Anda di halaman 1dari 21

Kehidupan

yang
Seimbang
Konsumerisme
 Pengertian Konsumerisme

Di antaranya yaitu: Paham atau gaya hidup yang


menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran
kebahagiaan, kesenangan atau gaya hidup yang tidak
hemat .
 Sedangkan dalam Kamus Induk Istilah Ilmiah
dijelaskan bahwa: ”Bentuk pemakain barang yang tidak
menurut kebutuhan, tetapi hanya berdasarkan tuntutan
gengsi semata”. Sikap, gaya hidup atau paham yang
menganggap bahwa pemakaian atau pemilikan barang-
barang mewah merupakan ukuran kebahagiaan,
kesenangan atau gaya hidup yang tidak hemat.
Ciri - Ciri
Manusia Konsumerisme
 Manusia yang dalam kehidupan sehari-hari
mepunyai perilaku atau mempunyai gaya hidup
konsumerisme dapat terlihat melalui perilaku
sebagai berikut:
 (1) Tidak puas terhadap barang yang telah dimiliki,
misalnya seseorang tidak puas terhadap motor yang
telah dimiliki maka berkeinginan untuk membeli
mobil. dan
 (2) Hidup Borjuis inilah yang berdampak pada
prilaku yang berlebihan atau prilaku yang berfoya-
foya, tidak menggunakan barang dan jasa sesuai
dengan keperluan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Konsumerisme
 1.Pusat Perbelanjaan

Sekarang ini banyaknya pusat - pusat


perbelanjaan yang berdiri megah yang ada di
desa, maupun kota - kota besar di Indonesia
sangat mempengaruhu prilaku konsumerisme.
 Dengan menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan
semacam plaza, mall, supermarket. lewat
sarana inilah yang menyebabkan meningkatnya
secara drastis pola dan budaya konsumerisme.
 2. Media Massa (Iklan)

Hidup konsumerisme sebenarnya secara


pelan - pelan sedang diajarkan oleh media
salah satunya adalah iklan. Iklan yang setiap
hari selalu menayangkan atau memuat
tentang gaya hidup yang glamour, penuh
dengan sifat yang konsumtif yang
dipamerkan terang-terangan .
 3. Budaya Barat

Sejak akhir 1990-an, serbuan globalisasi industri media


manca negara berikut kapital-kapitalnya mulai merambah
tanah air, menawarkan sarana maupun nilai-nilai baru
yang semuanya bermuara pada gaya hidup konsumtif.
 Sehingga budaya nasional yang mencirikan adat
ketimuran sebagai kesederhanaan bangsa Indonesia
semakin terlupakan.

 Sebagai contoh apabila berjalan di sepanjang kota


Jakarta, maka akan melihat papan iklan berbagai jenis
produk, makanan ringan, maupun barang-barang
elektronik yang lain.
Akibat-akibat Konsumerisme
 Budaya untuk mengkonsumsi barang, membawa suatu
sebab akibat bagi perkembangan kehidupan manusia.
 Akibat yang ditimbulkan itu, ada kalanya bersumber
dari dalam diri ataupun dari luar diri seseorang.
 Hal inilah yang harus diantisipasi, sehingga nantinya
konsumerisme tidak merugikan orang lain pada
umumnya. Oleh sebab itu, seseorang harus mengatasi
akibat-akibat dari budaya konsumerisme.
 Adapun akibat-akibat konsumerisme adalah:
 (1) sebagai pemicu korupsi,
 (2) sebagai ”agama” baru, dan
 (3) sebagai gaya hidup elit
TINJAUAN KONSUMERISME SECARA
BUDDHIS
 Pandangan agama Buddha konsumsi adalah
pemuasan terhadap keinginan.
 Sedangkan ekonomi modern mendefinisikan

konsumsi dengan sederhana sebagai


pemakain barang dan jasa untuk memenuhi
permintaan.
 Tetapi agama Buddha membedakan dua jenis

konsumsi, yang bisa di istilahkan sebagai


konsumsi yang benar dan konsumsi yang
salah
Konsumsi Benar

Sebagai usaha memenuhi keinginan


terkadang manusia sulit untuk membedakan
barang yang bermanfaat dengan barang yang
tidak bermanfaat.
 Manusia lupa terhadap keinginan yang dapat

memberikan kebahagiaan dan keinginan


yang tidak dapat memberikan kebahagiaan.
 Konsumsi yang benar yang dimaksud adalah
bentuk pemakain barang dan jasa untuk
memenuhi keinginan atau untuk kebahagian
sejati. Konsumsi yang benar adalah di dasarkan
kepada Chanda.
 Pengertian “Chanda adalah keinginan untuk
sesuatu yang baik.
 Tujuan dari Chanda dhamma dan
kusaladhamma, yang berarti kebenaran dan
kebaikan, kebenaran dan kebaikan harus
diperoleh dengan usaha yang baik dan di
dasarkan dengan kebijaksanaan.
Konsumsi Salah

Konsumsi yang salah adalah penggunaan


barang dan jasa untuk memuaskan,
keinginan untuk menyenangkan indria dan
sebagai pemuasan ego, atau konsumsi yang
didasarkan oleh Tanha.
 Sedangkan pengertian Tanha itu sendiri
adalah Kemelekatan atas objek-objek indrawi
yang menyenangkan atau kemelekatan atas
kenikmatan indrawi.
Penyebab Konsumrisme

Sebab atau yang menjadi awal terjadinya


konsumerisme dalam diri manusia adalah
Sifat keserakahan (lobha), kebodohan (moha),
dan keinginan nafsu (tanha).
 Jadi apabila seseorang memiliki sifat serakah,

bodoh dan mempunyai keinginan nafsu akan


berprilaku atau bertindak sesuai dengan
keinginannya tanpa memperhatikan akibat
yang ditimbulkan dari perbuatannya tersebut.
Saluran Konsumerisme

Dalam Sigalovada Sutta, Sang Buddha menyatakan


adanya enam saluran menghamburkan kekayaan yaitu:
 (1) Memuaskan diri dengan mabuk-mabukan,
 (2) Berjalan keluyuran tanpa menghiraukan waktu,
 (3) Sering Menonton dan ketempat-tempat keramaian,
 (4) Memuaskan diri dengan berjudi,
 (5) Berteman dengan mereka yang berkelakuan Buruk,
dan
 (6) Kemalasan.
 Konsumerisme Ditinjau dari Parabhava Sutta

Bagi masyarakat secara umum konsumerisme adalah


bentuk pemakain barang yang tidak menurut kebutuhan,
tetapi hanya berdasarkan tuntutan gengsi atau pola hidup
yang berfoya-foya. Kebutuhan masyarakat pada suatau
barang tidak didasarkan atas manfaatnya melainkan hanya
keinginan semata.

Sedangkan Konsumerisme dalam agama Buddha terdapat


dalam Parabhava Sutta.
 Dalam Parabhava sutta, diterangkan mengenai sebab-
sebab kemerosotan atau hilangnya kekayaan seseorang.
Dalam kenyataannya menghabiskan kekayaan ini adalah
sangat mudah
 Tidak Mengenal Dhamma

Mendengarkan Dhamma pada saat yang


sesuai, Mendiskusikan Dhamma pada saat
yang sesuai, itulah berkah utama. (Angutara
Nikaya, Manggala sutta).
 Tetapi kenyataan dalam kehidupan sekarang
ini masih banyak manusia yang tidak memiliki
kesempatan mendengar dan mendiskusikan
Dhamma. Dengan demikian, orang yang tidak
mengenal Dhamma akan jauh dari prilaku baik
dan mengkondiskan untuk berbuat jahat.
Kemalasan

Seseorang yang malas akan memberikan


banyak alasan untuk tidak berkerja. Orang
yang seperti ini menyalahkan cuaca atau iklim
dengan berkata terlalu dingin atau terlalu
panas, dan juga menyalahkan waktu dengan
mengatakan terlalu pagi atau terlalu malam.
Kurang Berdana

Dewasa ini, banyak umat awam yang telah salah


mengerti pengertian dari berdana yang
sesungguhnya.
 Mereka menganggap berdana hanya orang kaya
yang perlu melakukannya, sedangkan orang
miskin tidak perlu.
 Mereka juga menganggap membakar dupa yang
besar di Vihara akan mendatangkan manfaat
lebih besar daripada berdana kepada orang
yang lebih membutuhkan.
Dampak Konsumerisme

Dampak dari konsumerisme ini akan memberikan


akibat bagi para manusia yang berprilaku
konsumerisme atau hidup berfoya-foya. Menurut
Dhammananda prilaku konsumerisme akan
berakibat sebagai berikut:
 (1) menurunnya nilai kemoralan,
 (2) hilangnya kekayaan secara Nyata, dan
 (3) penderitaan pada kehidupan yang akan
datang .
 Apabila manusia memahami arti dari konsumerisme
secara benar, dengan tidak memuaskan keinginan
nafsunya terhadap barang-barang maupun peralatan yang
lainnya, maka gaya hidup konsumerisme akan teratasi dan
tidak akan mejadi kebiasaan bagi masyarakat, sehingga
akan terwujud kehidupan sederhana, hemat dan puas
terhadap apa yang telah dimiliki.
 Tetapi apabila masyarakat selalu menuruti keinginan
nafsunya atau selalu memuskan apa yang diinginkan,
misalkan dengan berbelanja, berlibur keluar negeri,
membeli mobil yang bagus dan mewah atau dalam arti
selalu memuaskan nafsu konsumerismenya.
 Maka akan mengakibatkan seseorang terjerumus dalam
penderitaan.
Melakukan instropeksi Diri

Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya gaya


hidup konsumerisme manusia juga perlu
melaksanakan intropeksi diri yaitu dengan
menjalankan kemoralan (Sila), hidup seimbang
(samajivita), mudah merasa puas (santutthi),
dan kesederhanaan atau sikap tidak berlebihan.
 Sehingga apabila seseorang memiliki sila atau
kemoralan, mampu hidup seimbang dan
memiliki kepuasan maka konsumerisme akan
dapat teratasi.
Tugas
 1. Bagaimana pandangan umat Buddha terhadap Konsumerisme
 2. Bagaimana hubungan Konsumerisme dgn hedonisme
 3. Apa upaya anda sebagai umat Buddha untuk menghindari
Konsumerisme , Materialisme dan hedonisme
 4. Jelaskan dampak negative dari Konsumerisme ,meterialisme dan
hedonisme
 5. Tuliskan syair dizegui yang mana saja yang bertentangan dgn
konsumerisme, materialisme serta hedonisme dan berikan alasan
 Minimal 3
 6. Tuliskan dalam agama Buddha di paritta apa , dhammapada , dan
sutta yang lain yang ada bertentangan dgn gaya konsumerisme,
materialisme dan hedonisme

Anda mungkin juga menyukai