Anda di halaman 1dari 23

ASPEK LEGAL

SIRKUMSISI OLEH PERAWAT


Faqih Ruhyanudin

Disampaikan pada:
Seminar sirkumsisi 2019-HIMAKA FIKES-UMM
Pendahuluan
Usia Khitan paling sering 5- 12 tahun:
85 % = 8,7 jt Jiwa (WHO, 2007)

Jumlah penduduk Laki-laki


Usia 5 – 14 tahun:
23.931.100  70% = 16,8 jt

Estimasi Jumlah sirkumsisi


Tahun 2018: 16,8 jt

JUMLAH Tenaga yg
Mengkhitan ???
Pengertian
◦ legal/le·gal/ /légal/ a sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau hukum
(KBBI)
 Legal adalah sah menurut hukum yang berlaku, sudah terjamin, tidak
bersengketa
◦ Aspek legal keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya
Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan

− UU No. 23 tahun 1992 ttg Kesehatan


− PP No. 32 tahun 1996 ttg Tenaga
Kesehatan
− Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 ttg
Registrasi dan Praktik Perawat
− UU No 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan
Kompetensi dan Kewenangan perawat adalah memberikan asuhan keperawatan
sesuai regulasi yang telah disahkan
Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang Tenaga Kesehatan
berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional untuk dapat
menjalankan praktik. (UU no 36 th 2014 ttg tenaga kesehatan)

Kewenangan merupakan kekuasaan yang dimiliki oleh suatu pihak


berdasarkan :
− tatanan moral atau kebiasaan yang berlaku,
− undang-undang atau peraturan, atau
− ijin/lisensi yang diterbitkan oleh suatu badan pemerintah untuk melakukan
suatu usaha, kegiatan, aktifitas.
PRINSIP ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN

KEAHLIAN KEWENANGAN

Pendidikan & pelatihan Perijinan


- Ijazah - STR-P, SIP
- Sertifikat-sertifikat - Clinical Prevellage
Perawat dan Keperawatan
◦ Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat (UU No 38/2014
tentang Keperawatan).
◦ Menurut lokakarya keperawatan nasional Indonesia tahun 1983 keperawatan
didefinisikan sebagai “Suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit
yang mencakup seluruh siklus hidup manusia”.
◦ Konsorsium Ilmu Kesehatan Indonesia (KIKI) memberikan batasan tentang
ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mencakup ilmu-ilmu dasar (alam,
sosial, perilaku), ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar
keperawatan, ilmu keperawatan klinik, dan ilmu keperawatan komunitas,
yang pada aplikasinya menggunakan pendekatan dan metode menyelesaikan
masalah secara saintifik / ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan,
menopang, memelihara, dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan
dasar manusia.
v
Sirkumsisi = Khitan = sunat
• Sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “memutar”
dan caedere berarti “memotong”. Sirkumsisi (circumcision)
adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau
seluruh kulit penutup depan dari penis pada pria. Frenulum dari
penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur
yang dinamakan frenektomi.
• Circumcision adalah prosedur pembedahan dengan
memotong kulup, kulit yang menutupi ujung penis (prepusium).
Sejarah Sirkumsisi
• Dari beberapa penelitian mengenai masalah khitan organisasi kesehatan dunia
(WHO) menyebutkan bahwa di Mesir tradisi semacam ini telah dilakukan jauh
sebelum agama Islam lahir. Data menunjukkan bahwa praktek-praktek tersebut
telah dilakukan di sebelah selatan Afrika kira-kira sejak 6000 tahun yang lalu,
bahkan terdapat bukti-bukti atau gambar-gambar relief dari zaman Mesir pada
tahun 2800 sebelum masehi.
• Menurut Hubber, terdapat sebuah papyrus Mesir kuno yang melukiskan operasi
khitan wanita dari abad ke-6 SM menunjukkan adanya tanda-tanda
clitorydictomy begitu pula terdapat bukti lebih jauh bahwa praktek itu lazim
dikalangan bangsa Mesir kuno. Chabbas telah melukiskan suatu
pemandangan khitan perempuan itu pada sekitar tahun 1350 SM. Khitan wanita
diketahui tetap dijalankan sebagai upacara pra nikah pada abad ke-2 SM
Sejarah Sirkumsisi di Indonesia
• Khitan sebelum Islam datang, seperti masyarakat Banten misalnya. Dalam
sebuah catatan sejarah permulaan masuknya agama Islam di wilayah kerajaan
Pajajaran, kropok 406 cerita Parahiayangan diungkapkan bahwa: “ Sumbelihan
niat inya bresih suci wasah, disunat ka tukangnya jati sunda teka ”.
Terjemahannya adalah sebagai berikut: “Disunat agar terjaga dari kotoran,
bersih suci bila dibasuh. Disunat pada ahlinya, merupakan kebiasaan adat
Sunda yang sesungguhnya”, dari catatan tersebut dapat ditafsirkan bahwa
tradisi khitan (laki-laki dan perempuan) telah dikenal oleh masyarakat Sunda
jauh sebelum Islam berkembang di wilayah tersebut.
• Kedatangan Islam yang memuat ajaran tentang khitan terutama khitan laki-laki
merupakan penyempurnaan religi atas adat dan tradisi yang telah lama
dianutnya.
Perkembangan Metode Sirkumsisi
Kesimpulan
• Saat ini di klaim sbg tindakan medis, bisa dilakukan oleh perawat
atas pelimpahan. namun kenyataannya lebih banyak perawat yg
sirkumsisi, namun ada tinjauan sosiologi hukum...karena sudah
menjadi pelaksaanaan yg biasa di masyarakat bahwa sirkumsisi
adalah perawat tp belum dikuatkan regulasi, maka perawat dlm
melaksanakan sirkumsisi hendaknya bekerjasama dg dokter, dan
menjamin diri bahwa perawat kompeten utk itu yg dibuktikan dg
sertifikat sbg perlindungan diri
PERAWATAN PASCA
SIRKUMSISI
Diagnosis Keperawatan
Nyeri akut yang berhubungan dengan:
▪trauma / edema jaringan lunak mungkin dibuktikan dengan
menangis, iritabilitas, perubahan pola tidur, penolakan makan

Intervensi pasca tindakan


• Hindari penggunaan sabun pada penis; bersihkan dengan air jernih
• Berikan agen topikal – Antibiotik,
• Obat Analgetik
• KIE : Anak jangan terlalu aktif, kurangi aktivitas yang berat, Luka jangan terkena air, urine, debu, atau
kotoran lainnya,
Teknik Rawat Luka Pasca Sirkumsisi
• Perlukaan kecil  lebih mudah
• Tergantung teknik sikumsisi dan pilihan perawatan
(dibalut/tidak dibalut)
1. basahi kassa balutan dengan menggunakan air NaCl 0,9%
(botol infus), sampai kassa basah seluruhnya
2. Diamkan selama beberapa saat (2-3 menit)
3. Secara perlahan cabut kassa, dengan tetap meneteskan
cairan infus ke permukaan kepala penis dan kassa agar
tidak terasa nyeri dan sakit.
4. Keringkan permukaan penis dengan menggunakan kassa
steril
5. Oleskan antiseptik atau menggunakan salep antibiotik
pada daerah bekas jahitan/luka sediaan lain: esensial
oil
6. tutup kembali luka dengan menggunakan kassa kering /
tgt keadaan luka
• Obat obatan (analgetik, antibiotik, antiinflamasi, dll)
Edukasi pada Klg
• MEDIKASI  berikan obat sesuai saran dokter (antibiotik, antiinflamasi,
analgesik)
• MENUTUP LUKA  melindungi luka tersebut agar tidak mudah tercemar
dengan lingkungan sekitar. Juga berguna untuk menyerap rembesan darah
apabila terjadi.
• Menjaga perban/kasa tetap kering dan bersih
• Hindari terkena urine
• Rutin membersihkan luka  (dimulai Hari ke 2-3 post sirkumsisi)
• Nutrisi  tinggi protein. Tidak ada makanan dan minuman yang harus
dipantang setelah khitan. Jika tidak ada alergi terhadap makanan sebelumnya
maka setelah khitan pun tidak ada pantangan khusus.
Perawatan Keuntungan Kerugian
Luka
Dibalut - Terhindar dari - Bila balutan basah agak
kontaminasi lama kering
- Luka tidak tergesek - Komplikasi tidak segera
celana, baik untuk anak terlihat
kecil yang aktif - Kesulitan dan nyeri ketika
melepas karena balutan
kering
Tidak Dibalut - Luka lebih cepat kering - Perlindungan terhadap
- Komplikasi segera infeksi kurang
terlihat - Rasa nyeri akibat tergesek
celana/sarung

Anda mungkin juga menyukai