dialami pasien. Memungkinkan atau tidak
untuk diupayakan pengobatan sendiri. Jika tidak, sarankan untuk mengatasi
gejala yang sangat mengganggu dan sarankan untuk pemeriksaan ke
Dokter”.
Batasan Pengobatan Sendiri
Dari Segi Penyakit
Gejala-gejala Yang Tidak Boleh Dilakukan Upaya
Pengobatan Sendiri
Batuk dan serak lebih dari 1 minggu, atau berdarah
Terjadinya setiap perubahan pada tahi lalat dan atau kutil
Rasa nyeri atau sulit menelan yang tak mau sembuh.
Borok yang tidak mau sembuh.
Buang air besar/kecil yang disertai darah
Rasa nyeri atau sulit buang air kecil.
Keluarnya lendir atau darah yang luar biasa dari vagina
Timbulnya benjolan kecil pada buah dada atau ditempat yang lain.
Demam diatas 40C
Diare atau muntah yang hebat.
Batasan Pengobatan Sendiri
Dari Segi Obat
Prisip/Kriteria Obat Yang Digunakan Untuk Pengobatan Sendiri
Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita
hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
Tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.
Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus
yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya
tinggi di Indonesia.
Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

(Permenkes No. 919, Tahun 1993)


Kriteria Penggunaan Obat Rasional
 Tepat “diagnosis”,
Apoteker/farmasis dituntut untuk mengenal berbagai gejala (“lebih spesifik”)
penyakit yang masuk dalam batasan penyakit yang dapat dilakukan upaya
pengobatan sendiri.
 Tepat indikasi penyakit
Apoteker/farmasis dituntut untuk mampu memprediksikan penyebab penyakit
dinilai dari gejala yang teramati saat konsultasi sehingga dapat lebih mengupayakan
kesembuhan pasien.
 Tepat pemilihan obat
Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit.
 Tepat dosis (Tepat Jumlah, Tepat cara pemberian, Tepat interval
waktu pemberian, Tepat lama pemberian)
Jumlah obat yang diberikan harus mencukupi selama proses pengobatan sendiri
(untuk mengatasi nyeri gigi sanmol 1 strip@4 tablet??)
Cara pemberian harus tepat (antasida harus dikunyah baru ditelan)
Interval waktu pemberian (Antibiotik tiap 8 jam 1 tablet, apa bedanya jika pagi,
siang malam?)
Lama pemberian (zink untuk diare selama 10 hari)
Kriteria Penggunaan Obat Rasional
 Tepat penilaian kondisi pasien
Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain harus memperhatikan:
kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan, menyusui, lanjut usia atau bayi
 Waspada terhadap efek samping
Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada
pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulya mual, muntah, gatal-gatal, dan lain
sebagainya.
 Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga
terjangkau
Untuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi.
 Tepat tindak lanjut (follow up)
Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut konsultasikan ke dokter.
“Harus mampu menilai sakit berlanjut dengan masa proses recovery”
Kriteria Penggunaan Obat Rasional
 Tepat penyerahan obat (dispensing)
Dipersiapkan sesuai dengan Good Pharmaceutical Practice dan penyerahan
disertai dengan informasi yang tepat
 Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat terjadi pada keadaan berikut :
Jenis sediaan obat beragam, Jumlah obat terlalu banyak, Frekuensi
pemberian obat per hari terlalu sering, Pemberian obat dalam jangka panjang
tanpa informasi, Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai
cara menggunakan obat, dan Timbulnya efek samping.

“Dituntut mampu memanage agar obat yang diberikan sesuai


kebutuhan tetapi kesannya tidak terlalu banyak”.
ETIOLOGI DEMAM
1. Faktor Infeksi
 Bakteri; pneumonia, bronkitis, tuberculosis,
meningitis, otitis media, infeksi saluran kemih.
 Virus; viral pneumonia, influenza, demam
berdarah dengue, demam chikungunya.
 Parasit; malaria, toksoplasmosis.
ETIOLOGI

2. Faktor Non Infeksi


 Lingkungan; suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu
tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll)
 Autoimun; arthritis, systemic lupus erythematosus.
 Keganasan; leukimia, dll.
 Obat-obatan;
 Efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari
 Gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak,
koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya
(Nelwan, 2009))
MEKANISME DEMAM
• Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi
sel-sel darah putih (monosit, limfosit, dan
neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa
toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun.
• Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan
zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen
(IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN).
• Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan
merangsang endotelium hipotalamus untuk
membentuk prostaglandin (Dinarello & Gelfand,
2005).
MEKANISME
• Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan
meningkatkan patokan termostat di pusat
termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan
menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu
patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-
mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain
menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme
volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan
terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan
pengurangan panas yang pada akhirnya akan
menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru
tersebut (Sherwood, 2001).
MEKANISME
HIPOTALAMUS

STIMULASI SEL
DARAH PUTIH (MONOSIT,
INFASI LIMFOSIT DAN NEUTROFIL)
PIROGEN EKSOGEN
(TOKSIN, MEDIATOR
INFLAMASI, REAKSI
IMUN)

Cox Pirogen endogen


1,2,3 (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN).
1. Meningkatkan patokan
termostat
2. Anggapan hipotalamus
suhu lebih rendah dari
suhu patokan baru
3. Memicu mekanisme
peningkatan panas
PROSTAGLANDIN
(menggigil, vasokontriksi
kulit dan volunter.
NON-FARMAKOLOGI DEMAM
1.1. Pemberian
Pemberian cairan
cairan dalam
dalam jumlah
jumlah banyak
banyak untuk
untuk
mencegah
mencegahdehidrasi
dehidrasidan
danberistirahat
beristirahatyang
yangcukup.
cukup.
2.2. Tidak
Tidak memberikan
memberikan penderita
penderita pakaian
pakaian panas
panas yang
yang
berlebihan
berlebihanpada
padasaat
saatmenggigil.
menggigil.
3.3. Memberikan
Memberikan kompres
kompres hangat
hangat padapada penderita.
penderita.
Pemberian
Pemberiankompres
kompreshangat
hangatefektif
efektifterutama
terutamasetelah
setelah
pemberian
pemberian obat.
obat. Jangan
Jangan berikan
berikan kompres
kompres dingin
dingin
karena
karena akan
akan menyebabkan
menyebabkan keadaan
keadaan menggigil
menggigil dan
dan
meningkatkan
meningkatkan kembali
kembali suhu
suhu inti
inti (Kaneshiro
(Kaneshiro &&
Zieve,
Zieve,2010)
2010)
TERAPI FARMAKOLOGI DEMAM
• PARACETAMOL; Panadol®, Bodrex®, INZA®, dan
Termorex®
• IBUPROFEN; Proris®
• ASPIRIN

Parasetamol cepat bereaksi dalam menurunkan panas


sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja yang lama
(Graneto, 2010).

Pada anak-anak, dianjurkan untuk pemberian parasetamol


sebagai antipiretik. Penggunaan OAINS tidak dianjurkan
dikarenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko sindrom
Reye pada anak-anak (Kaushik, Pineda, & Kest, 2010).
PARACETAMOL
• Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah
dengan cara menghambat COX-1 dan COX-2 di jaringan perifer
(Frust & Ulrich, 2007).
 Tmax:30-60 menit
 t1/2:1-3 jam

• Efek anti-inflamasi sangat lemah, sehingga parasetamol tidak


digunakan sebagai antireumatik (Wilmana & Gan, 2007).

• Sifat antipiretik dari parasetamol dikarenakan efek langsung ke


pusat pengaturan panas di hipotalamus yang mengakibatkan
vasodilatasi perifer, berkeringat, dan pembuangan panas (University
of Alberta, 2009)
PARACETAMOL
• DOSIS (10-50 mg/BB/kali minum)
dewasa 300 mg-1 g per kali dengan maksimum 4g
hari.
Anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali, maksimum 1,2
g/hari.
Anak 1-6 tahun: 60-120 mg/kali dan
bayi dibawah 1 tahun: 60 mg/kali (Wilmana &
Gan, 2007).
IBUPROFEN
• Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi
yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti
aspirin. Efek antiinflamasinya terlihat dengan dosis
1200-2400 mg sehari (Katzung, 2002).

• Dosis; anak: 20mg/kg BB dlm dosis terbagi (3-4X/hari)


dewasa: 200-400mg/xminum
• Tmax: 1-2 jam

• Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil


dan menyusui
• Dosis Toksik
• Parasetamol dosis 140 mg/kg pada anak-anak dan 6 gram pada orang
dewasa berpotensi hepatotoksik. Dosis 4g pada anak-anak dan 15g pada
dewasa dapat menyebabkan hepatotoksitas berat sehingga terjadi
nekrosis sentrolobuler hati. Sebagaimana juga obat-obat lain, bila
penggunaan parasetamol tidak benar, makaberisiko menyebabkan efek
yang tidak diinginkan. Parasetamol dalam jumlah 10 – 15g (20-30 tablet)
dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati dan ginjal. Kerusakan
fungsi hati juga bisa terjadi pada peminum alkohol kronik yang
mengkonsumsi parasetamol dengan dosis 2g/hari atau bahkan kurang
dari itu.Pada alkoholisme, penderita yang mengkonsumsi obat-obat yang
menginduksi enzim hati, kerusakan hati lebih berat, hepatotoksik
meningkat karena produksi metabolit meningkat
KONDISI/MASALAH PADA MENYUSUI

• PUTING LECET
- Penyebab:
* Posisi dan pelekatan yang salah
* Melepaskan penghisapan bayi salah
* Membersihkan puting dengan sabun/
alkohol
- Penatalaksanaan:
* Memperbaiki posisi menyusui
* Tetap mengeluarkan ASI dari payudara
* Oleskan ASI ke puting yang lecet
* Boleh minum obat bila sangat sakit
CONT..
• MASTITIS : Peradangan
payudara tanpa/disertai infeksi
– Tanpa infeksi
• Penyebab:
– bendungan pada pembuluh darah dan limfe
– sekresi ASI mulai banyak
– ASI tidak dikeluarkan sempurna
• Pencegahan / penatalaksanaan:
– susukan bayi segera setelah lahir
– susukan bayi tanpa jadwal
– jangan memberi minuman lain pada bayi
– Lakukan masase dan keluarkan ASI
CONT..
• Disertai infeksi
Penyebab:
– Bila puting lecet, saluran ASI tersumbat
– Tidak ditatalaksana yang baik.
Penatalaksanaan:
– Ibu istirahat
– ASI tetap harus dikeluarkan
– Minum Antibiotika / insisi abses
– Kompres / Minum obat pengurang rasa sakit (ibuprofen
atau acetaminofen)
Kondisi / Masalah Ibu
• IBU YANG MEMERLUKAN
PENGOBATAN
- Tidak perlu menghentikan ASI
- Dalam ASI terdapat zat anti penyakit ibu
- Kadar obat dalam ASI bergantung pada
masa paruh dan rasio ASI/plasma obat
- Pilih obat dengan masa paruh pendek
dan rasio ASI/Plasma kecil.
- Minum obat setelah menyusu
Kondisi / Masalah Ibu
• IBU HAMIL MASIH MENYUSUI
(*sekilas info)
Bila bayi berusia <12 bulan dianjurkan
tetap menyusui
Perlu diinformasikan ibu akan mengalami:
- puting lecet
- keletihan
- rasa ASI berubah
- volume ASI berkurang
- kontraksi uterus
KLASIFIKASI KEAMANAN
OBAT PADA KEHAMILAN

• Menurut FDA:

Kategori A :aman
Kategori B :pemakaian terbatas
Kategori C :efek negatif pada janin
Kategori D :malformasi pada janin
Kategori X :resiko tinggi malformasi
 kontra indikasi mutlak
OBAT-OBAT
BEBERAPA YANG
OBAT YANG BERPOTENSI
BERPOTENSI
MENIMBULKAN EFEK
MENIMBULKAN EFEK TERATOGENIK
TERATOGENIK

Tetrasiklin  deposisi tulang in utero


Aminoglikosida  kerusakan ginjal tingkat ringan
Kloramfenikol  gray baby sindrome
Sulfonamide  icteric
Analgetik narkotik retardasi
pertumbuhan intra uterin
Pelayanan Informasi Obat

Pemberian informasi obat oleh farmasis dalam


rangka penggunaan obat yang tepat :
• proses penggalian latar belakang pertanyaan,
• mengembangkan strategi penelusuran sumber
informasi yang tepat,
• mengevaluasi sumber informasi yang didapatkan,
• merumuskan jawaban
Beberapa hal perlu pada konseling:
• Zat aktif obat dan kegunaannya
• Peruntukan obat,orang dewasa,anak,wanita
hamil
• Dosis atau aturan pakai
• Efek samping yg mungkin timbul
• Kontraindikasi (yg tidak boleh minum obat)
• Peringatan dan perhatian obat
• Penyimpanan dan kadaluwarsa
• Kapan harus menghubungi dokter
28

Anda mungkin juga menyukai